Anda di halaman 1dari 18

Scabies merupakan peyakit yang menyebabkan gatal sehingga

menyebabkan depresi dan kelelahan. Scabies penyakit kulit menular yang


bersifat zoonolsis (dapat menular pada manusia). Penyakit ini disebabkan
oleh tungau Sacroptes scabiei.

Gejala yang sering dijumpai pada hewan yang terjangkit penyakit ini
adalah gatal pada bagian tubuh, bulu rontok, kulit kasar dan berkoreng,
ternak gelisah dan nafsu makan menurun sehingga bisa menyebabkan
kematian pada ternak.

Penyakit ini harus dicegah dengan cepat, Pencegahan scabies dapat


dilakukan dengan menjaga kebersihan kandang dan ternak kambing itu
sendiri, pemeriksaan yang rutin dan pemberian obat antiparasit secara
teratur. Jika terdapat kambing yang sudah terinfeksi maka ternak tersebut
harus dipisahkan dari kelompoknya dan ditempatkan di kandang isolasi,
untuk mencegah penularan terhadap ternak – ternak yang lain.

Pengobatan bisa dilakukan melalui penyuntikan Ivermectin sebanyak 0,5


ml dibawah kulit (Subkutan), setelah itu lakukan dengan penyemprotan
pada kambing, sedangkan pada kandang dan pekarangan dilakukan
penyemprotan menggunakan Cypermethrin 25%.

Bloat atau tympani merupakan penyakit alat pencernaan yang disertai penimbunan gas dalam
lambung akibat proses fermentasi berjalan cepat.Pembesaran rumenoretikulum oleh gas yang
terbentuk, bisa dalam bentuk busa persisten yang bercampur isi rumen (kembung primer) dan
gas bebas yang terpisah dari ingesta (kembung sekunder).Bloat atau kembung perut yang diderita
sapi, dapat menyebabkan kematian karena struktur organ sapi yang unik. Dimana pada sapi,
jantungnya terletak disebelah kanan perut, bukan dibagian dada seperti halnya manusia. Hal
tersebut akhirnya menyebabkan jantung sapi terhimpit oleh angin dan asam lambung saat
menderita kembung. Karena kembung yang terjadi, mendesak dan mengakibatkan perut sapi
membesar kesamping. Kematian pada sapi yang menderita kembung perut, biasanya rentan
terjadi karena ketidaktahuan dan salah penanganan oleh peternak. Saat sapi mengalami
kelumpuhan dengan perut yang kembung, banyak peternak yang memposisikan sapi mereka
telentang. Hal itu menyebabkan, jantung sapi terhimpit dengan lebih cepat. Namun penyakit
kembung perut tidak membahayakan atau menular kepada binatang lain atau manusia, daging
sapi yang terserang penyakit inipun masih aman untuk dikonsumsi.
Kembung merupakan akibat mengkonsumsi pakan yang mudah menimbulkan gas di
dalam rumen. Kondisi rumen yang terlalu penuh dan padat yang berujung menurunkan gerakan
rumen dan menurunkan derajat keasaman dari rumen. Pakan hijauan yang masih muda dapat
memicu timbulnya bloat, selain itu tanaman kacang-kacangan juga memicu timbulnya kembung
(Sitepoe, 2008).

FAKTOR PENYEBAB BLOAT/ KEMBUNG PERUT


1. Penyebab primer, akibat fermentasi makanan yang berlebihan dan hewan tidak mampu
mengeluarkan gas, terjadi akumulasi gelembung gas
2. Penyebab sekunder berupa gangguan fisikal pada daerah esophagus oleh benda asing, stenosis
atau tekanan dari perluasan jalan keluar esophagus.
3. Faktor individu
a. Ternak dalam keadaan bunting atau dalam kondisi kurang baik cenderung mudah mengalami
kembung
b. Susunan dan derajat keasaman (Ph) air liur
4. Faktor pakan:
a. Pemberian leguminosa, Centrocema dan alfafa secara berlebihan. Pemberian rumput terlalu muda
yang banyak mengandung air dan berprotein tinggi secara berlebihan atau karena
tidak dilayukan.
b. Pemberiaan makanan konsentrat yang terlalu banyak
c. Adanya sumbatan pada kerongkongan
d. Merumput pada lahan yang baru dipupuk, memakan racun dan ubi atau tanaman sejenis yang
dapat menahan keluarnya gas dari perut.
e. Terlalu banyak mengkonsumsi rumput basah atau berembun.
f. Pergantian jenis makanan tertentu yang memyebabkan produksi gas berlebihan
GEJALA KLINIS
1. Ternak nampak resah dan berusaha menghentakkan kaki atau mengais-ais perutnya
2. Sisi perut sebelah kiri nampak membesar dan kencang.
3. Apabila bagian perut ditepuk/dipukul dengan jari akan terdengar suara mirip suara drum
4. Ternak mengalami kesulitan bernapas atau sering bernpas melalui mulut.
5. Nafsu makannya menurun drastis, bahkan tidak mau makan sama sekali.
6. Mata merah, namun segera berubah menjadi kebiruan yang menandakan adanya kekurangan
oksigen dan mendekati kematian
7. Pulsus nadi meningkat, terdengar eruktasi

