Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gastritis adalah peradangan pada lambung, merupakan gangguan yang
sering terjadi dengan karakteristik adanya anoreksia, rasa penuh dan tidak
enak pada epigastrium mual dan muntah.
Peradangan pada lambung “Gastritis” sering disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain faktor kebiasaan mengkonsumsi makanan yang
mudah mengiritasi mukosa lambung, juga dapat disebabkan oleh adanya
minuman keras, racun dan stres. Apabila masalah ini timbul dan tidak segera
mendapat penanganan akan menyebabkan keadaan yang lebih serius, seperti
pendarahan, hematemesis dan melena.
Masalah kesehatan ini perlu mendapatkan perhatian khusus, karena
perjalanan penyakit ini biasanya ringan, walaupun demikian kadang-kadang
dapat menyebabkan kedaruratan medis, yaitu pendarahan pencernaan bagian
atas. Dalam hal ini peran perawat sangat diperlukan dalam mencegah
terjadinya pendarahan lambung, yang berlanjut menjadi hipovolemik shock.
Maka dalam memberi asuhan keperawatan yang tepat perlu adanya kerja
sama antara tim medik dan keluarga.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Memahami secara lebih mendalam tentang gastritis.
2. Mendapatkan pengalaman nyata dalam merawat pasien yang terkena
gastritis.
3. Memberikan asuhan secara tepat terhadap pasien dengan gastritis.

C. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini
adalah:
1. Studi kepustakaan yaitu dengan bedah buku dari literatur-literatur
gastritis.
2. Studi pengamatan kasus langsung pada pasien dengan gastritis.

1
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah yang digunakan adalah bab pertama
dijelaskan mengenai latar belakang terjadinya penyakit gastritis, tujuan
penulisan serta sistematika penyusunan makalah. Data mengenai gastritis dan
asuhan keperawatannya terangkum dalam bab kedua yang meliputi Konsep
Medik terpapar mengenai definisi, anatomi fisiologi sistem pencernaan,
etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala serta penatalaksanaan maupun
komplikasi yang mungkin terjadi akibat gastritis.
Dalam konsep asuhan keperawatan diuraikan mengenai pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan dan discharge planning.
Bab ketiga menerangkan tentang pengamatan kasus, bab keempat
menerangkan tentang pembahasan kasus. Di akhir makalah penulis
cantumkan literatur-literatur yang penulis gunakan.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP MEDIK
1. Definisi
Gastritis adalah peradangan pada mukosa gaster yang satu dari masalah-
masalah biasanya menyerang lambung, dapat akut maupun kronik, difus
atau local (Lewis, 2000).
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat
akut dan kronik, difus atau local (Sylvia A. Price, 1994).

2. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan


Lambung merupakan sebuah kantung muskuler yang letaknya antara
esophagus dan usus halus, sebelah kiri abdomen di bawah diafragma.
Lambung merupakan saluran yang dapat mengembang karena adanya
gerakan peristaltik, tekanan organ lain, tekanan organ lain dan postur
tubuh. Struktur lambung.
a. Fundus ventrikuli
Bagian ini menonjol ke atas, terletak di sebelah kiri osteum
kardiakum dan biasanya berisi gas. Pada batas dengan esophagus
terdapat katup sfingter kardiak.
b. Korpus ventrikuli
Bagian ini merupakan bagian lambung yang berbentuk tabung dan
mempunyai otot yang tebal membentuk sfincter pylorus. Antrum
pylorus merupakan muara bagian distal dan berlanjut ke duodenum.
c. Antrum pylorus
Merupakan bagian lambung yang berbentuk tabung dan mempunyai
otot yang tebal membentuk sfincter pylorus. Antrum pylorus
merupakan muara distal yang berlanjut ke duodenum.
d. Kurvantura minor
Terletak di sebelah kanan lambung dan terbentang dari osteum
kardiak sampai ke pylorus. Kurvantura minor dihubungkan ke hepar
oleh omentum minor. Suatu lipatan ganda dari peritoneum.

