Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ANATOMI FUNGSIONAL
ORGAN REPRODUKSI SAPI BETINA

Untuk memenuhi tugas matakuliah Reproduksi Ternak

Oleh :
Kelas : E
Kelompok : 5
HILMAN ISMAIL 200110170165
NURHALISA 200110170166
RANTI NOVIANTI 200110170167
DHANI SANDI I. S 200110170168
SABILLA YUSPITA 200110170169

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas Ridho-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan cukup baik dan tepat pada
waktunya. Dengan judul makalah “Reproduksi Sapi Betina”. Walaupun dengan buku
penunjang yang terbatas.

Kami mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu dalam


proses penyusunan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari
bahwa masih banyak terdapat kekurangan di dalamnya, maka untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari para pembaca dalam
kesempurnaan makalah ini.

Jatinangor, September 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................1
1.3 Tujuan..............................................................................................................2

TINJAUAN PUSTAKA 3

PEMBAHASAN 6

3.1 OVARIUM....................................................................................................6
3.2 TUBA FALLOPII.........................................................................................8
3.3 UTERUS.......................................................................................................9
3.4 SERVIKS.....................................................................................................12
3.5 VAGINA......................................................................................................13
3.6 VULVA........................................................................................................14

PENUTUP 15

DAFTAR PUSTAKA iv

ii
I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hewan betina tidak hanya menghasilkna sel- sel kelamin betina yang penting
untuk membentuk suatu individu baru, tetapi juga menyediakan lingkungan dimana
individu tersebut terbentuk diberi makan dan berkembang selama masa-masa
permuliaan hidupnya. Fungsi-fungsi ini dijalankan oleh organ-organ reproduksi primer
dan sekunder.

Organ reproduksi primer, ovaria, menghasilkan ova dan hormon-hormon


kelamin betina. Organ-organ reproduksdi sekunder atau saluyran reproduksi terdiri dari
tuba fallopi (oviduct), uterus, serviks, vagian, dan vulva.

Fungsi organ-organ reproduksi sekunder adalah menerima dan menyalurkan


sel-sel kelamin jantan dan betina yang memberi makan dan melahirkan individu baru.
Kelenjar susu dapat dinggap sebagai suatu organ kelamin pelengkap, karena sangat erat
berhubungan dengan proses-proses reproduksi dan esensial untuk pemberian makanan
bagi individu yang baru lahir.

Tulisan ini kami buat sebagai salah satu bentuk untuk menambah bacaan bagi
yang memerlukan, selain itu juga sebagai pemenuhan tugas salah satu mata kuliah di
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran yaitu Reproduksi Ternak

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada makalah ini, yakni apa saja yang termasuk pada
anatomi fungsional organ reproduksi sapi betina serta apa saja fungsi dari setiap organ-
organ tersebut.

1
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini ialah untuk mengetahui apa saja
yang termasuk pada anatomi fungsional organ reproduksi sapi betina serta apa saja
fungsi dari setiap organ-organ tersebut.

2
II
TINJAUAN PUSTAKA

Organ kelamin betina pada dasarnya dibagi menjadi dua bagian yaitu organ
kelamin dalam dan organ kelamin luar. Organ kelamin dalam terdiri dari
ovarium,oviduct, cornu uteri, corpus uteri, cervix, dan vagina, sedang organ kelamin
luar terdiri dari vulva, clitoris, vestibulum vaginae, dan kelenjar vestibulae. Organ
kelamin dalam, pada bagian dorsal digantung oleh beberapa penggantung. Ovarium
digantung oleh alat penggantung mesovarium dan ligamentum utero
ovarika. Oviduct digantung oleh mesosalpinc, sedangkan uterus, cervix, dan sebagian
vagina digantung oleh mesometrium atau sering disebut ligamentum lata (Blakely and
Bade, 1998).

Ovarium

Ovarium adalah tempat sintesis hormon steroid seksual, gametogenesis, dan


perkembangan serta pemasakan kuning telur (folikel) (Yuwanta, 2004). Ovarium juga
memiliki fungsi sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon kelamin betina,
yakni estrogen dan progesteron. Estrogen terutama dihasilkan oleh sel-sel teka interna
menjadi estrogen. Progesteron terutama dihasilkan oleh sel-sel lutein besar selama
metestrus, diestrus dam kebuntingan, di samping dihasilkan pula oleh plasenta
(Dellman and Brown, 1992).

