TA 2018/2019
MATA KULIAH FISIOLOGI
PROGRAM S2 – PENDIDIKAN BIOLOGI
Pakan berserat (hijauan) akan disimpan sementara di dalam rumen. Pada saat hewan
beristirahat, pakan akan ditarik kembali ke mulut (proses regurgitasi), untuk dikunyah
tidak ada dinding penyekat. Pembatas diantara retikulum dan rumen yaitu hanya
berupa lipatan, sehingga partikel pakan menjadi tercampur. Pada retikulum dan
rumen terjadi pencernaan secara fermentatif, karena pada bagian tersebut terdapat
Rumen Rumen pada sapi dewasa merupakan bagian yang mempunyai proporsi
rongga abdominal bagian kiri. Rumen sering disebut juga dengan perut beludru.
c. Omasum (perut buku,tersusun dari +/- 100 lipatan ). Omasum Omasum sering
Keasaman (pH) omasum berkisar antara 5,2 sampai 6,5. Antara omasum dan
abomasum terdapat lubang yang disebut omaso abomasal orifice. Fungsi omaso
abomasal orifice adalah untuk mencegah digesta yang ada di abomasum kembali
ke omasum
perut sejati. Derajat keasaman (pH) pada abomasum asam yaitu berkisar antara 2
sampai 4,1. Permukaan abomasums dilapisi oleh mukosa yang berfungsi untuk
melindungi dinding sel agar tidak tercerna oleh enzim yang dihasilkan oleh
abomasum
Proses Pencernaan
Setelah masuk kedalam mulut sapi, pakan akan diolah secara mekanis
(dihancurkan) oleh gigi. Kemudian pakan akan bercampur dengan saliva (air liur),
yang disekresikan oleh 3 pasang glandula saliva, yaitu glandula parotid yang terletak
Kandungan Saliva terdiri dari air sebanyak 99% airdan 1% sisanya terdiri atas
mucin, garam-garam anorganik, dan lisozim kompleks. Saliva pada sapi juga
mengandung urea, fosfor (P), dan natrium (Na) yang dapat dimanfaatkan oleh
mikroba rumen. Tetapi Saliva pada sapi tidak mengandung enzim - amilase yang
dapat membantu proses pencernaan. Fungsi saliva adalah untuk : membasahi pakan
agar mudah ditelan dan menjaga pH rumen agar tidak naik atau turun terlalu tajam,
hal ini terjadi karena saliva memiliki sifat buffer (penyangga) dari bikarbonat yang
a. Gigi seri (Insisivus) memiliki bentuk untuk menjepit makanan berupa tetumbuhan
seperli rumput.
b. Geraham belakang (Molare) memiliki bentuk datar dan lobar.
Pola sistem pencernaan pada hewan umumnya sama dengan manusia, yaitu
terdiri atas mulut, faring, esofagus, lambung, dan usus. Namun demikian, struktur alat
pencernaan kadang-kadang berbeda antara hewan yang satu dengan hewan yang lain.
belakang
Berdasarkan susunan gigi terlihat bahwa sapi (hewan memamah biak) tidak
mempunyai gigi seri bagian atas dan gigi taring, tetapi memiliki gigi geraham lebih
makanan berserat, yaitu penyusun dinding sel tumbuhan yang terdiri atas 50%
selulosa. Jika dibandingkan dengan kuda, faring pada sapi lebih pendek. Esofagus
(kerongkongan) pada sapi sangat pendek dan lebar serta lebih mampu berdilatasi
5 cm. Lambung sapi sangat besar, diperkirakan sekitar 3/4 dari isi rongga perut.
akan dimamah kembali (kedua kali). Selain itu, pada lambung juga terjadi proses
pembusukan dan peragian. Lambung ruminansia terdiri atas 4 bagian, yaitu :rumen,
retikulum, omasum, dan abomasum dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan
umur dan makanan alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7-8%,
dan abomasum 7-8%. Pembagian ini terlihat dari bentuk gentingan pada saat otot
sfinkter berkontraksi.
gudang sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan protein,
polisakarida, dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri
dan jenis protozoa tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di
tempat ini makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar
(disebut bolus). Bolus akan dimuntahkan kembali ke mulut untuk dimamah kedua
kali. Dari mulut makanan akan ditelan kembali untuk diteruskan ke ornasum. Pada
omasum terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang akan bercampur dengan
bolus. Akhirnya bolus akan diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan
di tempat ini masih terjadi proses pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim.
