Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENYAKIT METABOLISME ASIDIOSIS DAN BLOAT

DISUSUN OLEH

NAMA : TREI RAMI MANDANI

NIM : B1D019276

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan terimakasih penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu
memberikan nikmat, sehat dan sempat, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.
Salawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW nabi yang terakhir
dan nabi yang paling mulia, karena berkat jasa dan pengorbanan beliau kita dapat hidup pada
zaman yang terang benderang seperti ini.

Kepada kedua orangtua, yang tak pernah lelah memberikan doa, mendukung secara lahir
maupun bathin, semangat yang begitu hebat, yang karena perjuangan dan ridho mereka, saya
dapat menulis karya ini.Kepada dosen pembimbing yang telah menyampaikan materinya
dengan sangat baik, sehingga penulis dapat memahami dengan mudah materi yang telah
disampaikan oleh beliau.

Penulis meyakini bahwa karya tulis ini sangat memiliki kekurangan, dan besar harapan penulis
adanya kritikan dan saran yang membangun untuk perbaikan karya penulisan ini
kedepannya.Terimakasih kepada semua pihak dan pembaca yang telah membantu dalam
proses pembuatan karya tulis ini. Mohon maaf jika ada beberapa ada kesalahan dalam
penulisan ini, itu adalah sebagai salah satu bentuk kekurangan penulis.
Daftar Isi
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Keberhasilan usaha peternakan tidak hanya bergantung pada faktor bibit, pakan dan manajemen
namun juga bergantung pada faktor kesehatan ternak. Berdasarkan penyebab penyakit
dikelompokkan menjadi penyakit infeksius dan non-infeksius.

Penyakit non-infeksius adalah penyakit yang disebabkan selain agen infeksi misalnya akibat
defisiensi nutrisi, defisiensi vitamin, defisiensi mineral dan keracunan pakan. Pada makalah kali
ini akan membahas tentang gangguan metabolik yang menyebabkan gangguan pada metabolisme
yaitu penyakit asidiosis dan bloat

A. Asidosis

Asidosis sangat sering terdapat di lapangan karena sistem manajemen pakan yang tidak sesuai.
Asidosis merupakan suatu kondisi dimana pH rumen menjadi rendah yaitu kurang dari 6 dan
menipisnya cadangan basa dalam darah serta jaringan tubuh. pH rumen pada ternak idealnya
berkisar antara 6-7.

Asidosis terjadi karena perbandingan pemberian pakan konsentrat lebih banyak dibandingkan
hijauan. Kandungan karbohidrat yang mudah tercerna seperti konsentrat akan meningkatan
aktivitas bakteri rumen, sehingga senyawa yang dihasilkan seperti VFA dan asam laktat juga
meningkat yang menyebabkan pH menurun.

B. Bloat

Kembung perut (bloat atau tympani) merupakan bentuk penyakit/kelainan alat pencernaan yang
bersifat akut, yang disertai penimbunan gas di dalam lambung akibat proses fermentasi berjalan
cepat. Bloat pada umunya rentan terhadap ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba),
namun tidak menular pada ternak maupun manusia.

Kematian pada ternak ruminansia yang terserang bloat, biasanya rentan terjadi karena ketidak
tahuan dan salah penanganan oleh peternak. Saat ternak mengalami kelumpuhan dengan perut
yang kembung, banyak peternak yang memposisikan sapi mereka telentang. Hal itu
menyebabkan, jantung sapi terhimpit dengan lebih cepat. Dampak dari bloat dapat ditekan jika
diagnosa dan pengobatan dilakukan sedini mungkin, secara cepat dan tepat.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa pengertian dari Asidiosis dan Bloat?


b. Bagaimana gejala dari Asidiosis dan Bloat?

c. Bagaimana pencegahan dari Asidiosis dan Bloat?

d. Bagaimana cara pengobatan dari Asidiosis dan Bloat?

1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui apa itu Asidiosis dan Bloat

b. Untuk mengetahuin gejala dari Asidiosis dan Bloat

c. Untuk mengetahui cara mencegah Asidiosis dan Bloat

d. Untuk mengetahui cara mengobati Asidiosis dan Bloat.


