Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SENI BUDAYA

TENTANG KONSEP TEATER


Kelompok : 2
1. Ayu novitasari
2. Kartika
3. M. ifno ba’da rohman
4. M. syahrul rozi
5. Puji dewi puspita
6. Triana primadianti

Kelas XI IIS 1

SMAN 7 KAB.TANGERANG
TAHUN AJARAN 2019/2020
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR...........................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................
1.1.Latar Belakang.............................................................................................
1.2.Rumusan Masalah........................................................................................
1.3.Tujuan............................................................................................................
1.4.Sistimatika Penulisan...................................................................................
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................
2.1.Seni Teater....................................................................................................
2.2.Pengertian Tetaer.........................................................................................
2.3.Sejarah Perkembangan Teater Di Indonesia..............................................
2.4.Unsur-Unsyr Teater......................................................................................
2.5.Bentuk Teater Di Indonesia.........................................................................
2.6.Tetater Sebagai Seni Kolektif......................................................................
2.7.Teater sebagai imitasi Kehidupan...............................................................
2.8.Peran Penyutradaraan..................................................................................
2.9.Persiapan Tetaer...........................................................................................
2.10. Mementaskan Dramatisasi Puisi.............................................................
2.11 Peran Seni Teater dalam Lingkup Sosial Masyarakat.............................
BAB III PENUTUP............................................................................................
3.1. Kesimpulan..................................................................................................
3.2 Saran.............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Tidak
lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah
menugasi dan memotifasi saya untuk menyusun karya ilmiah (makalah) ini. Sehingga dapat
mempermudah dalam mepelajari seni teater dan perannya dala lingkup sosial dan masyarakat.
Penulis membuat makalah ini karena dengan alasan kuat yaitu diantaranya; mempermudah
mahasiswa atau siapa saja yang mau mempelajari seni teater. Selain itu, para pembaca juga bisa
mengetahui peran dari seni teater dalam kehidupan bermasyarakat.
Makalah ini masi kurang sempurna sehingga penulis memerlukan penyempurnaan dan
perbaikan. Ini diakibatkan adanya kendala yang dihadapi oleh oleh penulis pada saat
menyusunnya. Karena itu kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi
penyempurnaannya. Akhir kata saya ucapkan terima kasih dan selamat membaca!
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara yang kaya dengan seni. Seni adalah salah satu unsur
kebudayaan yang tumbuh dan berkembang sejajar dengan perkembangan manusia selaku
penggubah dan penikmat seni. Kebudayaan adalah hasil pemikiran, karya dan segala aktivitas
(bukan perbuatan), yang merefleksikan naluri secara murni. Seni memiliki nilai estetis (indah)
yang disukai oleh manusia dan mengandung ide-ide yang dinyatakan dalam bentuk aktivitas atau
rupa sebagai lambang. Dengan seni kita dapat memperoleh kenikmatan sebagai akibat dari refleksi
perasaan terhadap stimulus yang kita terima. Kenikmatan seni bukanlah kenikmatan fisik lahiriah,
melainkan kenikmatan batiniah yang muncul bila kita menangkap dan merasakan simbol-simbol
estetika dari penggubah seni. Dalam hal ini seni memiliki nilai spiritual. Kedalaman dan
kompleksitas seni menyebabkan para ahli membuat definisi seni untuk mempermudah pendekatan
kita dalam memahami dan menilai seni. Konsep yang muncul bervariasi sesuai dengan latar
belakang pemahaman, penghayatan, dan pandangan ahli tersebut terhadap seni.
Salah satu seni yang kita perhatikan di sini adalah seni teater. Pertunjukkan teater tidak
hanya untuk hiburan masyarakat penonton. Di balik itu, ada amanat yang ingin disampaikan
kepada masyarakat tentang sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan sosial masyarakat.
Kehidupan yang dimaksud menyangkut seluruh perilaku sosial yang berlaku pada kelompok
masyarakat tertentu. Misalnya, kehidupan moral, agama, kehidupan ekonomi, dan kehidupan
politik.(http://.wikipedia.org.id, di unduh 17 April 2013)
Sehingga untuk memahami lebih dalam lagi mengenai tetaer di makalah ini sengaja
disusun dan di kemas dengan judul “Seni Teater dan perannya dalam Masyarakat”. Seperti apa
pembahasannya, mari kita telusuri pembahasan selanjutnya
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut;
* Untuk mengetahui apa dan seperti apa itu seni teater.
* Untuk dijadikan bahan pembelajaran.
* Untuk memperoleh nilai dalam mata kuliah Bahasa Indonesia.
1.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut;
* Apa itu teater?
* Bagaimana sejarah teater?
* Bagaimana peran teater dalam lingkup sosial masyarakat?
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan makalah ini terdiri dari tiga bab yaitu bab I yang berjudul
Pendahuluan yang menjelaskan mulai dari latar belakang penulisan, tujuan penulisan, rumusan
masalah, dan sistematika Penulisan. Kemudian bab II yang berjudul pembahasan, disini
merupakan inti dari keseluruhan pembahasan. Keseluruhan pembahasan ditutup dengan bab III
yang berjudul Penutup, yang mencantumkan kesimpulan dan saran.
BAB II
PEMBAHASAAN
Seni teater
2.2 Pengertian teater
Kegiatan berteater dalam kehidupan masyarakat dan budaya Indonesia bukan merupakan
sesuatu yang asing bahkan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan, kegiatan teater dapat
kita lihat dalam peristiwa-peristiwa Ritual keagamaan, tingkat- tingkat hidup, siklus hidup
(kelahiran, pertumbuhan dan kematian) juga hiburan. Setiap daerah mempunyai keunikan dan
kekhasan dalam tata cara penyampaiannya. Untuk dapat mengapresiasi dengan baik mengenai
seni teater terutama teater yang ada di Indonesia sebelumnya kita harus memahami apa seni
teater itu ? bagaimana ciri khas teater yang berkembang di wilayah negara kita.
Arti luas teater adalah segala tontonon yang dipertunjukan didepan orang banyak,
misalnya wayang golek, lenong, akrobat, debus, sulap, reog, band dan sebagainya.
Arti sempit adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakanx diatas
pentas, disaksikan oleh orang banyak, dengan media : percakapan,gerak dan laku dengan atau
tanpa dekor, didasarkan pada naskah tertulis denga diiringi musik, nyanyian dan tarian.
Teater adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan
tubuhnya sebagai unsur utama untuk menyatakan dirinya yang diwujudkan dalam suatu karya
(seni pertunjukan) yang ditunjang dengan unsur gerak, suara, bunyi dan rupa yang dijalin dalam
cerita pergulatan tentang kehidupan manusia.(www.geoogle.com, diunduh 17 april 2013)

