DENGAN PENDARAHAN SALURAN CERNA BAGIAN ATAS DI RUANG POLI ANAK RSHS
Disusun Oleh Setiadi Nugraha 4006170009
Pembimbing Akademik
( )
PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XI
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKES DHARMA HUSADA BANDUNG 2017 A. Defenisi Perdarahan saluran cerna bahagian atas (didefinisikan sebagai perdarahan yang terjadi di sebelah proksimal ligamentum Treitz pada duodenum distal. Sebagian besar perdarahan saluran cerna bahagian atas terjadi sebagai akibat penyakit ulkus peptikum (PUD, peptic ulcer disease) (yang disebabkan oleh H. Pylori atau penggunaan obat-obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS) atau alkohol). Robekan Mallory-Weiss, varises esofagus, dan gastritis merupakan penyebab perdarahan saluran cerna bahagian atas yang jarang. (Dubey, S., 2008) B. Anatomi & Fisiologi Anatomi saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Fisiologi sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Anatomi dan fisiologi sistem pencernaan yaitu : 1. Mulut Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air. Mulut merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap dan jalan masuk untuk system pencernaan yang berakhir di anus. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. 2. Tenggorokan (Faring) Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium. 3. Kerongkongan (Esofagus) Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi, esofagus dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka), bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus), serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus). 4. Lambung Merupakan organ otot berongga yang besar, yang terdiri dari tiga bagian yaitu kardia, fundus dan antrium. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting yaitu lendir, asam klorida (HCL), dan prekusor pepsin (enzim yang memecahkan protein). Lendir melindungi sel sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung dan asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri. 5. Usus halus (usus kecil) Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus terdiri dari lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang dan lapisan serosa. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum). a. Usus Dua Belas Jari (Duodenum) Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum treitz. Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan. C. Tanda & Gejala Menurut Suharyono (2008), tanda dan gejala penyakit gastroenteritis antara lain : Diare (frekuensi tinja meningkat dan feses lembek/ cair), demam karena adanya organisme invasit yang menyebabkan infeksi, muntah, nyeri abdomen, dehidrasi, penampakan pucat, mata cekung, mata kering, malaise, weightloss (BB menurun). D. Etiologi Suharyono (2008) dan Sudoyo (2006) menyebutkan bahwa penyebab dari gastroenteritis antara lain : 1. Faktor Infeksi a. Infeksi Internal : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama gastroenteritis. Penyebab infeksi internal adalah virus, bakteri dan parasite. a) Infeksi Virus 1) Retovirus 2) Enterovirus 3) Adenovirus b) Infeksi Bakteri 1) Sigella 2) Salmonella 3) Escheria coli 4) Campylobacter 5) Yersinia Enterecolitica b. Infeksi Parenteral Ialah infeksi diluar alat pencernaan seperti otitis media akut (OMA), tonsillitis, bronkopneumoni, ensefalitis dan lain-lain. 2. Faktor Non Infeksi a. Malabsorbsi karbohidrat, protein dan lemak b. Faktor makanan: Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan. 3. Faktor Imun Defisiensi imun terutama SIAg (Secretory Imunoglobulin A) yang mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/ flora usus dan jamur terutama candida. E. Patofisiologi Proses terjadinya penyakit gastroenteritis dilihat dari beberapa faktor penyebab antara lain : 1. Faktor Kelainan pada Saluran Makanan Kelainan pada lambung, usus halus dan usus besar yang disebabkan untuk penyakit antara lain akilia gastrika, humor, pasca gastrektomi, vagotomi, vistula intestinal. Obstruksi intestinal parsial, divertikulosis, kolitis ulserosa, poliposis dan endotriatis dapat mengakibatkan perubahan pergerakan pada dinding usus. Jika pergerakan dinding unsur menurun (normal 5 30x menit) hal ini menyebabkan perkembang biakan bakteri bertambah dalam rongga usus atau jika pergerakan dinding usus meningkat, peristaltik usus juga meningkat, sehingga terjadi percepatan kontak makanan dengan permukaan usus, makanan lebih cepat masuk kedalam lumen usus dan kolon, kolon bereaksi cepat untuk mengeluarkan isinya sehingga terjadi hipersekresi yang menambah keenceran tinja. 2. Faktor Infeksi Parasit, bakteri, virus dan jamur yang masuk ke dalam lambung akan dinetralisasi oleh asam lambung (HCL), mikroorganisme tersebut bisa mati atau tetap hidup, jika masih hidup mikroorganisme tersebut akan masuk ke dalam usus halus dan berkembang biak. Didalam usus halus akan mengeluarkan toksin yang sifatnya merusak vili-vili usus dan dapat meningkatkan peristaltis usus sehingga penyerapan makanan, air, dan elektrolit terganggu, terjadilah hipersekresi yang mengakibatkan diare. 3. Faktor Makanan Makanan yang terkontaminasi, mengandung kimia beracun, basi, masuk melalui mulut ke dalam lambung. Didalam lambung makanan akan dinetralisir oleh asam lambung. Apabila lolos, makanan yang mengandung zat kimia beracun akan sulit diserap oleh usus halus dan bersifat merusak, reaksi usus akan mengeluarkan cairan sehingga terjadi peningkatan jumlah cairan dalam usus yang mengakibatkan diare (Price, 2005) F. Pathway (Terlampir) G. Pemeriksaan Penunjang Dalam anamnesis yang perlu ditekankan adalah waktu terjadinya perdarahan, perkiraan darah yang keluar, riwayat perdarahan sebelumnya, riwayat perdarahan dalam keluarga, ada tidaknya perdarahan di bagian tubuh lain, penggunaan obatobatan terutama anti inflamasi non steroid, penggunaan obat antiplatelet, kebiasaan minum alkohol, kemungkinan adanya penyakit hati kronik, diabetes mellitus, demam tifoid, gagal ginjal, hipertensi dan riwayat transfuse sebelumnya. 1. Inspeksi dengan nasogastric tube (NGT) 2. Pemeriksaan laboratorium 3. Endoskopi diagnostic 4. Radionuclide Scanning 5. Arteriografi selektif 6. Radiografi barium kontras H. Penatalaksanaan Medis & Keperawatan Prinsip penanganan mencakup tindakan suportif dan terapi untuk mengontrol perdarahan aktif. (Pudjiadi, 2010) 1. Suportif a. Stabilisasi hemodinamik dengan resusitasi cairan intravena kristaloid. Pada perdarahan karena varises pemberian cairan harus hati-hati untuk menghindari pengisian intravaskular terlalu cepat yang meningkatkan tekanan porta dan memicu perdarahan berulang. b. Oksigenasi pada perdarahan aktif masif dengan syok. c. Pada perdarahan masif diberi transfusi darah untuk memperbaiki kapasitas pengangkutan oksigen. Transfusi darah sebaiknya diberikan hingga target hematokrit kurang dari 30% untuk menghindari kondisi overtransfused yang dapat meningkatkan tekanan porta dan memicu perdarahan berulang. Pemantauan hematokrit diperlukan pada kasus perdarahan aktif. d. Koreksi koagulasi atau trombositopenia (fresh frozen plasma, trombosit). 2. Pengobatan spesifik untuk mengontrol perdarahan: a. Perdarahan aktif Gastric acid secretion inhibitor IV: 1) Ranitidin (antagonis histamin-2) infus kontinu 1 mg/kgBB dilanjutkan 24 mg/kgBB/hari atau bolus 35 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis. 2) Pantoprazol (proton pump inhibitor/PPI): anak-anak <40 kg: 0,51 mg/kgBB/hari IV sekali sehari; anak-anak >40 kg: 2040 mg sekali sehari (maksimal 40 mg/ hari). Agen vasoaktif IV: mempunyai efek menurunkan tekanan vena porta dengan menurunkan aliran darah splanik. 1) Oktreotid (analog somatostatin): 1 mcg/kgBB IV bolus (maksimal 50 mcg) dilanjutkan 14 mcg/ kgBB/jam. Bila perdarahan sudah terkontrol, dosis diturunkan 50% perlahan- lahan tiap 12 jam hingga mencapai 25% dosis pertama baru dihentikan. Oktreotid lebih disukai karena lebih sedikit menimbulkan efek samping sistemik dibanding vasopressin dan mempunyai efek mengurangi sekresi asam lambung. Efek samping yang sering dijumpai adalah hiperglikemia. 2) Vasopresin (hormon antidiuretik) 0,0020,005 unit/kgBB/menit tiap 12 jam kemudian diturunkan dalam 2448 jam (maksimum 0,2 unit/menit). Vasopresin mempunyai efek samping vasokonstriksi perifer dan memicu gagal ginjal. 3. Pemasangan pipa nasogastric Bertujuan untuk mengeluarkan sisa bekuan darah, melihat apakah perdarahan masih berlangsung dan untuk persiapan endoskopi emergensi. Sisa bekuan darah yang tidak segera dikeluarkan akan menjadi sumber protein yang dapat memicu ensefalopati dan dapat pula meningkatkan aliran darah limpa sehingga memperberat perdarahan. 4. Endoskopi a. Gastroskopi Terapi ligasi dan skleroterapi untuk perdarahan karena varises esofagus. Efek tidak diinginkan skleroterapi adalah striktur yang terjadi pada sekitar 15% anak pasca-terapi sklerosing. Rebleeding dapat terjadi pasca-terapi dan lebih sering pada skleroterapi dibanding ligasi. 5. Antibiotik: sesuai indikasi. 6. Angiografi Menggunakan teknik embolisasi atau vasopresin. Vasopresin lebih bermanfaat untuk perdarahan difus atau perdarahan dari pembuluh darah kecil I. Komplikasi 1. Syok hypovolemia 2. Aspirasi pneumonia 3. Gagal ginjal akut 4. Anemia karena perdarahan 5. Sindrom hepatorenal 6. Koma hepatikum L. Diagnosa Banding 1. Hemoptisis 2. Hematoskezia M. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN N. DATA FOKUS PENGKAJIAN Anamnesis 1. Identitas pasien : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, perkawinan, alamat, agama, suku. 2. Keluhan utama : Muntah darah (hematemesis) dan buang air besar berdarah (melena). 3. Riwayat penyakit sekarang : - Pernahkah pasien muntah darah atau ada butiran kopi? - Berapa banyak, berapa kali, dan sejak kapan pasien muntah? - Apakah muntah pertama mengandung darah atau hanya yang berikutnya? (Pertimbangkan kemungkinan perdarahan akibat robekan Mallory-Weiss karena robekan esofagus setelah muntah.) Berapa perkiraan jumlah darah yang keluar? - Adakah gangguan pencernaan, nyeri dada, refluks asam, atau nyeri abdomen? Adakah lemah, nyeri kepala, berkeringat atau mual? - Adakah kehilangan darah per rektum atau melena (yang menunjukkan perdarahan gastrointestinal bagian atas)? Apakah darah tercampur atau terpisah dari tinja? Apakah tampak pada kertas toilet? Berapa perkiraan jumlah darah yang hilang? Adakah perubahan kebiasaan buang air besar? Adakah rasa nyeri saat defekasi? Adakah lendir? Adakah diare? - Apakah ada demam? Demam biasanya tidak tinggi, tetapi suhu dapat mencapai 103o F (39,5o C). - Apakah pasien pingsan atau pusing, khususnya saat duduk/berdiri tegak? Rasa pusing yang dipengaruhi posisi tubuh. Penurunan kesadaran pada hematemesis atau melena menunjukkan perdarahan yang signifikan secara hemodinamik. - Adakah gejala yang menunjukkan anemia kronis (pucat, toleransi olahraga menurun, lelah, angina, sesak napas)? - Adakah nyeri abdomen (pertimbangkan ulkus)? 4. Riwayat penyakit dahulu : Riwayat perdarahan sebelumnya, dispepsia, tukak/ulcer, cepat kenyang, anemia, penyakit hati kronis, misalnya hepatitis B atau C, sirosis (pertimbangkan varises). 5. Riwayat penyakit keluarga : Riwayat keganasan usus, kolitis, sindrom Osler-Weber- Rendu (lesi di bibir), hemofilia atau telangiektasia hemoragik herediter. 6. Riwayat keracunan (intoksikasi) : Keracunan alkohol, obat bius 7. Kebiasaan : Riwayat konsumsi alkohol berlebihan (pertimbangkan gastritis, ulkus atau perdarahan varises). 8. Riwayat konsumsi obat : Konsumsi aspirin dan OAINS (pertimbangkan ulkus peptikum), obat antikoagulan misalnya warfarin, atau Fe (menyebabkan tinja berwarna hitam). O. PEMERIKSAAN FISIK 1. Tanda-tanda syok : takikardia, akral dingin dan lembab, takipnu, oliguria, penurunan kesadaran, hipotensi ortostatik, JVP (Jugular Vein Pressure) meningkat. 2. Tanda-tanda penyakit hati kronis dan sirosis : hipertensi portal (pecahnya varises esofagus, asites, splenomegali), ikterus, edema tungkai dan sakral, spider nevi, eritema palmarum, ginekomasti, venektasi dinding perut (caput medusa), asteriksis (flapping tremor). 3. Tanda-tanda anemia : pucat, koilonikia, telangiektasia 4. Tanda-tanda sindrom Peutz-Jegher : bintik-bintik coklat pada kulit muka dan mukosa pipi. 5. Lesi-lesi telangiektasi yang berdenyut merupakan indikasi telangiektasi hemoragik herediter. 6. Koagulopati : purpura, memar, epistaksis 7. Tanda-tanda keganasan : limfadenopati, organomegali (hepatomegali, splenomegali), penurunan berat badan, anoreksia, rasa lemah. Pemeriksaan abdomen : untuk mengetahui adanya nyeri tekan, distensi, atau massa. Adanya nyeri tekan epigastrik merupakan tanda ulkus peptikum, dan adanya hepatosplenomegali meningkatkan kemungkinan varises. Pemeriksaan rektal untuk massa, darah, melena, dan darah samar pada feses. P. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Pola napas tidak efektif b/d penurunan curah jantung akibat dari kehilangan darah secara tiba-tiba. 2. Nyeri Akut b/d syok kardiogenik. Ditandai dengan Ds : pasien mengatakan nyeri dada 3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake nutrisi tidak adekuat ditandai dengan Ds : Tn A mengeluh badannya tremor dan pusing serta muntah darah. 4. Defisit volume cairan b/d dehidrasi, syok hipovolemik, dan perdarahan berlebihan. 5. Hipertermi b/d peningkatan suhu tubuh. Ditandai dengan Do : suhu 37 C 6. Ansietas b/d ancaman kematian Q. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN 1. Pola napas tidak efektif b/d penurunan curah jantung akibat dari
kehilangan darah secara tiba-tiba.