Oviduct (Tuba fallopi)

Tuba fallopi juga dikenal dengan istilah oviduct (saluran telur) dan kadang-
kadang disebut tuba uterina. Saluran ini terdapat pada setiap sisi uterus dan
membentang dari cornu uteri ke arah dinding lateral pelvis (Farrer,
1996). Oviduct bersifat bilateral, strukturnya berliku-liku yang menjulur dari daerah
ovarium ke cornu uteri dan menyalurkan ovum, spermatozoa dan zigot. Tiga

3
segmen tuba uterina dapat dibedakan, yakni infundibulum (berbentuk corong
besar), ampulla (bagian berdinding tipis yang mengarah ke belakang
dari infundibulum, dan isthmus (segmen berotot yang berhubungan langsung dengan
uterus (Dellman and Brown, 1992).

Uterus

Uterus adalah organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir, terletak di dalam
pelvis, antara rektum di belakang dan kandung kencing di depan (Pearce, 1995). Uterus
merupakan tempat implantasi konseptus (zigot yang telah berkembang menjadi
embrio). Uterus mengalami serangkaian perubahan selama berahi (estrus) dan daur
reproduksi. Pada kebanyakan spesies, uterus terdiri dari kornua bilateral yang
dihubungkan dengan tuba uterina, corpus dan cervix yang berhubungan dengan
vagina (Dellman and Brown, 1992).

Cervix

Cervix atau leher uterus berdinding tebal karena berotot dan banyak
mengandung serabut elastik. Mukosa-submukosa membentuk lipatan primer tinggi dan
berlanjut dengan lipatan sekunder dan tersier. Cervix sapi betina terdapat empat lipatan
melingkar dan 15 sampai 25 lipatan memanjang, masing-masing mengandung lipatan
sekunder dan tersier. Lipatan tersebut sering memberikan kesan salah pada struktur
kelenjar. Kelenjar uterus tidak menjulur dalam cervix pada kebanyakan spesies, dan
elemen kelenjar yang terdapat pada cervix kebanyakan bersifat musigen (Dellmann
and Brown, 1992).

Vagina

Vagina merupakan buluh berotot yang menjulur dari cervix sampai vestibulum.
Lipatan memanjang rendah dari mukosa-submukosa terentang sepanjang vagina.

4
Vagina sapi betina, lipatan melingkar yang penting juga terdapat di bagian kranial
vagina. Variasi daur tampak pada tinggi serta struktur epitel. Peningkatan jumlah lendir
vagina selama berahi terutama berasal dari cervix. Epitel yang mengalami kornifikasi
yang meluas merupakan gejala berahi. Proses ekstensifikasi sangat jelas pada karnivora
dan rodensia, tidak terjadi secara nyata pada ruminansia, mungkin karena pengeluaran
estrogen yang rendah pada jenis ruminansia pada umumnya (Dellmann and Brown,
1992).

Vulva

Vulva merupakan organ genitalia eksterna, yang terdiri dari vestibulum dan
labia. Vestibulum merupakan bagian dari saluran kelamin betina yang berfungsi
sebagai saluran reproduksi dan urinaria. Vestibulum bergabung
dengan vagina pada external urethal orifice. Vulva dapat menjadi tegang karena
bertambahnya volume darah yang mengalir ke dalamnya. Labia terdiri atas labia
mayora (lipatan luar vulva) dan labiaminora (lipatan dalam vulva). Labia
minora homolog dengan praeputium pada hewan jantan dan tidak menyolok pada
hewan ternak. Labia mayora homolog denganskrotum pada hewan jantan
(Widayati et.al., 2008).

Clitoris

Clitoris mengandung erectile tissue sehingga berereksi dan banyak


mengandung ujung syaraf perasa. Syaraf ini memegang peranan penting pada waktu
kopulasi. Clitorisbereaksi pada hewan yang sedang estrus, tetapi hal ini tidak cukup
untuk dijadikan sebagai pendeteksi estrus pada spesies (Widayati et al.,2008).