2.3 Sejarah perkembangan teater di Indonesia


Kata tater atau drama berasal dari bahasa Yunani ”theatrom” yang berarti seeing Place
(Inggris). Tontonan drama memang menonjolkan percakapan (dialog) dan gerak-gerik para
pemain (aktif) di panggung. Percakapan dan gerak-gerik itu memperagakan cerita yang tertulis
dalam naskah. Dengan demikian, penonton dapat langsung mengikuti dan menikmati cerita tanpa
harus membayangkan.
Teater sebagai tontotan sudah ada sejak zaman dahulu. Bukti tertulis pengungkapan
bahwa teater sudah ada sejak abad kelima SM. Hal ini didasarkan temuan naskah teater kuno di
Yunani. Penulisnya Aeschylus yang hidup antara tahun 525-456SM. Isi lakonnya berupa
persembahan untuk memohon kepada dewa-dewa.
Lahirnya adalah bermula dari upacara keagamaan yang dilakukan para pemuka
agama, lambat laun upacara keagamaan ini berkembang, bukan hanya berupa nyanyian, puji-
pujian, melainkan juga doa dan cerita yang diucapkan dengan lantang, selanjutnya upacara
keagamaan lebih menonjolkan penceritaan.
Sebenarnya istilah teater merujuk pada gedung pertunjukan, sedangkan istilah drama
merujuk pada pertunjukannya, namun kini kecenderungan orang untuk menyebut pertunjukan
drama dengan istilah teater.

