Anda di halaman 1dari 6

BAB II.

TINJAUAN PUSTAKA

Ternak ruminansia mempunyai lambung ganda yaitu sebanyak 4 bagian,


yaitu rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Rumen, retikulum dan omasum
merupakan lambung depan yang semu karena ketiga bagian tersebut tidak
mempunyai glandula, tanpa mukus dan tidak menghasilkan enzim untuk
membantu mencerna nutrien. Abomasum bagian lambung paling belakang disebut
sebagai lambung sejati karena pada bagian ini disekresikan enzim yang dapat
membantu dalam proses pencernaan (Nuswantara, 2003).
Kembung merupakan jenis penyakit yang kerap menyerang sapi potong.
Dua jenis bloat yaitu rumen bloat dan abomasums bloat. Kasus abomasums bloat
jarang terjadi pada sapi dewasa. Rumen bloat disebabkan adanya akumulasai gas
yang berlebihan didalam rumen. Gas tersebut berasal dari fermentasi mikrobia
rumen terhadap pakan yang masuk ( Rianto dan Purbowati, 2010).
Kembung rumen merupakan bentuk indigesti akut yang disertai dengan
penimbunan gas didalam lambung-lambung muka ruminansia. Kembung dapat
terjadi secara primer maupun sekunder, dan gas yang tertimbun mungkun dapat
terpisah dari isi lambung lainnya, atau terperangkap diantara ingesta didalam
rumen maupun retikulum. Kembung rumen dapat mengakibatkan kerugian yang
cukup besar (Subronto, 1989).
Kembung merupakan akibat dari mengkonsumsi pakan yang mudah
menimbulkan gas di dalam rumen. Kondisi rumen yang terlalu penuh dan padat
yang berujung menurunkan gerakan rumen dan menurunkan derajat keasaman
dari rumen. Pakan hijauan yang masih muda dapat memicu timbulnya bloat,
selain itu tanaman kacang-kacangan juga memicu timbulnya kembung
(Sitepoe, 2008).
Kembung dapat dicegah dengan pembatasan konsumsi tanaman kacang-
kacangan (maksimal 40%). Pengaturan pola makan yang teratur juga dapat
mencegah terjadinya kembung. Kandungan zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan
ternak akan mencegah terjadinya kembung, serta apabila ternak di gembalakan
usahakan setelah tidak ada embun (Mulyono,2010).
BAB III. PEMBAHASAN

A. Penyakit Kembung Perut (Timpani rumen, Meteorismus, Bloat)


Penyakit kembung (Timpani) merupakan salah satu penyakit yang
sering menyerang ternak ruminansia terutama sapi dan domba. Meskipun
terlihat sepele, sebaiknya para peternak selalu waspada, karena pada kasus
yang berat dapat berakibat fatal dan kematian pada ternak. Timpani pada
ternak dapat diakibatkan oleh banyak faktor. Namun secara garis besar,
timbulnya kembung disebabkan oleh akumulasi gas yang berlebihan di
dalam rumen hewan ruminansia.

Gambar 1. Lambung pada ruminansia


Pencernaan bahan makanan di dalam perut hewan ruminansia
dilakukan oleh mikroorganisme di dalam perut ternak. Mikroorganisme
yang secara alamiah ada di dalam perut yang bertugas melakukan
pencernaan awal terhadap bahan makanan dan terutama protein. Proses
pencernaan protein oleh mikroorganisme ini akan menghasilkan berbagai
enzim dan asam amino yang dapat diserap oleh dinding usus ternak. Tanpa
adanya mikroorganisme ini dapat dipastikan proses pencernaan makanan
di dalam perut ternak tidak akan dapat terjadi. Namun di sisi lain, proses
pencernaan bahan makanan oleh mikroba juga mengeluarkan eksreksi lain
berupa gas yang sebagian besar adalah karbondioksida (CO2) dan metana
(CH4). Gas-gas inilah yang apabila tidak sempat dikeluarkan melalui anus
dengan cara berkentut atau dengan bersendawa akan terakumulasi didalam
rumen. Seringkali kembung ringan seperti ini dapat sembuh dengan
sendirinya. Namun, apabila kejadian berlanjut dan tidak ditangani maka
akumulasi gas terjebak ini akan membentuk buih/busa (froathy bloat) yang
akan semakin sulit bagi ternak untuk mengeluarkannya.

