Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Anatomi & Fisiologi


1. Anatomi

2. Fisiologi

Lambung (ventrikulus) merupakan sebuah kantong muskuler yang letaknya


antara esofagus dan usus halus, sebelah kiri abdomen, di bawah diafragma bagian
depan pankreas dan limpa. Lambung merupakan saluran Yang dapat mengembang
karena adanya gerakan peristaltik terutama di daerah epigaster. Variasi dari bentuk
lambung sesuai dengan jumlah makanan yang masuk, adanya gelombang peristaltik
tekanan organ lain, dan postur tubuh. Bagian-bagian dari lambung:

a. Fundus ventrikuli: Bagian yang menonjol ke atas, terletak sebelah kiri osteum
kardiak, biasanya berisi gas. Pada batas dengan esofagus terdapat katup sfingter
kardiak.
b. Korpus ventrikuli: Merupakan segitiga osteum kardia yaitu suatu lekukan pada
bagian bawah kurvatura minor, merupakan bagian utama dari lambung.
c. Antrum pilorus bagian lambung berbentuk tabung, mempunyai otot yang tebal
membentuk sfingter pilorus, merupakan muara bagian distal berlanjut ke
duodenum.
d. Kurvatura minor: Sebelah kanan lambung terbentang dari osteum kardia sampai
ke pilorus.kuvatura minor dihubungkan ke hepar oleh omentum minor, lipatan
ganda dari peritonium.
e. Kurvatura mayor: Terbentang pada sisi kiri ostium kardia melalui fundus
ventrikuli menuju ke kanan sampai ke pilorus inferior, lebih panjang dari
kurvatura minor, dihubungkan dengan kolon transversum oleh omentum mayor
lipatan ganda dari peritonium.
f. Ostium kardia: Mempakan tempat esofagus bagian abdomen masuk ke lambung.
Pada bagian ini terdapat orifisium pilorus, tidak mempunyai sfingter khusus hanya
berbentuk Cincin membuka dan menutup. Dengan kontraksi dan relaksasi, osteum
dapat tertutup oleh lipatan membran mukosa dan serat otot pada dasar esofagus.

Lapisan lambung dari dalam luar.

a. Lapisan selaput lendir (mukosa), apabila lambung di kosongkan lapisan ini


berlipat-lipat yang di sebut rugae.
b. Lapisan otot melingkar (M,aukulikularis), merupakan jaringan otot yang kuat.
c. Lapisan otot miring (M. Oblig)mempunyai otot bergaris miring.
d. Lapisan otot panjang (M.longitudinal)susunan lapisan otot lambung yang
panjang.
e. Jaringan ikat (peritonium) atau serosa, melapisi lambung bagian luar.

Fungsi lambung :

a. Fungsi penampung makanan yang masuk melalui esofagus, menghancurkan


makanan dan menghaluskan makanan dengan gerakan perisialtik Iambung dan
getah lambung.
1) Mekanisme: Menyimpan, mencampur dengan sekret lambung, dan
mengeluarkan kimus ke dalam usus. Pendorongan makanan terjadi secara
gerakan pristaltik setiap 20 detik.
2) Kimiawi: Bolus dalam lambung akan dicampur dengan asam lambung dan
enzim-enzim bergantung jenis makanan enzim yang dihasilkan antara Iain:
a) Pepsin: Memecah putih telur menjadi asam amino (albumin dan pepton)
agar dapat diabsorpsi di intestinum minor.
b) Asam garam (HCI): mengasamkan makanan sebagai antiseptik dan
desinfektan yang masuk ke dalam makanan. Di samping itu mengubah
pepsinogen menjadi pepsin dalam suasana asam.
c) Renin :sebagai ragi yang membekukan susu ;membentuk kasien dan
kasinogen dari protein.
d) Lapisan lambung: memecah lemak menjadi asam lemak untuk
merangsang sekresi getah lambung.
b. Fungsi bakteresid: oleh asam lambung.
c. Membentuk proses pembentukan eritrosit: lambung menghasilkan zat faktor
instrinsik bersama dengan faktor instrinsik dari makanan, membentuk zat yang
disebut anti-anemik yang berguna untuk pertukaran eritrosit yang disimpan di
dalam hati.