5
III

PEMBAHASAN

3.1 OVARIUM

Ovarium adalah organ reproduksi primer pada hewan betina. dikatakan primer
karena ovarium menghasilkan ovum dan hormon-hormon kelamin betina seperti
estrogen dan progesteron. Besar ovarium relatif sangat kecil bila dibandingkan dengan
besar tubuhnya. Hanya terlihat satu tonjolan pada permukaan ovarium, karena hanya
satu folikel yang masak dan berovulasi dalam setiap periode siklus berahi. Ukuran
ovarium sangat bervariasi. Ovarium aktif lebih besar dari dari yang tidak aktif.
Partodihardjo (1980) Ovarium atau gonad merupakan bagian alat kelamin yang utama,
ovarium menghasilkan telur, oleh karena itu dalam bahasa Indonesia seringkali disebut
induk telur. Ovarium sapi pada umumnya berbentuk oval besarnya kira-kira sebesar
biji kacang tanah sampai sebesar buah pala. Diameternya 0,75 cm sampai 5 cm.
Ovarium kanan umumnya lebih besar dari ovarium kiri yang disebabkan karena
fisiologik ovarium kanan lebih aktif daripada yang kiri.

6
Ilyas dan Leksmono (1995) menyatakan bahwa ovarium atau indung telur
adalah organ reproduksi primer yang memiliki dua fungsi utama, yakni sebagai
penghasil sel telur (ovum) dan hormon kelamin betina. Puluhan ribu sel telur sudah
tersedia pada permukaan ovarium sejak lahir dan tidak terbentuk lagi semasa hewan
betina beranjak menjadi dewasa. Suatu kantong kecil (folikel) akan menyelubungi
setiap sel telur tersebut. Satu demi satu folikel akan bergantian tumbuh pada hewan
dewasa, menjadi matang dan melepaskan sel telur yang terkandung didalamnya.

Ovarium terdiri dari medulla di bagian dalam dan cortex di bagian pinggir atau
kulit. Medulla mengandung pembuluh-pembuluh darah primer, syaraf-syaraf dan
jaringan konektif. Di daerah cortex ovarium hewan betina yang telah dewasa dapat
dilihat berbagai bentuk ovum yang sedang berkembang. Bentuk-bentuk tersebut mulai
dari ooganium, oocyt primer, oocyt sekunder dan ovum. Ooganium merupakan sel
yang berdiri sendiri, di sebelah luarnya tidak diselaputi oleh sel-sel lain dan letaknya
berkelompok-kelompok atau tersebar. Oocyt diselaputi oleh sel-sel folikel. Oocyt
berikut sel-sel folikel yang mengitarinya disebut folikel. Pada ovarium hewan yang
telah dewasa dapat ditemukan bentuk-bentuk folikel pada berbagai tingkat
pertumbuhan mulai dari folikel primer, folikel sekunder, folikel tertier dan folikel de
Graaf (folikel tersier yang sudah matang).

Adapun tahapan oogenesis antara lain adalah sel telur berasal dari oogonia atau
sel telur induk, seperti halnya spermatozoa, oogonia juga bersifat diploid. Oogonia
akan membelah menjadi oocyt primer dan kemudian akan membelah secara meiosis
menjadi dua sel yang tidak sama ukurannya. Yang berukuran normal disebut oocyt
sekunder, sedangkan yang ukurannya lebih kecil karena kekurangan plasma darah
disebut badan kutub primer. Pembelahan dari oocyt primer menjadi oocyt sekunder dan
polosit primer disebut tahapan meiosis I, selanjutnya oocyt sekunder mengalami
pembelahan yang disebut dengan meiosis II menghasilkan ootid dan polosit sekunder.
Polosit primer membelah menjadi dua polosit sekunder,yang mana akhirnya ootid akan

7
berkembang menjadi ovum atau sel telur. Oogenesis hanya menghasilkan satu sel telur
masak, sedangkan tiga lainnya adalah sel-sel rudimenter yang disebut badan polar atau
polosit (Toelihere,1985).