PENCEGAHAN
1. Tidak membiarkan ternak dalam kondisi terlalu lapar
2. Memberikan tempat bagi ternak untuk leluasa melakukan gerakan seperti berjalan-
jalan, Sebelum diberikan hijauan segar diberikan terlebih dahulu jerami kering atau rumput
kering
3. Menghindari pemberian hijauan terutama legum maksimal 50%.
4. Apabila ternak di gembalakan usahakan setelah tidak ada embun

PENGOBATAN
1. Pertolongan pertama dengan menempatkan kaki ternak pada tempat yang lebih tinggi, mulut
dibuka dan sepotong kayu dimasukkan melintang pada kedua ujungnya dikaitkan tali yang
dililitkan disamping kepala sampai ke belakang tanduknya agar tidak lepas dan gas dapat segera
keluar.
2. Ternak diberi minyak goreng 100-200 ml atau lebih, minyak kayu putih atau minyak atsiri
lainnya diberikan melalui mulut maupun dicampur air hangat.
3. Memberikan obat-obatan seperti Anti Bloat (bahan aktif: Dimethicone), dosis sapi/ kerbau: 100
ml obat diencerkan dengan 500 ml air, sedang untuk kambing/ domba: 25 ml obat diencerkan
dengan 250 ml air, kemudian diminumkan. Wonder Athympanicum, dosis: sapi/ kerbau: 20 – 50
gram, sedang untuk kambing/ domba: 5 – 20 gram, dicampur air secukupnya, kemudian
diminumkan.
4. Apabila keadaan ternak sudah parah maka upaya pengeluaran gas dengan cara menusuk perut
ternak sebelah kiri dengan trocoar dan cannula.
KESIMPULAN
Bloat pada ternak ruminansia merupakan hasil dari beragam faktor. Elemen yang
ditemukan paling berperan adalah fermentasi bahan makanan oleh mikrobial rumen yang
menghasilkan gas yang tidak dapat dikeluarkan. Rumen bloat biasanya terdeteksi dengan
menggelembungnya perut kiri sedangkan abomasum bloat khas terjadi pada perut sebelah kanan.
Bloat atau tympani merupakan penyakit alat pencernaan yang disertai penimbunan gas dalam
lambung akibat proses fermentasi berjalan cepat.Pembesaran rumenoretikulum oleh gas yang
terbentuk, bisa dalam bentuk busa persisten yang bercampur isi rumen (kembung primer) dan
gas bebas yang terpisah dari ingesta (kembung sekunder).Bloat atau kembung perut yang diderita
sapi, dapat menyebabkan kematian karena struktur organ sapi yang unik. Dimana pada sapi,
jantungnya terletak disebelah kanan perut, bukan dibagian dada seperti halnya manusia. Hal
tersebut akhirnya menyebabkan jantung sapi terhimpit oleh angin dan asam lambung saat
menderita kembung. Karena kembung yang terjadi, mendesak dan mengakibatkan perut sapi
membesar kesamping. Kematian pada sapi yang menderita kembung perut, biasanya rentan
terjadi karena ketidaktahuan dan salah penanganan oleh peternak. Saat sapi mengalami
kelumpuhan dengan perut yang kembung, banyak peternak yang memposisikan sapi mereka
telentang. Hal itu menyebabkan, jantung sapi terhimpit dengan lebih cepat. Namun penyakit
kembung perut tidak membahayakan atau menular kepada binatang lain atau manusia, daging
sapi yang terserang penyakit inipun masih aman untuk dikonsumsi.
Kembung merupakan akibat mengkonsumsi pakan yang mudah menimbulkan gas di
dalam rumen. Kondisi rumen yang terlalu penuh dan padat yang berujung menurunkan gerakan
rumen dan menurunkan derajat keasaman dari rumen. Pakan hijauan yang masih muda dapat
memicu timbulnya bloat, selain itu tanaman kacang-kacangan juga memicu timbulnya kembung
(Sitepoe, 2008).
FAKTOR PENYEBAB BLOAT/ KEMBUNG PERUT
1. Penyebab primer, akibat fermentasi makanan yang berlebihan dan hewan tidak mampu
mengeluarkan gas, terjadi akumulasi gelembung gas
2. Penyebab sekunder berupa gangguan fisikal pada daerah esophagus oleh benda asing, stenosis
atau tekanan dari perluasan jalan keluar esophagus.
3. Faktor individu
a. Ternak dalam keadaan bunting atau dalam kondisi kurang baik cenderung mudah mengalami
kembung
b. Susunan dan derajat keasaman (Ph) air liur
4. Faktor pakan:
a. Pemberian leguminosa, Centrocema dan alfafa secara berlebihan. Pemberian rumput terlalu muda
yang banyak mengandung air dan berprotein tinggi secara berlebihan atau karena
tidak dilayukan.
b. Pemberiaan makanan konsentrat yang terlalu banyak
c. Adanya sumbatan pada kerongkongan
d. Merumput pada lahan yang baru dipupuk, memakan racun dan ubi atau tanaman sejenis yang
dapat menahan keluarnya gas dari perut.
e. Terlalu banyak mengkonsumsi rumput basah atau berembun.
f. Pergantian jenis makanan tertentu yang memyebabkan produksi gas berlebihan

