Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SENI BUDAYA DAN KETERAMPILAN

“TEATER”

DI SUSUN OLEH :

-AMELIATI SUBAGYA

-KANIA SALSABILA

-MIA AMELIA

-JULAIKA MAULIDINA

-ALDI SEPTIAN

-ASEP SURYANA S.

SMK AL-HASYIMIYAH

TAHUN AJARAN 2020-2021


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Tidak
lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah
menugasi dan memotifasi saya untuk menyusun karya ilmiah (makalah) ini. Sehingga dapat
mempermudah dalam mepelajari seni teater dan perannya dala lingkup sosial dan masyarakat.
Penulis membuat makalah ini karena dengan alasan kuat yaitu diantaranya;
mempermudah mahasiswa atau siapa saja yang mau mempelajari seni teater. Selain itu, para
pembaca juga bisa mengetahui peran dari seni teater dalam kehidupan bermasyarakat.
Makalah ini masi kurang sempurna sehingga penulis memerlukan penyempurnaan dan
perbaikan. Ini diakibatkan adanya kendala yang dihadapi oleh oleh penulis pada saat
menyusunnya. Karena itu kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi
penyempurnaannya. Akhir kata saya ucapkan terima kasih dan selamat membaca!

Cianjur,20 februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar belakang ................................................................................................................. 1
B. Rumusan masalah ........................................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
A. Pengertian Kritik Teater .................................................................................................... 3
B. Jenis Kritik Teater .............................................................................................................. 5
C. Fungsi Teater ..................................................................................................................... 7
D. Simbol Teater ....................................................................................................... …………8
E. Nilai Estetika .................................................................................................................... 12
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 13
A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 13
B. Saran ............................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 14
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Teater merupakan suatu media langsung atau media komunikasi langsung yang djadikan
wahana penting dalam menyebarkan kebudayaan dan pemikiran di sepanjang zaman. Teater
terkadang mengisahakan tragedi yang begitu menyedihkan yang terkadang memaksa penonoton
untuk terhanyut turut menangis dan terkadang pula ada teater yang terkadang menyodorkan
pertanyaan kepada publik, akan tetapi ada juga teater yang bisa membuat penontonnya tertawa
lebar.
Perubahan struktural dalam substansi teater tradisional perlu diciptakan namun tetap
mempertahankan secara utuh kaidah pementasan, sehingga bisa terwujud pengalaman baru.
Bahkan dalam beberapa kasus, format dan penampilan pementasan harus diubah juga.
Masyarakat sekarang sangat berbeda dengan tipe masyarakat ratusan tahun yang lalu. Mereka
memiliki tuntutan dan selera yang baru pula. Karena itu, teater mesti menggarap persoalan hidup
sehari-hari mereka. Dengan begitu, inovasi semacam itulah yang akan menjamin kelestarian
teater tradisional dan menjaganya untuk generasi mendatang".
Teater tradisional yang kita kenal sekarang lahir dari situasi sosial tertentu yang berbeda
dengan kondisi sekarang. Ada banyak peneliti teater yang mengakui bahwa jika teater tradisional
dipentaskan sesuai dengan format aslinya, tentu tidak akan banyak menarik minat publik. Dan
perlahan akan mengubahnya menjadi ragam seni yang layak dimuseumkan.
Teater tradisional merupakan bagian dari identitas budaya dan menjadi kekayaan kultural
bangsa-bangsa yang berperadaban kuno. Meski demikian sebagian besar pakar seni menilai perlu
diadakannya perubahan dalam menampilkan seni pentas tersebut sesuai dengan tuntutan
masyarakat modern. Menggali kembali akar sejarah teater tradisional merupakan langkah awal
untuk menggelar perubahan. Selain itu, mengenal asal-asul dan mencari unsur-unsur asli teater
tradisional dengan cara memisahkannya dari tendensi sosial dan politik yang melingkupinya di
masa lalu merupakan salah satu cara untuk menemukan format dasarnya. Selain itu, memadukan
teater tradisional dengan sentuhan modern yang lebih inovatif seperti penggunaan tata cahaya,
dekorasi, dan musik merupakan salah satu cara untuk membuat seni pentas tradisional terlihat
makin menarik.
Pementasan teater tradisional secara klasik sudah tidak menarik lagi bagi publik modern
dan hanya menghibur mereka beberapa jam saja. Karena itu, upaya mempromosikan teater
tradisional harus diiringi dengan rekonstruksi seni pentas ini. Kehidupan masyarakat tradisional
dan problematika mereka harus bisa menyusup dalam teater tradisional. Sebab hanya dengan
cara itulah teater tradisional bisa tetap bertahan.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas maka penulis menjabarkan beberapa rumusan masalah yang akan
kami bahas dalam makalah ini, yaitu sebagai berikut :
1. Apa Pengertian Teater Tradisional ?
2. Apa saja unsur-unsur teater tradisional ?
3. Apa ciri-ciri teater tradisional ?
4. Apa saja macam-macam teater tradisional ?
5. Apa Fungsi teater tradisional ?