Gambar 2. Sapi yang terserang bloat


Faktor-faktor yang mendorong terbentuknya busa diantaranya
visikositas dan tegangan muka cairan di dalam rumen, aliran dan susunan
air liur, dan kegiatan jasad renik di dalam rumen. Ketiga faktor tersebut
akan mempermudah pembentukan busa. Busa tersebut selanjutnya akan
terperangkap di sela-sela ingesta di dalam rumen (Subronto, 1989).
Perut kembung atau timpani adalah suatu keadaan
mengembangnya rumen akibat terisi oleh gas yang berlebihan. Hal ini
terjadi ketika esophagus mengalami sumbatan sehingga menghambat
pengeluaran gas. Produksi gas yang cepat (CO2 dan CH4) sebagai hasil
akhir fermentasi akan memicu terjadinya kembung. Kondisi ini dikaitkan
dengan tingginya konsentrasi protein terlarut yang terdapat di dalam
rumen. Gas yang terbentuk akan menetap di rumen dalam
bentuk gelembung-gelembung kecil yang tidak merangsang terjadinya
reflek bersendawa sehingga rumen mengembung.
Timpani merupakan indigesti akut yang disertai dengan
penimbunan gas di dalam rumen dan retikulum ruminansia yang penuh
berisi gas (CO2 dan CH4) sebagai hasil akhir fermentasi yang berlebihan
yang berasal dari proses pencernaan di dalam lambung. Hal ini terjadi
ketika esophagus mengalami sumbatan sehingga menghambat pengeluaran
gas. Timpani disebabkan oleh penyebab primer dan penyebab sekunder.
Penyebab primer adalah akibat dari fermentasi makanan yang berlebihan
kemudian hewan tidak mampu mengeluarkan gas, sehingga gelembung-
gelembung gas akan terakumulasi yang merupakan penyebab kembung.
Sedangkan penyebab sekunder berupa gangguan yang bersifat fisikal yang
terjadi pada daerah esophagus yang disebabkan oleh benda asing, stenosis
atau tekanan dari perluasan jalan keluar esophagus. Makanan yang
difermentasi misalnya hijuan segar yang banyak mengandung air dan
berprotein tinggi. Hijuan leguminosa mudah berfermentasi dan
mengeluarkan gas. Oleh karena itu, pemberian hijauan leguminosa segar
yang berlebihan dapat menyebabkan timpani. Pemberiaan makanan
konsentrat yang terlalu banyak pula dapat menyebabkan timpani, terutama
konsentrat yang mulai busuk. Rumput basah atau berembun dapat juga
menjadi penyebab perut kembung. Timpani biasanya terjadi pada sapi,
kerbau dan kambing.
B. Penyebab
Penyebab perut kembung antara lain:
1. Pemberian leguminosa (kacang-kacangan) secara berlebihan.
Daun legum yang mengandung kadar air dan protein yang
tinggi menghasilkan asam-asam yang tidak mudah menguap
seperti sitrat, malat dan suksinat. Asam-asam ini akan segera
menurunkan pH rumen dalam waktu 30-60 menit pasca
pemberian daun legum.
2. Pemberian rumput terlalu muda secara berlebihan atau karena
tidak dilayukan.
3. Adanya sumbatan pada kerongkongan, selain itu bloat dapat
juga terjadi pada ternak yang pergerakannya terbatas.
4. Merumput pada lahan yang baru dipupuk, makan buah terlalu
banyak, memakan racun dan ubi atau tanaman sejenis yang dapat
menahan keluarnya gas dari perut.
C. Cara Penularan dan Gejala Klinis
1. Cara Penularan
Penyakit kembung perut tidak membahayakan atau menular ke ternak
lain maupun manusia. Daging sapi yang terserang penyakit inipun
masih aman untuk dikonsumsi.
2. Gejala Klinis
a. Ternak nampak resah
b. Sisi perut sebelah kiri nampak menonjol (membesar) dan kencang.
c. Apabila bagian perut ditepuk/dipukul dengan jari akan terdengar
suara mirip suara drum akibat rentangan perut yang begitu
kencang.
d. Tekanan intra rumen mengakibatkan :
Pembesaran abdomen atau rumen, membesarnya rumen akan
meningkatkan tekanan di dalam rongga perut dan rongga dada
sehingga menyebabkan kesulitan bernafas yang ditandai dengan
pernafasan dada yang cepat dan dangkal. Sebaliknya, paru-paru
dan sistem peredaran darah jantung tidak bekerja. Apabila kondisi
ini berlanjut maka akan terjadi gangguan peredaran darah dan
kematian dalam beberapa menit.
e. Hewan tampak gelisah dan berusaha menghentakkan kaki atau
mengais-ais perutnya.
f. Ternak mengalami kesulitan bernapas atau sering bernpas melalui
mulut.
g. Nafsu makannya menurun drastis, bahkan tidak mau makan sama
sekali.
h. Pulsus nadi meningkat, terdengar eruktasi
i. Mata merah, namun segera berubah menjadi kebiruan yang
menandakan adanya kekurangan oksigen dan mendekati kematian.
j. Angka kematian dapat mencapai 90% jika tidak tertolong.
D. Penanggulangan
1. Pengobatan
Tindakan yang mampu menolong ternak yang mengalami
kembung, ternak dipaksa berdiri dan berjalan. Pemberian minyak
nabati dapat mengobati kembung pada ternak ruminansia. Minyak
nabati dapat mengurangi buih yang terjadi akibat dari penyabunan
(Sitepoe, 2008).
2. Pencegahan
Kembung dapat dicegah dengan pembatasan konsumsi tanaman
kacang-kacangan (maksimal 40%). Pengaturan pola makan yang
teratur juga dapat mencegah terjadinya kembung. Kandungan zat gizi
yang sesuai dengan kebutuhan ternak akan mencegah terjadinya
kembung, serta apabila ternak di gembalakan usahakan setelah tidak
ada embun (Mulyono,2010). Pemberian minyak nabati juga bisa
mencegah terjadinya penyabunan akibat dari pemberian hijauan muda
ataupun tanaman kacang-kacangan.

Anda mungkin juga menyukai