1. Teater Tradisional
Kasim Achmad dalam bukunya Mengenal Teater Tradisional di Indonesia (2006)
mengatakan, sejarah teater tradisional di Indonesia dimulai sejak sebelum Zaman Hindu. Pada
zaman itu, ada tanda-tanda bahwa unsur-unsur teater tradisional banyak digunakan untuk
mendukung upacara ritual. Teater tradisional merupakan bagian dari suatu upacara
keagamaan ataupun upacara adat-istiadat dalam tata cara kehidupan masyarakat kita. Pada
saat itu, yang disebut “teater”, sebenarnya baru merupakan unsur-unsur teater, dan belum
merupakan suatu bentuk kesatuan teater yang utuh. Setelah melepaskan diri dari kaitan upacara,
unsur-unsur teater tersebut membentuk suatu seni pertunjukan yang lahir dari spontanitas rakyat
dalam masyarakat lingkungannya.
Proses terjadinya atau munculnya teater tradisional di Indonesia sangat bervariasi dari
satu daerah dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater
tradisional itu berbedabeda, tergantung kondisi dan sikap budaya masyarakat, sumber dan tata-
cara di mana teater tradisional lahir.
Macam-macam teater tradisional Indonesia adalah :wayang kulit, wayang wong, lenong, randai,
drama gong, arja,ubrug,ketoprak, dan sebagainya.

2. Teater Transisi (Modern)


Teater transisi adalah penamaan atas kelompok teater pada periode saat teater tradisional
mulai mengalami perubahan karena pengaruh budaya lain. Kelompok teater yang masih tergolong
kelompok teater tradisional dengan model garapan memasukkan unsur-unsur teknik teater Barat,
dinamakan teater bangsawan. Perubahan tersebut terletak pada cerita yang sudah mulai ditulis,
meskipun masih dalam wujud cerita ringkas atau outline story (garis besar cerita per adegan). Cara
penyajian cerita dengan menggunakan panggung dan dekorasi. Mulai memperhitungkan teknik
yang mendukung pertunjukan. Pada periode transisi inilah teater tradisional berkenalan dengan
teater non-tradisi. Selain pengaruh dari teater bangsawan, teater tradisional berkenalan juga dengan
teater Barat yang dipentaskan oleh orang-orang Belanda di Indonesia sekitar tahun 1805 yang
kemudian berkembang hingga di Betawi (Batavia) dan mengawali berdirinya gedung Schouwburg
pada tahun 1821 (Sekarang Gedung Kesenian Jakarta).
Perkenalan masyarakat Indonesia pada teater non-tradisi dimulai sejak Agust Mahieu
mendirikan Komedie Stamboel di Surabaya pada tahun 1891, yang pementasannya secara teknik
telah banyak mengikuti budaya dan teater Barat (Eropa), yang pada saat itu masih belum
menggunakan naskah drama/lakon. Dilihat dari segi sastra, mulai mengenal sastra lakon dengan
diperkenalkannya lakon yang pertama yang ditulis oleh orang Belanda F.Wiggers yang berjudul
Lelakon Raden Beij Soerio Retno, pada tahun 1901. Kemudian disusul oleh Lauw Giok Lan lewat
Karina Adinda, Lelakon Komedia Hindia Timoer (1913), dan lain-lainnya, yang menggunakan
bahasa Melayu Rendah.
Setelah Komedie Stamboel didirikan muncul kelompok sandiwara seperti Sandiwara
Dardanella (The Malay Opera Dardanella) yang didirikan Willy Klimanoff alias A. Pedro pada
tanggal 21 Juni 1926. Kemudian lahirlah kelompok sandiwara lain, seperti Opera Stambul,
Komidi Bangsawan, Indra Bangsawan, Sandiwara Orion, Opera Abdoel Moeloek, Sandiwara
Tjahaja Timoer, dan lain sebagainya. Pada masa teater transisi belum muncul istilah teater. Yang
ada adalah sandiwara. Karenanya rombongan teater pada masa itu menggunakan nama sandiwara,
sedangkan cerita yang disajikan dinamakan drama. Sampai pada Zaman Jepang dan permulaan
Zaman Kemerdekaan, istilah sandiwara masih sangat populer. Istilah teater bagi masyarakat
Indonesia baru dikenal setelah Zaman Kemerdekaan. , diunduh 17 April 2013)