BAB II

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Asidiosis dan Bloat

Asidosis adalah penyakit gangguan pada metabolisme yang terjadi karena perbandingan
pemberian pakan konsentrat lebih banyak dibandingkan hijauan. Kandungan karbohidrat yang
mudah tercerna seperti konsentrat akan meningkatan aktivitas bakteri rumen, sehingga senyawa
yang dihasilkan seperti VFA dan asam laktat juga meningkat yang menyebabkan pH menurun.
Selain itu, pemberian pakan baru yang diberi tanpa pemberian bertahap dan kondisi setres bisa
menyebabkan asidosis. Bakteri selulolitik sangat penting perananya dalam mendegredasi pakan
serat dan sangat sensitif terhadap perubahan pH rumen. pH rumen yang tidak normal dapat
menyebabkan aktivitas mikroba rumen terganggu, laju aliran rumen lambat, dan menekan
pencernaan dalam rumen terutama pakan serat, hal tersebut dapat mengganggu kecernaan dan
ternak lebih rentan sakit.

Ternak ruminansia memiliki kemampuan memproduksi buffer yang dapat menetralisir asam
yang terdapat pada saliva ternak. Kegiatan ensalivasi (proses keluarnya saliva dari kelenjar
ludah) ketika mengkonsumsi hijauan lebih banyak dibandingkan pakan konsentrat. sehingga,
peranan pakan hijauan sangat penting dalam mempertahanan buffer rumen. ketika terlalu banyak
konsumsi konsentrat, kandungan asam menjadi tinggi dalam saluran pencernaan dan buffer yang
sedikit tidak bisa menetralkan kondisi rumen sehingga terjadi asidosis.

Ternak Sapi dapat menunjukkan gejala sakit yang terjadi secara tiba-tiba, salah satunya yaitu
kembung atau disebut Bloat yaitu keadaan dimana rumen mengembang atau membesar akibat
kelebihan gas yang tidak bisa cepat keluar (Bambang dan Sudarmono, 2008). Dalam proses
pencernaan protein membutuhkan mikroorganisme, dimana mikroorganisme ini menghasilkan
ekskresi berupa gas. Apabila gas ini tidak bisa keluar dan terjadi penumpukan maka terjadilah
kembung atau bloat. Penyebab primer adalah akibat dari fermentasi makanan yang berlebihan
selanjutnya ternak tidak mampu mengeluarkan gas, sehingga gelembung-gelembung gas
terakumulasi, hal ini lah yang menyebabkan kembung.

3.2 Gejala Asidiosis dan Bloat

Gejala asidosis pada ternak ruminansia dapat dilihat dengan menurunnya nafsu makan, feses
berair dan berbau menyengat, lesu, tidak mampu berdiri, suhu tubuh kurang normal, denyut
jantung terasa lemah dan lebih cepat. Pada kondisi akut, asidosis mengakibatkan pelemahan dari
fungsi tubuh dan lesu bahkan kematian. Hewan yang sembuh dapat meninggalkan rumenitis,
laminitis, dan pembengakan hati.

Adapun tanda-tanda bloat yang dapat dilihat adalah : ternak nampak resah karena ada rasa sakit,
sisi perut sebelah kiri nampak menonjol (membesar) bila disbanding ukuran normalnya, bila
perut ditepuk-tepuk (perkusi) mirip suara drum, berbaring pada posisi bagian kanan bawah,
pulsus nadi meningkat, terdengar eruktasi, cenderung menendang dengan kaki belakang, mata
merah, namun dapat berubah menjadi kebiruan yang menandakan adanya kekurangan oksigen
dan mendekati kematian. Tekanan intra rumen mengakibatkan pembesaran abdomen atau rumen,
selanjtnya dapat meningkatkan tekanan di dalam rongga perut dan rongga dada sehingga
menyebabkan kesulitan bernafas yang ditandai dengan pernafasan dada yang cepat dan dangkal.
Sebaliknya, paru-paru dan sistem peredaran darah jantung tidak bekerja. Apabila kondisi ini
berlanjut maka akan terjadi gangguan peredaran darah dan kematian dalam beberapa menit.
Angka kematian dapat mencapai 90% jika tidak tertolong.