B. Definisi
Gastroenteritis adalah peradangan lambung, usus kecil, atau usus besar, yang
menyebabkan kombinasi nyeri perut, kram, mual, muntah, dan diare. Gastroenteritis akut
biasanya berlangsung kurang dari 14 hari. Hal ini berbeda dengan gastroenteritis
persisten, yang berlangsung antara 14 dan 30 hari, dan gastroenteritis kronis, yang
berlangsung lebih dari 30 hari. ( menurut Nancy S. Graves,2013 )
Menurut Ardiansyah (2012) Gastroenteritis adalah radang pada lambung dan  usus
yang memberikan gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai
peningkatan suhu  tubuh.
Gastroenteritis adalah buang air besar dengan fases berbentuk cair atau setengah
cair, dengan demikian kandunngan air pada feses lebih banyak dari biasanya (Priyanta:
2009).
Jadi dapat disimpulkan gastroenteritis adalah buang air besar dengan frekuensi
tidak normal dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair, dengan kandungan air
pada feses lebih banyak dari biasanya yaitu lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam.

C. Etiologi
Penyebab dari gastroenteritis sangat beragam, mendeskripsikan tentang penyebab dan
patogenisis dari gastroenteritis.
1. Infeksi virus
Berkisar 50-70% dari kejadian gastroenteritis (RWS,2008) virus
merupakan penyebab utama gastroenteriti viral di amerika. Cara transmisi adalah
fekal-oral manusia ke manusia, air yan terkontaminasi feses norovirus, masa
inkubasi 12-48 jam dengan gejala awal mual, diare ,muntah, nyeri kepala dan
hipertermi.
2. Infeksi bakteri
Berkisar 15-20% dari kejadian gastroenteritis (diskin, 20018) Berbagai agen
bakteri yang masuk ke saluran gastroentestinal dapat di berikan respon
peradangan, pada kondisi di indonesia dengan higienis dan sanitasi yang
kurang,seperti pada musim penghujan, dimana air membawa sampah dan kotoran
lainnya,pada waktu kemarau dimana lalat tidak di hindari dan di sertai tiupan yang
besar sehingga penularan lbih mudah terjadi dan terkadang lupa cuci tangan
sebelum dan sesudah makan, meningkatnya trasmisi bakteri.
3. Infeksi parasit
Berkisar 10-15% dari kejadian gastroenteritis (musher, 2004) Berbagai agen
parasit bisa menginvasi saluran gastrointestinal dan memberikan respons
peradangan dengan manifestasi diare,mual dan muntah.
4. Toksisitas makanan(CDC, 2006)
Kondisi toksisitas makanan bisa memberikan respons peradangan dengan
manifestasi diare. Agen toksisitas bisa di hasilkan oleh toksin (s. Aureus,
b.cereus) dan postkolonisasi.
5. Keracunan kerang dan binatang dari laut (CDC,2006)
Beberapa makanan dari laut seperti karang dan beberapa binatang laut yang
masuk ke saluran gastroentestinal akan memberikan respon inflamasi dan
memberikan manifestasi gangguan astroentestinal.
6. Obat-obatan (Theilman 2004)
Berbagai agen obat dapat memberikan respons peradangan pada mukosa
saluran gastroentestinal dan memberikan manifestasi peningkatan diare.
7. Makan dan minuman (DAY,2007)
Pada kondisi kekurangan zat gizi; kelaparan (perut kosong) apalagi bila perut
kosong dalam waktu yang cukup lama, kemudian di isi dengan makanan dan
minuman dalam jumlah banyak pada waktu yang bersamaan, terutama pada
makanan yang berlemak, terlalu mani, banyak serat, atau dapat juga karena
kekurangan zat putih telur akan meningkatkan respons saluran gastroentestinal
dan terjadi peradangan.

