PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi tubuh
yang normal. Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan masalah pada
gastrointestinal dan bagian tubuh yang lain. Karena fungsi usus tergantung pada
keseimbangan beberapa faktor, pola eliminasi dan kebiasaan masing-masing
orang berbeda.
Klien sering meminta pertolongan dari perawat untuk memelihara kebiasaan
eliminasi yang normal. Keadaan sakit dapat menghindari mereka sesuai dengan
program yang teratur. Mereka menjadi tidak mempunyai kemampuan fisik untuk
menggunakan fasilitas toilet yang normal ; lingkungan rumah bisa menghadirkan
hambatan untuk klien dengan perubahan mobilitas, perubahan kebutuhan
peralatan kamar mandi.
Untuk menangani masalah eliminasi klien, perawata harus mengerti proses
eliminasi yang normal dan faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi.
Eliminasi urin secara normal bergantung pada satu pemasukan cairan dan
sirkulasi volume darah, jika salah satunya menurun, pengeluaran urin akan
menurun. Pengeluaran urin juga berubah pada seseorang dengan penyakit ginjal,
yang mempengaruhi kuantitas, urin dan kandungan produk sampah didalam urin.
Tubuh mengeluarkan feses dan beberapa cairan dari tubuh. Pengeluaran feses
melalui evakuasi usus besar biasanya menjadi sebuah pola pada usia 30 sampai 36
bulan.
Diare atau dikenal dengan sebutan mencret memang merupakan penyakit
yang masih banyak terjadi pada masa kanak dan bahkan menjadi salah satu
penyakit yang banyak menjadi penyebab kematian anak yang berusia di bawah
lima tahun (balita). Karenanya, kekhawatiran orang tua terhadap penyakit diare
adalah hal yang wajar dan harus dimengerti. Justru yang menjadi masalah adalah
apabila ada orang tua yang bersikap tidak acuh atau kurang waspada terhadap
anak yang mengalami diare. Misalnya, pada sebagian kalangan masyarakat, diare
dipercaya atau dianggap sebagai pertanda bahwa anak akan bertumbuh atau
berkembang. Kepercayaan seperti itu secara tidak sadar dapat mengurangi
kewaspadaan orang tua. sehingga mungkin saja diare akan membahayakan anak.
Menurut data United Nations Children's Fund (UNICEF) dan World Health
Organization (WHO) pada 2009, diare merupakan penyebab kematian nomor 2
pada balita di dunia, nomor 3 pada bayi, dan nomor 5 bagi segala umur. Data
UNICEF memberitakan bahwa 1,5 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya
karena diare.
Angka tersebut bahkan masih lebih besar dari korban AIDS, malaria, dan
cacar jika digabung. Sayang, di beberapa negara berkembang, hanya 39 persen
penderita mendapatkan penanganan serius.
Diare disebabkan faktor cuaca, lingkungan, dan makanan. Perubahan iklim,
kondisi lingkungan kotor, dan kurang memerhatikan kebersihan makanan
merupakan faktor utamanya. Penularan diare umumnya melalui 4F, yaitu Food,
Fly , Feces, dan Finger.
Oleh karena itu, upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan
memutus rantai penularan tersebut. Sesuai data UNICEF awal Juni 2010,
ditemukan salah satu pemicu diare baru, yaitu bakteri Clostridium difficile yang
dapat menyebabkan infeksi mematikan di saluran pencernaan. Bakteri ini hidup
di udara dan dapat dibawa oleh lalat yang hinggap di makanan.
Sepintas diare terdengar biasa dan sangat umum terjadi. Namun, ini bukan
alasan
untuk
mengabaikannya,
dehidrasi
pada
penderita
diare
bisa
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Eliminasi
Menurut
kamus
bahasa
Indonesia,
eliminasi
adalah
pengeluaran,
Lambung adalah ruang yang berbentuk kantung yang mirip huruf J, yang
terletak diantara esofagus dan usus halus. Lambung dibagi menjadi 3 bagian
berdasarkan perbedaan anatomis, histologist, dan fungsional, diantaranya
yaitu ; fundus, dan antrum serta pilorus.
