Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peternakan babi merupakan subsektor yang srategis dan penting dalam bidang

perekonomian masyarakat di Bali. Peranan ini dapat dilihat dari fungsi produk peternakan

babi sebagai penyedia protein hewani dan juga sebagai sarana keagamaan bagi masyarakat di

Bali. Oleh karena itu usaha peternakan babi di Bali memiliki prospek yang cukup baik

mengingat kesejahteraan masyarakat yang semakin meningkat, jumlah penduduk yang

semakin bertambah, dan timbulnya kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi

protein hewani mengakibatkan meningkatnya kebutuhan protein hewani oleh masyarakat itu

sendiri.

Meningkatnya kunjungan wisatawan yang datang ke Bali, menjadikan peternakan babi

di Bali menjadi semakin populerdan terus berkembang. Hal tersebut dikarenakan selain

sebagai objek pariwisata, pulau Bali merupakan tempat yang tepat untuk para wisatawan

yang mengkonsumsi olahan yang berasal dari daging babi, seperti sate lilit, iga bakar babi

dan babi guling. Sejalan dengan meningkatnya kunjungan wisatawan yang datang ke Bali,

mengakibatkan meningkatnya permintaan daging babi oleh rumah makan maupun hotel yang

menyediakan olahan dari daging babi. Dengan demikian, peternakan babi di Bali memiliki

prospek yang cukup baik, sehingga masyarakat di Bali memiliki peluanguntuk terus

mengembangkan usaha peternakan babi yang telah dijalankannya. Agar kebutuhan konsumen

akan produk peternakan yang berasal dari ternak babi dapat terpenuhi.

Babi adalah ternak momogastrik yang memiliki konversi yang baik terhadap pakan.

Dibandingkan ternak potong lainya, babi termasuk salah satu ternak potong yang dipelihara

1
untuk diternakkan karena ternak babi memiliki kecepatan pertumbuhan yang lebih cepat

dibandingkan dengan ternak potong lainya. Faktor genetik merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi produksi suatu ternak. Selain genetik, pakan pakan termasuk faktor yang

sangat penting dalam usaha untuk meningkatkan produktivitas ternak babi, baik secara

kualitas maupun kuantitas dari pakan yang diberikan. Ternak babi sangat baik dalam

mengkonversi pakan yang diberikan dan merubahnya di dalam tubuh menjadi daging dan

lemak. Namun pada peternakan babi di Bali, pemeliharaan babi masih sangat tradisional.

Babi yang dipelihara diberikan pakan berupa daun ubi jalar, daun talas, batang pisang yang

ditambahkan dedak padi, bekatul serta ransum komersial. Kualitas pakan yang rendah dengan

kadar serat yang tinggi tersebut, akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dari ternak babi

yang dipelihara. Dengan meningkatnya permintaan daging babi oleh rumah makan maupun

hotel karena meningkatnya pula kunjungan wisatawan ke Bali, maka peternak babi di Bali

berinovasi untuk dapat memproduksi babi secara maksimal. Salah satu cara untuk dapat

meningkatkan produktivitas dari babi yang di pelihara adalah dengan cara menambahkan

starbio ke dalam ransum.

Seperti yang diketahui, starbio merupakan salah satu sumber probiotik yang banyak

dijumpai dikalangan masyarakat yang dikemas dalam bentuk kering, karena starbio

merupakan probiotik anaerob hasil pengembangan bioteknologi pakan yang terdiri dari

mikroba proteolitik, selulitik, lignolitik, lipolitik, dan nitrogen fiksasi non simbiosis yang

berfungsi untuk memecah karbohidrat khususnya selulosa, hemiselulosa, lignin, dan

memecah protein serta lemak (Sjofjan, 2010). Dengan adanya mikroba yang memiliki sifat

seperti diatas, maka pemecahan bahan makanan dalam saluran pencernaan ternak untuk dapat

diserap kedalam tubuh ternak menjadi maksimal, serta nutrien yang terkandung di dalam

bahan pakan dapat dimanfaatkan dengan baik. Menurut Anonymous, (1999) yang

menyatakan bahwa probiotik merupakan pakan aditif berupa mikroba hidup yang dapat
2
meningkatkan keseimbangan dan fungsi pencernaan hewan inang, memanipulasi mikroflora

saluran pencernaan untuk tujuan peningkatan kondisi kesehatan serta meningkatkan

produktivitas ternak. Menurut Jin et al.(1997) yang menyatakan bahwa mikroba yang

digunakan sebagai probiotik harus memiliki sifat-sifat yakni dapat bertahan hidup selama

persiapan sampai produksi pada skala industri, stabil dan tetap hidup dalam jangka waktu

yang lama.

