Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SPERMATOGENESIS KUDA

Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Reproduksi Ternak

Oleh :

Kelas :F

Kelompok :8

Yolan Yolanda 200110180259

Rifky Nauval Alfarizi 200110180271

Sholihah Amrina R. 200110180275

Rifqy 200110180277

Yonathan Ganda Ezra 200110180282

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan
kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga kami diberi kesempatan yang luar biasa
ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah tentang “Spermatogenesis
Kuda”.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan Nabi
kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan karunianya untuk kita
semua.
Kami juga berharap dengan sungguh-sungguh agar makalah ini mampu
berguna serta bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan bagi
masyarakat.
Karena keterbatasan pengetahuan kami, makalah ini belum bisa dikatakan
sempurna. Oleh karena, itu kami mengharapkan adanya kritik dan saran untuk
memperbaiki pembuatan makalah selanjutnya. Atas segala kekurangan dan
kesalahan yang ada dalam penulisan makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Sumedang, 5 Oktober 2019

Penulis.

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................................... i

BAB I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 3

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 3

1.3 Tujuan …………..................................................................................... 4

BAB II. Pembahasan

2.1 Morfologi Spermatozoa Kuda ................................................................ 5

2.2 Proses Spermatogenesis Kuda ................................................................ 7

2.3 Plasma Semen Kuda ............................................................................... 10

BAB III. Penutup

3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 12

3.2 Kritik dan Saran ..................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semua makhluk hidup, baik jantan maupun betina, akan melakukan reproduksi

untuk berkembangbiak. Reproduksi adalah naluri setiap organisme untuk beranak-

pinak. Reproduksi merupakan proses pembentukan individu baru dari individu yang

sudah ada dan merupakan ciri khas dari semua makhluk hidup. Reproduksi bertujuan

untuk mempertahankan kelestarian suatu spesies dari kepunahan. Dalam upaya

melestarikan kelangsungan hidupnya, setiap organisme harus mampu memperbanyak

diri sehingga setiap generasi mampu menghasilkan generasi sebelumnya yang mati
karena pemangsa, parasit, atau karena telah berumur tua.

Manusia laki-laki ataupun hewan ternak jantan akan melakukan spermatogenesis.

Dalam arti luas, spermatogenesis adalah suatu proses pembentukan dan pematangan

sel benih pria atau yang disebut spermatozoa. Pada kuda, spermatogenesis memiliki

arti yang sama, yaitu pematangan sel sperma kuda yang dipengaruhi atau dipicu oleh

beberapa hormon reproduksi. Spermatogenesis merupakan proses pembentukan

spermatozoa, yang akan bertemu dengan ovum dari betina saat proses fertilisasi, dan
kemudian akan menjadi individu baru.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana morfologi spermatozoa kuda?

2. Bagaimana proses spermatogenesis kuda?

3. Dimana letak plasma semen kuda?

1.3 Tujuan

2
1. Mengetahui morfologi spermatozoa kuda.

2. Mengetahui proses spermatogenesis kuda.

3. Mengetahui letak plasma semen kuda.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Morfologi Spermatozoa Kuda

Saat perkawinan alam maupun buatan, sel gamet betina pasti membutuhkan sel

gamet jantan untuk dibuahi atau untuk terjadinya fertilisasi. Proses pengeluaran sel

gamet jantan disebut ejakulasi. Dimana alat kopulasi dari jantan akan mengeluarkan

semen, yaitu cairan suspensi yang terdiri atas sel gamet jantan, dan juga cairan yang

disekresikan oleh saluran reproduksi serta kelenjar pelengkap (plasma semen). Sel

gamet jantan bisa juga disebut sebagai spermatozoa, yang merupakan sel dari sistem

reproduksi jantan. Apabila spermatozoa bertemu dengan ovum dari betina pada saat

fertilisasi, sel tersebut akan berkembang menjadi sebuah zigot, embrio, kemudian
menjadi individu baru.