C. TUJUAN
Dengan disusunnya makalah ini maka tujuan yang ingin dicapai oleh penulis adalah:
1. Untuk mengetahui Pengertian Teater Tradisional
2. Untuk mengetahui unsur-unsur teater tradisional
3. Untuk mengetahui ciri-ciri teater tradisional
4. Untuk mengetahui macam-macam teater tradisional
5. Untuk mengetahui fungsi teater tradisional
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KRITIK TEATER


1. Arti Teater
Kata “Teater” berasal dari kata yunani kuno yakni theatron, yang dalam bahasa inggris
seeing place dan dalam bahasa Indonesia “tempat untuk menonton” adalah cabang dari seni
pertunjukan yang berkaitan dengan akting/seni peran di depan penonton dengan menggunakan
gabungan dari ucapan, gestur (gerak tubuh), mimik, boneka, musik, tari dan lain-lain.
Teater merupakan salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan
tubuhnya sebagai unsure utama yang menyatakan dirinya yang mewujudkan dalam suatu karya
seni pertunjukan (pementasan) yang didukung dengan unsur gerak, suara, bunyi, dan rupa yang
dijalin dalam cerita (lakon).
Secara etimologis : Teater adalah gedung pertunjukan atau auditorium. Dalam arti luas :
Teater ialah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Dalam arti sempit :
Teater adalah drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas dengan
media : Percakapan, gerak dan laku didasarkan pada naskah yang tertulis ditunjang oleh dekor,
musik, nyanyian, tarian, dsb. Misalnya wayang orang, ketoprak, ludruk, arja, reog, lenong,
topeng, dagelan, sulapan akrobatik, bahkan pertunjukan band dan lain sebagainya. Dalam arti
sempit/khusus: drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas,
disaksikan oleh penonton, dengan media percakapan, gerak dan laku, dengan atau tanpa dekor
(setting), didasarkan atas naskah yang tertulis (hasil dari seni sastra) dengan atau tanpa musik,
nyanyian, tarian.