Fungsi terpenting pada lambung adalah menyimpan makanan yang masuk
sampai disalurkan ke usus halus dengan kecepatan yang sesuai untuk
pencernaan dan penyerapan yang optimal. Fungsi kedua lambung adalah
untuk mensekresikan asam hidroklorida (HCL) dan enzim-enzim yang
melalui pencernaan protein. Dalam lambung terdapat empat aspek motilitas
lambung, yaitu :
1)
2)
3)
4)
Pengisisan lambung
Penyimpanan lambung
Pencampuran lambung
Pengosongan lambung
inaktivasi
enzim-enzim
pencernaan
pankreas
yang
c. Hipertonisitas
Pada pencernaan molekul protein dan kanji dilumen duodenum,
dibebaskan sejumlah besar molekul asam amino dan glukosa. Apabila
kecepatan penyerapan molekul-molekul asam amino dan glukosa tersebut
tidak seimbang dengan kecepatan pencernaan protein dan karbohidrat
maka molekul-molekul dalam jumlah besar tersebut tetap berada didalam
kimus dan akan meningkat osmolaritas isi duodenum, apabila hal ini terus
berlanjut maka secara refleks pengosongan lambung akan dihambat
hingga proses penyerapan mengimbangi proses pencernaan.
4. Usus Halus
Selama proses pencernaan chyme meninggalkan lambung dan memasuki
usus halus. Usus halus merupakan suatu saluran yang diameternya 2,5 cm dan
panjangnya 6 m. Usus halus terdiri dari 3 bagian : duodenum, jejenum, ileum.
Chyme tercampur dengan enzim pencernaan (seperti empedu dan amilase)
ketika berjalan melewati usus halus. Segmentasi (berganti-gantinya kontraksi
dan relaksasi dari otot polos) mengaduk chyme untuk selanjutnya memecah
makanan untuk dicerna ketika chyme diaduk, gerakan peristaltik berhenti
sementara agar absorpsi terjadi. Chyme berjalan dengan lambat di saluran
cerna untuk diabsorpsi. Banyak makanan dan elektrolit yang diabsorpsi di
usus halus. Enzim dari pankreas (amilase) dan empedu dari kandung empedu.
Usus memecah lemak, protein dan karbohidrat menjadi elemen-elemen dasar.
Hampir seluruh makanan diabsorpsi oleh duodenum dan jejenum. Ileum
mengabsorpsi beberapa vitamin, zat besi dan garam empedu. Jika fungsinya
terganggu, proses pencernaan berubah secara drastis. Contoh : inflamasi,
bedah caesar,atau obstruksi dapat mengganggu peristaltik, mengurangi ares
absorpsi, atau memblok jalan chyme.
5. Usus Besar
diagnostik
tertentu,
seperti
sigmoidoscopy,
colon. Klien yang mendapat anastesi lokal akan mengalami hal seperti
itu juga.
Pembedahan
yang
langsung
melibatkan
intestinal
dapat
penyebab konstipasi :
asupan
cairan
dengan
makanan
seperti
itu
dihubungkan
dengan
kurangnya
nafsu
makan
dan
digunakan
pada
pemeriksaan
radiologi
pada
saluran
pada
sebagian
besar
atau
kadang-kadang
beberapa
3. Pada saat buang air besar tinja sulit dikeluarkan atau dibuang,
kadang-kadang harus mengejan ataupun menekan-nekan perut
terlebih dahulu supaya dapat mengeluarkan tinja (bahkan sampai
mengalami ambeien dan berkeringat dingin).
4. Terdengar bunyi-bunyian dalam perut.
5. Bagian anus terasa penuh, dan seperti terganjal sesuatu disertai sakit
akibat bergesekan dengan tinja yang panas dan keras.
6. Frekuensi buang angin meningkat disertai bau yang lebih busuk
daripada biasanya (bahkan terkadang penderita akan kesulitan atau
sama sekali tidak bisa buang angin).