Spermatozoa merupakan hasil akhir dari dari proses spermatogenesis, yang

memiliki bentuk yang memanjang dengan bagian kepala sedikit pipih. Plasma

membran yang baik mampu melakukan fertilisasi tepat waktu (Garner dan Hafez,

2000). Sperma juga merupakan tempat pembawa informasi genetik jantan ke sel telur

atau sel gamet betina. Spermatozoa secara struktur telah teradaptasi untuk
melaksanakan dua fungsi utamanya, yaitu mengantarkan satu set gen haploidnya ke sel
telur dan mengaktifkan program perkembangan dalam sel telur (Guyton, 2006).

Struktur spermatozoa kuda :

4
Secara struktur, spermatozoa dicirikan sebagai sel yang ‘terperas’, karena

sangat sedikit sekali kandungan sitoplasmanya. Spermatozoa memiliki organel-organel

yang sangat sedikit dibandingkan sel lainnya. Spermatozoa tidak memiliki ribosom,

retikulum endoplasmik, dan badan golgi. Sebaliknya, spermatozoa memiliki banyak

sekali mitokondria yang letaknya sangat strategis untuk pengefisiensian energi yang
diperlukan. Secara struktur, spermatozoa memiliki 2 bagian, yaitu kepala dan ekor.

a. Kepala

Kepala spermatozoa secara umum berbentuk oval, sedikit pipih, dan

terdapat nukleus yang mengandung kromosom (DNA/deoxyribonucleic

acid). Bagian kepala sperma memiliki beberapa bagian penting, diantaranya

yaitu :

1. Akrosom

Pada bagian ujung depan kepala ditutupi oleh akrosom, yaitu sebuah

kantung tipis dengan membran-ganda yang mengandung akrosin,

hyaluronidase, dan enzim hidrolitik lain yang berperan pada

penembusan korona radiata dan zona pellusida pada proses fertilisasi.

2. Ekuatorial
Bagian ekuatorial berperan sebagai tempat yang mengawali proses

penempelan dan penggabungan membran spermatozoa dengan

membran oosit selama proses fertilisasi.

b. Ekor

Ekor sperma terdiri atas 4 bagian, yaitu neck piece, middle piece, principal

piece, dan end piece. Ekor ini berfungsi untuk pergerakan menuju sel telur.

1. Neck Piece

5
Neck piece adalah bagian sperma yang menghubungkan kepala dengan

ekor. Ekor spermatozoa mengandung serabut-serabut fibril (axial

filament) yang tersusun secara radial. Axial filament ini tersusun mulai

dari sentriol atas dan berjalan sampai dengan ujung ekor. Susunannya

dari luar ke tengah adalah 9 filamen besar, 9 pasang filamen kecil, dan

2 filamen kecil di pusat. Serabut-serabut ini bertanggung jawab

terhadap pergerakan spermatozoa.

2. Middle Piece

Middle piece merupakan serabut-serabut yang diselubungi oleh

mitokondria yang tersusun secara heliks dan mengelilingi sumbu

memanjang. Mitokondria merupakan tempat metabolisme yang

menghasilkan energi.

3. Principal Piece

Principal piece adalah bagian yang mengandung serabut-serabut yang

hanya ada 2 filamen pusat dan dikelilingi oleh 9 pasang filamen kecil.

4. End Piece

End piece adalah bagian yang hanya mempunyai 2 filamen pusat yang
diselubungi oleh membrann dalam. Kegiatan end piece akan

menghasilkan energi yang akan menggerakkan ekor seperti baling-

baling, dan menggunakan gula fruktosa sebagai bahan bakarnya yang


terdapat dalam bentuk cairan yang melingkupi spermatozoa.

2.2 Proses Spermatogenesis Kuda

Dalam arti luas, spermatogenesis adalah suatu proses pembentukan dan

pematangan sel benih pria atau yang disebut spermatozoa. Pada kuda, spermatogenesis

6
memiliki arti yang sama, yaitu pematangan sel sperma kuda yang dipengaruhi atau
dipicu oleh beberapa hormon reproduksi.