2.4 Unsur-unsur teater menurut urutannya


1. Tubuh manusia sebagai unsur utama (Pemeran/ pelaku/ pemain/actor)
2. Gerak sebagai unsur penunjang (gerak tubuh, gerak suara,gerak bunyi dan gerak rupa)
3. Suara sebagai unsur penunjang (kata, dialog, ucapan pemeran)
4. Bunyi sebagai efek Penunjang (bunyi benda, efek dan musik)
5. Rupa sebagai unsur penunjang (cahaya, dekorasi, rias dan kostum)
6. Lakon sebagai unsur penjalin (cerita, non cerita, fiksi dan narasi)
Teater sebagai hasil karya (seni) merupakan satu kesatuan yang utuh antara manusia
sebagai unsur utamanya dengan unsur -unsur penunjang dan penjalinnya. Dan dapat dikatakan
bahwa teater merupakan perpaduan segala macam pernyataan seni.

2.5 Bentuk Teater Indonesia berdasarkan pendukungnya


a). Teater rakyat yaitu teater yang didukung oleh masyarakat kalangan pedesaan, bentuk teater ini
punya karakter bebas tidak terikat oleh kaidah-kaidah pertunjukan yang kaku, sifat nya
spontan,improvisasi. Contoh : lenong, ludruk, ketoprak dll.
b). Teater Keraton yaitu Teater yang lahir dan berkembang dilingkungan keraton dan kaum
bangsawan. Pertunjukan dilaksanakan hanya untuk lingkungan terbatas dengan tingkat artistik
sangat tinggi,cerita berkisar pada kehidupan kaum bangsawan yang dekat dengan dewa-dewa.
Contoh;teater wayang
c). Teater Urban atau kota-kota. Teater ini Masih membawa idiom bentuk rakyat dan keraton teater
jenis ini lahir dari kebutuhan yang timbul dengan tumbuhnya kelompok- kelompok baru dalam
masyarakat dan sebagai produk dari kebutuhan baru sebagai fenomena modern dalam seni
pertunjukan di Indonesia.
d). Teater kontemporer,yaitu teater yang menampilkan peranan manusia bukan sebagai tipe
melainkan sebagai individu . dalam dirinya terkandung potensi yang besar untuk tumbuh dengan
kreatifitas yang tanpa batas. Pendukung teater ini masih sedikit yaitu orang-orang yang menggeluti
teater secara serius mengabdikan hidupnya pada teater dengan melakukan pencarian, eksperimen
berbagai bentuk teater untuk mewujudkan teater Indonesia masa kini.
Sebagian besar daerah di Indonesia mempunyai kegiatan berteater yang tumbuh dan
berkembang secara turun menurun. Kegiatan ini masih bertahan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat yang erat hubungannya dengan budaya agraris (bertani) yang tidak lepas dari unsur-
unsur ritual kesuburan, siklus kehidupan maupun hiburan. Misalnya : untuk memulai menanam
padi harus diadakan upacara khusus untuk meminta bantuan leluhur agar padi yang ditanam subur,
berkah dan terjaga dari berbagai gangguan. Juga ketika panen, sebagai ucapan terima kasih maka
dilaksanakan upacara panen. Juga peringatan tingkat-tingkat hidup seseorang (kelahiran, khitanan,
naik pangkat/ status dan kematian dll) selalu ditandai dengan peristiwa-peristiwa teater dengan
penampilan berupa tarian,nyanyian maupun cerita, dengan acara, tatacara yang unik dan menarik.