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Pola Nafas tidak efektif NOC: NIC:
berhubungan dengan : Respiratory status : Posisikan pasien untuk - Hiperventilasi Ventilation memaksimalkan ventilasi - Penurunan Respiratory status : Airway Pasang mayo bila perlu energi/kelelahan patency Lakukan fisioterapi dada jika - Perusakan/pelemahan Vital sign Status perlu muskulo-skeletal Keluarkan sekret dengan - Kelelahan otot pernafasan Setelah dilakukan tindakan batuk atau suction - Hipoventilasi sindrom keperawatan selama Auskultasi suara nafas, catat - Nyeri ..pasien menunjukkan adanya suara tambahan - Kecemasan keefektifan pola nafas, Berikan bronkodilator : - Disfungsi Neuromuskuler dibuktikan dengan kriteria -.. - Obesitas hasil: . - Injuri tulang belakang Mendemonstrasikan batuk Berikan pelembab udara efektif dan suara nafas yang Kassa basah NaCl Lembab DS: bersih, tidak ada sianosis Atur intake untuk cairan - Dyspnea dan dyspneu (mampu mengoptimalkan - Nafas pendek mengeluarkan sputum, keseimbangan. DO: mampu bernafas dg mudah, Monitor respirasi dan status O2 - Penurunan tekanan tidakada pursed lips) Bersihkan mulut, hidung dan inspirasi/ekspirasi Menunjukkan jalan nafas secret trakea - Penurunan pertukaran yang paten (klien tidak Pertahankan jalan nafas yang udara per menit merasa tercekik, irama paten - Menggunakan otot nafas, frekuensi pernafasan Observasi adanya tanda tanda pernafasan tambahan dalam rentang normal, tidak hipoventilasi - Orthopnea ada suara nafas abnormal) Monitor adanya kecemasan - Pernafasan pursed-lip Tanda Tanda vital dalam pasien terhadap oksigenasi - Tahap ekspirasi rentang normal (tekanan Monitor vital sign berlangsung sangat lama darah, nadi, pernafasan) Informasikan pada pasien dan - Penurunan kapasitas vital keluarga tentang tehnik - Respirasi: < 11 24 x relaksasi untuk memperbaiki /mnt pola nafas. Ajarkan bagaimana batuk efektif Monitor pola nafas a. Nyeri Akut b/d syok kardiogenik. Ditandai dengan Ds : pasien mengatakan
nyeri dada
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan: Pain Level, Lakukan pengkajian nyeri secara Agen injuri (biologi, kimia, pain control, komprehensif termasuk lokasi, fisik, psikologis), kerusakan comfort level karakteristik, durasi, frekuensi, jaringan Setelah dilakukan tinfakan kualitas dan faktor presipitasi keperawatan selama . Observasi reaksi nonverbal dari DS: Pasien tidak mengalami ketidaknyamanan - Laporan secara verbal nyeri, dengan kriteria hasil: Bantu pasien dan keluarga untuk DO: Mampu mengontrol nyeri mencari dan menemukan - Posisi untuk menahan (tahu penyebab nyeri, dukungan nyeri mampu menggunakan Kontrol lingkungan yang dapat - Tingkah laku berhati-hati tehnik nonfarmakologi mempengaruhi nyeri seperti suhu - Gangguan tidur (mata untuk mengurangi nyeri, ruangan, pencahayaan dan sayu, tampak capek, sulit mencari bantuan) kebisingan atau gerakan kacau, Melaporkan bahwa nyeri Kurangi faktor presipitasi nyeri menyeringai) berkurang dengan Kaji tipe dan sumber nyeri untuk - Terfokus pada diri sendiri menggunakan manajemen menentukan intervensi - Fokus menyempit nyeri Ajarkan tentang teknik non (penurunan persepsi Mampu mengenali nyeri farmakologi: napas dala, waktu, kerusakan proses (skala, intensitas, frekuensi relaksasi, distraksi, kompres berpikir, penurunan dan tanda nyeri) hangat/ dingin interaksi dengan orang Menyatakan rasa nyaman Berikan analgetik untuk dan lingkungan) setelah nyeri berkurang mengurangi nyeri: ... - Tingkah laku distraksi, Tanda vital dalam rentang Tingkatkan istirahat contoh : jalan-jalan, normal Berikan informasi tentang nyeri menemui orang lain Tidak mengalami seperti penyebab nyeri, berapa dan/atau aktivitas, gangguan tidur lama nyeri akan berkurang dan aktivitas berulang-ulang) antisipasi ketidaknyamanan dari - Respon autonom (seperti prosedur diaphoresis, perubahan Monitor vital sign sebelum dan tekanan darah, perubahan sesudah pemberian analgesik nafas, nadi dan dilatasi pertama kali pupil) - Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku) - Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah) - Perubahan dalam nafsu makan dan minum
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake nutrisi tidak adekuat
ditandai dengan Ds : Tn A mengeluh badannya tremor dan pusing serta
muntah darah.
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Ketidakseimbangan nutrisi NOC: Kaji adanya alergi makanan
kurang dari kebutuhan a. Nutritional status: Kolaborasi dengan ahli gizi untuk tubuh Adequacy of nutrient menentukan jumlah kalori dan Berhubungan dengan : b. Nutritional Status : food nutrisi yang dibutuhkan pasien Ketidakmampuan untuk and Fluid Intake Yakinkan diet yang dimakan memasukkan atau c. Weight Control mengandung tinggi serat untuk mencerna nutrisi oleh Setelah dilakukan tindakan mencegah konstipasi karena faktor biologis, keperawatan Ajarkan pasien bagaimana psikologis atau ekonomi. selama.nutrisi kurang membuat catatan makanan DS: teratasi dengan indikator: harian. - Nyeri abdomen Albumin serum Monitor adanya penurunan BB - Muntah Pre albumin serum dan gula darah - Kejang perut Hematokrit Monitor lingkungan selama makan - Rasa penuh tiba-tiba Hemoglobin Jadwalkan pengobatan dan setelah makan Total iron binding capacity tindakan tidak selama jam makan DO: Jumlah limfosit Monitor turgor kulit - Diare Monitor kekeringan, rambut - Rontok rambut yang kusam, total protein, Hb dan kadar berlebih Ht - Kurang nafsu makan Monitor mual dan muntah - Bising usus berlebih Monitor pucat, kemerahan, dan - Konjungtiva pucat kekeringan jaringan konjungtiva - Denyut nadi lemah Monitor intake nuntrisi Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat nutrisi Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen makanan seperti NGT/ TPN sehingga intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan. Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan Kelola pemberan anti emetik:..... Anjurkan banyak minum Pertahankan terapi IV line Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oval c. Defisit volume cairan b/d dehidrasi, syok hipovolemik, dan perdarahan
berlebihan.
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Defisit Volume Cairan NOC: NIC :
Fluid balance Pertahankan catatan intake Berhubungan dengan: Hydration dan output yang akurat - Kehilangan volume Nutritional Status : Food Monitor status hidrasi cairan secara aktif and Fluid Intake ( kelembaban membran - Kegagalan mekanisme Setelah dilakukan tindakan mukosa, nadi adekuat, pengaturan keperawatan selama.. tekanan darah ortostatik ), jika defisit volume cairan teratasi diperlukan DS : dengan kriteria hasil: Monitor hasil lab yang sesuai - Haus Mempertahankan urine dengan retensi cairan (BUN , DO: output sesuai dengan Hmt , osmolalitas urin, - Penurunan turgor usia dan BB, BJ urine albumin, total protein ) kulit/lidah normal, Monitor vital sign setiap - Membran mukosa/kulit Tekanan darah, nadi, 15menit 1 jam kering suhu tubuh dalam batas Kolaborasi pemberian cairan - Peningkatan denyut nadi, normal IV penurunan tekanan Tidak ada tanda tanda Monitor status nutrisi darah, penurunan dehidrasi, Elastisitas Berikan cairan oral volume/tekanan nadi turgor kulit baik, Berikan penggantian - Pengisian vena menurun membran mukosa nasogatrik sesuai output (50 - Perubahan status mental lembab, tidak ada rasa 100cc/jam) - Konsentrasi urine haus yang berlebihan Dorong keluarga untuk meningkat membantu pasien makan - Temperatur tubuh Orientasi terhadap waktu Kolaborasi dokter jika tanda meningkat dan tempat baik cairan berlebih muncul - Kehilangan berat badan Jumlah dan irama meburuk secara tiba-tiba pernapasan dalam batas Atur kemungkinan tranfusi - Penurunan urine output normal Persiapan untuk tranfusi - HMT meningkat Elektrolit, Hb, Hmt dalam Pasang kateter jika perlu - Kelemahan batas normal Monitor intake dan urin output pH urin dalam batas setiap 8 jam normal Intake oral dan intravena adekuat