Spermatogenesis dimulai dengan pertumbuhan spermatogonium menjadi sel-sel

yang lebih besar, yang kemudian disebut sebagai spermatosit primer. Sel-sel ini

kemudian membelah (pembelahan pertama secara mitosis) menjadi dua spermatosit

sekunder yang sama besar, yang kemudian mengalami pembelahan meiosis menjadi

empat spermatid yang sama besar pula. Spermatid ini yaitu sebuah sel bundar dengan

sejumlah besar protoplasma, yang merupakan gamet dewasa dengan jumlah kromosom
haploid (Dellmann dan Brown, 1992).

Sehingga tujuan utama dari spermatogenesis adalah pembentukan sel benih yang

jumlahnya 4 sperma fungsional. Pembentukan spermatogenesis dimulai dari tubulus

seminiferus, bentuknya berkelok-kelok dan panjang pada testis. Dibagian dalam

tubulus seminiferous, dilapisi dengan sel sertoli dan spermatogonia. Sel-sel sertoli
berfungsi dalam merawat sel sperma dan pengembangan sel sperma.

Dalam pembentukan sperma, dipengaruhi oleh hormon gonadotropin yang

dikontrol oleh GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone) yang berasal di

7
hypothalamus. Mengeluarkan hormon LH (Luteinizing Hormone) yang akan

merangsang sel interstitial pada jaringan interstitial testes untuk mensekresikan hormon

androgen. FSH (Follicle Stimulating Hormon) berfungsi untuk menstimulasi sel-sel

germinatif dari tubulus seminiferus untuk proses spermatogenesis. Selain itu, FSH juga

menstimulasi sel sertoli yang berada di tubulus seminiferus untuk mensekresikan ABP

(Androgen Binding Protein) dan inhibin. ABP merupakan protein pembawa hormon
androgen dalam transport pembuluh darah.

Spermatogenesis dibagi menjadi empat tahap, pada tahap awal sel-sel sperma

bermigrasi kearah lumen tubulus seminiferi dari membran basalispada. Pada tahap ini,

sel sperma berkembang secara progresif. Pada tahap ini juga, sel sertoli bertugas
memberi makan dan mengasuh sel sperma.

Pada fase 1, terjadi pembelahan mitotik, yaitu pembelahan dimana spermatogonia

menjadi dua anak sel spermatogonium dormant yang menjamin kontinuitas

spermatogonia dan satu spermatogonium aktif yang nantinya akan membelah diri

sebanyak empat kali sehingga membentuk 16 spermatosit primer (2n). Fase ini
berlangsung selama 15-17 hari.

Fase 2 berlangsung selama 15 hari, yaitu terjadi pembelahan meiosis dari 2n


spermatosit primer menjadi spermatosit sekunder (n).

Pada fase 3, terjadi pembelahan spermatosit sekunder menjadi spermatid yang


berlangsung beberapa jam.

Fase 4 berlangsung selama 15 hari, dan terjadi proses metamorfosi,s yaitu proses

perubahan spermatid menjadi spermatozoa muda tanpa pembelahan sel. Spermatozoa

akan dirawat oleh sel-sel sertoli sampai protein droplet yang masih berada di pangkal
ekor menjadi kecil.

8
Pada kuda, dihasilkan sperma sekitar 60-100 ml yang memiliki pH 7,2-7,8

dengan rata-rata 7,4. Konsentrasi spermatozoa pada kuda dihasilkan 150-300 juta/ml.

Dalam arti lain, satu kali ejakulasi pada kuda dapat menghasilkan 5-15 miliar
spermatozoa.

2.3 Plasma Semen Kuda

Suatu proses spermatogenesis yang terjadi didalam testes, yaitu pada bagian

tubuli seminiferi akan menghasilkan sperma yang kemudian akan berlanjut ke

epididimis. Didalam epididimis, sperma akan bersuspensi dengan suatu cairan atau

medium semi-gelatinous (plasma semen) yang disebut dengan semen. Semen adalah

sekresi cairan kelamin jantan yang secara normal diejakulasikan kedalam saluran

kelamin betina pada saat kopulasi, tetapi dapat pula ditampung untuk keperluan

inseminasi buatan (Soeparna, 2014). Didalam semen, terdiri dari sperma dan plasma

semen. Sperma diproduksi didalam testes bagian tubuli seminiferi, sedangkan plasma

semen dihasilkan oleh campuran sekresi dari epididimis dan kelenjar aksesoris
(kelenjar vesikularis, kelenjar prostat, kelanjar cowper).