D. Patofisiologi & Pathway


Secara umum kondisi peradangan pada gastroentestinal di sebabkan oleh infeksi
dengan melakukan lavasi pada mukosa, memproduksi enterotoksin dan atau
memproduksi sitotoksin. Mekanisme ini menghasilkan peningkatan sekresi cair dan atau
menurunkan absorpsi cairan sehingga akan terjadi dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan
elektrolit. Mekanisme dasar yang menyebabkan diare (Diskin, 2008).meliputi hal-hal
sebagai berikut.
1. Gangguan osmotik, kondisi ini berhubungan dengan asupan makanan atau zat yang
sukar diserap oleh mukosa intestinal dan akan menyebabkan tekanan osmotik dalam
rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga
usus. Isl rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Respons inflamasi mukosa, terutama pada seluruh permukaan intestinal akibat
produksi enterotoksin dari agen infeksi memberikan respon peningkatan aktifitas
sekresi air dan elektrolit oleh dinding usus ke dalam rongga usus dan selanjutnya
diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare,
sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul
beelebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.

Usus halus menjadi bagian absorpsi utama dan usus besar melakukan absorpsi air
yang akan membuat solid dari komponen feses, dengan adanya gangguan dari
gastroenteritis akan menyebabkan absorpsi nutrisi dan elektrolit oleh usus halus, serta
absorpsi air menjadi terganggu.

Selain itu,diare juga dapat terjadi akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam
usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, Mikroorganisme tersebut
berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi
hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare. Mikroorganisme memproduksi
toksin. Enterotoksin yang diproduksi agen bakteri (seperti E. coli dan Vibrio cholera)
akan memberikan efek langsung dalam peningkatan pengeluaran sekresi air ke dalam
lumen gastrointestinal. Beberapa agen bakteri bisa memproduksi sitotoksin (seperti
Shigella dysenteriae, Vibrio parahaemobrticus. Clostridium dgmcile, enterohemorrhagic
E. coli) yang menghasilkan kerusakan sel-sel mukosa. serta menyebabkan feses
bercampur darah dan lendir bekas sisa sel-sel yang terinflamasi. Invasi enterosit
dilakukan beberapa mikroba seperti Shigella, organisme campylobacter, dan enterovasif
E. coli yang menyebabkan terjadinya destruksi, serta inflamasi (Jones, 2003).
Pada manifestasi lanjut dari diare dan hilangnya cairan, elektrolit memberikan
manifestasi pada ketidakseimbangan asam basa dan gangguan sirkulasi yaitu terjadinya
gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis). Hal ini terjadi karena
kehilangan Na-bikarbonat bersama feses. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga
benda kotor tertimbun dalam tubuh dan terjadinya penimbunan asam laktat karena
adanya anoreksia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena
tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan
ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler (Levine, 2009)

E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis klien dengan gangguan gastroenteritis menurut Cecyly dan Betz
(2009) adalah :
1) Diare yang berlangsung lama ( berhari-hari atau berminggu-minggu) baik secara
menetap atau berulang panderita akan mengalami penurunan berat badan.
2) BAB kadang bercampur dengan darah.
3) Tinja yang berbuih.
4) Konsistensi tinja tampak berlendir.
5) Tinja dengan konsistensi encer bercampur dengan lemak
6) Penderita merasakan sekit perut.
7) Rasa kembung.
8) Mual, kadang-kadang sampai muntah.
9) Kadang-kadang demam.

F. Klasifikasi

Derajat dehidrasi merupakan pemeriksaan terpenting dalam penanganan diare (


Gastroenteritis ). Tanda-tanda dehidrasi yang perlu diperhatikan adalah turgor kulit perut
menurun, akral dingin, penurunan tekanan darah, peningkatan denyut nadi, tangan
keriput, mata cekung tidak, penurunan kesadaran (syok hipovolemik), nyeri tekan
abdomen, kualitas bising usus hiperperistaltik. cekung ubun-ubun kepala. Derajat
Dehidrasi Metode Pierce :

1. Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan = 5% x Berat badan (kg)


2. Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan = 8% x Berat badan (kg)
3. Dehidrasi berat, Kebutuhan cairan = 10% x Berat badan (kg)

G. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosis yang tepat


sehingga tepat juga dalam memberikan obat. Adapun pemeriksaan yang perlu dikerjakan
(menurut Suraatmaja 2007) adalah :