7. Menurunnya frekuensi buang air besar, dan meningkatnya waktu
transit buang air besar (biasanya buang air besar menjadi 7 hari sekali
atau lebih).
8. Terkadang mengalami mual bahkan muntah jika sudah parah.
9. Sakit punggung bila tinja yang tertumpuk cukup banyak.
10. Nafsu makan dapat menurun.
c. Diare
Diare berhubungan dengan pengeluaran feses yang cair dan
meningkatnya frekuensi dari proses defekasi. Ini adalah lawan dari
konstipasi dan dampak dari cepatnya perjalanan feses melalui usus besar.
Cepatnya perjalanan chyme mengurangi waktu untuk usus besar
mereabsorbsi air dan elektrolit. Sebagian orang mengeluarkan kotoran
dengan frekuensi yang meningkat, tetapi bukan diare, dikatakan diare jika
kotoran tidak berbentuk dan cair sekali. Pada orang dengan diare dijumpai
kesulitan dan ketidakmungkinan untuk mengontrol keinginan defekasi
dalam waktu yang lama.
Diare dengan ancaman tidak terkontrolnya buang air besar merupakan
sumber dari perhatian dan rasa malu. Sering, spasmodik dan kram
Respon fisiologi
2. Obat-obatan
pada
pertunbuhan
yang
3. Antibiotik
4. Zat besi
5. Zat katartik
minuman
7. Intoleransi
inkomplit
pada
makanan
atau minuman
8. Penyakit pada kolon
9. Sindrom malabsorpsi
10. Penyakit Chrohn
d. Fecal Inkontinensia
Inkontinen berhubungan dengan berkurangnya kemampuan voluntar
untuk untuk mengontrol feses dan keluarnya gas melalui spinkter ani.
Inkontinen bisa juga terjadi pada waktu yagn spesifik, seperti setelah
makan, atau bisa juga terjadi ireguler.
Fecal inkontinen secara umum berhubungan dengan terganggunya
fungsi spinkter ani atau suplai syarafnya, seperti pada beberapa penyakit
neuromuskular, trauma sumsum tulang belakang, dan tumor pada otot
spinkter ani external.
Fecal inkontinen merupakan suatu masalah distres emosional yang
akhirnya dapat mengarah pada isolasi sosial.
Orang-orang yang menderita ini menarik diri ke dalam rumah mereka
atau jika di rumah sakit mereka menarik diri ke batas dari ruangan mereka
untuk meminimalkan rasa malu berhubungan dengan ketidakbersihan diri.
Fecal inkontinen asam mengandung enzim-enzim pencernaan yang sangat
mengiritasi kulit, sehingga daerah di sekitar anus harus dilindungi dengan
zinc oksida atau beberapa salap pelindung lainnya. Area ini juga harus
dijaga tetap bersih dan kering.
Gejala atau tanda-tanda Inkontinensia fecal:
Gejala dapat berupa merembesnya feses cair yang disertai dengan buang
gas dari dubur yang dalam hal ini penderita sama sekali tidak dapat
mengendalikan keluarnya feses. Umumnya
b.
e. Hemorhoid
Hemorhoid sering juga disebut wasir, yaitu adanya pelebaran
pembuluh darah vena di anus, dapat terjadi secara internal dan eksternal.
Internal terjadi pada canal anus, dimana venanya berada. Eksternal
hemorhoid prolapsus melalui pembukaan anus dan dapat dilihat di sana.
Hemorhoid dapat terjadi dari dampak meningkatnya tekanan pada daerah
anus, sering terjadi karena konstipasi kronik, peregangan selama defekasi,
kehamilan dan obesitas.
Beberapa hemorhoid tidak mempunyai gejala, pada lainnya dapat juga
menyebabkan
Hemorhoid
nyeri,
sering
gatal-gatal,
diobati
secara
dan
kadang-kadang
konservatif
dengan
perdarahan.
astringent
nyeri.