Plasma semen memiliki fungsi yaitu sebagai media pembawa sperma dari
saluran organ reproduksi jantan kedalam saluran organ reproduksi betina. Selain itu,

plasma semen memiliki fungsi yaitu sebagai sumber energi bagi sperma. Hal ini karena
plasma semen mengandung senyawa-senyawa organik.

Didalam plasma semen kuda, terdapat senyawa biokimia yang dihasilkan dari

kelenjar-kelenjar aksesoris yang dipengaruhi oleh hormon testosteron dari testes.

Senyawa-senyawa ini dapat menjadi energi bagi sperma seperti kalium yang dapat

mempengaruhi daya tahan hidup sperma. Kuda dapat mengeluarkan spermatozoa atau

ejakulasi sekitar 5-15 juta dan dengan volume ejakulasi 60-100 mL, serta pH 7.2-7.8

9
(Feradis, 2010). Senyawa utama yang ditemukan pada plasma semen yaitu asam sitrat,

ergothioneine, fruktosa, glycerylphosphorycholine, sorbitol, asam askorbat, protein,


peptida, lipid, asam lemak, dan berbagai enzim (Soeparna, 2014).

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Spermatozoa merupakan hasil akhir dari dari proses spermatogenesis, yang

memiliki bentuk yang memanjang dengan bagian kepala sedikit pipih. Plasma

membran yang baik mampu melakukan fertilisasi tepat waktu.

2. Sperma juga merupakan tempat pembawa informasi genetik jantan ke sel telur atau

sel gamet betina.

3. Spermatozoa secara struktur telah teradaptasi untuk melaksanakan dua fungsi

utamanya, yaitu mengantarkan satu set gen haploidnya ke sel telur dan mengaktifkan

program perkembangan dalam sel telur.

4. Secara struktur, spermatozoa memiliki 2 bagian, yaitu kepala dan ekor. Pada bagian

kepala, terdapat akrosom dan ekuatorial. Pada bagian ekor, terdapat neck piece,

middle piece, dan end piece.

5. Spermatogenesis terdiri dari empat tahap. Pada kuda, dihasilkan sperma sekitar 60-

100 ml yang memiliki pH 7,2-7,8 dengan rata-rata 7,4. Konsentrasi spermatozoa

pada kuda dihasilkan 150-300 juta/ml. Dalam arti lain, satu kali ejakulasi pada kuda
dapat menghasilkan 5-15 miliar spermatozoa.

6. Plasma semen memiliki fungsi yaitu sebagai media pembawa sperma dari saluran

organ reproduksi jantan kedalam saluran organ reproduksi betina. Selain itu, plasma

semen memiliki fungsi yaitu sebagai sumber energi bagi sperma. Hal ini karena

plasma semen mengandung senyawa-senyawa organik.

7. Senyawa utama yang ditemukan pada plasma semen yaitu asam sitrat,

ergothioneine, fruktosa, glycerylphosphorycholine, sorbitol, asam askorbat, protein,


peptida, lipid, asam lemak, dan berbagai enzim.

11
3.2 Kritik dan Saran

Dalam pembuatan makalah ini, masih terdapat banyak kekurangan baik

dalam penggunaan tata bahasa maupun penulisan yang kurang tepat. Untuk

kedepannya, penulis akan lebih baik lagi dalam pembuatan makalah dan menggunakan

sumber referensi sebanyak-banyaknya agar dapat menyajikan data yang benar-benar

valid. Maka dari itu, penulis sangat membutuhkan kritik dari pembaca agar dalam
pembuatan makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Feradis. 2010. Reproduksi Ternak. Alfabeta. Bandung.

Soeparna, 2014. Ilmu Reproduksi Ternak. Bogor: IPB Press Printing.

Yusuf Moh. 2012. Bahan Ajar Ilmu Reproduksi Ternak. Jurusan Reproduksi Ternak.

Universitas Hasanudin.

Tita Damayanti L, Ismudiono. 2014. Ilmu Reproduksi Ternak. Surabaya : Airlangga

University Press.

13

Anda mungkin juga menyukai