Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH TENTANG SISTEM GASTRIC JUICE

MAHASISWA KELAS D.1-B

OLEH KELOMPOK III:

1. NI KOMANG DIANTARI (C2119069)


2. NI LUH GEDE WAHYUNI GIRI PUTRI (C2119070)
3. I MADE SURYA WINATA (C2119071)
4. NI KADEK PANDE EKA SUDARMININGSIH (C2119072)
5. BONDAN EKO GARJITO (C2119073)
6. NI KADEK RATNA KURNIARI (C2119074)
7. PUTU AYU MEGA AGNIHORTRY (C2119075)
8. I GUSTI AYU KOMANG SRI SUTRANINGSIH (C2119076)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BINA USADA BALI

2019
A.Latar Belakang

Lambung adalah organ berbentuk kantong menyerupai huruf J yang terletak di bagian
atas perut. Organ pencernaan satu ini dipenuhi oleh otot dan pembuluh darah. Ukuran
lambung dapat berubah bentuk mengikuti postur manusia dan seberapa banyak makanan
yang ada di dalam lambung pada saat makan. Proses pencernaan dapat dilakukan dengan
cara mekanik dan kimiawi. Proses mekanik adalah proses pengubahan makanan yang
berukuran besar sampai ukurannya lebih kecil. Proses ini dibantu dengan gigi, lambung dan
usus selain itu juga dibantu dengan adanya gerakan peristaltik. Sedangkan pencernaan
kimiawi adalah pengubahan secara kimia dilakukan dengan bantuan enzim. Di bagian
dinding lambung sebelah dalam terdapat kelenjar-kelenjar yang menghasilkan getah
lambung. Getah Lambung (gastric juice) Merupakan cairan yang ada di dalam lambung.
Komponen getah lambung terdari dari air, asam klorida dan enzim. Sekresi dari getah
lambung diatur oleh mekanisme syaraf dan hormonal. Impuls parasimpatis yang terdapat
pada medula dihantarkan melalui syaraf vagus dan merangsang gastrik glands untuk
mensekresikan pepsinogen, asam klorida, mukus, dan hormon gastrin. Komponen getah
lambung terdari dari air, asam klorida dan enzim. Dalam makalah ini akan dibahas tentang
gastric juice dan juga enzim yg dhasilkan oleh lambung.
1. Anatomi Fisiologi Lambung

A. Anatomi Lambung

Lambung adalah organ berbentuk kantong menyerupai huruf J yang terletak di


bagian atas perut. Organ pencernaan satu ini dipenuhi oleh otot dan pembuluh darah.
Ukuran lambung dapat berubah bentuk mengikuti postur manusia dan seberapa banyak
makanan yang ada di dalam lambung pada saat makan.

Lambung memiliki tiga fungsi utama, yaitu:

1. Tempat penyimpanan makanan sementara, setidaknya selama dua jam atau lebih
sebelum disalurkan ke organ pencernaan selanjutnya
2. Memecah dan mengaduk-aduk makanan lewat gerak peristaltik yang dipicu oleh
kerja lapisan otot lambung
3. Mencerna dan menghancurkan makanan dengan bantuan enzim lambung.

Proses pencernaan dapat dilakukan dengan cara mekanik dan kimiawi. Proses
mekanik adalah proses pengubahan makanan yang berukuran besar sampai ukurannya
lebih kecil.Proses ini dibantu dengan gigi, lambung dan usus selain itu juga dibantu
dengan adanya gerakan peristaltik. Sedangkan pencernaan kimiawi adalah pengubahan
secara kimia dilakukan dengan bantuan enzim.
Anatomi Atlas Sobotta 2017

B. Fisiologi Lambung

a. Bagian-bagian dari lambung


Lambung terbagi menjadi lima bagian, di antaranya:

1. Kardiak

Kardiak adalah bagian ujung lambung teratas yang berhubungan langsung


dengan esofagus. Kardiak menjadi tempat pertama masuknya makanan setelah dari
kerongkongan. Pada ujung lambung ini terdapat sfingter kardiak, cincin otot yang
berfungsi sebagai klep untuk mencegah makanan yang sudah masuk ke lambung
kembali naik ke kerongkongan.

