Anda di halaman 1dari 3

Asidosis Pada Ternak Ruminansia

Ternak ruminansia merupakan ternak yang memiliki sistem pencernaan yang


komplek yang terdiri dari empat lambung yaitu : rumen, retikulum, omasum,
dan abomasum. Pada rumen terjadi pencernaan fermentasi yang dibantu oleh
mikroba rumen yaitu bakteri, protozoa, dan fungi, sehingga, ternak ruminansia
dapat memanfaatkan pakan yang memiliki kandungan serat kasar yang tinggi
(selulosa) sebagai sumber energinya melalui proses fermentasi. Sumber energi bagi
ternak ruminansia berupa VFA (Volatile fatty acid) yang merupakan hasil
degradasi karbohidrat yang terdiri dari : asam asetat, propionat, dan butirat.
Pakan hijauan lebih banyak menghasilan produk VFA berupa asam asetat dan
butirat, sementara pakan konsentrat atau biji-bijian menghasilan produk VFA
berupa asam propionat. Imbangan pemberian antara hijauan dan konsentrat penting
diperhatikan untuk keseimbangan fungsi rumen.

Asidosis sangat sering terdapat di lapangan karena sistem manajemen pakan yang
tidak sesuai. Asidosis merupakan suatu kondisi dimana pH rumen menjadi rendah
yaitu kurang dari 6 dan menipisnya cadangan basa dalam darah serta jaringan
tubuh. pH rumen pada ternak idealnya berkisar antara 6 - 7. Asidosis terjadi
karena perbandingan pemberian pakan konsentrat lebih banyak
dibandingkan hijauan. Kandungan karbohidrat yang mudah tercerna seperti
konsentrat akan meningkatan ativitas bakteri rumen, sehingga senyawa VFA yang
dihasilkan seperti propionat dan asam laktat juga meningkat yang menyebabkan
pH menurun. Selain itu, pemberian pakan baru yang diberi tanpa pemberian
bertahap dan kondisi stres dapat menyebabkan asidosis. Bakteri selulolitik sangat
penting perananya dalam mendegradasi pakan serat (sellulosa) dan sangat sensitif
terhadap perubahan pH rumen. pH rumen yang tidak normal dapat menyebabkan

1
aktivitas mikroba rumen terganggu, laju aliran rumen lambat, dan menekan
pencernaan dalam rumen terutama pakan serat, hal tersebut dapat mengganggu
kecernaan dan ternak lebih rentan sakit. 

Ternak ruminansia memiliki kemampuan memproduksi buffer yang dapat


menetralisir asam yang terdapat pada saliva ternak. Kegiatan ensalivasi (proses
keluarnya saliva dari kelenjar ludah) ketika mengkonsumsi hijauan, lebih banyak
dibandingkan pakan konsentrat. sehingga, peranan pakan hijauan sangat penting
dalam mempertahanan buffer rumen. Ketika terlalu banyak konsumsi konsentrat,
kandungan asam menjadi tinggi dalam saluran pencernaan dan buffer yang sedikit
tidak bisa menetralkan kondisi rumen sehingga terjadi asidosis. Gejala asidosis
pada ternak ruminansia dapat dilihat dengan menurunnya nafsu makan, feses
berair dan berbau menyengat, lesu, tidak mampu berdiri, suhu tubuh kurang
normal, denyut jantung terasa lemah dan lebih cepat. Pada kondisi akut,
asidosis mengakibatkan pelemahan dari fungsi tubuh dan lesu bahkan
menyebabkan kematian. Hewan yang sembuh dapat meninggalkan rumenitis,
laminitis, dan pembengkakan pada hati. 

Pencegahan dan penanggulangan asidosis dapat dilakukan dengan:

Memperbaiki manajemen pemberian pakan seperti memberikan pakan yang baru


secara bertahap, sehingga kondisi mikroba rumen dapat beradaptasi dan perbaikan
manajemen nutrisi dengan memformulasikan Nutrien yang seimbang untuk
kebutuhan ternak.

Memberikan feed additif untuk menstabilkan pH rumen dengan baik seperti


penambahan probiotik dan yeast dalam pakan.

2
Pemberian konsentrat dapat dilakukan dengan penambahan mineral yang
berfungsi sebagai buffer untuk mempertahankan kestabilan pH rumen.

Pemberian larutan sodium-bikarbonat (NaHCO3) 2,5 % sebanyak 500 ml


dengan cara disuntikkan intravena secara perlahan.

Pemberian soda roti sebanyak 250 gram sebanyak 2 kali secara oral.

Anda mungkin juga menyukai