1. Pemeriksaan Feses
Tes tinja untuk mengetahui makroskopis dan mikroskopis, biakan kuman untuk
mengetahui kuman penyebab, tes resistensi terhadap berbagai antibiotik serta untuk
mengetahui pH dan kadar gula jika diduga ada intoleransi glukosa.
2. Pemeriksaan Darah
Darah perifer lengkap, analisa darah dan elektrolit (terutama Na, Ca,K dan P
serum pada diare yang disertai kejang), anemia dan dapat terjadi karena
malnutrisi/malabsorbsi tekanan fungsi sum-sum tulang (proses inflamasi kronis)
peningkatan sel-sel darah putih, pemeriksaan kadar ureum dan creatinin darah untuk
mengetahui faal ginjal.
3. Pemeriksaan elektrolit tubuh
Untuk mengetahui kadar Natrium, Kalium, Kalsium dan Bikarbonat.
4. Duodenal Intubation
Untuk mengetahui penyebab sevara kuantitatif dan kualitatif terutama pada
diare kronik.

H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Menurut Supartini (2005 ) penatalaksanaan medis pada pasien gastroenteritis
meliputi:
a. Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien gastroenteritis dan memperhatikan derajat
dehidrasinya dan keadaan umum.
b. Pemberian cairan
Pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan yang di berikan peroral
berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na HCO3, KCL dan glukosa untuk
diare akut.
c. Cairan Parenteral
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang di perlukan sesuai dengan
kebutuhan pasien, tetapi semuanya itu tergantung tersedianya cairan setampat.
Pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL) di berikan tergantung berat / ringan
dehidrasi, yang di perhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur
dan berat badannya.
1) Dehidrasi Ringan
1 jam pertama 25 – 50 ml / kg BB / hari, kemudian 125 ml / kg BB /oral.
2) Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50 – 100 ml / kg BB / oral kemudian 125 ml / kg BB /hari.

3) Dehidrasi berat
1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit (inperset 1
ml : 20 tetes), 16 jam nerikutnya 105 ml / kg BB oralit per oral.
d. Obat- obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui
tinja dengan tanpa muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit dan
glukosa / karbohidrat lain ( gula, air tajin, tepung beras, dsb ).
1) Obat Anti sekresi
Asetosal, dosis 25 mg / ch dengan dosis minimum 30 mg.
Klorrpomozin, dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari.
2) Obat spasmolitik
Umumnya obat spasmolitik seperti papaverin ekstrak beladora,
opium loperamia tidak di gunakan untuk mengatasi diare akut lagi, obat
pengeras tinja seperti kaolin, pectin,charcoal, tabonal, tidak ada
manfaatnya untuk mengatasi diare sehingga tidak diberikan lagi.
3) Antibiotik
Umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab
yang jelas. Bila penyebabnya kolera, diberikan tetrasiklin 25 – 50 mg /
kg BB / hari. Antibiotic juga diberikan bila terdapat penyakit seperti
OMA, faringitis, bronchitis / bronkopeneumonia.

2. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Nugroho (2011) penatalaksanaan keperawatan antara lain:
a. Rencanakan dan berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
b. Monitor tanda-tanda dehidrasi : penurunan kesadaran, takikardi, tensi turun,
anuria, keadaan kulit/turgor.
c. Hentikan makanan padat
d. Monitor tanda –tanda  vital
e. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat
I. Komplikasi

1. Dehidrasi
Dehidrasi ialah komplikasi yang paling sering terjadi pada penderita gastroenteritis.

2. Gangguan keseimbangan asam basa (Metabolik asidosis)


Metabolik asidosis terjadi karena adanya kehilangan Na-bikarbonat bersama
tinja, adanya ketosis kelaparan akibat metabolisme lemak tidak sempurna sehingga
terjadi penimbunan keton dalam tubuh, terjadi penimbunan asam laktat, produk
metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal
(terjadi oliguria/anuria), dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler
ke dalam cairan intraseluler.
Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernafasan.
Pernafasan bersifat cepat, teratur dan dalam yang disebut pernafasan Kuszmaull
(Noerasid, Suraatmadja dan Asnil, 1988).

3. Hipoglikemia
Gejala-gejala hipoglikemia berupa lemas, apatis, peka rangsang, tremor,
berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma.

4. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan/tanpa muntah, dapat terjadi gangguan sirkulasi
darah berupa syok hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi
hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan dalam otak,
kesadaran menurun dan bila tidak segera ditangani penderita dapat meninggal.
Asuhan Keperawatan secara Teori

A. Anamnesis (pengkajian)
1. Identitas
Identitas pasien meliputi: nama, alamat, tanggal lahir,jenis kelamin, umur,
pekerjaan, pendidikan, alamat, agama, suku, bangsa, tanggal masuk rumah sakit,
no.register/MRS, serta penanggung jawab.
2. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan oleh klien saat pertama kali dilakukan pengkajian
klien mengatakan tinja semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak cairan dan
elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu (RKD)
Jenis gangguan kesehatan yang dialami sebelumnya oleh pasien,
seperti riwayat demam reumatik hipertensi, kongenital.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Biasanya klien dengan keluhan tidak nafsu makan, batuk, mual,
muntah dan , kelelahan dan nyeri di pada abdomen.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)
Biasanya riwayat penyakit yang pernah dialami oleh orang tua seperti
ibu pasien mengalami penyakit ,TB,atau HEPATITIS
d. Pemeriksaan fisik
1) Tingkat kesadaran : composmentis
2) Berat badan : Biasanya terjadi penurunan berat badan
3) Tanda-Tanda vital
 Tekanan darah : Biasanya tekanan darah klien meningkat
 Suhu : Biasanya suhu klien hipotermi
 Pernafasan : Biasanya pernafasan klien mengalami sesak nafas
 Nadi : Biasanya klien mengalami peningkatan denyut nadi
4) Kepala:
 Inspeksi: Mengamati bentuk kepala, adanya lesi, warna, kesimetrisan
 Palapasi : Adanya oedema, atau nyeri tekan.
5) Rambut:
 Inspeksi: mengamati warna (hitam), kebersihan, apakah ada ketombe
atau tidak.
 Palpasi: tekstur (lembut kasar, tebal tipis), kekuatan pada rambut
6) Wajah:
 Inspeksi: mengamati kesimetrisan wajah, lesi, bentuk wajah
 Palpasi: adanya nyeri tekan, oedema
7) Mata:
 Inspeksi: amati kesimitrisan, warna, lesi, sclera ikterik, pupil bulat,
konjungtiva pucat, sclera ikterik
 Palpasi: kekenyalan pada mata nyeri tekan, benjolan (dilakukan
dengan menutup mata)
8) Hidung:
 Inspeksi: amati adanya lesi, kesimetrisan, warna, bentuk khusus
hidung, adanya radang, adanya nafas cuping hidung
 Palpasi: keenturan hidung, nyeri tekan.
9) Mulut:
 Amati bibir: cyanosis, lesi, kering, sumbing.
 Buka mulut pasien: kebersihan, bau mulut, lesi mukosa
 Amati gigi: kebersihan gigi, karies gigi, gigi berlubang atau tidak,
gigi palsu
 Minta pasien menjulurkan lidah: amati kesimetrisan, warna, lesi
 Palpasi lidah: lakukan penekanan dengan menggunakan sudip lidah,
dengan meminta pasien membunyikan huruf “A”
10) Leher:
 Inspeksi: amati bentuk, kesimetrisan, warna, lesi, biasanya tida
adanya pembesaran kelenjer thyroid
 Palpasi: perikasa adanya benjolan, ukuran, tanda oliver (pada saat
denyut trakea tertarik ke bawah)
11) Paru-paru
 Inspeksi : amati simetris kiri dan kanan, lesi, warna, frekuensi saat
bernafas (permenitnya) dan bentuk
 Palpasi : melakukan takstil fremitus dengan mengatakan 77
 Perkusi : terdapat bunyi sonor
 Auskultasi : tidak terdapat bunyi wheezing ,ronchi dll (bunyi
normalnya: trakeal, bronchial, bronkovasikyler, vasikuler)
12) Jantung
 Inspeksi : amati kesimitrisan pada kedua sisi, adanya lesi, warna
 Palpasi : adanya nyeri tekan atau tidak, terdapat pembesaran pada
jantung
 Perkusi : normalnya terdengar bunyi pekak saat diperkusi yang
untuk menentukan batas jantung
 auskultasi : normalnya s1 (lub) dan s2 tunggal (dub), abnormalnya
terdapat bunyi s4 (gallop) sesudah bunyi dub
13) Perut/Abdomen
 Inspeksi : warna, bentuk dan ukuran perut
 Auskultasi: dengarkan suara bising usus normlanya adalah sebanyak
8-35 per menit
 Palpasi : rasakan adanya nyeri tekan dan pembesaran hati
 Perkusi : untuk menentukan suara timpani
14) Genetalia
 Inspeksi: Biasanya keadaan dan kebersihan genetalia pasien baik..
15) Sistem integrumen (kulit dan kuku)
 Inspeksi: biasanya tidak terdapat odem saat di amati dan kuku tidak
cyanosis atau ikterik
 Palpasi: Rasakan adanya perubahan-perubahan pada kelembapan atau
turgor kulit serta lakukan CRT
16) Ekstermitas: kaji kekuatan otot .
e. Pola fungsi kesehatan
1) Pola Persepsi-Managemen Kesehatan
Menggambarkan Persepsi, pemeliharaan dan penanganan
kesehatan persepsi terhadap arti kesehatan, dan penatalaksanaan
kesehatan menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan
kesehatan persepsi terhadap arti kesehatan, dan penatalaksanaan
kesehatan
2) Pola Nurtisi –Metabolik
Di awali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan
penurunan berat badan pasien.
3) Pola Eliminasi
Pola eliminasi akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4
x sehari, BAK sedikit atau jarang.
4) Pola Aktivitas
Akan terganggu kondisi karena adanya distensi abdomen yang
akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
5) Pola Kognitif Perseptual
Menjelaskan Persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi sensori
meliputi pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan, pembau
dan kompensasinya terhadap tubuh.
6) Pola Istirahat-Tidur
Pola istirahat tidur akan terganggu karena adanya distensi
abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
7) Pola Konsep Diri
Pola konsep diri merupakan gambaran, peran, identitas, harga,
ideal diri pasien selama sakit.
8) Pola Peran dan Hubungan
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien
terhadap anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal klien
Pekerjaan.
9) Pola Reproduksi/Seksual
Menggambarkan kepuasan atau masalah yang actual atau
dirasakan dengan seksualitas. Dampak sakit terhadap seksualitas,
riwayat haid,pemeriksaan mamae sendiri, riwayat penyakit hub sex.
10) Pola Pertahanan Diri (Coping-Toleransi Stres )
Menggambarkan kemampuan untuk menanngani stress dan cara
individu dalam menghadapi suatu masalah.
B. Diagnosa keperawatan
1. Kekurangan volume cairan
2. Nyeri akut
3. Kerusakan integritas kulit
4. Ketidakefektifan pola nafas
5. Ketakutan
C. Intervensi keperawatan
1. Kekurangan volume cairan
a. Batasan Karakteristik :
1) Haus
2) Kelemahan
3) Kulit kering
4) Membran mukosa kering
5) Peningkatan frekuensi nadi
b. NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 1x24 jam diharapkan
masalah kekurangan volume cairan teratasi