2. Fundus

Setelah memasuki kardiak, makanan kemudian disalurkan menuju fundus.


Fundus adalah area yang berbentuk lengkungan di bagian atas lambung dan terletak
di bawah diafragma. Bagian lambung yang satu ini menjadi tempat makanan mulai
mengalami proses pencernaan.

3. Badan lambung

Badan lambung adalah bagian dari anatomi lambung yang paling penting.
Pasalnya, badan lambung menjadi tempat makanan dicerna dan diproses menjadi
bentuk kecil-kecil dengan bantuan enzim lambung.

4. Antrum

Antrum adalah bagian terbawah dari lambung, terkadang disebut juga dengan
antrum pilorus. Antrum memiliki fungsi sebagai tempat menampung makanan
yang sudah dicerna sebelum disalurkan menuju usus halus.

5. Pilorus

Pilorus adalah anatomi lambung paling akhir yang terhubung langsung dengan
usus halus. Pada pilorus terdapat sfingter pilorus, yaitu cincin otot tebal yang
berfungsi sebagai katup yang mengatur keluarnya makanan dari lambung menuju
duodenum. Sfingter pilorus ini juga berfungsi untuk mencegah makanan yang
sudah tersalurkan ke duodenum agar tidak kembali ke lambung.
b. Lapisan pada dinding lambung

Dilansir dari University of Rochester Medical Center, lambung terdiri dari


beberapa lapisan jaringan, di antaranya:

a. Mukosa (selaput lendir), yaitu lapisan terdalam lambung yang bersentuhan


langsung dengan makanan di dalam lambung. Ketika perut kosong, mukosa
berbentuk seperti gerigi yang terdiri dari rugae (dinding-dinding yang berkerut).
Rugae ini akan memipih saat lambung dipenuhi oleh makanan. Lapisan mukosa
ini menghasilkan dua zat pencernaan, yaitu asam klorida dan pepsin untuk
membantu lambung dalam mencerna makanan.lapisan mukosa berbentuk
seperti palung bentuk tersebut bermanfaat untuk memperbesar perbandingan
antara luas dan volume sehingga volume getah lambung dikeluarkan menjadi
lebih banyak.
b. Submukosa, yaitu lapisan lambung yang terdiri dari jaringan ikat. Jaringan ikat
tersebut mengandung pembuluh darah, pembuluh getah bening, sel-sel saraf,
dan serat tubuh.
c. Muscularis propria (muscularis eksterna), yaitu lapisan lambung yang
menutupi submukosa. Muscularis propia terdiri dari tiga lapisan otot sekaligus,
di antaranya lapisan otot melingkar, memanjang, dan menyerong yang
membantu mencerna makanan dengan enzim pencernaan.
d. Serosa, yaitu lapisan terluar lambung yang berfungsi untuk melindungi lambung
dari gesekan dengan organ lainnya. Lapisan serosa disebut juga dengan
peritoneum viseral.
Di bagian dinding lambung sebelah dalam terdapat kelenjar-kelenjar yang
menghasilkan getah lambung. Aroma, bentuk, warna, dan selera terhadap makanan
secara refleks akan menimbulkan sekresi getah lambung. Getah lambung
mengandung asam lambung (HCI), pepsin, musin, dan renin Asam lambung
berperan sebagai pembunuh mikroorganisme dan mengaktifkan enzim pepsinogen
menjadi pepsin.

 Pepsin merupakan enzim yang dapat mengubah protein menjadi molekul yang
lebih kecil.
 Musin merupakan mukosa protein yang melicinkan makanan.
 Renin merupakan enzim khusus yang hanya terdapat pada mamalia, berperan
sebagai kaseinogen menjadi kasein. Kasein digumpalkan oleh Ca2+ dari susu
sehingga dapat dicerna oleh pepsin. Tanpa adanya renim susu yang berwujud
cair akan lewat begitu saja di dalam lambuing dan usus tanpa sempat dicerna.
 Asam Klorida (HCL) merupakan asam yang berfungsi sebagai enzim, yang
berguna untuk membunuh kuman dan bakteri pada makanan.

c. Gastric Juice (Getah lambung )

Merupakan cairan yang ada di dalam lambung. Komponen getah lambung


terdari dari air, asam klorida dan enzim. Sekresi dari getah lambung diatur oleh
mekanisme syaraf dan hormonal. Impuls parasimpatis yang terdapat pada medula
dihantarkan melalui syaraf vagus dan merangsang gastrik glands untuk
mensekresikan pepsinogen, asam klorida, mukus, dan hormon gastrin

Proses pembentukan getah lambung melewati 3 fase :


1. Fase Ghepalli
 Melihat
 Mencium  makanan kortek cerebri  nerves vasus sel yang terdapat
 Merasakan dalam lambung  menghasilkan HCl, pepsin, mucin, FIE
 Memikirkan
2. Fase Intestinal
Makanan yang sampai di duodenum -selaput lendir duodenum - aktivase
humoral - merangsang sekresi lambung
3. Fase Gastrin
 Merangsang sekresi HCl dan pepsin
 Merangsang sekreasi FIE
 Merangsang sekresi enzym pencernaan

d. Fungsi Getah Lambung:


1. Sebagai bactericid ringan
2. Sebagai pencernaan makanan
3. Sebagai daya reabsorbsi dari makanan yang rendah
4. Mengekskresikan mucin, gastrin dan FIE (Faktor Intrinsik Eritropolitik)
2. Pengkajian

A. Fokus anamnesa
1. Namnesa

Anamnese meliputi :

a. Nama :
b. Usia :
c. Jenis kelamin :
d. Jenis pekerjaan :
e. Alamat :
f. Suku/bangsa :
g. Agama :
h. Tingkat pendidikan : bagi orang yang tingkat pendidikanrendah/minim keluhan
sakit perut ,mual,nafsu makan menurun dianggap sakit perut biasa dan akan
memakan makanan yang dapat menimbulkan serta memperparah penyakit ini.
i. Riwayat sakit dan kesehatannya
 Keluhan utama : Lemah,mual,muntah,mengalami gejala refluk asam
lambung seperti lambung bagian atas terasa perih (heartburn),kehilangan
nafsu makan dan dapat disertai penurunan berat badan yang drastis
 Riwayat penyakit saat ini : meliputi perjalan penyakitnya, awal darigejala
yang dirasakan klien, keluhan timbul dirasakan secara mendadak atau
bertahap, faktor pencetus, upaya untuk mengatasi masalah tersebut.
 Riwayat penyakit dahulu : Meliputi penyakit yang berhubungan dengan
penyakit sekarang, riwayat dirumah sakit, dan riwayat pemakaian obat
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum:
 Lemah,mual,muntah,mengalami gejala refluk asam lambung seperti lambung
bagian atas terasa perih (heartburn),kehilangan nafsu makan dan dapat disertai
penurunan berat badan yang drastis
 Keadaran :pada awalnya compos mentis perasaan tidak berdaya
b. Pemeriksaan tanda tanda vital
 Suhu : suhu tubuh subnormal
 Nadi : frekuensi nadi subnormal
 RR : frekuensi pernafasn meningkat,takipnue, hipernea pada pernafasan
 TD : hipotesi
c. Head to toes
1. Pemeriksaan Fisik (Head to toe)
i. Kepala
 Bentuk kepala, kulit kepala, luka, ketombe : bentuk kepala lonjong,
kulit kepala kotor.
 Pertumbuhan rambut: lebat, mudah rontok : pertumbuhan rambut
jarang.
 Kesan wajah (simetris/tidak, pembengkakan) : simetris, tidak ada
pembengkakan
ii. Mata
 Kebersihan, gangguan pada mata: kemerahan, air mata, dll
 Pemeriksaan celah mata, konjungtiva, dan sklera : pucat
 Pemeriksaan pupil : isokor
 Pemeriksaan visus dengan kartu snellen : tidak terkaji
 Pemeriksaan tekanan bolamata (TIO) : tidak terkaji
 Refleks terhadap cahaya : positif
iii. Telinga
 Fungsi pendengaran : tidak terkaji
 Bentuknya : simetris antara bentuk telinga kanan maupun kiri.
 Periksa lubang telinga dan membrana tympani : ada pantulan cahaya
 Mastoid (nyeri, dll) : tidak terkaji
 Apakah keluar cairan : tidak keluar cairan
 Kebersihan : kotor
iv. Hidung
 Posisi septum : lurus/ simetris
 Sekret hidung : ada secret
 Nyeri sinus, polip : tidak terkaji
 Fungsi pembauan : tidak terkaji
 Penggunaan aksesoris (tindik) : tidak ada penggunaan aksesoris
v. Mulut dan tenggorokan
 Kemampuan berbicara :mampu berbicara
 Keadaan bibir: Seilosis, Seilisis, gusi dan selaput lendir dan lain-lain
 Warna lidah : putih
 Keadaan palatum : kotor
 Gigi gerigi, letak gigi, kondisi gigi : gigi bagian depan atas sabagian
sudah tidak ada.
 Penggunaan aksesoris (tindik) : tidak menggunakan aksesoris
vi. Leher
 Bentuk, gerakan : simetris, gerakan terbatas
 Pembesaran thiroid : tidak ada pembesaran tiroid
 Kelenjar getah bening : tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening
 Kelainan lainnya : tidak ada
vii. Dada
a. Inspeksi
 Perhatikan simetris atau tidak : simetris
 Kelainan bentuk dada : tidak ada kelainan bentuk dada
 Retraksi dada : tidak ada retraksi dada
 Ketinggalan gerak : tidak ada
 Karakter pernafasan : dalam
 Ukuran (konfigurasi) dada anterio-posterior : 2:1
 Ictus cordis : ictus cordis terlihat
b. Palpasi
 Simetris atau tidak pada waktu bernafas : simetris
 Adanya massa : tidak ada massa
 Pernafasan (kecepatan, kedalaman, jenis pernafasan) : pernafasan
lambat dan dalam, kusmaul.
 Ictus cordis : ictus cordis teraba

c. Perkusi
 Suara pekak pada seluruh lapang paru
 Bunyi dullness berkurang pada jantung
d. Auskultasi
 Suara napas : egophoni
 Bunyi tambahan : ronkhi basah
viii. Punggung
 Tidak ada kelainan bentuk punggung
ix. Abdomen
1. Inspeksi
 Warna kulit : pucat
 Bentuk/kontur : agak buncit
 Simetris atau tidak : simetris
2. Auskultasi
 Suara bising usus : 25 x/menit
3. Perkusi
 Suara timpani dan tidak ada ascites
4. Palpasi
 Tidak ada pembesaran hepar maupun lien
 Tidak ada distensi abdomen
x. Ekstremitas
1. Atas :
 Terpasang infus di tangan kiri
2. Bawah :
 Terdapat ulkus di tungkai kaki kanan
xi. Integumen
 Turgor kulit tidak elastic
xii. Genetalia
 Tidak ada keluhan
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan getah lambung :
 Mengetahui motilitas lambung
 Mengetahui sekresi lambung
 Mencari adanya unsur-unsur abnormal ( pus,leukosit,eritrosit)
 Untuk medical forensic
 Untuk pemeriksaan citologi ( mengetahui adanya sel tumor )
Cara memperoleh getah lambung:
Sondage lambung
Ada 3 macam sonde : a. sonde wangestane (pjg 45,55,65,75 cm)
b. sonde Levine ( pjg 50,60,70,80 cm)
c. sonde rile ( pjg 49,65,81 cm )
Cara Pengambilan :
 Penderita sebelumnya puasa semalam (10 jam)
 Penderita disuruh duduk, pasang serbet pada lehernya dan penampung pada
tangannya.
 Penderita harus tenang, bernafas dengan mulut, kepala agak menunduk dan
lidah agak dijulurkan.
 Masukkan ujung sonde ke dalam sampai hampir menyentuh dinding belakang
farink
 Bila garis gigi seri telah bertepatan antara garis-garis sonde, itu menandakan
bahwa ujung sonde itu sudah berada dalam lumen lambung. Untuk orang
gugup sering tidak bisa menelan sonde, maka ia boleh ditolong dengan cocain
1% atau boleh juga dalam hal ini sonde dimasukkan dalam esofagus melalui
dinding lambung. Cocain 1% berfungsi untuk mematikan rasa / anestesi.
 Isi lambung dapat dihisap dengan balon / spuit yang dipasang pada ujung luar
sonde.
b. Tes untuk infeksi Helicobacter pylori. Contohnya adalah tes darah, tes sampel
tinja, atau uji urea pada pernapasan (urea breath test). Selain untuk mendeteksi
keberadaan bakteri Helicobacter pylori, tes darah juga dapat mendeteksi jika
pasien mengalami anemia. Tes sampel tinja juga dapat mendeteksi jika pasien
menderita gastritis, terutama gastritis erosif dengan mendeteksi keberadaan darah
pada tinja
c. Gastroskopi, guna melihat adanya tanda-tanda peradangan di dalam lambung.
Pemeriksaan gastroskopi dilakukan dengan cara memasukkan selang khusus yang
sudah dipasangi kamera di ujungnya. Selang dimasukkan ke dalam lambung
melalui mulut, untuk melihat kondisi lambung. Pemeriksaan ini terkadang
dikombinasikan dengan biopsi, yaitu pengambilan sampel jaringan pada daerah
yang dicurigai mengalami radang, untuk selanjutnya diteliti di laboratorium.
d. Ultrasonographi (USG) Kelainan pada asam lambung agak sulit dideteksi dengan
USG. USG dibutuhkan apabila dicurigai adanya tumor abdomen dan adanya
cairan pada abdomen
e. Pemeriksaan foto Rontgen. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat kondisi
saluran pencernaan bagian atas. Untuk membantu melihat luka pada saluran
pencernaan, terutama lambung, pasien akan diminta untuk menelan cairan barium
terlebih dahulu sebelum foto Rontgen dilakukan
f. Biopsi atau pemeriksaan sel kanker dengan mengambil dan memeriksa jaringan
lambung

4. Penyakit Yang Berhubungan Dengan Gastric Juice (Getah Lambung)


a. Gastritis

Gastritis merupakan peradangan pada lambung akibat asam lambung yang


merusak lapisan pelindung dinding lambung. Gastritis dapat melukai dinding
lambung jika lapisan lambung sudah terkikis habis terkena asam lambung, sehingga
menimbulkan nyeri lambung, pendarahan, dan tukak lambung. Beberapa penyebab
gastritis yaitu berlebihan mengonsumsi minuman yang mengandung alkohol atau
kafein, mengalami stres, efek samping obat seperti ibuprofen atau aspirin, bahkan
infeksi atau gangguan autoimun.