Proses oogenesis pada sapi berlangsung pada hari ke-45 sampai lebih dari 110
hari. Sedangkan proses oogenesis pada domba berlangsung hari ke-35 sampai hari ke-
90 masa kebuntingan (Toelihere,1985 )

3.2 TUBA FALLOPII

Pangkal dari tubafalopii terdapat fimbrae dan ostium. Fimbrae adalah struktur
bentuk corong yang berfungsi menangkap ovum yang telah diovulasi oleh ovarium dan
akan diteruskan kearah tubafalopii melalui ostium. Tubafalopii merupakan saluran
reproduksi betina yang kecil, berliku-liku dan kenyal serta terdapat sepasang dan
merupakan saluran penghubung antara ovarium dan uterus.

Oviduk atau tuba fallopii merupakan saluran kelamin paling anterior, kecil
berliku-liku, dan terasa keras seperti kawat terutama pada pangkalnya. Pada sapi dan
kuda, panjang oviduk mencapai 20--30 cm dengan diameter 1,5--3 mm. oviduk
tergantung pada mesosalpink. Ia dapat dibagi atas infundibulum dengan fimbriae-nya,
ampula, dan isthmus.

8
Ujung oviduk dekat ovarium membentang ternganga membentuk suatu struktur
berupa corong (infundibulum). Muara infundibulum (ostium abdominale) dikelilingi
oleh penonjolan-penonjolan ireguler pada tepi ujung oviduk (fimbriae). Pada saat
ovulasi, pembuluh-pembuluh darah pada fimbriae penuh berisi darah yang
mengakibatkan pembesaran dan penegangan fimbriae. Penegangan ini diiringi oleh
kontraksi otot-otot menyebabkan ostium tuba fallopii mendekati permukaan ovarium
untuk menerima ovum matang yang akan dilepaskan.

Ampula tuba fallopii merupakan setengah dari panjang tuba dan bersambung
dengan daerah tuba yang sempit, isthmus. Pada saat ovulasi, ovum disapu ke dalam
ujung oviduk yang berfimbrial. Kapasitas sperma, fertilisasi, dan pembelahan embrio
terjadi di dalam tuba fallopii. Cairan luminal tuba fallopii merupakan lingkungan yang
baik untuk terjadinya fertilisasi dan permulaan perkembangan embrional. Cairan
dihasilkan oleh lapisan epitel tuba karena pengaruh hormon ovarial. Pertemuan utero-
tubal mengatur pengangkutan sperma dari uterus ke tuba fallopii dan transpor embrio
dari tuba ke dalam uterus.

3.3 UTERUS

Uterus merupakan suatu struktur saluran muskuler yang diperlukan untuk


penerimaan ovum yang telah dibuahi, nutrisi dan perlindungan fetus dan stadium
permulaan ekspusi pada waktu kelahiran. Uterus terdiri dari dua buah cornua, satu buah
corpus, dan cervix (Feradis, 2010). Menurut Dellmann dan Brown (1992), Uterus
merupakan tempat implantasi konseptus (zigot yang telah berkembang menjadi
embrio). Selanjutnya uterus mengalami serangkaian perubahan selama berahi (estrus)
dan daur reproduksi. Uterus digantung oleh ligamentum atau mesometrium yaitu
saluran yang bertaut pada dinding ruang abdomen dan ruang pelvis (Dellman dan
Brown, 1992).

9
Struktur Dinding Uterus

Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan yaitu selaput mukosa dan sub mukosa
yang disebut endometrium, lapisan yang berada ditengah merupakan lapisan otot yang
disebut sebagai myometrium, dan lapisan luar yaitu lapisan serosa yang disebut sebagai
perimetrium. Berikut adalah gambar dari struktur Uterus :

Gambar 1. Struktur uterus

a. Endometrium
Merupakan struktur glanduler yang terdiri dari lapisan epithel yang membatasi
rongga uterus. Pada ruminansia, terdapat endometrim dengan penebalan terbatas,
disebut karankula. Karankula ini banyak mengandung fibroblast dan vasikularisasinya
ekstensif (Dellman dan Brown, 1992). Karankula adalah tonjolan-tonjolan yang
menyerupai bentuk cendawan dari permukaan dalam uterus ruminansia yang
merupakan tempat perlekatan membran fetus (Frandson, 1992). Uterus sapi memiliki
70-120 karankula yang masing-masing berdiameter 15 cm, sedangkan pada waktu
bunting karunkula terlihat seperti spons karena banyak kripta yang menerima villi
chorion.