Selulase yang dihasilkan oleh mikroba (bakteri dan protozoa) akan merombak
selulosa menjadi asam lemak. Akan tetapi, bakteri tidak tahan hidup di abomasum
karena pH yang sangat rendah, akibatnya bakteri ini akan mati, namun dapat
dicernakan untuk menjadi sumber protein bagi hewan pemamah biak. Dengan
demikian, hewan ini tidak memerlukan asam amino esensial seperti pada manusia.
Proses fermentasi atau pembusukan yang dilaksanakan oleh bakteri terjadi pada
sekum yang banyak mengandung bakteri. Usus pada sapi sangat panjang, usus
halusnya bisa mencapai 40 meter. Hal itu dipengaruhi oleh makanannya yang
sebagian besar terdiri dari serat (selulosa). Enzim selulase yang dihasilkan oleh
bakteri ini tidak hanya berfungsi untuk mencerna selulosa menjadi asam lemak, tetapi
juga dapat menghasilkan bio gas yang berupa CH4 yang dapat digunakan sebagai
sumber energi alternatif. Tidak tertutup kemungkinan bakteri yang ada di sekum akan
keluar dari tubuh organisme bersama feses, sehingga di dalam feses (tinja) hewan
yang mengandung bahan organik akan diuraikan dan dapat melepaskan gas CH4 (gas
bio).
pakan yang tidak dimanfaatkan oleh manusia karena proses pencernaan pada hewan
ruminansia melalui beberapa proses yang lebih panjang yaitu mulai dari proses
sedangkan pada manusia tidak mengalami proses rumenasi. Hal ini dapat terjadi
karena jenis pakan yang di konsumsi rumenansia memiliki kadar serat yang lebih
tinggi dari manusia sedangkan jenis makanan manusia lebih mimiliki jumlah serat
yang rendah tetapi memiliki kadar protein yang tinggi sehingga lebih mudah di cerna
oleh sistem pencernaa. Oleh karena itu hewan rumenansia memiliki saluran
a. Kuda
Sistem pencernaan pada kuda terdiri dari :
1) Mulut
2) Kerongkongan (Esophagus)
3) Lambung
4) Usus Halus (Small Intestine)
5) Usus Buntu/Sektum
6) Rektum (Rectum)
7) Kloaka
Kuda dan yang hewan lainnya yang termasuk dalam genus Equus telah
mengalami adaptasi terhadap lingkungan dengan makan dalam jumlah sedikit
sepanjang hari. Di alam bebas kuda merumput di padang rumput dan menempuh
jarak cukup jauh agar dapat memperoleh nutrisi yang cukup. Oleh karena itu sistim
pencernaan kuda bekerja optimal bila pakan yang masuk jumlahnya sedikit namun
kontinyu Sepanjang hari. Proses pemecahan pakan yang terjadi di mulut sampai
lambung serupa dengan yang terjadi pada babi. Perbedaan mulai terdapat pada
bagian Sekum. Pada kuda sekum memiliki ukuran yang besar mencapai panjang
sekitar 120 cm. Disini terjadi proses fermentasi atau pemecahan serat kasar yang
cukup efisien sehingga kuda dapat mencerna pakan hijauan seperti rumput.
Mulut
Mulut kuda dilengkapi dengan gigi yang berjumlah 36 dan 40. Mulut yang
bagian atasnya menonjol keluar atau menjorok masuk dapat mengganggu
pengunyahan pakan. Saliva disekresikan dan bercampur dengan pakan sehingga
membentuk bolus yang lembab dan mudah ditetan. Terdapat 3 kelenjar yang
mensekresikan saliva yaitu parotid, Submaxillari dan Sublingua. Kuda
menghasilkan sekitar 10 gallon atau 45 L saliva per hari.