GEJALA KLINIS
1. Ternak nampak resah dan berusaha menghentakkan kaki atau mengais-ais perutnya
2. Sisi perut sebelah kiri nampak membesar dan kencang.
3. Apabila bagian perut ditepuk/dipukul dengan jari akan terdengar suara mirip suara drum
4. Ternak mengalami kesulitan bernapas atau sering bernpas melalui mulut.
5. Nafsu makannya menurun drastis, bahkan tidak mau makan sama sekali.
6. Mata merah, namun segera berubah menjadi kebiruan yang menandakan adanya kekurangan
oksigen dan mendekati kematian
7. Pulsus nadi meningkat, terdengar eruktasi

PENCEGAHAN
1. Tidak membiarkan ternak dalam kondisi terlalu lapar
2. Memberikan tempat bagi ternak untuk leluasa melakukan gerakan seperti berjalan-
jalan, Sebelum diberikan hijauan segar diberikan terlebih dahulu jerami kering atau rumput
kering
3. Menghindari pemberian hijauan terutama legum maksimal 50%.
4. Apabila ternak di gembalakan usahakan setelah tidak ada embun

PENGOBATAN
1. Pertolongan pertama dengan menempatkan kaki ternak pada tempat yang lebih tinggi, mulut
dibuka dan sepotong kayu dimasukkan melintang pada kedua ujungnya dikaitkan tali yang
dililitkan disamping kepala sampai ke belakang tanduknya agar tidak lepas dan gas dapat segera
keluar.
2. Ternak diberi minyak goreng 100-200 ml atau lebih, minyak kayu putih atau minyak atsiri
lainnya diberikan melalui mulut maupun dicampur air hangat.
3. Memberikan obat-obatan seperti Anti Bloat (bahan aktif: Dimethicone), dosis sapi/ kerbau: 100
ml obat diencerkan dengan 500 ml air, sedang untuk kambing/ domba: 25 ml obat diencerkan
dengan 250 ml air, kemudian diminumkan. Wonder Athympanicum, dosis: sapi/ kerbau: 20 – 50
gram, sedang untuk kambing/ domba: 5 – 20 gram, dicampur air secukupnya, kemudian
diminumkan.
4. Apabila keadaan ternak sudah parah maka upaya pengeluaran gas dengan cara menusuk perut
ternak sebelah kiri dengan trocoar dan cannula.
KESIMPULAN
Bloat pada ternak ruminansia merupakan hasil dari beragam faktor. Elemen yang
ditemukan paling berperan adalah fermentasi bahan makanan oleh mikrobial rumen yang
menghasilkan gas yang tidak dapat dikeluarkan. Rumen bloat biasanya terdeteksi dengan
menggelembungnya perut kiri sedangkan abomasum bloat khas terjadi pada perut sebelah kanan.
Gejala sakit mata merah dan bengkak ini memang dapat terlihat dengan jelas. Inflamasi dan
kekeruhan terjadi pada bagian kornea dan konjungtiva. Pada kasus lanjutan, penyakit ini dapat
menyebabkan kebutaan.
Pink eye sangat merugikan peternak sapi karena berat badan sapi yang terkena pink eye akan
menurun, susu sapi yang terkontaminasi harus dibuang, penurunan harga jual sapi, dan
pengeluaran tambahan untuk biaya pengobatan. Maka dari itu peternak sapi harus mempelajari
gejala dan cara penanggulangan penyakit ini.