Endometrium merupakan lapisan selaput lendir yang disusun oleh jaringan


epitel, kelenjar dan banyak pembuluh darah. Epitel penyusunnya adalah epitel selapis
silindris, banyak kelenjar yang memproduksi lendir pada bagian ini.

10
b. Myometrium
Merupakan lapisan otot polos di sebelah dalam berbentuk sirkuler dan di
sebelah luar berbentuk longitudinal. Di antara kedua lapisan itu terdapat lapisan otot
oblik, berbentuk anyaman, lapisan ini paling kuat dan menjepit pembuluh-pembuluh
darah yang berada di sana. Myometrium merupakan bagian yang paling tebal. Terdiri
dari otot polos yang disusun sedemikian rupa hingga dapat mnedorong isinya keleuar
saat persalinan. Di antara serabut-serabut otot terdapat pembuluh-pembuluh darah,
pembuluh lympa dan urat saraf. Otot uterus terdiri dari 3 bagian :

 Lapisan luar, yaitu lapisan seperti kap melengkung melalui fundus menuju kea rah
ligamenta
 Lapisan dalam, merupakan serabut-serabut otot yang berfungsi sebagai sfingter
dan terletak pada ostium internum tubae dan orificium uteri internum
 Lapisan tengah, terletak antara ke dua lapisan di atas, merupakan anyaman serabut
otot yang tebal ditembus oleh pembuluh-pembuluh darah. Jadi, dinding uterus
terutama dibentuk oleh lapisan tengah ini.
Pada myometrium terjadi kontraksi uterus, uterus akan berkontaksi secara
lembut saat dalam fase estrus. Pada fase ini hormon yang bekerja dalah homon estrogen
+ oksitosin, sedangkan pada saat kontraksi yang kuat terjadi ketika dalam fase partrus
dan hormon yang bekerja adalah hormon oksitosin + estrogen.

c. Perimetrium
Yakni lapisan serosa / terdiri atas peritoneum viserale yang meliputi dinding
uterus bagian luar. Ke anterior peritoneum menutupi fundus dan korpus, kemudian
membalik ke atas permukaan kandung kemih. Lipatan peritoneum ini membentuk
kantung vesikouterina. Ke posterior, peritoneum menutupi menutupi fundus, korpus
dan serviks, kemudian melipat pada rektum dan membentuk kantung rekto-uterina. Ke
lateral, hanya fundus yang ditutupi karena peritoneum membentuk lipatan ganda

11
dengan tuba uterina pada batas atas yang bebas. Lipatan ganda ini adalah ligamentum
latum yang melekatkan uterus pada sisi pelvis.

3.4 SERVIKS

Serviks merupakan otot sphincter yang terletak di antara uterus dan vagina.
Struktur serviks pada hewan mamalia berbeda-beda tetapi umumnya dicirikan adanya
penonjolan-penonjolan pada dindingnya. Pada ruminansia penonjolan-penonjolan ini
terdapat terdapat dalam bentuk lereng-lereng transversal dan saling menyilang, disebut
cincin-cincin annuler (annulus servikalis). Cincin-cincin ini sangat nyata pada sapi
(biasanya 4 buah) yang dapat menutup rapat serviks secara sempurna.

Dinding serviks terdiri atas mukosa, muskularis dan serosa. Mukosa serviks
tersusun dalam lipatan-lipatan, berepitel kolummar tinggi. Sel-sel goblet pada lumen
serviks berlipat-lipat dan bercabang-cabang hingga permukaan sekretoris menjadi luas.
Sekresi dari serviks bersifat muskus, jumlah dan viskositasnya akan berubah mengikuti
fase siklus estrus. Lapisan otot serviks kaya akan jaringan fibrosa, serabut-serabut otot
polos, jaringan kolagen, dan jaringan elastis. Fungsi serviks yang utama adalah
menutup lumen uterus sehingga dapat melindungi masuknya jasad renik ke dalam
uterus. Lumen serviks selalu tertutup kecuali pada waktu estrus dan beranak (partus).
Pada waktu estrus hanya terbuka sedikit untuk memberi jalan masuk bagi semen.