Starbio yang ditambahkan di dalam ransum akan memecah nutrien yang terkandung

dalam ransum menjadi nutrisi secara enzematis atau melalui sintesa protein mikroba dan

langsung dapat diserap oleh tubuh ternak (Zaenudin, 1995). Dalam prosesnya starbio yang

ditambahkan ke dalam ransum akan memfermentasi bahan penyusun ransum selama masa

penyimpanan oleh mikroba, sehingga ransum yang terfermentasi kandungan nutrisinya akan

meningkat. Hal tersebut dikarenakan ransum yang diberikan tambahan starbio memperoleh

nutrisi tambahan berupa protein mikroba yang berasal dari mikroba yang dijadikan sebagai

fermentor. Mikroba yang digunakan dalam starbio bersifat dorman, dimana mikroba yang

telah memfermentasi bahan penyusun ransum selama masa penyimpanan akan kembali

merombak bahan penyusun ransum yang tidak tercerna seperti serat kasar di dalam saluran

pencernaan ternak yakni dalam lambung. Dengan adanya mikroba pemecah serat kasar

tersebut maka nutrisi yang terkandung dalam serat kasar dapat dimanfaatkan untuk proses

pertumbuhan meski dalam jumlah yang sedikit.

Di dalam dunia peternakan dimensi tubuh luar ternak digunakan sebagai penduga berat

badan ternak. Semakin tinggi produktivitas suatu ternak maka dimensi tubuh luar ternak juga

akan meningkat, karena dimensi tubuh luar ternak dapat digunakan untuk mengetahui

produktivitas suatu ternak. Dikalangan masyarakat peternak, dimensi tubuh luar yang biasa

digunakan untuk menduga berat badan ternak adalah lingkar dada. Oleh sebab itu dengan

ditambahkannya starbio ke dalam ransum, diharapkan mampu meningkatkan produktivitas


3
ternak babi sehingga dimensi tubuh luar ternak babi yang di pelihara juga akan meningkat.

Semakin tinggi atau lebar dimensi tubuh luar ternak maka akan semakin bagus. Karena

dengan dimensi tubuh luar yang lebih besar, secara ekonomis peternak lebih diuntungkan

mengingat semakin besar dimensi tubuh luar suatu ternak maka berat badan dari ternak

tersebut juga akan meningkat. Akan tetapi pengaruh penambahan starbio dalam ransum

belum di ketahui secara pasti terhadap dimensi tubuh luar dan berat badan babi. Oleh karena

itu, untuk mengetahui pengaruh penambahan starbio dalam ransum terhadap dimensi tubuh

luar dan berat badan babi perlu dilakukan penelitian.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimanakah perbedaan dimensi tubuh

luardan berat badan babi Landrace persilangan yang diberikan tambahan starbio sebanyak

0,25% ke dalam ransum, dibandingkan dengan babi Landrace persilangan yang diberikan

ransum tanpa tambahan starbio.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan dimensi tubuh luar dan

berat badan babi Landrace persilangan yang diberikan tambahan starbio sebanyak 0,25% ke

dalam ransum, dengan babi Landrace persilangan yang diberikan ransum tanpa tambahan

starbio.

1.4 Hipotesis

Adapun hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini ialah, penambahan starbio

sebanyak 0,25% dalam ransum dapat meningkatkan dimensi tubuh luar dan berat badan babi

Landrace persilangan.

4
1.5 Manfaat Penelitian

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi,

tentang bagaimana pengaruh pemberian starbio sebanyak 0,25% dalam ransum terhadap

dimensi tubuh luar dan berat badan babi Landrace persilangan.

Anda mungkin juga menyukai