Penyebab dan Gejala Sakit Mata Merah dan Bengkak Pada Sapi
Penyakit pink eye pada sapi disebabkan oleh bakteri Moraxella bovis yang bersifat hemolitik.
Bakteri ini bisa saja terdapat pada mata sapi yang terlihat sehat. Bakteri ini juga bisa terbawa
oleh vektor, misalnya lalat, dari satu hewan ke hewan lain.
Pink eye biasanya diawali dengan adanya iritasi pada mata yang disebabkan oleh kibasan ekor
atau gesekan rumput dan debu. Pink eye menyerang semua tingkatan usia sapi tapi sapi muda
lebih rentan terkena penyakit ini. Pada saat musim panas atau kemarau, sakit mata merah dan
bengkak ini lebih mudah terjadi, karena pada saat itu terdapat banyak debu dan populasi lalat
meningkat.
Penyakit ini menyebar melalui kontak langsung maupun tidak langsung. Kontak tidak langsung
melalui vektor yang bersentuhan dengan sekresi mata yang berasal dari hewan yang terinfeksi
atau melalui percikan air yang tercemar bakteri M.bovis.
Faktor lingkungan lain yang membuat sapi ternak rentan terkena penyakit pink eye adalah sapi
sedang dalam keadaan lelah karena menempuh perjalanan jauh, perubahan cuaca yang
mendadak, populasi sapi yang terlalu padat dalam sebuah kandang, dan rendahnya kualitas
pakan.
Sapi dengan jumlah pigmen yang rendah pada kelopak matanya lebih rentan terhadap penyakit
ini karena lebih sensitif terhadap ultraviolet. Contoh sapi yang berpigmen rendah pada kelopak
matanya adalah sapi Hereford, Holstein, dan Shorthorn.
Masa inkubasi bakteri penyebab sakit mata merah dan bengkak ini biasanya selama 2-3 hari,
ada juga kasus yang lamanya hingga 3 minggu. Gejala awal yang terlihat adalah mata lembap,
terdapat sedikit konstriksi pada pupil, serta sensitif terhadap cahaya. Sapi akan terlihat sering
menutupi matanya dan menghindari cahaya. Setelah itu, mata sapi akan mengeluarkan air mata
dan pupil terlihat menyempit serta terjadi kekeruhan pada kornea.
Di bagian kelopak mata sapi akan terjadi lakrimasi dan peradangan yang akan pecah dan
menimbulkan luka. Kekeruhan pada kornea akan terus bertambah dan menjadi menyeluruh pada
hari ke 4 atau 5. Namun demikian, sebenarnya penyakit ini tergolong self-limiting disease yang
dapat sembuh dengan sendirinya. Sapi yang terinfeksi akan menunjukkan tanda kesembuhan
pada hari ke 10-15 dan sembuh total pada hari ke 25-50.

Pengobatan dan Pencegahan Sakit Mata Merah dan Bengkak Pada Sapi

Pengobatan yang efektif untuk penyakit ini adalah pemberian antibiotik yang long acting, salah
satunya benzathine penicillin. Jenis antibiotik lainnya antara lain tetracycline, tulathromycin,
florfenicol, atau tilomicosin. Adapun upaya pencegahan penyebaran penyakit ini bisa dilakukan
dengan menjaga kebersihan kandang, menjaga kualitas pakan sapi, memilih lokasi
penggembalaan yang minim paparan ultraviolet, dan mengatur populasi sapi dalam kandang agar
tidak terlalu padat.
Membatasi jumlah lalat yang masuk ke kandang juga bisa dilakukan dengan memasang
perangkap atau obat anti serangga. Jika terdapat sapi yang terindikasi terkena penyakit ini maka
perlu dilakukan karantina dan diobati sampai sembuh. Sayangnya, vaksin untuk sakit mata
merah dan bengkak yang ada saat ini dinilai masih belum efektif.

Penyakit orf merupakan penyakit viral (yang disebabkan oleh virus)


utama yang menyerang ternak kambing dan dapat menular ke manusia
(bersifat zoonosis). Penyakit orf mempunyai nama lain di berbagai
daerah di Indonesia antara lain ;
1. Dakangan (Bali),
2. Muncung (Sumatera Barat)
3. Bintumen (Jawa Barat)
4. Memrengen/berengen (Jawa Tengah)
Di Indonesia, Kejadian penyakit orf pertama kali dilaporkan oleh Van
Der Laan tahun 1914 yang menyerang pada kambing di Medan.
Penyakit orf telah menyebar ke Jawa, Sumatra Utara, Sumatra Barat,
Sulawesi Selatan, Bali, dan Papua. Data lain menyebutkan bahwa
sebanyak 20 propinsi merupakan daerah tertular sampai tahun 1988
(ADJID, 1992). Agen penyebab penyakit orf adalah virus yang termasuk
dalam kelompok parapoks dari keluarga virus poks. Virus ini sangat
tahan terhadap kondisi lingkungan, di padang penggembalaan dan
mampu bertahan hingga tahunan.
Virus penyebab penyakit orf tahan terhadap pemanasan 50oC selama
30 menit dan juga tahan terhadap pembekuan dan pencairan tetapi
tidak tahan terhadap kloroform. Penyakit orf ini menular dengan cepat
dari ternak terinfeksi ke ternak yang sehat melalui kontak langsung.
Penularan dapat juga terjadi akibat hewan yang peka mengkonsumsi
pakan yang tercemar oleh keropeng bungkul prnyakit orf. Tingkat
penularannya dapat mencapai 100%, sedangkan angka mortalitasnya
relatif rendah, yaitu sekitar 2- 5,4%.
Angka mortalitas pada kambing dapat mencapai 9,23% yang
terjadi diakhir dan awal tahun. Lebih lanjut juga dijelaskan
bahwa kejadian penyakit orf cenderung meningkat pada
musim hujan dibandingkan dengan musim kemarau. Pada
kasus yang berat, mortalitas penyakit orf dapat mencapai 93%
terutama pada ternak yang muda. Kelembaban udara yang
tinggi dan kondisi stress juga dilaporkan sebagai pemicu
timbulnya penyakit orf pada ternak.
 Gejala klinis yang menonjol adalah lesi yang berbentuk
keropeng pada bibir. Awal infeksi akan terjadi bintik-bintik
merah yang kemudian berubah menjadi vesikel dan pustula
(pernanahan). Akhirnya lesi-lesi ini terlihat sebagai tonjolan
berkerak (keropeng). Selain menyerang kulit sekitar mulut,
lesi-lesi ini dapat juga menyebar ke seluruh muka seperti
hidung dan gusi serta bagian tubuh lainnya yang tidak
berambut atau berambut sedikit seperti ambing, sekitar
mata, hidung, telinga, skrotum atau sekitar kaki.
Tempatkan pada kandang yang teduh untuk menghindari kontak
dengan cahaya matahari dan menempelkan kain di bagian mata.
 Selanjutnya hewan ternak akan diberi antibiotik seperti tetracyclin
atau tylosin untuk menghilangkan penyakit.
 Beberapa jenis antibiotik yang sering digunakan dalam pengobatan
pink eye seperti larutan zinc sulfat 2.5%, salap mata sulfathiazole 5%,
bacitrasin salap (R282), atau kombinasi anti bakterial dengan anestesi
lokal (R289) atau serbuk urea-sulfa, yang digunakan secara lokal. Bisa
juga dengan tetracycline, oxytetracycline/polymyxin B, atau
erythromycine salep, yang diberikan 3-4 kali sehari, atau dengan
pemberian larutan perak nitrat 1,5% (8-10 tetes) yang diberikan
dengan interval 2-3 kali per minggu. (Blood dkk., 1983)
 Cara yang paling ekonomis dalam pengobatan Pink eye yaitu dengan
furazone powder atau penyuntikan LA 200 secara intra musculus
maupun diteteskan pada mata, tetapi waktu yang dibutuhkan untuk
penyembuhan sangat lama. Adapun Komposisi LA 200 terdiri atas :
Gentamycin 100mg/ml : 10 ml, Dexamethasone, 2mg/ml : 10 ml,
Aquadestilata : 10 ml. (Anonymous, 2005)
 Peternak juga biasanya menggunakan saleb mata untuk mempercapat
proses penyembuhan. karantina pada hewan ternak yang terkena pink
eye
 menjaga kebersihan kandang terutama dari genangan air.
 Konsultasikan dengan dokter hewan untuk penanganan
pengobatannya