2.6 Teater sebagai seni kolektif


Teater merupakan seni yang cukup istimewa, dalam proses pembuatan karya pun sangat
panjang dengan latihan (fisik/mental) serta melibatkan orang banyak atau berbagai kelompok
yang membutuhkan kerja sama sehingga mewujudkan suatu karya yang maksimal. Adapun orang-
orang yang terlibat langsung adalah actor/aktris, sutradara, produser, manager, art director dan
penata teknis. Teater merupakan karya seni yang istimewa karena kisahnya yang menunjukan
kehidupan didunia atau masyarakat sehari-hari yang dapat dinikmati oleh media audio visual.
Teater juga karya seni gabungan dari berbagai seni, yaitu seni gerak atau peran, seni suara dan
seni sastra.

2.7 Teater sebagai Imitasi Kehidupan


1. Ciri-ciri teater sebagai imitasi kehidupan
* Plot atau alur cerita sebagai bentuk kehidupan manusia
* Adanya suatu action sebagai pelukisan hidup manusia
* Adanya hubungan bahasa pentas dan sastra
* Pemeran (penokohan atau perwatakan)
* Konflik manusia merupakan dasar lakon
* Dialognya banyak berorientasi pada dialog hidup masyarakat
2. Ciri-ciri peran dramatis dalam pertunjukan teater
* Peran merupakan kreasi yang dilakukan oleh actor atau aktris
* Peran yang dibawakan bersifat alamiah dan wajar
Peran disesuaikan dengan tipe, gaya, jiwa dan tujuan dari pementasanny

2.8 Peranan penyutradaraan dalam menciptakan struktur penyajian teater


Sutradara yaitu orang yang mengoordinasikan segala anasir Pementasan. Sejak latihan
dimulai sampai selesai. Maka dari itu sutradara harus menguasai segi artistic dan segi teknis
pementasan. Adapun tugas dan peranan sutradara adalah : Memilih pemain Menjelaskan
penafsiran lakon kepada pemain Menyusun rencana pembiayaan Mendiskusikan rancangan tata
panggung, tata rias, dan tata cahaya Menyusun program teaterikal Melatih para pemain
Mewujudkan lakon di atas pentas Memberikan dorongan moral dan mengamati pertunjukan
selama pertunjukan berlangsung

2.9 Persiapan Pementasan Teater


1. Pemilihan peran
Aktor dan aktris merupakan tulang pementasan. Pemilihan actor atau aktris biasanya
disebut casting. Ada lima macam teknik casting yaitu: Casting by ability, yaitu pemilihan peran
berdasar kecakapan atau kemahiran yang sama atau mendekati peran yang dibawaka Casting
ti type, yaitu pemilihan peran berdasarkan atas kecocokan fisik pemain Antitype casting, yaitu
pemilihan peran bertentangan dengan watak dan ciri fisik yang dibawakan (berlawanan dengan
watak dan cirri fisiknya sendiri),Casting to emotional temperament, yaitu pemilihan pemeran
berdasarkan observasi kehidupan pribadi calon pemeran Therapeutic casting, yaitu pemilihan
pemeran dengan maksud untuk penyembuhan terhadap ketidakseimbangan psikologi dalam diri
seseorang
2. Mengadaptasikan karakter peran sesuai casting
Berperan adalah menjadi orang lain sesuai dengan tuntutan lakon drama. Sejauh mana
keterampilan seseorang actor dalam berperan ditentukan oleh kemampuannya meninggalkan
egonya sendiri dan memasuki serta mengekspresikan tokoh lain yang dibawakannya
3. Hal yang harus diperhatikan oleh pemeran:
a. Kreasi yang dilakukan actor atau aktris
b. Peran yang dibawakan harus bersifat Alamiah dan wajar
c. Peran yang dibawakan harus disesuaikan dengan tipe, gaya, jiwa dan
tujuan dari pementasan.
d. Peran yang dibakan harus diosesauikan dengan periode tertentu dan watak yang harus
direpresentasikan.
4. Menunjukan pola permainan (blocking)
Dalam seni peran setiap tokoh harus mampu memerintah badan, suara, emosi dan semua
situasi dramatic. Ia harus mampu membantu dan mengontrol Adapun contoh permainan (blocking)
gerak-gerak pokok yang harus disiapkan oleh pemeran, yaitu:
a. Latihan tubuh
b. Latihan suara
c. Observasi dan imajinasi
d. Latihan konsentrasi
e. Latihan teknik
Gerak tambahan yaitu gerakan yang dilakukan untuk melengkapi dan menyempurnakan ekspresi
dari drama.