Kode Indikator 1 2 3 4 5
Keseimbangan cairan
060122 Denyut nadi radial
060105 Denyut perifer
060107 Keseimbangan intake dan
output dalam 24 jam
060116 Turgor kulit
060117 Kelembabann membran mukosa
060110 Asites
060113 Bola mata cekung dan lembek
Termogulasi
080001 Peningkatan suhu kulit
080009 Hipertermia
080007 Perubahan warna kulit
080014 Dehidrasi
Fungsi gastrointestinal
101524 nafsu makan
101503 frekuensi BAB
101504 warna feses
101505 konsistensi feses
101506 jumlah feses
101508 bising usus
101513 nyeri perut
101514 distensi perut
101532 mual
101533 muntah
101535 diare
101537 penurunan berat badan
c. NIC
1) Monitor cairan
a) Tentukan jumlah dan jenis intake atau asupan cairan serta kebiasaan
eliminasi
b) Pertahankan grafik pada cairan yang akurat untuk menjamin tanda
risasi pengukuran wajah
c) Cek grafik asupan dan pengeluaran secara berkala untuk memastika
pemberian layanan yang baik
2) Monitor tanda tanda vital
a) Monitor tekanan darah, nadi. Suhu, dan status pernafasan yang tepat
b) Catat gaya dan fluktuasi yang luas pada tekanan darah
c) Monitor tekanan darah saat pasien berbaring, duduk, dan berdiri
sebelum dan setelah perubahan posisi2
2. Nyeri akut
a. Batasan karakteristik
1) Dilatasi pupil
2) Ekspresi wajah nyeri (mis., mata kurang bercahaya, tampakkacau,
gerakan mata terpancar atau tetap pada satu focus, meringis)
3) Focus pada diri sendiri
4) Mengekspresikan perilaku (mis., gelisah, merengek, menangis, waspada)
b. NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 1x24 jam diharapkan
masalah nyeri teratasi