Pencegahan
 Memusnahkan hewan karier yaitu hewan yang dianggap sebagai
sumber infeksi segera diisolasi dari kawanan ternak
 Hewan yang terinfeksi segera dikandangkan (isolasi) pada tempat
yang gelap, guna untuk menghindari kontak dengan hewan yang sehat
baik secara langsung atau tidak langsung seperti dinding kandang, air
minum tempat pengembalaan dengan demikian dapat terhindar dari
lalat yang merupakan vektor dari jasad renik tersebut.
 Sanitasi yaitu dengan menjaga kebersihan kandang serta lingkungan
yang bersih serta terbebas dari genangan air.
 Mengurangi jumlah hewan di dalam kandang. Akibat terlalu padat
hewan didalam kandang dapat menyebabkan kontaminasi sesama.
 Pemberian makanan yang cukup mengandung vitamin A atau padang
pengembalaan yang baik sehingga dapat terhindar timbulnya infeksi.

Penanganan yang tepat dan menjaga kebersihan lingkungan menjadi kunci


untuk mencegah terjadinya pink eye pada hewan ternak.

Pink eye

Pink eye adalah penyakit mata yang menyerang hewan ternak terutama
sapi, kerbau, domba, dan kambing atau domba. Penyakit ini bersifat
menular dan biasanya menyerang hewan ternak yang lebih muda. Pink eye
menyerang bagian konjungtiva yaitu bagian terluar mata. Peradangan ini
menyebabkan warna mata yang awalnya putih menjadi kemerahan. Hewan
ternak yang terkena pink eye jika tidak ditangani akan mengalami kebutaan
yang berakibat penurunan bobot ternak. Pink eye sering disebut juga
penyakit bular mata/ radang mata/ katarak, atau kelabu mata yang sering
terjadi pada kambing atau domba maupun domba.

Pink eye disebut juga penyakit epidemik, karena ditempat yang telah
terinfeksi dapat berjangkit kembali setiap tahunnya. Penyakit ini sering
timbul dengan tiba-tiba terutama pada hewan dalam keadaan lelah. (Blood,
dkk, 1983).

Penyebab terjadinya pink eye.


Penyebab utama dari pink eye adalah bakteri dengan
nama moraxella bovis pada sapi dan rickettsia colesiota pada
kambing atau domba. Penyakit ini lebih sering menyerang hewan
ternak pada musim kemarau.
Cara penularan pink eye dapat melalui :

 kontak langsung antar hewan ternak.


 lalat juga menjadi perantara penyebaran piNk eye pada hewan ternak.

Penyakit ini bersifat epidemic artinya dapat menjangkit kembali di


tempat yang sama.

Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya infeksi pink eye yaitu


lalat, debu, kelembaban, musim, kepadatan hewan di dalam
kandang serta kualitas makanan.

Gejala
 Masa inkubasi penyakit ini biasanya 2-3 hari, kadang-kadang

lebih panjang,
 hewan penderita mengalami demam,

 depresi dan
 penurunan nafsu makan,
 mata mengalami konjunctivitis, kreatitis, kekeruhan kornea dan
lakrimasi. (mata yang berair, bagian warna yang awalnya putih
berubah menjadi kemerahan)
 hewan ternak akan menjulingkan matanya untuk menghindari
sengatan matahari, bengkak pada bagian kelopak mata
 Pada kasus yang berat dapat menimbulkan ulserasi kornea dan
kebutaan.
 Pada kornea mata hewan yang sembuh dari penyakit ini terdapat
jaringan parut. (Made, 1997)