2.10 Mementaskan Dramatisasi Puisi, Cerita atau Lakon Sederhana


1) . Memerankan karakterisasi peran
Karakter berkaitan erat dengan penokohan dan perwatakan. Watak tokoh menjadi nyata
terbaca dalam dialog dan catatan samping.
Berdasarkan peranan terhadap jalan cerita, terdapat tokoh-tokoh sebagai berikut:
a. Tokoh Protagonis, yaitu tokoh yang mendukung cerita.
b. Tokoh Antagonis, yaitu tokoh penentang cerita.
c. Tokoh tritagonis, yaitu tokoh pembantu (baik untuk protagonis maupun antagonis).
Berdasarkan peranannya dalam tokoh serta fungsinya, terdapat tokoh-tokoh sebagai berikut:
a. Tokoh sentral, yaitu tokoh yang paling menentukan gerakan lakon. Tokoh sentral
merupakan biang keladi pertikaian (protagonist dan antagonis).
b. Tokoh utama, yaitu tokoh pendukung atau penentang tokoh sentral. Dapat juga
disebut perantara tokoh sentral (tritagonis).
c. Tokoh pembantu, yaitu tokoh yang memegang peran pelengkap atau tambahan dari
mata rantai cerita.
2). Mementaskan teater Nusantara
Pementasan teater merupakan kerja atau karya kolektif. Keberhasilan suatu pementasan
tidak hanya ditentukan oleh sutradara, tetapi juga melibatkan berbagai unsur secara serentak dan
kelompok yang mendukung pementasan.
Adapun orang-orang yang terlibat dalam pementasan:
a. Aktor atau aktris sebagai tokoh yang memerankan langsung cerita.
b. Sutradara, yaitu pekerja teater yang bertugas memimpin actor atau aktris dan
pekerja teknis dalam pementasan.
c. Produser yang bertugas memberikan biaya pementasan
d. Manager yang mengatur pelaksanaan pementasan.
e. Penata pentas yaitu yang mengatur penghidupan peran di pentas, pengaturan
pentas seperti pengaturan pentas, dekorasi, Tata lampu (lighting), tata suara, dan segala sesuatu
yang berhubungan dengan teknis pentas
f. Penata artistic, yaitu yang mengatur secara artistic hal-hal yang banyak
berhubungan dengan pemenyasan secara langsung, seperti tata rias, tata busana, tata musik
dan efek suara.
Untuk mementaskan teater Nusantara, selain adanya kerja sama yang baik di segala
pihak, kitapun harus menentukan cerita apa yang akan dimainkan. Hal tersebut berkaitan dengan
cerita di Nusantara, misalnya Ande-ande Lumut, Si Kabayan, Jaka Tarup, Bawang Merah Bawang
Putih, terjadinya Gunung Tngkuban Perahu, Danau Toba. April 2013)