Kode Indikator 1 2 3 4 5
Kontrol nyeri
160602 Mengenali kapan nyeri terjadi
160501 Menggambarkan faktor
menyebab
160504 Menggunakan tindakan
pengurangan nyeri tanpa
analgesik
160511 Melaporkan nyeri yang
tetrkontrol
Tingkat kecemasan
121101 Tidak dapat beristirahat
121105 Perasaan gelisah
121120 Peningkatan frekuensi nadi
121122 Dilatasi pupil
121128 Menarik diri
121129 Gngguan tidur
Fungsi gastrtointestinal
101524 nafsu makan
101503 frekuensi BAB
101504 warna feses
101505 konsistensi feses
101506 jumlah feses
101508 bising usus
101513 nyeri perut
101514 distensi perut
101532 mual
101533 muntah
101535 diare
101537 penurunan berat badan
c. NIC
1) Menejemen lingkungan: kenyamanan
a) Ciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung
b) Sesuaikan suhu ruanganyang paling menyamankan individu, jika
memungkinkan
c) Sesuaikan pencahayaan untuk memenuhikebutuhan kegiatan individu,
hindari cahaya langsung pada mata
2) Terapi Relaksasi
a) Minta klien untuk rileks dan merasakan sensasi yang terjadi
b) Gunakan suara yang lembut dengan irama yang lambat untuk setiap kata
c) Tunjukkan dan praktikkan teknik relaksasi pada klien
3) Pemijatan
a) Kaji keinginan klien untuk melakukan pemijatan
b) Tatapkan lama waktu pemijatan untuk mencapai respon yang di inginkan
c) Tempatkan pada posisi yang aman untuk memfasilitasi pemijatan
3. Kerusakan integritas kulit
a. Batasan karakteristik
1) benda asing menusuk permukaan kulit
2) gangguan volume cairan
3) nutrisi tidak adekuat
b. NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 1x24 jam diharapkan
masalah kerusakan integritas kulit teratasi

Kode Indikator 1 2 3 4 5
Integritas jaringan : kulit &
membran mukosa
110101 Suhu kulit
110104 Hidrasi
110111 Perfusi jaringan
110122 Wajah pucat
Penyembuhan luka primer
110201 Memperkirakan kondisi kulit
110214 Pembentukan bekas luka
110215 Lebam di kulit sekitar
110210 Peningkatan suhu kulit
Keseimbangan cairan
060122 Denyut nadi radial
060105 Denyut perifer
060107 Keseimbangan intake dan
output dalam 24 jam
060116 Turgor kulit
060117 Kelembabann membran mukosa
060110 Asites
060113 Bola mata cekung dan lembek
c. NIC
1) Manajemen elekttolit/cairan

a) Pantau adanya tanda dan gejala overhidrasi yang memburuk atau


dehidrasi (misalnya ronchi basah dilapangan paru terdengar ,
poliuria atau oliguria, perubahan perilaku, kejang, saliva berbusa
dan kental, mata cekung atau edema, nafas dangkal dan cepat)
b) Timbang berat badan harian dan pantau gejala
c) Berikan cairan dan sesuai
d) Minimalkan pemberian asupan makanan dan minuman dengan
deuretik atau pencahar (misalnya teh, kopi, plum, supplement
herbal)
e) Jaga infuse intravena yang tepat, tranfusi darah, atau laju aliran
enteral, terutama jika tidak diatur oleh pompa
f) Pantau adanya tanda dan gejala retensi cairan
g) Monitor tanda tanda vital yang sesuai
2) Monitor cairan
a) Tentukan jumlah dan jenis inteke atau asupan cairan atau serta
kebiasaan eliminasi
b) Tentukan apakah pasien mengalami kehausan atau gejala perubahan
cairan (misalnya, pusing, sering berubah pikiran, ngelamun,
ketakutan, mudah tersinggung, mual, berkedut)
c) Periksa turgot kulit dengan memegang jaringan sekitar tulang seperti
tangan atau tulang kering, mencubit kulit dengan lembut pegang
dengan kedua lengan dan lepaskan ( dimana kulit akan turun
kembali dengan cepat jika pasien terhidrasi dengan baik)