2. Definisi Teater Tradisional


Sejarah teater tradisional di Indonesia dimulai sejak sebelum Zaman Hindu. Pada zaman
tersebut, terdapat tanda-tanda bahwa unsur-unsur teater tradisional banyak digunakan untuk
mendukung upacara ritual. Dimana Teater tradisional adalah merupakan bagian dari suatu
upacara keagamaan ataupun upacara adat-istiadat dalam tata cara kehidupan masyarakat.
Penyebutan teater pada saat itu sebenarnya baru merupakan unsur-unsur teater, dan belum
merupakan suatu bentuk kesatuan teater yang utuh. Setelah melepaskan diri dari kaitan upacara,
unsur-unsur teater tersebut membentuk suatu seni pertunjukan yang lahir dari spontanitas rakyat
dalam masyarakat lingkungannya.
Proses terjadinya atau munculnya teater tradisional di Indonesia sangat bervariasi dari
satu daerah dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater
tradisional itu berbeda- beda, tergantung kondisi dan sikap budaya masyarakat, sumber dan tata-
cara di mana teater tradisional lahir.
Teater tradisional atau yang juga dikenal dengan istilah “Teater daerah” adalah
merupakan suatu bentuk pertunjukan dimana para pemainnya berasal dari daerah setempat
dengan membawakan cerita yang bersumber dari kisah-kisah yang sejak dulu telah berakar dan
dirasakan sebagai milik sendiri oleh setiap masyarakat yang hidup di lingkungan tersebut,
misalnya mitos atau legenda dari daerah itu. Dalam teater tradisional, segala sesuatunya
disesuaikan dengan kondisi adat istiadat, diolah sesuai dengan keadaan sosial masyarakat, serta
struktur geografis masing-masing daerah. Teater Tradisional mempunyai ciri-ciri yang spesifik
kedaerahan dan menggambarkan kebudayaan lingkungannya.
Teater yang berkembang dikalangan rakyat disebut teater tradisional, sebagai lawan dari
teater modern dan kontemporer. Teater tradisional tanpa naskah (bersifat inprovisasi). Sifatnya
supel, artinya dipentaskan disembarang tempat. Jenis ini masih hidup dan berkembang didaerah-
daerah seluruh Indonesia. Teater tradisional tidak menggunakan naskah. Sutradara hanya
menugasi pemain untuk memainkan tokoh tertentu. Para pemain di tuntut mempunyai
spontanitas dalam berimprovisasi yang tinggi.
Contoh teater tradisional antara lain: ludruk (Jawa timur), ketoprak (Jawa tengah), dan
lenong (Jawa barat) .Yang disebut teater tradisional itu, oleh Kasim Ahmad diklarifikasikan
menjadi 3 macam, yaitu:
a. Teater rakyat
Sifat teater rakyat sama halnya seperti tradisional, yaitu improvisasi, sederhana, spontan dan
menyatu dengan kehidupan rakyat. Contohnya antara lain: Makyong dan Mendu didaerah Riau
dan Kalimantan Barat, Randai dan Bakaba di Sumatera Barat, Ketoprak, Srandul, Jemblung di
Jawa Tengah dan lain sebagainya.
b. Teater Klasik
Sifat teater ini sudah mapan, artinya segala sesuatunya sudah teratur, dengan cerita, pelaku yang
terlatih, gedung pertunjukkan yang memadai dan tidak lagi menyatu dengan kehidupan rakyat
(penontonnya). Lahirnya jenis teater ini dari pusat kerajaan. Sifat feodalistik tampak dalam jenis
teater ini. Contohnya: wayang kulit, wayang orang dan wayang golek. Ceritanya statis, tetapi
memiliki daya tarik berkat kretatifitas dalang atau pelaku teater tersebut dalam menghidupkan
lakon.
c. Tetaer Transisi
Teater transisi merupakan teater yang bersumber dari teater tradisional, tetapi gaya penyajiannya
sudah dipengaruhi oleh teater barat. Jenis teater seperti komedi istambul, sandiwara dardanela,
srimulat dan sebagai contoh, pola ceritanya sama dengan ludruk atau ketoprak, tetapi jenis
ceritanya diambil dari dunia modern. Musik, dekor dan properti lain menggunakan tehnik barat.
B. Jenis-jenis Teater

1. Teater Boneka

Pertunjukan boneka telah dilakukan sejak zaman kuno. Sisa peninggalannya ditemukan di
makam-makam India Kuno, Mesir, dan Yunani. Boneka sering dipakai untuk menceritakan
legenda atau kisah-kisah yang bersifat religius (keagamaan). Berbagai jenis boneka dimainkan
dengan cara yang berbeda. Boneka tangan dipakai di tangan sementara boneka tongkat
digerakkan dengan tongkat yang dipegang dari bawah. Marionette atau boneka tali, digerakkan
dengan cara menggerakkan kayu silang tempat tali boneka diikatkan.

Selain itu, contoh teater boneka yang cukup populer ialah pertunjukan wayang kulit. Dalam
pertunjukan wayang kulit, wayang dimainkan di belakang layar tipis dan sinar lampu
menciptakan bayangan wayang di layar. Penonton wanita duduk di depan layar, menonton
bayangan tersebut. Penonton pria duduk di belakang layar dan menonton wayang secara
langsung.

Beralih ke luar negeri, pertunjukan Boneka Bunraku dari Jepang mampu melakukan banyak
sekali gerakan sehingga diperlukan tiga dalang untuk menggerakkannya. Dalang berpakaian
hitam dan duduk persis di depan penonton. Dalang utama mengendalikan kepala dan lengan
kanan. Para pencerita bernyanyi dan melantunkan kisahnya.

2. Drama Musikal

Drama musikal merupakan pertunjukan teater yang menggabungkan seni tari, musik, dan seni
peran. Drama musikal lebih mengedepankan tiga unsur tersebut dibandingkan dialog para
pemainnya. Kualitas pemainnya tidak hanya dinilai pada penghayatan karakter melalui untaian
kalimat yang diucapkan tetapi juga melalui keharmonisan lagu dan gerak tari. Disebut drama
musikal karena dalam pertunjukannya yang menjadi latar belakangnya merupakan kombinasi
antara gerak tari, alunan musik, dan tata pentas. Drama musikal yang cukup tersohor ialah
kabaret dan opera. Perbedaan keduanya terletak pada jenis musik yang digunakan. Dalam opera,
dialog para tokoh dinyanyikan dengan iringan musik orkestra dan lagu yang dinyanyikan disebut
seriosa. Sedangkan dalam drama musikal kabaret, jenis musik dan lagu yang dinyanyikan bebas
dan biasa saja.

3. Teater Dramatik

Istilah dramatik digunakan untuk menyebut pertunjukan teater yang berdasarkan pada dramatika
lakon yang dipentaskan. Dalam teater dramatik, perubahan karakter secara psikologis sangat
diperhatikan. Situasi cerita dan latar belakang kejadian dibuat sedetail mungkin. Rangkaian
cerita dalam teater dramatik mengikuti alur plot dengan ketat. Fokus pertunjukan teater dramatik
ialah menarik minat dan rasa penonton terhadap situasi cerita yang disajikan. Dalam teater
dramatik, laku aksi pemain sangat ditonjolkan. Satu peristiwa berkaitan dengan peristiwa lain
hingga membentuk keseluruhan cerita. Karakter yang disajikan di atas pentas adalah karakter
tanpa improvisatoris. Teater dramatik mencoba mementaskan cerita seperti halnya realita.
4. Teatrikalisasi Puisi

Teatrikalisasi puisi merupakan pertunjukan teater yang dibuat berdasarkan karya sastra puisi.
Karya puisi yang biasanya hanya dibacakan, dalam teatrikal puisi dicoba untuk diperankan di
atas pentas. Karena bahan dasarnya adalah puisi maka teatrikalisasi puisi lebih mengedepankan
estetika puitis di atas pentas. Gaya akting para pemain biasanya bersifat teatrikal. Tata panggung
dan blocking dirancang sedemikian rupa untuk menegaskan makna puisi yang dimaksud.
Teatrikalisasi puisi memberikan kesempatan bagi seniman untuk mengekspresikan kreativitasnya
dalam menerjemahkan makna puisi ke dalam tampilan lakon dan tata artistik di atas pentas.

5. Teater Gerak

Teater gerak merupakan pertunjukan teater dengan unsur utamanya adalah gerak dan ekspresi
wajah pemainnya. Dalam pementasannya, penggunaan dialog sangat minimal atau bahkan
dihilangkan seperti dalam pertunjukan pantomim klasik. Seiring perkembangannya, pemain
teater dapat bebas bergerak mengikuti suasana hati (untuk karakter tertentu) bahkan lepas dari
karakter tokoh dasarnya untuk menarik minat penikmat. Dari kebebasan ekspresi gerak inilah
gagasan mementaskan pertunjukan dengan berbasis gerak secara mandiri muncul.

Teater gerak yang paling populer dan bertahan sampai saat ini adalah pantomim. Sebagai sebuah
pertunjukan yang sunyi karena tidak menggunakan suara, pantomim mencoba mengungkapkan
ekspresinya melalui tingkah laku gerak dan mimik para pemainnya. Makna pesan yang hendak
direalisasikan dipertunjukkan dalam bentuk gerak.

C. FUNGSI TEATER

Seiring berkembangnya teknologi sekarang seni teater tidak hanya di jadikan sebagai sarana
upacara maupun hiburan saja namun juga dapat berfungsi sebagai sarang pendidikan. Seni teater
tidak hanya dijadikan sebagai konsumsi masyarakat sebagai hiburan saja, tapi juga berperan
didalam nilai afektif masyarakat. Fungsi-fungsi teater diantaranya meliputi:

1. Teater Sebagai Sarana Upacara

Pada awal kemunculan teater, teater muncul sebagai sarana upacara persembahanuntuk dewa
Dyonesos dan sebagai upacara pesta untuk dewa Apollo. Di Indonesia sendiri seni teater yang
menjadi sarana upacara di kenal dengan istilah teater tradisional. Contoh teater tradisional yang
masih berkembang di Indonesia diantaraya yaitu: ketoprak, lenong, luduk, mamada, makyong,
randai, wayang orang.

2. Teater Sebagai Media Eksptresi

Seniman teater disaat pentas akan memunculkan ekspresi yang melalui gerak tubuh dan
ucapan/dialok. Karena teater merupakan salah satu seni yang berfokus utama pada laku dan
dialok.

3. Teater Sebagai Media Hiburan


Seni teater sebagai sarana hiburan, memang sebelum melakukan pementasan sebuah teater harus
dilakukan persiapan yang matang dengan usaha yang maksimal. Ini bertujuan penonton akan
terhibur dengan pertunjukan yang di sajikan.

4. Teater Sebagai Media Pendidikan

Pementasan suatu seni teater memiliki maksud agar pesan-pesan yang ingin di sampaikan penilis
dan pemain dapat tersampaikan kepada penonton. Dengan menggunakan pertunjukan teater ini
menjadi sarana penyampai sebuah pendidikan yang mengandung makna baik buruknya suatu
kehidupan.

D. Simbol Teater
Seniman teater menafsirkan teks naskah yang kemudian ditransformasikan ke dalam bahasa
ungkap teater secara simbolik. Simbol berfungsi menghantarkan makna yang terkandung dalam
seperangkat gagasan para seniman. Jenis simbol dalam teater intinya hanya ada tiga, yaitu simbol
visual, verbal, dan auditif.

1. Simbol visual yakni simbol yang nampak dalam penglihatan penonton. Simbol
visual meliputi seluruh wujud bentuk dan warna termasuk badan para pemain. Segala
sesuatu yang nampak di atas pentas akan mengirimkan pesan makna kepada penonton.
Misalnya, pemain yang memerankan tokoh dongeng tertentu yakni simbol karakteristik
tokoh dongeng ciptaan sutradara. Mulai dari gesturnya, gerakannya, kostumnya, ekspresi
wajahnya, serta perkakas pendukungnya yang ada di atas pentas. Tata cahaya juga akan
memperkuat simbol visual, menyerupai terang, redup, merah, jingga, kuning, biru dan
sebagainya. Semua gerak laris pemain, bentuk dan warna benda-benda artistik akan
memperlihatkan kesan simbolis pada penontonnya.
2. Simbol lisan yakni simbol yang diunkapkan dengan kata-kata, baik oleh para pemain,
narator, maupun dalang. Kata-kata para pemain baik melalui obrolan maupun monolog,
ataupun narasi yang dibacakan narator atau dalang yakni simbol. Makna pesan lisan
sangat bergantung pada kata-kata yang diucapkan, cara mengucapkan, nada bicara, serta
irama berbicara. Semua ungkapan kata-kata akan mengirimkan pesan makna kepada
penonton teater. Simbol melalui kata-kata atau simbol lisan yakni simbol yang relatif
gampang dicerna oleh penonton. Oleh alasannya sifatnya yang pribadi menyampaikan
sesuatu dan penonton pribadi memaknai apa yang dimaksud di balik kata-kata itu.
3. Simbol auditif yakni simbol yang berbunyi atau simbol yang ditimbulkan oleh bunyi.
Setiap suara selalu punya arti dan setiap nada senantiasa punya makna dalam
pertunjukan teater. Sebab semua bunyi, semua nada, lirik dan lagu secara sengaja dicipta
untuk memperkuat komunikasi makna. Hentakan kaki tokoh dongeng saat sedang marah,
atau suara derap langkah menyerupai orang berbaris yakni simbolis untuk mengesankan
sesuatu. Lagu syahdu dalam adegan romantis yakni juga simbol yang akan memperkuat
adegan yang dimaksud.

E. NILAI ESTETIKA

Teater sebagai suatu seni pertunjukan tentu mempunyai nilai-nilai estetika. Nilai-nilai estetika ini
terletak di setiap bagian baik sebelum pementasan, pada saat pementasan, maupun setelah
pementasan ketika pertunjukan tersebut telah diabadikan dalam suatu media dokumentasi.
Namun, nilai estetika yang paling kuat dapat kita jumpai pada saat pertunjukan, yaitu pada saat
kita dapat menyaksikan jalannya pementasan secara langsung. Nilai estetis atau nilai keindahan
dalam pergelaran teater merupakan akumulasi dari nilai-nilai yang digagas dan dikomunikasikan
kepada penonton. Nilai-nilai estetis dalam teater itu antara lain:

1. Nilai Emosional. Banyak penonton teater yang hanyut dalam suasana yang dibangun oleh
struktur emosi. Suasana itu dapat sedih, gembira, tragis, menyayat hati, tegang,
mencekam, dan sebagainya.
2. Nilai Intelektual. Penonton teater seringkali merasa mengalami pencerahan setelah
menonton pertunjukan teater. Pertunjukan tersebut banyak memberikan nilai-nilai
informasi tentang kehidupan sosial, spiritual, moral, dan sebagainya.
3. Nilai Visual. Penonton teater kerap merasa takjub melihat peristiwa pentas dengan segala
perkakasnya yang speaktakuler hasil tangan-tangan kreatif para pekerja teater.
4. Nilai Verbal. Banyak penonton yang kagum pada ungkapan kata-kata dari para pemain
dengan teknik dinamika yang luar biasa, artikulasi yang jelas, serta irama yang dinamis.

Nilai Seni, menurut The Liang Gie (1976) jenis nilai yang melekat pada seni mencakup: (a) Nilai
keindahan, nilai keindahan dapat pula disebut nilai estetis, merupakan salah satu persoalan estetis
yang menurut cakupan pengertiannya dapat dibedakan menurut luasnya pengertian, yaitu:
keindahan dalam arti luas (keindahan seni, keindahan alam, keindahan moral, dan keindahan
intelektual), keindahan dalam arti estetis murni, keindahan dalam arti terbatas dalam
hubungannya dengan penglihatan. Keindahan dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan
penglihatan pada prinsipnya mengkaji tentang hakikat keindahan dan kriteria keindahan yang
terdapat di alam, dalam karya seni dan benda-benda lainnya. (b) Nilai pengetahuan. (c) Nilai
kehidupan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teater adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan
tubuhnya sebagai unsur utama untuk menyatakan dirinya yang diwujudkan dalam suatu karya
(seni pertunjukan) yang ditunjang dengan unsur gerak, suara, bunyi dan rupa yang dijalin dalam
cerita pergulatan tentang kehidupan manusia. Proses terjadinya atau munculnya teater
tradisional di Indonesia sangat bervariasi dari satu daerah dengan daerah lainnya. Hal ini
disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater tradisional itu berbedabeda, tergantung kondisi
dan sikap budaya masyarakat, sumber dan tata-cara di mana teater tradisional lahir. Tetaer juga
dikenal dengan seni yang kolektif di mana dalam sebuah tetaer tidak terlepas dari yang namanya
sutradara sebagai pengkordinasi pementasan. Sehingga menjadi seorang sutradara harus
menguasai apa-apa yang harus di lakasanakan karena baik/tidaknya pementasan tergantung dari
seorang sutradaranya. Sehingga dalam seni teater juga memiliki peran yang sangat penting dalam
lingkup sosisal. Ini sudah jelas karena yang namanya seni pertunjukan pasti dipertunjukan di
depan orang banyak dalam hal ini salah satu contohnya adalah masyarakat. Seni teater bisa
dijadikan media penyampaian segala bentuk rasa atau argumen yang berkaitan dengan kehidupan
sosial.

B.Saran
Makalah ini merupakan bagian dari media pembelajaran, maka dengan itu kepada semua
pihak bisa menggali ilmunya (khususnya ilmu tentan seni teater) dengan mendalami isi makalah
ini. Khususnya kepada kaum muda agar seni teater tidak hilang begitu saja tetapi bisa diwariskan
kepada segenap penerus bangsa sehingga negara Indonesia bisa disebut sebagai salah satu negara
yang hebat dalam dunia seni.
DAFTAR PUSTAKA

(http://desxripsi.blogspot.com/2012/10/BentukseniTheater.html#ixzz2QdJQjH9y
diunduh 17 April 2013)
(http://.seniteater.co.id, diunduh 15 April 2013)

(http://.wikipedia.org.id, di unduh 17 April 2013

Anda mungkin juga menyukai