Pada waktu estrus sel-sel goblet pada dinding lumen serviks menghasilkan
sekresi yang banyak mengandung air. Pada sapi, cairan serviks ini terang tembus,
jernih, dan bersih. Pada kebanyakan sapi cairan ini cukup banyak jumlahnya hingga
keluar dari vulva dan dapat dipakai sebagai tanda bahwa sapi dalam keadaan estrus.
Fungsi cairan fungsi serviks adalah memberi jalan dan arah bagi sperma yang
dideposisikan oleh penis ke dalam vagina. Sperma akan berenang mengikuti arah asal

12
cairan tersebut. Cairan serviks juga menyeleksi sperma yang tidak mampu berenang
menuju ke depan (progresif) sehingga tidak dapat masuk ke dalam serviks, melainkan
aka berputar-putar di permukaan serviks.

Pada hewan bunting, sekretum yang bersifat mukus dari kanalis servikalis
menutup os serviks. Pada sapi yang bunting sering kali sekretum ini berlebihan hingga
meleleh keluar melalui vagina dan vulva. Sekretum yang kental, yang merupakan
sumbat pada kanalis servikalis, sesaat sebelum kelahiran, yaitu pada stadium
pembukaan serviks, mencair. Mungkin pencairan ini terjadi di bawah pengaruh suatu
hormon. Setelah sumbat mencair, seluruh serviks akan rileksasi.

3.5 VAGINA

Vagina merupakan perpanjangan dari cervix sampai ketempat sambungan


uretra dengan saluran alat kelamin adalah bagian yang berdinding tipis. Vagina
merupakan bagian dari organ repoduksi merupakan organ kopulasi pertemuan antara
organ reproduksi jantan dan betina. Sel epitel berada dinding vagina yang berada dekat
Serviks terdiri dari lapisan jajaran sel-sel penghasil lendir dan sel epitel tipis.

Vagina adalah bagian saluran peranakan yang terletak di dalam pelvis di antara
uterus (arah kranial) dan vulva (kaudal). Fungsi dari vagina adalah sebagai alat
kopulasi dan tempat sperma dideposisikan; berperan sebagai saluran keluarnya sekresi
cervix, uterus dan oviduct, dan sebagai jalan peranakan saat proses beranak. Vagina
akan mengembang agar fetus dan membran dapat keluar pada waktunya. Membran
mukosa dari vagina adalah epitel squamosa berstrata yang tak berkelenjar. Pada bagian
vagina sapi tersebut permukaannya tidak mengalami kornifikasi, kemungkinan karena
rendahnya tingkat sirkulasi estrogen.

13
Vagina terdiri dari 2 bagian yaitu vestibulum yang letaknya dekat dengan vulva
serta merupakan saluran reproduksi dan saluran keluarnya urin dan yang kedua adalah
portio vaginalis cervixis yang letaknya dari batas antara keduanya hingga cervix.
Vestibulum dan portio vaginalis cervixis dibatasi oleh suatu selaput pembatas yang
disebut hymen.

Menurut Toelihere (1981), pada hewan yang tidak bunting panjang vagina sapi
mencapai 25,0 sampai 30,0 cm. Variasi ukuran vagina ini tergantung pada jenis hewan,
umur dan frekuensi beranak (semakin sering beranak, vagina semakin lebar).

3.6 VULVA

Vulva merupakan alat kelamin betina bagian luar termasuk clitoris dan
vestibulum. Bagian ini memiliki syaraf perasa, yang memegang peranan penting pada
waktu kopulasi. Kira-kira 7-10 cm masuk ke dalam dari lubang luar dan pada lantai
dinding ventral vestibulum terdapat celah sepanjang 2 cm. Celah ini merupakan pintu
masuk kedalam kantung buntu seburetrha (devertikulum suburethralis) dan juga
merupakan sebagai orificium urethralis. Saluran urethra masuk ke dalam vestibulum
sedikit di depan saluran buntu suburethra tadai pada dinding depan dan dapat
merupakan sebagian dari saluran buntu tadi. Saluran buntu sendiri panjangnya 3 – 4
cm. saluran urethra berjalan ke depan, tepat di bawah vagina, ke kantung air seni
(Salisbury,1986).