4. Ketidakefektifan pola nafas


a. Batasan karakteristik
1) Dispnea
2) Takipnea
3) Fase ekspirasi memanjang
b. NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 1x24 jam
diharapkan masalah ketidakefektifan pola nafas teratasi
Kode Indikator 1 2 3 4 5
Status pernafasan
041501 Frekuensi pernafasan
041502 Irama pernafasan
041503 Kedalaman inspirasi
041504 Suara auskultasi nafas
041532 Kepatenan jalan nafas
Status pernafasan :
kepatenan jalan nafas
041004 Frekuensi pernafasan
041005 Irama pernafasan
0411017 Kedalaman inspirasi
041002 Ansietas
041011 Ketakutan
Tingkat kecemasan
121101 Tidak dapat beristirahat
121105 Perasaan gelisah
121120 Peningkatan frekuensi nadi
121122 Dilatasi pupil
121128 Menarik diri
121129 Gngguan tidur
5. Ketakutan
a. Batasan karakteristik
1) Dilatasi pupil
2) Gelisah
3) Peningkatan ketegangan
4) Rasa takut
5) Rasa panik
6) Pucat
b. NOC

Kode Indikator 1 2 3 4 5
Tingkat rasa takut : anak
121302 Peningkatan denyut jantung
121304 Sakit perut
121307 Kelelahan
121311 Menangis
121317 Menarik diri
121327 Gelisah
121345 Ketakutan
121347 Kepanikan
Tingkat kecemasan
121101 Tidak dapat beristirahat
121105 Perasaan gelisah
121120 Peningkatan frekuensi nadi
121122 Dilatasi pupil
121128 Menarik diri
121129 Gngguan tidur
Adaptasi relokasi
131101 Menyadari alasan untuk
merubah lingkungan sekitar
121103 Menunjukkan kepuasan akan
aktivitas sehari-hari
131119 Ansietas
131120 Ketakakutan
131121 Kecemasan
131124 Depresi

c. NIC
1) Pengurangan kecemasan
a) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
b) Nyatakan dengan jelas harapan pasien
c) Berada disisi klien untuk meningkatkan rasa aman dan mengurangi
ketakutan
2) Peningkatan keamanan
a) Sediakan lingkungan yang tidak mengancam
b) Tunjukkan ketenangan
c) Luangkan waktu bersama pasien
d) Fasilitasi orang tua yang menginap bersama anak yang dirawat di
rumah sakit
3) Teknik menenangkan
a) Pertahankan sikap yang tenang dan hati-hati
b) Pertahankan kontak mata
c) Berada disisi klien
d) Yakinkan keselamatan dan keamanan klien

DAFTAR PUSTAKA
Barrett J. Fhogartaigh CN. Gastroenteritis bakteri, Medicine (2017). Bacterial
gastroenteritis. Elsivier

Bulechek, Gloria M. 2013. Nursing intenvention classification (NIC) CV.Mocomedia:


Elsivier inc

Moorhead, Marion Johnson & Sue. 2013. Nursing outcomes classification (NOC).CV.
Mocomedia: Elservier inc.

Muttaqin,Arif dan Sari,Kumala. 2011.Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan


Keperawatan medical bedah. Jakarta :Selembang Medikal.

Nancy S. Graves. 2013. Acute Gastroenteritis. Department of Family and Community


Medicine, Milton S. Hershey Medical Center, Penn State Hershey, 500 University
Drive, Hershey, PA 17033, USA. http://dx.doi.org/10.1016/j.pop.2013.05.006. Elsevier
Syaifuddin. 2011. Anatomi Fisiologi : Kurikulum berbasis kompotensi Untuk keperawatan
dan kebidanan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai