Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

DIARE

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

Keperawatan Anak

Oleh :

Nama : OCTARIYANI
NPM : 210103039
Dosen Pembimbing :

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS ASIYAH PRINGSEWU
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
DIARE

1. PENGERTIAN
Gastroentritis ( GE ) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan
usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai
muntah (Sowden,et all.2016).Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar
yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi yang lebih
banyak dari biasanya (FKUI,2015).Gastroenteritis adalah inflamasi pada
daerah lambung dan intestinal yang disebabkan oleh bakteri yang bermacam-
macam,virus dan parasit yang patogen (Whaley &
Wong’s,2015).Gastroenteritis adalah kondisi dengan karakteristik adanya
muntah dan diare yang disebabkan oleh infeksi,alergi atau keracunan zat
makanan ( Marlenan Mayers,2015 ). Diare adalah buang air besar dengan
jumlah feces yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml/jam feces).
Dengan feces berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat) dapat pula
disertai frekuensi BAB yang meningkat. (Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1
Edisi Arief Mansjoer, 2017)
Diare adalah BAB encer atau cair lebih dari tiga kali sehari (WHO/2020).

2. ETIOLOGI
Penyebab gastroenteritis adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus e
nteris, VirusNorwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella,
Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia,
Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan
infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana
merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut.
Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu klien ke klien
yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan
dan minuman yang terkontaminasi.

Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik


(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam
rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare ). Selain itu
menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air
dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan mutilitas usus yang
mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri
adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan
asam basa (asidosis metabolik dan hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang,
output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.

3. TANDA DAN GEJALA


a. Diare.
b. Muntah.
c. Demam.
d. Nyeri abdomen
e. Membran mukosa mulut dan bibir kering
f. Fontanel cekung
g. Kehilangan berat badan
h. Tidak nafsu makan
i. Badan terasa lemah

3. PATOFISIOLOGI
Fungsi utama dari saluran cerna adalah menyiapkan makanan untuk keperluan
hidup sel, pembatasan sekresi empedu dari hepar dan pengeluaran sisa-sisa
makanan yang tidak dicerna. Fungsi tadi memerlukan berbagai proses fisiologi
pencernaan yang majemuk, aktivitas pencernaan itu dapat berupa:
a. Proses masuknya makanan dari mulut kedalam usus.
b. Proses pengunyahan (mastication) : menghaluskan makanan secara
mengunyah dan mencampur.dengan enzim-enzim di rongga mulut
c. Proses penelanan makanan (diglution) : gerakan makanan dari mulut ke
gaster
d. Pencernaan (digestion) : penghancuran makanan secara mekanik,
percampuran dan hidrolisa bahan makanan dengan enzim-enzim
e. Penyerapan makanan (absorption): perjalanan molekul makanan melalui
selaput lendir usus ke dalam. sirkulasi darah dan limfe.
f. Peristaltik: gerakan dinding usus secara ritmik berupa gelombang
kontraksi sehingga makanan bergerak dari lambung ke distal.
g. Berak (defecation) : pembuangan sisa makanan yang berupa tinja.

Dalam keadaan normal dimana saluran pencernaan berfungsi efektif akan


menghasilkan ampas tinja sebanyak 50-100 gr sehari dan mengandung air
sebanyak 60-80%. Dalam saluran gastrointestinal cairan mengikuti secara pasif
gerakan bidireksional transmukosal atau longitudinal intraluminal bersama
elektrolit dan zat zat padat lainnya yang memiliki sifat aktif osmotik. Cairan yang
berada dalam saluran gastrointestinal terdiri dari cairan yang masuk secara per
oral, saliva, sekresi lambung, empedu, sekresi pankreas serta sekresi usus halus.
Cairan tersebut diserap usus halus, dan selanjutnya usus besar menyerap kembali
cairan intestinal, sehingga tersisa kurang lebih 50-100 gr sebagai tinja.
Motilitas usus halus mempunyai fungsi untuk:
a. Menggerakan secara teratur bolus makanan dari lambung ke sekum
b. Mencampur khim dengan enzim pankreas dan empedu
c. Mencegah bakteri untuk berkembang biak.
Faktor-faktor fisiologi yang menyebabkan diare sangat erat hubungannya satu
dengan lainnya. Misalnya bertambahnya cairan pada intraluminal akan
menyebabkan terangsangnya usus secara mekanis, sehingga meningkatkan
gerakan peristaltik usus dan akan mempercepat waktu lintas khim dalam usus.
Keadaan ini akan memperpendek waktu sentuhan khim dengan selaput lendir
usus, sehingga penyerapan air, elektrolit dan zat lain akan mengalami gangguan.
Berdasarkan gangguan fungsi fisiologis saluran cerna dan macam penyebab dari
diare, maka patofisiologi diare dapat dibagi dalam 3 macam kelainan pokok yang
berupa :

1. Kelainan gerakan transmukosal air dan elektrolit (karena toksin)


Gangguan reabsorpsi pada sebagian kecil usus halus sudah dapat
menyebabkan diare, misalnya pada kejadian infeksi. Faktor lain yang juga cukup
penting dalam diare adalah empedu. Ada 4 macam garam empedu yang terdapat
di dalam cairan empedu yang keluar dari kandung empedu. Dehidroksilasi asam
dioksikholik akan menyebabkan sekresi cairan di jejunum dan kolon, serta akan
menghambat absorpsi cairan di dalam kolon. Ini terjadi karena adanya sentuhan
asam dioksikholik secara langsung pada permukaan mukosa usus. Diduga bakteri
mikroflora usus turut memegang peranan dalam pembentukan asam dioksi kholik
tersebut. Hormon-hormon saluran cerna diduga juga dapat mempengaruhi
absorpsi air pada mukosa. usus manusia, antara lain adalah: gastrin, sekretin,
kholesistokinin dan glukogen. Suatu perubahan PH cairan usus juga. dapat
menyebabkan terjadinya diare, seperti terjadi pada Sindroma Zollinger
Ellison atau pada Jejunitis.

2. Kelainan cepat laju bolus makanan didalam lumen usus (invasive diarrhea)
Suatu proses absorpsi dapat berlangsung sempurna dan normal bila bolus
makanan tercampur baik dengan enzim-enzim saluran cerna dan. berada dalam
keadaan yang cukup tercerna. Juga. waktu sentuhan yang adekuat antara khim dan
permukaan mukosa usus halus diperlukan untuk absorpsi yang normal.
Permukaan mukosa usus halus kemampuannya berfungsi sangat kompensatif, ini
terbukti pada penderita yang masih dapat hidup setelah reseksi usus, walaupun
waktu lintas menjadi sangat singkat. Motilitas usus merupakan faktor yang
berperanan penting dalam ketahanan local mukosa usus. Hipomotilitas dan stasis
dapat menyebabkan mikro organisme berkembang biak secara berlebihan (tumbuh
lampau atau overgrowth) yang kemudian dapat merusak mukosa usus,
menimbulkan gangguan digesti dan absorpsi, yang kemudian menimbulkan diare.
Hipermotilitas dapat terjadi karena rangsangan hormon prostaglandin, gastrin,
pankreosimin; dalam hal ini dapat memberikan efek langsung sebagai diare.
Selain itu hipermotilitas juga dapat terjadi karena pengaruh
enterotoksin staphilococcus maupun kholera atau karena ulkus mikro yang invasif
o1eh Shigella atau Salmonella.Selain uraian di atas haruslah diingat bahwa
hubungan antara aktivitas otot polos usus,gerakan isi lumen usus dan absorpsi
mukosa usus merupakan suatu mekanisme yang sangat kompleks.

3. Kelainan tekanan osmotik dalam lumen usus (virus).


Dalam beberapa keadaan tertentu setiap pembebanan usus yang melebihi
kapasitas dari pencernaan dan absorpsinya akan menimbulkan diare. Adanya
malabsorpsi dari hidrat arang, lemak dan zat putih telur akan menimbulkan
kenaikan daya tekanan osmotik intra luminal, sehingga akan dapat menimbulkan
gangguan absorpsi air. Malabsorpsi hidrat arang pada umumnya sebagai
malabsorpsi laktosa yang terjadi karena defesiensi enzim laktase. Dalam hal ini
laktosa yang terdapat dalam susu tidak sempurna mengalami hidrolisis dan kurang
di absorpsi oleh usus halus. Kemudian bakteri-bakteri dalam usus besar memecah
laktosa menjadi monosakharida dan fermentasi seterusnya menjadi gugusan asam
organik dengan rantai atom karbon yang lebih pendek yang terdiri atas 2-4 atom
karbon. Molekul-molekul inilah yang secara aktif dapat menahan air dalam lumen
kolon hingga terjadi diare. Defisiensi laktase sekunder atau dalam pengertian yang
lebih luas sebagai defisiensi disakharidase (meliputi sukrase, maltase, isomaltase
dan trehalase) dapat terjadi pada setiap kelainan pada mukosa usus halus. Hal
tersebut dapat terjadi karena enzim-enzim tadi terdapat pada brush border epitel
mukosa usus.
4. PATHWAY DIARE
5. MANIFESTASI KLINIS
Pasien dengan diare akut akibat infeksi sering mengalami naurea muntah,
nyeri perut sampai kejang perut, deman dan diare. Terjadinya renjatan
hipovolemik harus dihindari. Kekurangan cairan menyebabkan pasien akan
merasa haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun, serta
suara menjadi serak. Gangguan Biokimiawi seperti asidosis metabolik akan
menyebabkan frekuensi pernafasan lebih cepat dan dalam (pernafasan
kusmaul). Bila terjadi renjatan hipovolemik barat maka denyut nadi cepat
(lebih dari 120x / menit), tekanan darah menurun sampai tak terukur, pasien
gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstrimitas dingin, kadang sianosis.
Kekurangan kalium menyebabkan aritmia jantung perfusi ginjal menurun
sehingga timbul anuria, sehingga bila kekurangan cairan tak segera diatasi
dapat timbul penyakit berupa nekrosis tubulas akut. Secara klinis diare karena
infeksi akut terbagi menjadi 2 golongan :
1. Koleriform, dengan diare yang terutama terdiri atas cairan saja.
2. Disentriform, pada diare didapatkan lendir kental dan kadang-kadang
darah.

1. Akibat Diare
a. Dehidrasi.
b. Asidosis metabolik.
c. Gangguan gizi akibat muntah dan berak-berak.
d. Hipoglikemi.
e. Gangguan sirkulasi darah akibat yang banyak keluar sehingga terjadi
syock.
2. Derajat Dehidrasi
a. Tidak ada dehidrasi bila terjadi penurunan BB 2,5 %.
b. Dehidrasi ringan, bila terjadi penurunan BB 2,5 – 5 %.
Tanda dan gejala : kesadaran baik,nadi normal,mata agak
cekung,turgor biasa,ubun agak cekung,urin normal.
c. Dehidrasi sedang, bila terjadi penurunan BB 5 – 10 %.
Tanda dan gejala : gelisah,nadi cepat,ubun cekung,oliguri,turgor
kering,mata cekung.
d. Dehidrasi berat, bila terjadi penurunan BB 10 %.
Tanda dan gejala : apatis,koma,nadi sangat cepat, pernafasan
kusmaul,anuria,mata sangat cekung,turgor sangat kering.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan darah tepi lengkap.
b. Pemeriksaan analisis gas darah, elektrolit, ureum, kreatin dan berat jenis.
c. Pemeriksaan urin lengkap.
d. Pemeriksaan feces lengkap dan biakan feces dari colok dubur.
e. Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi
sistemik.

7. PENATALAKSANAN
Pada orang dewasa, penatalaksanaan diare akut akibat infeksi terdiri:
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan.
a. Dehidrasi berat.
10 tts/kg /menit dalam 1 jam (RL NS )
5 tts/kg/menit dalam 2 jam
untuk bayi kurang dari 3 bulan ( D 10 : NS 4 : 1 )
bila renjatan belum teratasi beri plasma 10 ml/kg
b. Dehidrasi sedang
3 tts/kg/menit dalam 7 jam ( D5 : RL 4:1 + kcl )
3 tts/kg/menit untuk bayi kurang dari 3 bulan

c. Dehidrasi ringan
2 tts/kg/menit (D5 :RL

3. Identifikasi penyebab diare akut karna infeksi.


Secara klinis, tentukan jenis diare koleriform atau disentriform. Selanjutnya
dilakukan pemeriksaan penunjang yang terarah.

4. Terapi simtomatik.
Obat anti diare bersifat simtomatik dan diberikan sangat hati-hati atas
pertimbangan yang rasional. Antimotalitas dan sekresi usus seperti
Loperamid, sebaiknya jangan dipakai pada infeksi salmonela, shigela dan
koletis pseudomembran, karena akan memperburuk diare yang diakibatkan
bakteri entroinvasif akibat perpanjangan waktu kontak antara bakteri dengan
epithel usus. Bila pasien amat kesakitan, maka dapat diberikan obat anti
motalitas dan sekresi usus diatas dalam jangka pendek selama 1 – 2 hari saja
dengan 3 – 4 tablet / hari, serta memperhatikan ada tidaknya glukoma dan
hipotropi prostat. Pemberian antiemetik pada anak dan remaja, seperti
metoklopopomid dapat menimbulkan kejang akibat rangsangan
ekstrapiramidal.

5. Terapi Definitif
Pemberian edurasi yang jelas sangat penting sebagai langkah pencegahan.
Higiene perorangan, sanitasi lingkungan dan imunisasi melalui vaksinasi
sangat berarti, selain terapi farmakologi.
8. KOMPLIKASI
Komplikasi diare mencakup potensial terhadap disritmia jantung akibat
hilangnya cairan dan elektrolit secara bermakna (khususnya kehilangan
kalium). Haluaran urin kurang dari 30 ml / jam selam 2 –3 hari berturut-
turut. Kelemahan otot dan parastesia. Hipotensi dan anoreksia serta
mengantuk karena kadar kalium darah di bawah 3,0 mEq / liter (SI : 3
mmol / L) harus dilaporkan, penurunan kadar kalium menyebabkan
disritmia jantung (talukardio atrium dan ventrikel, febrilasi ventrikel dan
kontraksi ventrikel prematur) yang dapat menimbulkan kematian.

9. KONSEP KEPERAWATAN
Dalam melakukan upaya keperawatan yang terpenting perawat
memerlukan metode ilmiah, yaitu melalui pendekatan proses keperawatan
dalam upaya membantu pemecahan masalah klien. Proses perawatan
adalah suatu sistem dalam merencanakan pelayanan Asuhan Keperawatan
dan mempunyai 4 tahapan yaitu :

A. Pengkajian
1. Pengumpulan data
a) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, nomor register, diagnosa medis, dan tanggal MRS.
b) Keluhan utama
Klien mengeluh BAB cair lebih dari 3 kali (diare) yang
mendadak dan berlangsung singkat dalam beberapa jam
kadang disertai muntah.
2. Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya didapatkan keluhan utama pada penderita, yaitu
peningkatan frekuensi BAB dari biasanya dengan konsistensi cair,
naurea, muntah, nyeri perut sampai kejang perut , demam, lidah
kering, turgor kulit menurun serta suara menjadi serah, bisa
disebabkan oleh terapi obat terakhir, masukan diit, atau adanya
masalah psikologis (rasa takut dan cemas).
3. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya dikaitkan dengan riwayat medis lalu berhubungan dengan
: perjalanan kearea geogratis lain.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi susunan keluarga penyakit keturunan atau menular yang
pernah di derita anggota keluarga.
5. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola Eliminasi urin.
Biasanya pada diare ringan fliminasnya normal, sedang
(oliguri), berat (anuria).
b. Pola Eliminasi Alvi.
Pada klien dengan diare akut biasanya BAB cair lebih banyak
atau sering dari kebiasaan sebelumnya.
c. Pola Natrisi dan metabolisme.
Pada klien diare akut terjadi peningkatan bising usus dan
peristaltik usus yang menyebabkan terganggunya
absorbsi makanan akibat adanya gangguan mobilitas usus.
Sehingga menimbulkan gejala seperti rasa kram pada perut,
perut terasa mual atau tidak enak dan malas makan, maka
kebutuhan nutrisi menjadi terganggunya karena asupan yang
kurang.
d. Pola istirahat tidur.
Pada umumnya pola istirahat menjadi terganggu akibat gejala
yang ditimbulkan seperti : mendadak diare, muntah, nyeri perut,
sehingga Kx sering terjaga.

Pemeriksaan Fisik.
a. Keadaan umum
Kesadaran (baik, gelisah, Apatis/koma), GCS, Vital sign, BB dan TB.
b. Kulit, rambut, kuku
Turgor kulit (biasa – buruk), rambut tidak ada gangguan, kuku bisa sampai
pucat.
c. Kepala dan leher
d. Mata
Biasanya mulai agak cowong sampai cowong sekali.
e. Telinga, hidung, tenggorokan dan mulut
THT tidak ada gangguan tapi mulutnya (biasa – kering).
f. Thorak dan abdomen
Tidak didapatkan adanya sesak, abdomen biasanya nyeri, dan bila di
Auskulkasi akan ada bising usus dan peristaltik usus sehingga meningkat.
g. Sistem respirasi
Biasanya fungsi pernafasan lebih cepat dan dalam (pernafasanb kusmaul).
h. Sistem kordovaskuler
Pada kasus ini bila terjadi renjatan hipovolemik berat denyut nadi cepat (lebih
dari 120x/menit).
i. Sistem genitourinaria
Pada kasus ini bisa terjadi kekurangan kalium menyebabkan perfusi ginjal
dapat menurun sehingga timbul anuria.
j. Sistem gastro intestinal
Yang dikaji adalah keadaan bising usus, peristaltik ususnya terjadi mual dan
muntah atau tidak, perut kembung atau tidak.
k. Sistem muskuloskeletal
Tidak ada gangguan.
l. Sistem persarafan
Pada kasus ini biasanya kesadaran gelisah, apatis / koma.

Diagnosa Keperawatan

Dari hasil analisa data diatas dirumuskan suatu diagnosa keperawatan


berdasarkan prioritas masalah yaitu :
1. Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh sedang out put
yang berlebihan berhubungan dengan frekuensi diare yang meningkat dari
biasanya, rasa haus, muntah, mukosa bibir kering, turgor kulit menurun.
2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sedang input
yang inadeguat berhubungan dengan penderita mengalami kram abdomen
penurunan nafsu makan, mual, mata cowong, mukosa bibir kering, tulang
pipi menonjol
3. Gangguan istirahat – tidur kosong dari kebutuhan tubuh sampai dengan
eliminasi yang sering dan tidak terkontrol berhubungan dengan sering
terjaga, pucat, gelisah dan lemah. (Linda Juall Carpenito, 2001)
4. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan dehidrasi.
5. Kurangnnya pengetahun berhubungan dengan kurangnya informasi.

Perencanaan
Pada perencanaan ini disusun berdasarkan tujuan prioritas masalah sebagai berikut
: adanya ancaman kehidupan dan kesehatan dan sumber daya yang tersedia,
perasaan penderita, prinsip alamiah dan praktek.

1. Gangguan keseimbangan cairan b/d out put yang berlebihan d/d klien
berak cair lebih dari 3 x sehari, mual muntah, klien lemah, turgor kulit
menurun, T : 110/70 mmHg, n : 100 x / menit.
Tujuan : keseimbangan cairan normal
Kriteria hasil : - Turgor baik
- Intake dan output seimbang
- Diare berhenti.
Rencana tindakan :
1. Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga serta jelaskan tindakan
yang dilakukan.
2. kaji status kulit, turgor dan selaput lendir.
3. kaji tingkat intake dan output.
4. observasi TTV
5. Berikan cairan dalam jumlah kecil (30-60 ml) perjam pada tahap
awal.
6. Kolaborasai dengan tim kesehatan (dokter dalam pemberian obat).
Rasional

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d absorbsi yang tidak adekuat
d/d klien mengalami anorexia, nause dan vomiting, klien tidak
menghabiskan porsi makan yang disajikan
Tujuan : gangguan nutrisi dapat diatasi.
Kriteria hasil : - Intake nutrisi yang adekuat.
- Mual, muntah tidak ada.
Rencana Tindakan
1. Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga.
2. Kaji tingkat nutrisi klien.

3. Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh sedang output yang
berlebihan berhubungan dengan diare dengan frekuensi yang meningkat
lebih dari biasanya, timbul rasa haus, muntah, mukosa bibir kering, turgor
kulit menurun.
Tujuan
Volume cairan terpenuhi dalam waktu 6 – 8 jam.
Kriteria Hasil
b. Penderita tidak diare lagi, tidak haus.
c. Tidak muntah.
d. Mukosa bibir lembab.
e. Turgor kulit normal.
Rencana Tindakan
1. Lakukan pendekatan pada penderita dan keluarganya.
2. Catat frekuensi, jumlah dan konsistensi feces yang keluar.
3. Anjurkan penderita untuk minum banyak (sedikit-sedikit sering).
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian infus dan obat anti diare.
5. Monitoring tanda-tanda dehidrasi.
6. Observasi TTV tiap 8 jam.
7. Anjurkan penderita untuk tidak makan makanan yang merangsang
timbulnya diare.
DAFTAR PUSTAKA

Keperawatan Medical Bedah, Buku saku. Brunner Suddarth, EGC Jakarta, 2010.

Keperawatan Medikal Bedah, Buku ajar, Brunner Suddarth, EGC Jakarta, 2018.

Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I edisi 3, Arief Mansyoer, Media Aesculapiur,

Jakarta, 2018.

Rencana Asuhan Keperawatan, Marilynn E. Dongoes edisi 3 EGC, Jakarta, 2017

Anda mungkin juga menyukai