3.3 Pencegahan Asidiosis dan Bloat

Pencegahan asidiosis cukup dengan memperbaiki manajemen pemberian pakan seperti


memberikan pakan yang baru secara bertahap sehingga kondisi mikroba rumen dapat beradaftasi
dan perbaikan manajemen nutrisi dengan memformulasikan nutrien yang seimbang untuk
kebutuhan ternak. Memberikan feed additif untuk menstabilan pH rumen dengan baik seperti
penambahan probiotik dan yeast dalam pakan. Pemberian konsentrat dapat dilakukan dengan
penambahan mineral yang berfungsi sebagai buffer untuk mempertahankan kestabilan pH
rumen. Efisiensi pada kombinasi pakan lebih baik dibandingkan dengan menggunakan satu
bahan pakan.

Pencegahan penyakit bloat yang dapat dilakukan antara lain :

a) Pemberian komposis pakan antara rumput dan leguminosa sesuai porsinya


b) Melayukan hijauan yang akan diberikan terlebih dahulu
c) Beri hijauan kering selama musim hujan sebelum dilepas di padang pengembalaan
d) Jangan menggebalakan ternak terlalu pagi karena rumput masih basah
e) Hindari memberi ternak dengan rumput atau daun-daunan muda dan tanaman leguminosa
(kacang-kacangan) saja
f) Jangan membiarkan ternak terlalu lapar
g) Jangan memberikan makanan yang sudah rusak/busuk/berjamur
h) Hindari pemberian rumput/ hijauan yang terlalu banyak, lebih memberikan.

Sedangkan penyebab sekunder berupa gangguan yang bersifat fisikal yang terjadi pada daerah
esophagus disebabkan oleh benda asing, stenosis atau tekanan dari perluasan jalan keluar
esophagus. Makanan yang difermentasi atau hijuan segar yang banyak mengandung air dan
berprotein tinggi dapat menjadi penyebab terjadinya bloat. Hijuan leguminosa mudah
berfermentasi dan mengeluarkan gas. Oleh sebab itu pemberian hijauan leguminosa segar yang
berlebihan juga dapat menyebabkan bloat. Pemberiaan makanan konsentrat yang terlalu banyak
dapat pula menyebabkan bloat, terutama konsentrat yang mulai busuk. Rumput basah atau
berembun dapat juga menjadi penyebab bloat.

3.4 Cara Pengobatan Asidiosis dan Bloat


Pada asidiosis ringan dapat diberikan 100 gram soda kue dilarutkan dengan 0,5 liter air diberikan
sebanyak 2 kali pagi dan sore secara oral. Namun pada kasus parah pemberian larutan sodium-
bikarbonat (NaHCO3) 2,5 % sebanyak 500 ml dengan cara disuntikkan intravena secara
perlahan.

Ada 3 cara pengobatan penyakit bloat

Cara pertama menggunakan Trokar (Trokarisasi)

Trokarisasi dengan trokar dilakukan pada bagian perut yang mengalami tingkat destensi paling
besar sebelah kanan atau kiri. Untuk itu terlebih dahulu perlu dilakukan desinfeksi secukupnya.
Kadang pembebasan gas dengan trokar mengundang resiko terjadinya peritonitis.

Gas dikeluarkan dengan cara menusukkan cannula pada perut ternak bagian sebelah kiri
langsung pada rumen. Supaya tepat, tandai perut sapi dengan menggunakan gambar segitiga
yang menghubungkan titik tulang pinggul, titik rusuk akhir dan titik transverssus processus,
tusukan cannula tepat dititik tengah segitiga ke dalam rumen melewati peritoneum. Pengeluaran
gas dilakukan sedikit demi sedikit dengan cara menarik trocar perlahan-lahan agar isi rumen
tidak tersedot keluar dan menyumbat pipa trocar.

Setelah gas dapat dibebaskan segera dimasukkan obat- obat antizymotik antara lain formalin atau
chloroform sebanyak 30 ml, minyak terpentin 15-30 ml,sediaan yodium atau obat merah
secukupnya. Obat-obat Antyzomotic ini yang akan menurunkan proses fermentasi mikroba,
sehingga jumlah gas (frothy bloat) secara berangsur-angsur turun. Apabila gas telah di bebaskan,
pemeriksaan rectal selanjutnya dapat membantu menentukan ada tidaknya obstruksi.

Pemberian laksansia rigan misalnya minyak mineral 2-4 L dapat menimbulkan peristaltic lagi
serta melicinkan jalanya pengeluaran tinja. Untuk mengurangi rasa sakit pemberian aspirin atau
dipyrone (Novin) 50%, 10- 20 mldapat dipertimbangkan. Obat-obat suportif lain, misalnya
penguat jantung dancairan elektrolit dapat diberikan bila dipandang perlu.

Cara Kedua Menggunakan Stomach Tube

Fungsi alat ini pada intinya adalah untuk mengeluarkan kelebihan gas pada perut sapi akibat
kembung yang parah. Stomach tube merupakan metode yang banyak digunakan untuk
mengeluarkan gas dan tekanan dari rumen karena lebih aman dan trauma yang ditinggalkan pada
hewan relatif kecil. Stomach Tube (ukuran standart = diameter dalam 1.5-2.0 cm) dimasukkan
melalui mulut dengan bantuan spekulum logam untuk mencegah hewan mengunyah tubenya.
Kerja dari Stomach Tube ini relatif cepat yaitu sekitar 1 menit.

Cara Ketiga Penanganan dan Pengobatan Secara Medis

Menggunakan Obat Anti Bloat (bahan aktif: Dimethicone)

Dosis sapi/ kerbau: 100 ml obat diencerkan dengan 500 ml air,


Dengan Dimethicone yang bekerja dengan cara menurunkan tegangan permukaan, sehingga
gelembung-gelembung gas dalam rumen terurai menjadi gelembung-gelembung kecil kemudian
bergabung sehingga dapat dikeluarkan dari saluran pencernaan.

Menggunakan Obat Wonder Athympanicum

Dosis: sapi/ kerbau: 20 – 50 gram, dicampur air secukupnya, kemudian diminumkan.

Menggunakan Bakazha Oil, Dosis Untuk Sapi : 150 ml – 300 ml


BAB III

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Hal yang dapat di simpulkan dari makalah di atas

1. Asidosis adalah penyakit gangguan pada metabolisme yang terjadi karena perbandingan
pemberian pakan konsentrat lebih banyak dibandingkan hijauan. Kandungan karbohidrat yang
mudah tercerna seperti konsentrat akan meningkatan aktivitas bakteri rumen, sehingga senyawa
yang dihasilkan seperti VFA dan asam laktat juga meningkat yang menyebabkan pH menurun.

2.Kembung (Bload) Adalah penimbunan gas yang berlebihan pada rumen sehingga legok lapar
menggelembung. Bloat atau tympani merupakan penyakit alat pencernaan yang disertai
penimbunan gas dalam lambung akibat proses fermentasi berjalan cepat.

4.2 Saran

Untuk menghindari penyakit asidiosis peternak harus memberi makan ternak dengan baik.
Makanan tergantung pada durasi kehamilan, fase laktasi, produksi susu dan berat hewan. Produk
baru harus diperkenalkan secara bertahap. Misalnya, perlu memindahkan hewan dari biji-bijian
ke pakan majemuk. Makanan baru ditambahkan ke makanan sapi secara bertahap, secara harfiah
200 g per hari, yang lama dikurangi dengan jumlah yang sama. Jadi sapi akan punya waktu untuk
beradaptasi.

Untuk pencegahan penyakit bloat disarankan hindari pemberian leguminosa 100 %, hindari
menggembala terlalu pagi, Hijauan pakan ternak diperciki minyak goreng nabati, Gunakan
hay/jerami kering.
DAFTAR PUSTAKA

http://jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/04/ACIDOSIS-TERNAK.pdf

Sudarmono & Bambang.2008. Sapi Potong + Pemeliharaan , Perbaikan Produksi, Prospekj


Bisnis, Analisis Penggemukan. Semarang.Penebar Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai