Anda di halaman 1dari 33

Pengertian Heritabilitas

Berapa Tingkat
Pewarisan suatu
Pewarisan Sifat
Sifat???????

HERITABILITAS
(Koefisien Pewarisan Sifat)
 Heritabilitas mengukur keragaman pada penotip
yang disebabkan oleh keragaman genetik.
 Defenisi umum dari heritabilitas adalah ukuran

derajat kesamaan penampilan turunan terhadap


tetua mereka untuk satu sifat tertentu.
 Jika satu sifat memiliki heritabilitas tinggi, ternak

yang berpenampilan tinggi cenderung


menghasilkan turunan berpenampilan tinggi, dan
ternak yang berpenampilan rendah cenderung
menghasilkan turunan berpenampilan rendah.
Arti Heritabilitas :

Arti Luas (H)


Proporsi ragam genetik
Ada 2 arti
terhadap fenotip.

Arti Sempit (h2)


Proporsi ragam aditif
terhadap ragam fenotip.
A: Gen Aditif

D : Gen Dominan

I : Epistasi
2
2 2 2
H= 2

HERITABILITAS (H) : merupakan proporsi antara


Ragam Genetik terhadap Ragam Fenotip
2 2 2 2 2

2 Heritabilitas (h2) :
merupakan proporsi
h =
2
2 antara Ragam Aditif
terhadap Ragam Fenotip
Heritabilitas arti luas
 Total ragam penotipik (V ) dari satu sifat
P
terdiri dari ragam genetik (VG) dan ragam
lingkungan (VE), atau VP = VG + VE, dan
heritabilitas =
 Rumus ini memberikan konsep

heritabilitas dalam arti luas dimana


ragam total hereditasnya dinyatakan
sebagai VG. VG
VP  VE
 Heritabilitas dalam arti luas (H), adalah
satu ukuran kekuatan hubungan antara
penampilan (phenotypic values) dan nilai
genotipik untuk satu sifat dalam satu
populasi, secara matematik ditulis: H =
r2P,G
 Heritabilitas dalam arti luas mengukur

pengaruh total dari genetik terhadap


penampilan satu sifat karena disini
termasuk kedua nilai pemuliaan dan nilai
kombinasi gen.
Heritabilitas arti sempit
 Dalam program pemuliaan ternak,
diperlukan heritabilitas dalam arti sempit
yang merupakan imbangan ragam genetik
aditif terhadap ragam penotipiknya, atau
h2 = VA/VP.
 Heritabilitas (h2) adalah kuadrat korelasi

dari nilai penotipik dan nilai pemuliaan.


Secara matematis dapat dituliskan
dengan: h2 = r2P,BV dan disebut sebagai
heritabilitas dalam arti sempit.
 Dugaan heritabilitas dari satu sifat adalah bagian
dari perbedaan-perbedaan sifat tersebut dalam satu
populasi yang disebabkan oleh hereditas. Sebagai
contoh, heritabilitas ketebalan lemak punggung
pada babi adalah 50 persen, dan rata-rata
ketebalan lemak punggung dari kelompok babi ini
pada berat badan hampir 200 pon adalah 1.4 inci.
Hal ini tidak berarti bahwa 0.70 inci dari tebal lemak
punggung ini disebabkan oleh hereditas dan
sisanya 0.70 inci lagi disebabkan oleh lingkungan.
Namun, hal ini berarti bahwa perbedaan tebal lemak
punggung diantara individu pada kelompok babi ini,
sekitar 50 persen disebabkan oleh hereditas dan 50
persen lainnya disebabkan oleh lingkungan.
Makna heritabilitas
1. Heritabilitas mengukur kepentingan relatif
antara pengaruh genetik dan lingkungan
untuk suatu sifat pada suatu populasi.
2. Heritabilitas didefenisikan sebagai ukuran
yang menunjukkan tingkat kesamaan
performan antara anak-anak dengan
tetuanya.
3. Heritabilitas merupakan ukuran yang
menggambarkan hubungan antara nilai
penotipik dengan nilai pemuliaan untuk
suatu sifat pada suatu populasi.
Nilai Heritabilitas (h2)
Nilai heritabilitas SUATU SIFAT berkisar antara :

• 0 – 0.1 atau 0 – 10% : RENDAH

atau • 0,1-0,3 atau 10-30% : SEDANG

• > 0,3 atau >30% : TINGGI

• Semakin mendekati 0 : suatu sifat makin ditentukan lingkungan.


• Semakin mendekati angka 1 atau 100% semakin ditentukan
faktor genetik.
Beberapa Nilai Heritabilitas
Ternak Sifat h2
Sapi Perah Prod. Susu 0,2 – 0,3
% Protein 0,4 – 0,5
% Lemak 0,5 – 0,6
Interval Brnak 0 – 0,1
Kambing Perah Prod. Susu 0,3 – 0,4
% Protein 0,4 – 0,6
% Lemak 0,4 – 0,6
Ternak Sifat h2

Sapi Potong Berat Lahir 0,35 – 0,45


Berat Sapih 0,25 – 0,35
Berat Dewasa 0,5 – 0,7
% Karkas 0,35 – 0,45
Interval 0 – 0,15
Beranak
Domba Berat Lahir 0,1 – 0,3
Berat Sapih 0,1 – 0,3
Berat Dewasa 0,2 – 0,4
Beberapa metoda pendugaan nilai
heritabilitas
I. Regresi turunan thd tetua
1. Pejantan – rataan turunan
2. Regresi turunan antar pejantan
terhadap induk
II. Korelasi
1. Analisis ragam dan koragam

a. Rancangan tersarang
b. Rancangan faktorial
2. Regresi tetua – turunan
16
III. Pendugaan komponen-komponen ragam
1. Model satu arah
a. Jumlah sama
b. Jumlah tidak sama
c. Perkawinan pasangan tunggal
2. Rancangan tersarang atau rancangan hirarki
3. Rancangan faktorial
1. Regresi turunan terhadap tetua