Gastritis terkadang tidak menimbulkan gejala apa pun. Tapi, sebagian orang
dapat mengalami gejala seperti mudah merasa kenyang, perut terasa sakit, muntah,
dan mual.

b. GERD (Gastroesophageal Reflux Disease)

Gerd atau dikenal dengan istilah penyakit refluks asam lambung adalah kondisi
di mana asam lambung beserta isi lambung naik ke esofagus atau kerongkongan,
hingga menimbulkan iritasi pada dinding esofagus dan nyeri ulu hati. Kondisi ini
membuat penderitanya merasa kembung, terasa asam di rongga mulut akibat asam
lambung yang naik, bagian dada serta tenggorokan terasa nyeri dan
tersumbat, cegukan, bersendawa, batuk kering, hingga sulit untuk menelan
makanan.

Beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya GERD adalah kebiasaan


mengonsumsi minuman beralkohol, teh dan kopi; suka merokok; tidur setelah
makan; dan kelebihan berat badan. Jika dibiarkan, maka ini kondisi bisa bertambah
parah.

Asam lambung bisa mengiritasi dinding esofagus sehingga terjadi peradangan,


pendarahan, penyempitan esofagus akibat jaringan parut dari luka yang mengering,
bahkan meningkatkan risiko terjadinya kanker esofagus.

c. Tukak Lambung

Tukak lambung adalah luka yang terdapat pada dinding lambung akibat
terkikisnya lapisan lambung. Luka ini juga bisa muncul pada bagian atas usus kecil.
Penyebab yang paling umum adalah infeksi bakteri Helicobacter pylori dan
penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid, seperti aspirin, dalam jangka panjang.

Gejalanya yaitu nyeri berat pada bagian ulu hati, perut kembung, bersendawa,
nafsu makan berkurang, penurunan berat badan, cepat kenyang, mual dan muntah,
perut terasa tidak nyaman setelah mengonsumsi makanan berlemak, serta BAB
berdarah.

d. Dispepsia

Kondisi ini merupakan kumpulan gejala yang muncul akibat adanya penyakit di
bagian perut atas. Gejalanya mencakup mudah kenyang, rasa tidak nyaman di perut,
serta nyeri ulu hati setelah makan. Selain itu, seseorang yang mengalami dispepsia
juga dapat merasakan mual, kembung, dan perut terasa panas.

Kondisi ini seringkali berkaitan dengan penyakit tukak lambung, gastritis,


hingga kanker lambung. Namun, terkadang munculnya dispepsia tidak berkaitan
dengan adanya penyakit yang khas. Kondisi ini disebut dispepsia fungsional.
Dispepsia sebenarnya masih bisa diatasi dengan menjalani pola makan sehat
dan menjauhi makanan atau minuman yang memicu munculnya gejala. Tapi, jika
Anda mengalami gejala lain berupa muntah darah, kesulitan untuk menelan
makanan, sering muntah, perut membengkak, hingga berat badan turun tanpa sebab
yang jelas, maka segera konsultasikan kondisi Anda ke dokter.

e. Kanker Lambung

Penyakit lambung lainnya yang berbahaya adalah kanker lambung. Kanker ini
terjadi ketika sel-sel kanker terbentuk di lapisan lambung Anda. Sel-sel ini bisa
tumbuh menjadi tumor, dan biasanya tumbuh secara perlahan selama bertahun-
tahun.

Penyebab pasti penyakit ini belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, terdapat
beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko Anda terkena kanker lambung, di
antaranya adalah infeksi bakteri H. pylori, merokok, obesitas, berusia di atas 55
tahun, kebiasaan mengonsumsi daging merah, garam, dan jarang mengonsumsi
serat.

f. Gastroparesis

Merupakan penyakit di mana lambung lebih lambat mencerna makanan.


Kondisi yang mengganggu fungsi lambung ini terjadi ketika otot-otot dinding
lambung tidak bekerja dengan baik sehingga fungsi pencernaan pada lambung
menjadi terganggu.

Gastroparesis muncul karena adanya gangguan pada saraf lambung. Ada


beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan sesesorang terkena
kondisi ini, seperti diabetes, gangguan tiroid, riwayat operasi pada saluran
pencernaan, terapi radiasi pada bagian perut untuk kasus kanker, dan efek samping
obat-obatan, misalnya antinyeri golongan narkotik.

Penyakit pada lambung tidak hanya mengganggu aktivitas, tapi juga kesehatan
secara keseluruhan akibat terganggunya pencernaan dan asupan nutrisi.
5. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan atau terapi yang dilakukan khususnya pada pasien


Gastroesophageal Reflux Disease ( GERD ) ditujukan untuk mengurangi atau
menghilangkan gejala-gejala pasien, mengurangi frekuensi atau kekambuhan dan durasi
refluks esofageal, mempercepat penyembuhan mukosa yang terluka, dan mencegah
berkembangnya komplikasi. Terapi diarahkan pada peningkatan mekanisme pertahanan
yang mencegah refluks dan atau mengurangi faktor-faktor yang memperburuk agresifitas
refluks atau kerusakan mukosa diantaranya:
1. Modifikasi Gaya Hidup
a. Tidak merokok
b. Tempat tidur bagian kepala ditinggikan
c. Tidak minum alcohol
d. Diet rendah lemak
e. Hindari mengangkat barang berat
f. Penurunan berat badan pada pasien gemuk
g. Jangan makan terlalu kenyang
h. Hindari pakaian yang ketat, terutama di daerah pinggang
2. Terapi Endoskopik
Terapi ini masih terus dikembangkan. Contohnya adalah radiofrekuensi,
endoscopic suturing, dan endoscopic emplatation. Radiofrekuensi adalah dengan
memanaskan gastroesophageal junction. Tujuan dari jenis terapi ini adalah untuk
mengurangi penggunaan obat, meningkatkan kualitas hidup, dan mengurangi
reflux.

3. Terapi Medika Mentosa.


Sampai pada saat ini dasar yang digunakan untuk terapi ini adalah supresi
pengeluaran asam lambung. Ada dua pendekatan yang biasa dilakukan pada
terapi medika mentosa:
a. Step up
Awal pengobatan pasien diberikan obat-obat yang kurang kuat
menekan sekresi asam seperti antacid, antagonis reseptor H2 ( simetidin,
ranitidine, famotidin, nizatidin) atau golongan prokinetik
(metoklorpamid,domperidon,cisaprid) bila gagal berikan obat-obat supresi
asam yang lebih kuat dengan masa terapi lebih lama Proton pump inhibitor
(PPI).
b. Step down
Pada terapi ini pasien langsung diberikan PPI (Proton pump
inhibitor ) dan setelah berhasil lanjutkan dengan supresi asam yang lebih
lemah untuk pemeliharaan.
4. Terapi terhadap Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi adalah perdarahan dan striktur. Bila terjadi
rangsangan asam lambung yang kronik dapat terjadi perubahan mukosa
esophagus dari squamous menjadi kolumnar yang metaplastik sebagai esophagus
barret’s (premaligna) dan dapat menjadi karsinoma barret’s esophagus.
DAFTAR PUSTAKA

 WebMD. 2017. Stomach Cancer. Online: http://www.webmd.com/cancer/stomach-


gastric-cancer?print=true (Accessed 17 August 2017)

 National cancer institute. 2017. Gastric Cancer Treatment (PDQ®)–Patient Version.


Online: https://www.cancer.gov/types/stomach/patient/stomach-treatment-pdq
(Accessed 17 August 2017)

 Cherney, K. 2017. Stomach Cancer (Gastric Adenocarcinoma) Online:


http://www.healthline.com/health/gastric-cancer#overview1 (Accessed 17 August
2017)

 Medscape. Differential Diagnoses. 2017; Available from:


http://emedicine.medscape.com/article/175909-differential

 Khalil, Muhammad. "The anatomy of the digestive system". onemedicine.tuskegee.edu.

Anda mungkin juga menyukai