Pada kambing dan domba, gejala klinis penyakit orf


akan muncul 1-3 hari pasca infeksi. Penyakit orf dapat
berlangsung antara 3-4 minggu tergantung pada
kondisi ternak. Kondisi ini akan menjadi lebih parah
dan lebih lama apabila diikuti oleh infeksi sekunder.
Beberapa bakteri yang berperan sebagai infeksi
sekunder yaitu Staphylococcus
aureus, S. epidermis dan Corynebacterium pyogenes.
Kekebalan pada induk yang terinfeksi penyakit orf
relatif rendah sehingga anak yang dilahirkan masih
memungkinkan untuk terjangkit penyakit orf. Ternak
dengan gangguan kekebalan dilaporkan dapat
menderita penyakit orf hingga berbulan-bulan. Ternak
yang sembuh biasanya memiliki kekebalan selama
setahun.
Diagnosis penyakit orf dapat dilakukan secara klinis karena
sangat menciri. Diagnosis secara laboratoris dengan Presipitasi
Agar Gel (PAG) dan Tehnik Antibodi Flouresen (TAF). Jika
terdapat lesi dibagian tubuh selain bibir, maka diagnosisnya
perlu ditambah dengan pemeriksaan laboratorium karena
penyakit lain seperti cacar kambing, radang mulut dan lidah
biru juga menunjukkan gejala yang relatif sama. Pada
pemeriksaan pasca mati, lesi mungkin dapat ditemukan pada
mukosa mulut sepanjang gusi, lidah, langit-langit dan saluran
pencernaan. BALITVET telah berhasil mengisolasi virus penyakit
orf patogenik dari domba di daerah Cimanggu (isolat B7) dan Cigudeg
(isolat Sp 108). Selanjutnya, ADJID (1993) berhasil menumbuhkan
virus-virus ini pada biakan sel lestari Bovine turbinate (BT). Penelitian
diteruskan untuk mengevaluasi immunogenitas virus penyakit orf
tersebut. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa isolat virus penyakit
orf B7 lebih immunogenik dibandingakan dengan isolat Sp 108 sehingga
dapat dijadikan sebagai kandidat vaksin.

Otovaksin dapat diproduksi di BALITVET untuk mengendalikan penyakit


ini. Penanggulangan penyakit orf biasanya dengan pencegahan melalui
vaksinasi terutama pada daerah endemis dan dilaksanakan secara
regular. Pemberian salep pelunak dapat membantu agar kambing tetap
dapat makan dan minum. Pakan yang bergizi tinggi sangat diperlukan
untuk mempercepat terjadinya kesembuhan. Apabila keropeng
terkelupas menjadi luka baru maka perlu diolesi dengan obat lokal,
seperti salep penisilin yang dicampur dengan minyak kelapa. Pemberian
antibiotika secara suntik dibutuhkan jika suhu tubuh ternak menjadi
tinggi. Tindakan ini juga ditujukan untuk menghilangkan infeksi
sekunder oleh bakteri. Ternak-ternak di daerah tertular seharusnya
divaksinasi tetapi vaksinasi ternak di daerah bebas tidak dianjurkan.
Ternak yang akan didatangkan ke daerah belum tertular harus telahdi
vaksinasi orf. Pengobatan hanya ditujukan untuk mencegah infeksi
sekunder dengan memberikan salep antibiotika seperti eritromisin dan
oksitetrasiklin.
Berak putih (pullorum)
Menyerang ayam petelur dengan angka kematian yang tinggi,
disebabkan karena salmonella pullorum.
Pengendalian: diobati dengan antibiotika

Foel typhoid
Sasaran yang disering adalah ayam muda/remaja dan dewasa,
disebabkan karena salmonella gallinarum. Gejalanya ayam
mengeluarkan tinja yang berwarna hijau kekuningan.
Pengendalian: dengan antibiotika/preparat sulfa.
Parathyphoid
Menyerang ayam dibawah umur satu bulan, disebabkan karena bakteri
dari genus Salmonella.
Pengendalian: dengan preparat sulfa/obat sejenisnya.

Kolera
Penyakit ini jarang menyerang anak ayam atau ayam remaja tetapi selain
menyerang ayam menyerang kalkun dan burung merpati, disebabkan
karena pasteurella multocida. Gejalanya pada serangan yang serius pial
ayam (gelambir dibawah paruh) akan membesar.
Pengendalian: dengan antibiotika (Tetrasiklin/Streptomisin).

Pilek ayam (Coryza)


Menyerang semua umur ayam dan terutama menyerang anak ayam,
disebabkan karena makhluk intermediet antara bakteri dan virus.
Gejalanya ayam yang terserang menunjukkan tanda-tanda seperti orang
pilek.
Pengendalian: dapat disembuhkan dengan antibiotia/preparat sulfa.

CRD
CRD adalah penyakit pada ayam yang populer di Indonesia. Menyerang
anak ayam dan ayam remaja.
Pengendalian: dilakukan dengan antibiotika (Spiramisin dan Tilosin).

Infeksi ssynoviti
Penyakit ini sering menyerang ayam muda terutama ayam broiler dan
kalkun, disebabkan karena bakteri dari genus Mycoplasma.
Pengendalian: dengan antibiotika.