2.11 Peran seni teater dalam lingkup sosial masyarakat


Pertunjukkan teater rakyat tidak hanya untuk hiburan masyarakat penonton. Di balik itu,
ada amanat yang ingin disampaikan kepada masyarakat tentang sesuatu yang berhubungan dengan
kehidupan sosial masyarakat. Kehidupan yang dimaksud menyangkut seluruh perilaku social yang
berlaku pada kelompok masyarakat tertentu. Misalnya, kehidupan moral, agama, kehidupan
ekonomi, dan kehidupan politik. Semua itu tercermin dalam bentuk garapan teaternya. Bentuk-
bentuk garapan teater rakyat selalu dan merupakan cerminan kehidupan sosial. Apa yang
diungkapkan dalam garapan teaternya adalah suasana hati, perasaan, dan nurani, serta keadaan
jiwa. Oleh karena itu, teater merupakan media ungkap seniman teater sebagai wakil dari nurani
masyarakat pendukungnya.
Berikut fungsi-fungsi teater dalam lingkup sosial masyarakat.
a. Teater berfungsi sebagai media untuk mengungkapkan ide-ide keindahan (presentasi estetis).
Manusia bisa tersentuh oleh ungkapan-ungkapan seniman lewat media teater. Bagaimana
indahnya hidup rukun dengan sesama dan bagaimana indahnya hidup berdampingan dengan alam.
Kadang-kadang, ide-ide itu tidak semuanya menyenangkan penonton. Bisa saja penonton setelah
melihat pertunjukkan teater merasa benci, marah, takut, haru, atau sedih. Semua perasaan itu luruh
menjadi perasaan tunggal, yaitu indah (estetis). Menonton sebuah pertunjukkan teater adalah
belajar menafsirkan ide-ide apa yang dikomunikasikan oleh seniman teater kepada khalayak. Oleh
sebab itu, penonton dituntut untuk tidak hanya menggunakan emosinya dalam menyaksikan
pertunjukkan, tetapi juga pikirannya agar bisa mengambil hikmah dari apa yang telah
disaksikannya. Dalam sebuah pertunjukkan, selalu ada tema, isi, serta pesan yang ingin
disampaikan kepada penonton. Menonton adlah proses belajar memahami gagasan atauide yang
disampaikan oleh orang lain (seniman). Jika kamu tidak paham, pertunjukkan teater tersebut tiada
bermanfaat. Oleh sebab itu untuk memahami sebuah pertunjukkan, kamu harus sering menonton
pertunjukkan teater agar hati dan pikiranmu terasa menerjemahkan sebuah karya drama.
b. Teater berfungsi untuk alat propaganda, misalnya program-program pemerintah, propaganda
politik, atau program-program yayasan tertentu yang berhubungan dengan jasa layanan
masyarakat. Program-program pembangunan yang dicanangkan oleh pemerintah sering dititipkan
pada pertunjukkan teater rakyat. Misalnya, menyosialisasikan program Keluarga Berencana (KB),
sadar hukum, disiplin nasional, bebas narkoba, atau hidup sederhana.(http://.seniteater.co.id,
diunduh 15 April 2013)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teater adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan
tubuhnya sebagai unsur utama untuk menyatakan dirinya yang diwujudkan dalam suatu karya (seni
pertunjukan) yang ditunjang dengan unsur gerak, suara, bunyi dan rupa yang dijalin dalam cerita
pergulatan tentang kehidupan manusia. Proses terjadinya atau munculnya teater tradisional di
Indonesia sangat bervariasi dari satu daerah dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan oleh unsur-
unsur pembentuk teater tradisional itu berbedabeda, tergantung kondisi dan sikap budaya
masyarakat, sumber dan tata-cara di mana teater tradisional lahir. Tetaer juga dikenal dengan
seni yang kolektif di mana dalam sebuah tetaer tidak terlepas dari yang namanya sutradara sebagai
pengkordinasi pementasan. Sehingga menjadi seorang sutradara harus menguasai apa-apa yang
harus di lakasanakan karena baik/tidaknya pementasan tergantung dari seorang sutradaranya.
Sehingga dalam seni teater juga memiliki peran yang sangat penting dalam lingkup sosisal. Ini
sudah jelas karena yang namanya seni pertunjukan pasti dipertunjukan di depan orang banyak
dalam hal ini salah satu contohnya adalah masyarakat. Seni teater bisa dijadikan media
penyampaian segala bentuk rasa atau argumen yang berkaitan dengan kehidupan sosial.

3.2 Saran
Makalah ini merupakan bagian dari media pembelajaran, maka dengan itu kepada semua
pihak bisa menggali ilmunya (khususnya ilmu tentan seni teater) dengan mendalami isi makalah
ini. Khususnya kepada kaum muda agar seni teater tidak hilang begitu saja tetapi bisa diwariskan
kepada segenap penerus bangsa sehingga negara Indonesia bisa disebut sebagai salah satu negara
yang hebat dalam dunia seni.
.
DAFTAR PUSTAKA
(http://desxripsi.blogspot.com/2012/10/BentukseniTheater.html#ixzz2QdJQjH9y
diunduh17 April 2013)
(http://seniteater.co.id diunduh 15 April 2013)
(http://wikipedia.org.id di unduh 17 April 2013)

Anda mungkin juga menyukai