d. Hipertermi b/d peningkatan suhu tubuh. Ditandai dengan Do : suhu 37 C
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Hipertermia NOC: NIC :
Berhubungan dengan : Thermoregulasi Monitor suhu sesering - penyakit/ trauma mungkin - peningkatan Setelah dilakukan tindakan Monitor warna dan suhu kulit metabolisme keperawatan Monitor tekanan darah, nadi - aktivitas yang selama..pasien dan RR berlebih menunjukkan : Monitor penurunan tingkat - dehidrasi Suhu tubuh dalam batas kesadaran normal dengan kreiteria Monitor WBC, Hb, dan Hct DO/DS: hasil: Monitor intake dan output kenaikan suhu tubuh Suhu 36 37C Berikan anti piretik: diatas rentang normal Nadi dan RR dalam Kelola serangan atau konvulsi rentang normal Antibiotik: (kejang) Tidak ada perubahan .. kulit kemerahan warna kulit dan tidak Selimuti pasien pertambahan RR ada pusing, merasa Berikan cairan intravena takikardi nyaman Kompres pasien pada lipat Kulit teraba panas/ paha dan aksila hangat Tingkatkan sirkulasi udara Tingkatkan intake cairan dan nutrisi Monitor TD, nadi, suhu, dan RR Catat adanya fluktuasi tekanan darah Monitor hidrasi seperti turgor kulit, kelembaban membran mukosa)
e. Ansietas b/d ancaman kematian
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kecemasan berhubungan NOC : NIC :
dengan - Kontrol kecemasan Anxiety Reduction (penurunan - Koping kecemasan) Faktor keturunan, Krisis Setelah dilakukan asuhan situasional, Stress, selama klien Gunakan pendekatan yang perubahan status kecemasan teratasi dgn menenangkan kesehatan, ancaman kriteria hasil: Nyatakan dengan jelas Klien mampu harapan terhadap pelaku kematian, perubahan mengidentifikasi dan pasien konsep diri, kurang mengungkapkan gejala Jelaskan semua prosedur dan pengetahuan dan cemas apa yang dirasakan selama hospitalisasi Mengidentifikasi, prosedur mengungkapkan dan Temani pasien untuk menunjukkan tehnik memberikan keamanan dan DO/DS: untuk mengontol cemas mengurangi takut Vital sign dalam batas Berikan informasi faktual - Insomnia normal mengenai diagnosis, tindakan - Kontak mata kurang Postur tubuh, ekspresi prognosis - Kurang istirahat wajah, bahasa tubuh dan Libatkan keluarga untuk - Berfokus pada diri sendiri tingkat aktivitas mendampingi klien - Iritabilitas menunjukkan Instruksikan pada pasien - Takut berkurangnya untuk menggunakan tehnik - Nyeri perut kecemasan relaksasi - Penurunan TD dan denyut Dengarkan dengan penuh nadi perhatian - Diare, mual, kelelahan Identifikasi tingkat kecemasan - Gangguan tidur Bantu pasien mengenal situasi - Gemetar yang menimbulkan - Anoreksia, mulut kering kecemasan - Peningkatan TD, denyut Dorong pasien untuk nadi, RR mengungkapkan perasaan, - Kesulitan bernafas ketakutan, persepsi - Bingung Kelola pemberian obat anti - Bloking dalam cemas:........ pembicaraan - Sulit berkonsentrasi DAFTAR PUSTAKA Dubey, S., 2008. Perdarahan Gastrointestinal Atas. Dalam: Greenberg, M.I., et al. Teks Atlas Kedokteran Kedaruratan Greenberg Vol 1. Jakarta: Penerbit Erlangga, 275. Price, S.A & Wilson, L.M, 2005, patofisiologi : Clinical Concepts of Desiase Process, Edisi 6, Vol 2, Alih bahasa, Braham U.Pendit, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta Pudjiadi Antonius, H., Hegar Badriul, dkk. (2010). Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: IDAI. Sudoyo, Aru W, Alwin, Simadibrata, dkk, 2006, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta Suharyono, 2008, Diare Akut, Jakarta : Gramedia Wilkinson, Judith M & Ahern, Nancy R. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9 Nanda Nic Noc. Jakarta : EGC LAMPIRAN JURNAL