Prolaps yang berasal dari tonjolan hemoroid sesuai gradasinya.
Gejala lain:
Hospitalisasi akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi
keluarga, kecemasan meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur
dan pengobatan anak, setelah menyadari penyakit anaknya, mereka akan
bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.
5. Kebutuhan dasar.
a. Pola eliminasi: akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali
sehari, BAK sedikit atau jarang.
b. Pola nutrisi: diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan
penurunan berat badan pasien.
c. Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi
abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
d. Pola hygiene: kebiasaan mandi setiap harinya.
e. Aktivitas: akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan
adanya nyeri akibat distensi abdomen.
6. Pemerikasaan fisik.
a. Pemeriksaan
psikologis:
keadaan
umum
tampak
lemah,
status kesehatan
Diagnosa
Intervensi
keperawatan
Defisit
(NOC)
Dalam 2x24 jam deficit volume
volume cairan cairan dapat teratasi dengan KH :
b.d
kehilangan
cairan aktif
normal
dehidrasi
(NIC)
ukur TTV
kaji keadaan umum
ps
berikan cairan lewat
infus
ukur balance cairan
kaji BAB
timbang popok
ukur bising usus
Resiko
Dalam
2x24
kekurangan
kekurangan
jam
integritas
resiko
anjurkan
pasien
dapat
menggu
nakan
atau
BAB sering
tempat tidur
jaga kebersihan kulit
pasien
dipertahankan
agar
tetap
adanya kemerahan
Ketidakseimb
Dalam
jam
2x24
dari dari
kebutuhan
tubuh
dapat
penurunan
makanan
kolaborasi
ahli
untuk
menentukan
jumlah
kalori
nutrisi
Adanya
peningkatan
BB
intake
yang
makanan.
Tidak
pasien
anjurkan
dengan
gizi
teratasi dengan KH :
b.d
ada
tanda-tanda
dan
dibutuhkan
kepada
malnutrisi
pasien
meningkatkan protein
dan vitamin C
monitor
jumlah
nutrisi
kandungan
untuk
dan
kalori
pasien
monitor BB pasien
monitor kegiatan atau
aktivitas pasien
lidah
cavitas oral
dan
No
Implementasi
Evaluasi
.
Dx
I
Mengukur TTV
Mengkaji keadaan umum pasien
Memberikan cairan lewat infus
Mengukur balance cairan
Mengkaji BAB
Menimbang popok
keluarga
mengatakan
BAB
3-4x/hari
dengan
A: Belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
II
Mengoleskan
lotion
atau
A : intervensi teratasi
P : pertahankan kondisi pasien
III
Mengkaji
apakah
ada
peningkatan
kepada
pasien
A : intervensi terlaksana
vitamin C
P : lanjutkan intervensi
Memonitor jumlah nutrisi dan
aktivitas pasien
Memonitoring turgor kulit
Memonitoring adanya muntah
atau
dan mual
Mencatat
adanya
edema,
hiperemik,
hipertonik
papilla
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Eliminasi fekal merupakan proses pembuangan sisa metabolisme tubuh yang
tidak terpakai. Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produk usus penting untuk fungsi
tubuh normal. Perubahan pada defekasi dapat menyebabkan masalah pada
gastrointestinal dan bagian tubuh lain karena sisa-sisa produk adalah racun. Jumlah
fese yang dikeluarkanpun berfarisasi jumlahnya tiap individu. Fese normal
mengandung 75 % air dan 25 % materi padat. Feses normal berwarna coklat karena
adanya sterkobilin dan uriubilin yang berasal dari bilirubin. Warna feses dapat
dipengaruhi oleh kerja Escherecia coli. Flatus yang dikeluarkan orang dewasa selama
24 jam yaitu 7-10 lt flatus dalam usus besar. Kerja mikroorganisme mempengaruhi
bau feses. Fungsi usus tergantung pada keseimbangan beberapa factor, pola eleminasi
dan kebiasaan masing-masing orang berbeda.