Persyaratan
 Populasi referensi adalah

populasi asal tetua


 Populasi diasumsikan tidak

inbred dan perkawinan terjadi


secara acak

18
a. Regresi bapak – rataan turunan
Model statistik
Zi = βXi + ei ;
 Z adalah rataan turunan dari pejantan
i
ke i
 X adalah pengamatan pada pejantan ke
i
i
 β adalah regresi Z atas X

 e adalah penyimpangan yang terkait


i
dengan Z

19
Rumus hitung dugaan h2 = 2b ;
1. b = = (dikoreksi)

2. ∑z2 = ∑Z2 –

3. ∑x2 = ∑X2 –

4. ∑xz = ∑XZ –

; n adalah jumlah pasangan turunan – bapak

5. CovXZ =

20
6. b = =

7. Ragam b = s2b =

8. S.E (b) =

9. S.E (h2) = 2[S.E(b)]

21
Data X dan Z
 Misalnya : Terdapat 10 pejantan
kambing PE.
 Tiap pejantan mempunyai anak 1

ekor.
 Data Berat Lahir Pejantan dan ANak

ditimbang (kg)
 Data BL Pejantan sebagai variabel X

dan BL anak sebagai variabel Z.


 Hasil penimbangan sbb.:
Data BL Pejantan dan Anak
BL BL Anak XZ
Pejantan (Z)
(X)
3.6 3 10,8 12,96 9
2.8 2.2 6,16 7,84 4,84
3 2 6 9 4
2.5 2.6 6,5 6,25 6,76
2.9 2.3 6,67 8,41 5,29
3.4 3 10,2 11,56 9
3.2 2.9 9,28 10,24 8,41
3.1 2.4 7,44 9,61 5,76
2.7 2.7 7,29 7,29 7,29
3.4 2 6,8 11,56 4
∑ 30,6 25,1 77,14 94,72 64,35
2. Metoda satu arah (one way layout)
(Becker, 1968).
Rancangan ini berguna untuk ternak
uniparous dengan interval generasi yang
panjang seperti sapi. Setiap jantan
dikawinkan ke beberapa betina dan
setiap induk menghasilkan satu anak.
Pengukuran dilakukan pada anak-
anaknya.

24
 Persyaratan: 1) sekelompok pejantan,
masing-masing dikawinkan ke betina-
betina secara acak dalam populasi,
dan 2) kelompok anak yang dihasilkan
dibesarkan dalam kondisi lingkungan
yang sama dengan makanan dan
pemeliharaan yang sama.
 Apabila salah satu syarat tidak

terpenuhi maka mungkin akan


diperoleh taksiran heritabilitas lebih
tinggi dari semestinya.
a. Model statistik (random model II)
Yik = µ + αi + eik
 Yik = pengamatan pada individu ke k dari
pejantan ke i.

b. Tabel analisis ragam


S of V d.F SS MS EMS
Diantara S–1 SSS MSS
pejantan
Turunan n. - S SSW MSW
dalam
pejantan
 S = jumlah pejantan
 ni = jumlah individu dalam pejantan ke i
 k = ni
 n.. = jumlah total individu

c. Rumus hitung
Sumber ragam jumlah kuadrat kuadrat tengah

Faktor koreksi Y2../n. ---

Diantara jantan SS S/S-1 = MSS

Turunan dalam SSW/n. – S = MSW


pejantan
d. Pendugaan komponen ragam

e. Pendugaan heritabilitas
Contoh
Populasi referensi berupa kelompok ayam
White Leghorn non-inbred. Empat puluh
pejantan diambil secara acak, setiap pejantan
dikawinkan ke delapan induk, setiap
perkawinan menghasilkan satu jantan. Lima
keluarga pejantan diambil secara acak dan
bobot badan anak jantannya ditimbang pada
umur 8 minggu sebagaimana dapat dilihat
pada tabel berikut. Dapatkanlah dugaan nilai
heritabilitas bobot badan umur 8 minggu
pada kelompok ayam ini.
Tabel data penimbangan bb (gr) umur 8
minggu turunan dari lima keluarga ayam
pejantan
A B C D E
Yik 687 618 618 600 717
691 680 687 657 658
793 592 763 669 674
675 683 747 606 611
700 631 678 718 678
753 691 737 693 788
704 694 731 669 650
717 732 603 648 690
Yi. 5720 5321 5564 5260 5466
= 18.773.473; n. = 40; ni = k = 8

1. F.K = Y2../n. = (27.331)2/40 = 18.674.589


2. JK diantara pejantan=

= 18.691.786 – 18.674.589 =17.197


3. JK dalam pejantan=

= 18.773.473 – 18.691.786
= 81.687
Tabel analisis ragam

S of V d.F SS MS EMS
Diantara (5 – 1)=4 17.197 17.197/4 =
pejantan 4.299
Turunan (40 – 5)=35 81.687 81.687/35
dalam = 2.334
pejantan

= (4.299 – 2.334)/8= 245,63

= 2.334
Heritabilitas =

= 4(245,63)/(245,63 +2.334)
= (982,52)/2.579,63
= 0,38

Anda mungkin juga menyukai