Vulva (pupendum feminium) adalah bagian eksternal dari genitalis betina yang
terentang dari vagina sampai bagian yang paling luar. Pertautan antara vagina dan
vulva ditandai oleh orifis uretral eksternal dan sering juga oleh suatu pematang, pada
posisi cranial terhadap orifis uretral eksternal, yaitu hymen vestigial. Seringkali hymen
tersebut demikian rapat hingga mempengaruhi kopulasi (Frandson, 1086).

14
Vestibula vagina adalah bagian tubular dari saluran reproduksi antara vagina
dan labia vulva. Labia atau bibir vulva adalah sederhana saja dan tidak terdiri dari labia
mayor dan minor seperti pada manusia (Frandson, 1086).

Lubang luar alat reproduksi sapi betina berada tepat dibawah anus. Panjang 12
cm dan mempunyai sudut lebar berbentuk bulat disebelah dorsal dan sudut sempit di
sebelah ventral. Labia mayor yang tebal ditutup oleh rambut-rambut halus sampai
tempat sambungan dengan mucosa. Pada perkawinan secara alamiah penis masuk ke
dalam alat reproduksi betina melewati vulva, dan pada waktu melahirkan anak sapi
melewatinya (Salisbury, 1986).

15
IV

PENUTUP

4. 1 Kesimpulan
Anatomi anatomi fungsional organ reproduksi sapi betina terdiri atas organ
primer dan sekunder. Organ reproduksi primer terdiri atas gonad atau ovarium,
menghasilkan ova, dan hormon reproduksi betina. Organ-organ reproduksi
sekunderatau saluran reproduksi yang berfungsi menerima dan menyalurkan sel-sel
reproduksi jantan dan betina, memberi makan dan melahirkan individu baru, terdiri
atas tuba Fallopii (oviduk), uterus, serviks, vagina dan vulva.

16
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Ovarium Female Anatomy and Histology.

(http://www.ansci.wisc.edu/jjp1/ansci_repro/lec/lec1/female_hist.html).

Accesion date at September 12nd, 2018 time 22.02 WIB.

Anonim. 2018. Pengertian, jenis, dan fungsi uterus pada ternak.

http://agroteknologi.web.id/sains/pengertian-jenis-dan-fungsi-uterus-pada-

ternak/ Diakses 17 September 2018.

Anonim. 2017. Uterus (Rahim) : Pengertian, Struktur, Fungsi.

https://www.ilmudasar.com/2017/05/Pengertian-Struktur-dan-Fungsi-

Uterus-Rahim-adalah.html Diakses 17 September 2018.

Blakely, J., and D.H. Bade. 1998. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta.

Dellmann, H. Dieter and Etsher M. Brown. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner II.

Universitas Indonesia press. Jakarta.

Feradis. 2010. Reproduksi Ternak. Alfabeta. Bandung.

Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi Keempat. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta.

Hardjopranjoto, S. 1995. Ilmu Kemajiran Ternak. Airlangga University Press.

Surabaya.

Ilyas, A.Z. dan C.S. Leksmono. 1995. Pedoman pengembangan dan perbaikan ternak

kerbau di Indonesia. Dirjen Peternakan bekerjasama dengan FAO.

iv
Lestari, Tita Damayanti., Ismudiono. 2013. “Ilmu Reproduksi Ternak”. Surabaya:

Airlangga University Press.

Lewis, A. W., J. G. Berardinelli. 2001. Gross Anatomical and Histomorphometric

Characteristics of The Oviduct and Uterus During The Pubertal Transition in

Sheep. Department of Animal and Range Sciences, Montana State University,

Bozeman 59717-2900.

Partodihardjo, S. 1980. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara. Jakarta.

Toelihere, M. R. 1985. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung.

Widayati, D.T, Kustono., Ismaya., S. Bintara. 2008. Ilmu Reproduksi Ternak. Fakultas

Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Yusuf, M. 2012. Buku Ajar Ilmu Reproduksi Ternak. Fakultas Peternakan Universitas

Hasanuddin. Makassar.

Anda mungkin juga menyukai