3
e. Oesteum kariakum
Merupakan tempat esophagus bagian abdomen masuk ke lambung.
Pada bagian ini terdapat orifisium pylorus yang tidak mempunyai
sfincter khusus, hanya berbentuk cincin yang membuka dan menutup
osteum dengan kontraksi dan relaksasi. Osteum dapat tertutup oleh
lipatan membran mukosa dan serta otot pada dasar esophagus.
Fungsi lambung:
Lambung menampung makanan yang masuk melalui esophagus,
menghancurkan makanan dengan gerakan peristaltik lambung dan
getah lambung. Penghancuran makanan dilakukan dengan dua
cara:
a. Mekanis : menyimpan, mencampur dengan sekret lambung
dan mengeluarkan kimus ke dalam usus.
Pendorongan makanan terjadi secara gerakan
peristaltik setiap 20 detik.
b. Kimiawi : bolus dalam lambung akan dicampur dengan asam
lambung dan enzim-enzim tergantung jenis
makanan enzim yang dihasilkan antara lain pepsin
asam garam, renin dan lapisan lambung.
1) Pepsin, memecah putih telur menjadi asam
amino (albumin dan pepton) agar dapat
diabsorbsi di intestinum minor.
2) Asam garam (HCl) mengasamkan makanan
sebagai antiseptik dan desinfektan yang masuk
ke dalam makanan. Disamping itu mengubah
pepsinogen menjadi pepsin dalam suasana
asam.
3) Renin, sebagai ragi pembekuan susu dan
membentuk kasein dan kaseinogen dari protein.
4) Lapisan lambung memecah lemak menjadi
asam lemak untuk merangsang sekresi getah
lambung.
Sekresi getah lambung
Sekresi getah lambung mulai terjadi pada awal orang makan
apabila melihat, mencium, dan merasakan makanan maka sekresi

4
lambung akan terangsang, karena pengaruh saraf sehingga
menimbulkan rangsang kimiawi yang menyebabkan dinding
lambung melepaskan hormon yang disebut sekresi getah lambung.
Sekresi getah lambung mengalami 3 fase yaitu:
a. Fase serebral
Antisipasi dari makan menyebabkan stimulus merambat dari
otak ke nervus vagus sampai ke lambung yang merupakan
kelenjar yang terstimulasi untuk mensekresi hormon gastrin
yang disekresi oleh membran mukosa kanalis pylorus yang
menghasilkan getah lambung.
b. Fase gastric
Pada fase ini gastrin lebih banyak diproduksi.
c. Fase intestinal
Masuknya darah ke dalam intestinum menyebabkan sekresi
getah lambung membentuk lebih banyak gastrin.

Sfingter pylorus mengendalikan pengosongan lambung walaupun


pylorus tetap terbuka. Kontraksi antrum akan diikuti oleh
kontraksi pylorus dan duodenum. Apabila suatu gelombang
peristaltik kuat sampai di antrum maka tekanan isi antrum naik
dan diikuti oleh kontraksi pylorus sehingga mendorong kembali
sebagian besar isi antrum yang masih bersifat padat ke korpus
lambung, hanya sejumlah kecil yang masuk ke duodenum pada
setiap kali kontraksi.

5
3. Etiologi
Gastritis disebabkan oleh;
a. Obat-obatan: analgetik dan anti inflamasi nonsteroid dalam dosis
tinggi.
b. Endotoksin: karena infeksi dari bakteri seperti staphylococcus,
eschericia coli atau salmonella.
c. Zat-zat pada pencernaan yang bersifat korosif termasuk zat asam.
d. Iritasi lokal oleh alkohol, merokok, makanan yang pedas dan asam.
e. Refluks cairan empedu dan cairan pankreas.
f. Stress.
g. Trauma: Nasogastric Suction Large Hiatal Hernia.

4. Patofisiologi
Secara normal mukosa barrier melindungi lambung dari proses
pencernaan itu sendiri yang disebut acid autodigestion. Prostaglandin
yang memberikan perlindungan ini. Pada saat mukosa barrier ini
mengalami kerusakan maka terjadilah trauma pada mukosa dan menjadi
lebih buruk dengan dilepaskannya histamin dan stimulasi saraf
kolinergik. Asam HCl dapat berdifusi balik ke dalam mukosa dan
menyebabkan luka pada pembuluh darah kecil. Difusi balik ini
mengakibatkan edema, perdarahan, dan pengikisan pada lapisan-lapisan
di lambung. Perubahan patologi yang terjadi pada gastris adalah
penebalan, kemerahan pada membran mukosa dengan rugae yang
menonjol dan berlipat-lipat. Dengan berkembangnya penyakit, dinding di
lapisan lambung menipis dan atrofi. Dengan atrofi lambung yang
progressive dari perlukaan mukosa yang kronik, menyebabkan
memburuknya fungsi utama dari sel-sel parietal. Jika fungsi dari sel-sel
yang mengeluarkan asam memburuk, maka sumber-sumber faktor
intrinsik menghilang.
Faktor intrinsik sangat penting untuk absorbsi vitamin B12. Saat
persediaan tubuh terhadap vitamin B12 akhirnya habis mengakibatkan
terjadinya anemia perniciosa.
Kemunduran dapat terlihat pada sel utama dan sel parietal. Lama -
kelamaan sekresi lambung berkurang baik jumlah dan konsentrasi asam
sampai hanya berupa mucus dan air.

6
Perdarahan dapat terjadi setelah tahap gastritis akut atau dengan ulserasi
yang menyebabkan gastritis kronik. Pasien dapat mengalami
ketidaknyamanan, sakit kepala, mual, muntah dan anoreksia, sering
disertai dengan muntah dan cegukan.

5. Tanda dan Gejala


a. Serangan awal berupa nyeri lambung
b. Anoreksia, mual, muntah
c. Kram pada abdomen
d. Perdarahan lambung
e. Dispepsia (rasa panas pada abdomen)
f. Penurunan BB
g. Anemia

6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Endoscopy : Esophagogastroduodenoscopy dengan biopsi untuk
mendiagnosa gastritis.
b. Radiologi : Foto OMD (Oesofagus Maag Duodenum).
c. Laboratorium : Pemeriksaan darah pada faeces bila terjadi
perdarahan lambung.

7. Penatalaksanaan
a. Terapi obat-obatan
1) Obat untuk menghambat sekresi lambung, seperti ranitidine,
zantac, cimetidine.
2) Obat-obatan yang melapisi barrier mukosa seperti golongan
antasida (mylanta).
3) Vitamin B12 diberikan pada penderita gastritis kronis untuk
pencegahan atau pengobatan anemia perniciosa.
b. Terapi diet
Dengan membatasi pemasukan makanan yang mengandung bumbu
yang dapat menyebabkan iritasi teh, kopi, gula, cokelat, paprika,
cengkeh, bawang putih, dan bumbu pedas dapat menimbulkan rasa
tidak nyaman pada penderita gastritis.

7
c. Tindakan pembedahan
- Gastrectomy partial atau total gastrectomy
- Pyloplasty
- Vagotomy

8. Komplikasi
a. Perdarahan lambung
b. Dehidrasi bila terjadi pengeluaran yang berlebihan karena muntah
terus-menerus.
c. Anemi perniciosa

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
1) Kaji pengetahuan pasien tentang penyakit
2) Kebiasaan minum alkohol.
3) Kebiasaan minum obat-obatan
4) Kebersihan pengolahan makanan.
b. Pola nutrisi metabolik
1) Anoreksia, mual, muntah
2) Kembung dan nyeri epigastrik
3) Apakah ada tanda anemia dan dehidrasi.
c. Pola eliminasi
1) Adakah diare
2) Konsistensi dan warna faeces
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Aktivitas waktu senggang
2) Merasa lelah
e. Pola tidur dan istirahat
1) Apakah ada nyeri epigastrik
2) Kram pada abdomen
f. Pola mekanisme koping terhadap stres
1) Stres
2) Merasa takut/cemas

8
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan tubuh b.d. masukan cairan yang kurang
atau tidak cukup dan kehilangan cairan tubuh berlebihan karena
muntah.
b. Nyeri b.d. iritasi mukosa lambung.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. mual tan muntah
serta masukan nutrien yang tidak adekuat.
d. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan diet dan proses
penyakit.

3. Perencanaan Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan tubuh b.d. masukan cairan yang kurang
atau tidak cukup dan kehilangan cairan tubuh berlebihan karena
muntah.
HYD: Turgor kulit elastis, produksi urine 1 cc/kg BB/jam.
Rencana tindakan:
- Kaji tanda dehidrasi.
R/ Untuk memberikan tindakan keperawatan yang tepat.
- Berikan dan pantau jumlah dan jenis cairan intravena.
R/ Memelihara, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.
- Berikan antiemetik yang ditentukan.
- Catat jumlah dan frekuensi muntah, pertahankan masukan cairan
dan catat pengeluaran cairan 1, catat BB tiap hari pada fase akut.
R/ Memantau secara nyata keseimbangan cairan.
- Monitor hasil lab yang berhubungan dengan serum, sodium,
potasium.
R/ Indikator keseimbangan elektrolit.

b. Nyeri b.d. iritasi mukosa lambung.


HYD: Nyeri berkurang sampai dengan hilang.
Rencana tindakan:
- Kaji intensitas nyeri.
R/ Memberikan gambaran akan intervensi yang akan dilakukan.
- Diskusikan dengan pasien tentang faktor penyebab nyeri.
R/ Menghindari faktor tersebut.

9
- Ajarkan teknik relaksasi (nafas dalam).
R/ Mencegah terjadinya mual dan mengurangi ketegangan
lambung.
- Berikan terapi golongan antasida sesuai program dokter.
R/ Mengurangi produksi asam lambung yang berlebihan.

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. mual tan muntah
serta masukan nutrien yang tidak adekuat.
HYD: Pasien dapat meningkatkan asupan nutrisi dengan diit yang
seimbang yang ditandai dengan kenaikan BB secara bertahap.
Rencana tindakan:
- Kaji nafsu makan, kemampuan pasien dalam menghabiskan
makanan.
R/ Menentukan jika terdapat masalah dengan segera.
- Yakinkan pasien bahwa nafsu makan akan timbul lagi jika mual
dan muntah telah teratasi.
- Pertahankan nutrisi melalui intravena atau nutrisi perparenteral
sampai asupan peroral memungkinkan.
R/ Memberikan cairan yang diperlukan, elektrolit, kalori dan
masukan protein.
- Ajarkan pasien untuk makan makanan yang lunak dan tidak
mengiritasi.

d. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan diet dan proses


penyakit.
HYD: Kecemasan berkurang, pasien dapat menjelaskan pengertian
tentang faktor penyebab dan tindakan pengobatan.
Rencana tindakan:
- Jelaskan rasional dan rencana perawatan dan tes diagnostik.
R/ Meningkatkan pengertian pasien dan mengurangi kecemasan.
- Beri penjelasan tentang hubungan antara mual, muntah dengan
makanan, obat-obatan, perawatan dan faktor psikososial.
R/ Meningkatkan kooperasi pasien dalam menghindari faktor
penyebab.

10
4. Discharge Planning
a. Tekankan kepada pasien tentang pentingnya menghindari kafein,
nikotin, bumbu pedas, alkohol, asam, karena dapat mengiritasi
mukosa lambung.
b. Anjurkan pasien menggunakan obat-obat yang diresepkan.
c. Pasien dengan anemia perniciosa diberikan injeksi vitamin B12
jangka panjang.
d. Cegah makanan dan minuman yang terkontaminasi.
e. Lindungi diri dari terpapar zat toksik di tempat kerja.

11
C. Patoflodiagram

Obat-obatan
Toksin bakteriluk
Ke mulut DP 4
Alkohol, merokok
Makanan pedas dan asam

Refluks Lambung

Trauma Kerusakan barrier mukosa lambung

Stres Dilepaskan histamin dan


stimulasi saraf kolinergik
DP1, DP3
Mual, muntah, anoreksia
Nyeri epigastrik DP2 HCl meningkat

Luka pembuluh darah Mukosa lambung teriritasi


kecil

Edema, perdarahan, pengikisan


lapisan mukosa lambung

Dinding lambung tipis

Atropi

Penurunan fungsi sel parietal

Hilangnya faktor intrinsik

Absorbsi vitamin B12 turun

Anemia perniciosa

12
BAB III
PENGAMATAN KASUS

Pengamatan kasus dilakukan pada Tn. J umur 42 tahun, status belum


kawin, agama Kristen, dengan diagnosa masuk Gastritis. Pasien masuk RS.
Sumber Waras tanggal 6 Januari 2004 melalui UGD Sumber Waras dengan
keluhan sejak 2 h ari yang lalu pasien mengeluh mual, muntah 4x/hari, tidak
nafsu makan, dan nyeri pada ulu hati.
Pada saat pengkajian tanggal 7 Januari 2004, KU tampak sakit sedang,
kesadaran compos mentis, observasi TTV: TD: 130/70 mmHg, N: 82 x/menit,
HR: 86 x/menit, P: 20 x/menit, S: 36,8 o C. Pasien masih mengeluh mual, muntah,
dan tidak nafsu makan. Pasien mengatakan luka pada kaki sudah lama menurut
pasien luka disebabkan karena kena banjir. Pasien terpasang infus RL 6
jam/kolf.
Dari hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 7 Januari 2004,
Haemoglobin 8,1, Hematokrit 23,7, Leukosit 11.700/ul, Trombosit 361.000 /ul.
Pasien mendapat terapi obat Rantin 2 x 150 mg, Vometa 3 x 15 cc,
Farmacrol 4 x 10 cc, Dakicin C 3 x 300 mg.

13
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

Berdasarkan hasil pengamatan kasus selama 2 hari pada Tn. J maka


didapat sebagai berikut:
A. Pengkajian
Pada pengkajian ada yang didapat yaitu mual yang disertai muntah,
nafsu makan berkurang, badan lemah. Tidak semua tanda dan gejala di teori
didapati di pasien. Gastritis yang didapati pada pasien karena adanya
kebiasaan makan yang salah.

B. Diagnosa
Masalah keperawatan yang didapat adalah:
1. Nyeri epigastrik b.d. peradangan pada lambung.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. anoreksia, mual,
muntah.
3. Risiko tinggi kekurangan volume cairan b.d. intake yang kurang.
4. Kerusakan integritas kulit b.d. luka pada kaki kiri.

C. Implementasi dan Evaluasi


Intervensi yang diberikan kepada pasien disesuaikan dengan kondisi
pasien serta kerjasama medik dan keperawatan. Pelaksanaan keperawatan
yang diberikan kepada pasien adalah memberikan penyuluhan kepada pasien
untuk merubah kebiasaan makan dan menjaga kebersihan luka.
Setelah melakukan intervensi didapatkan evaluasi akhir dimana semua
masalah keperawatan yang ditemukan pada pasien belum dapat teratasi
karena keterbatasan waktu.

14
BAB V
KESIMPULAN

Gastritis adalah peradangan pada mukosa gaster yang satu dari masalah-
masalah biasanya menyerang lambung, dapat akut maupun kronik, difus atau
lokol.
Dari pengamatan dan pembahasan kasus, maka penulis menyimpulkan
bahwa penyebab penyakit gastritis yang diderita pasien adalah karena kebiasaan
makan pasien yang sering makan makanan yang pedas dan asam-asam misalnya
rujak dan asinan, diikuti dengan kebiasaan makan yang tidak teratur. Hal ini
dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan mukosa lambung yang akhirnya
mengakibatkan peradangan pada mukosa lambung, sehingga mengalami masalah
dalam pencernaan. Penyuluhan yang penting dan dapat diberikan pada pasien
adalah menghindari makanan yang dapat menimbulkan iritasi pada lambung dan
minuman yang asam dan mengandung alkohol, yang dapat menyebabkan
pendarahan yang lebih lanjut. Bagi keluarga di sini yang penting adalah support
untuk pasien agar mau berperilaku hidup sehat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Volume
2. EGC, Jakarta. 2002.
Donna D. Ignatavicius. Medical Surgical Nursing. WB. Saunders Company.
Philadelphia Pennsylvania. 1999.
Doengoes M. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. EGC. Jakarta. 2002.
Thompson. Clinical Nursing. Fifth edition, Mosby, St. Louis Missouri, USA.
2002.
Price and Wilson (1994). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
EGC. Jakarta. 1994.

16

Anda mungkin juga menyukai