Newcastle disease (ND)


ND adalah penyakit oleh virus yang populer di peternak ayam Indonesia.
Pada awalnya penyakit ditemukan tahun 1926 di daerah
Priangan.Tungau (kutuan) Penemuan tersebut tidak tersebar luas ke
seluruh dunia. Kemudian di Eropa, penyakit ini ditemukan lagi dan
diberitakan ke seluruh dunia. Akhirnya penyakit ini disebut Newcastle
disease.

Infeksi bronchitis
Infeksi bronchitis menyerang semua umur ayam. Pada dewasa
penyakit ini menurunkan produksi telur. Bila menyerang ayam
petelur menyebabkan telur lembek, kulit telur tidak normal,
putih telur encer dan kuning telur mudah berpindah tempat
(kuning telur yang normal selalu ada ditengah). Belum ada
pengobatan untuk penyakit ini tetapi dapat dicegah dengan
vaksinasi.

Infeksi laryngotracheitis
Infeksi laryngotracheitis merupakan penyakit pernapasan yang
serius terjadi pada unggas, disebabkan karenavirus yang
diindetifikasikan dengan Tarpeia avium.

Cacar ayam (Fowl pox)


Gejala: tubuh ayam bagian jengger yang terserang akan bercak-
bercak cacar, disebabkan karenavirus Borreliota avium.
Pengendalian: dengan vaksinasi.

Penyakit ini menyebar melalui kontak langsung maupun tidak langsung.


Kontak tidak langsung melalui vektor yang bersentuhan dengan sekresi
mata yang berasal dari hewan yang terinfeksi atau melalui percikan air
yang tercemar bakteri M.bovis.
Faktor lingkungan lain yang membuat sapi ternak rentan terkena
penyakit pink eye adalah sapi sedang dalam keadaan lelah karena
menempuh perjalanan jauh, perubahan cuaca yang mendadak, populasi
sapi yang terlalu padat dalam sebuah kandang, dan rendahnya kualitas
pakan.
Sapi dengan jumlah pigmen yang rendah pada kelopak matanya lebih
rentan terhadap penyakit ini karena lebih sensitif terhadap ultraviolet.
Contoh sapi yang berpigmen rendah pada kelopak matanya adalah sapi
Hereford, Holstein, dan Shorthorn.
Masa inkubasi bakteri penyebab sakit mata merah dan
bengkak ini biasanya selama 2-3 hari, ada juga kasus yang
lamanya hingga 3 minggu. Gejala awal yang terlihat adalah mata
lembap, terdapat sedikit konstriksi pada pupil, serta sensitif
terhadap cahaya. Sapi akan terlihat sering menutupi matanya
dan menghindari cahaya. Setelah itu, mata sapi akan
mengeluarkan air mata dan pupil terlihat menyempit serta terjadi
kekeruhan pada kornea.
Di bagian kelopak mata sapi akan terjadi lakrimasi dan
peradangan yang akan pecah dan menimbulkan luka. Kekeruhan
pada kornea akan terus bertambah dan menjadi menyeluruh pada
hari ke 4 atau 5. Namun demikian, sebenarnya penyakit ini
tergolong self-limiting disease yang dapat sembuh dengan
sendirinya. Sapi yang terinfeksi akan menunjukkan tanda
kesembuhan pada hari ke 10-15 dan sembuh total pada hari ke
25-50.

Pengobatan dan Pencegahan Sakit Mata Merah dan Bengkak Pada Sapi

Pengobatan yang efektif untuk penyakit ini adalah pemberian antibiotik


yang long acting, salah satunya benzathine penicillin. Jenis antibiotik
lainnya antara lain tetracycline, tulathromycin, florfenicol, atau
tilomicosin. Adapun upaya pencegahan penyebaran penyakit ini bisa
dilakukan dengan menjaga kebersihan kandang, menjaga kualitas pakan
sapi, memilih lokasi penggembalaan yang minim paparan ultraviolet,
dan mengatur populasi sapi dalam kandang agar tidak terlalu padat.
Membatasi jumlah lalat yang masuk ke kandang juga bisa dilakukan
dengan memasang perangkap atau obat anti serangga. Jika terdapat sapi
yang terindikasi terkena penyakit ini maka perlu dilakukan karantina dan
diobati sampai sembuh. Sayangnya, vaksin untuk sakit mata merah
dan bengkak yang ada saat ini dinilai masih belum efektif.

Anda mungkin juga menyukai