Esofagus
Esofagus membawa pakan dari mulut ke lambung. Esofagus letaknya
membentuk sudut curam sehingga membentuk katup satu arah dengan mekanisme
menutup sangat kuat Sehingga hampir tidak mungkin bagi kuda untuk
memuntahkan kembali pakan yang telah masuk lambung (Lihat gambar 6). Oleh
karena itu lambung dapat terganggu bila terjadi konsumsi pakan berlebihan.
Esofagus juga merupakan segmen sistim pencernaan dimana kuda dapat terSedak.
Lambung
Lambung kuda berukuran kecil dibandingkan ukuran tubuhnya sehingga
jumlah pakan yang dapat ditampung terbatas. Oleh karena itu lebih baik
memberikan pakan dalam jumlah sedikit beberapa kali per hari dibandingkan satu
atau dua kali pemberian pakan dalam jumlah banyak. Bila lambung telah terisi
sampai 2/3 nya maka akan mulai dikosongkan. Di lambung terjadi sekresi asam
klorida yang membantu memecah partikel pakan dan enzim pepsin yangmemecah
protein.
Usus Halus
Usus halus kuda memiliki panjang mencapai 2l m sehingga dapat
menampung banyak digesta dari lambung (68 liter). Berbagai enzim disekresikan
oleh pankreas ke dalam usus halus, karbohidrase memecah pati menjadi gula,
protease memecah protein menjadi asam amino, garam empedu juga disekresikan
untuk mengemulsifikasi lemak sehingga membantu pemecahan lemak. Garam
empedu disekresikan langsung dari hati karena kuda tidak memiliki jaringan
empedu untuk menyimpannya. Setelah pakan dipecah dengan sempurna kemudian
diserap melalui dinding usus halus dan diangkut melalui pembuluh darah ke
seluruh tubuh. Sekitar 50-70% pemecahan karbohidrat dan absorpsinya serta
absorpsi seluruh asam amino terjadi di usus haluS. Waktu pakan melalui usus halus
adalah sekitar 30 sampai 60 menit. Kuda sangat rentan terhadap kolik atau
kematian dari bahan toksik dalam pakan karena kuda tidak memiliki rumen dimana
bakteri di dalamnya dapat mendetoksifikasi bahan toksik sebelum mencapai usus
halus. Oleh karena itu penting Sekali memperhatikan kualitas pakan kuda. Pakan
yang Sudah busuk atau berjamur tidak diberikan pada kuda.
Sekum
Sekum adalah usus atau kantung buntu yang panjangnya sekitar 1,2 m
dengan kapasitas tampung pakan dan cairan 28-36 iter. Sekum menjadi tempat
terjadinya fermentasi pakan oleh mikroba mirip seperti fungsi rumen pada sapi.
Disini terjadi pemecahan pakan yang tidak tercerna di usus halus (berbagai jenis
pakan hijauan seperti rumput). Populasi mikroba dalam sekum dipengaruhi oleh
jenis pakan yang masuk. Bila terjadi perubahan pakan maka dibutuhkan waktu
beberapa minggu agar populasi mikroba yang dapat memecah jenis pakan tersebut
berkembang baik. Oleh karena itu apabila hendak merubah jenis pakan, harus
dilakukan secara bertahap dengan mencampur dengan jenis pakan sebelumnya
yang akan digantikan. Pakan berada di sekum sekitar 7 jam sehingga cukup waktu
untuk mikroba dapat memecah pakan, Mikroba di sekum juga menghasilkan
vitamin K, vitamin B-kompleks, protein, dan asam lemak. Vitamin dan asam lemak
dapat diserap di sekum, namun protein hanya sedikit sekali diserap.
Kolon
Kolon atau usus besar terdiri dari kolon besar dan kolon kecil yang masing-
masing panjangnya mencapai 3,6 m dan kapasitas 86L dan 16L. Pakan berada
disini selama kurang lebih 48-65 jam dan pencernaan oleh mikroba juga
berlangsung disini. Hasil-hasil pemecahan oleh mikroba selanjutnya diserap,
demikian pula air sehingga sisa pakan yang tidak tercerna menjadi butiran tinja.
Tinja didorong ke rektum untuk kemudian dikeluarkan dari tubuh kuda. Ukuran
kolon yang besar memungkinkan terjadinya penyerapan nutrien dan air dalam
jumlah cukup banyak setelah pakan melewati usus halus dan sekum.