Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH WAWASAN SENI PERTUNJUKAN

TARI SERE API SEBAGAI SENI PERTUNJUKAN MASYARAKAT


KABUPATEN BARRU

SULAWESI SELATAN

OLEH :

PUTRA YADI

220802502033

JURUSAN PENDIDIKAN SENI DRAMA TARI DAN MUSIK

FAKULTAS SENI DAN DESAIN

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2022
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu. Semua itu
karena berkat serta tuntutan dari Allah SWT. Adapun judul dari makalah ini adalah
Sebagai Seni Pertunjukan Suku Bugis Sulawesi Selatan.
Sebelumnya saya juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Saya
menyadari, makalah ini jauh dari kata sempurna.
Semoga makalah ini bisa menjadi wadah untuk menambah wawasan para pembaca dan
bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengehtahuan.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB I.................................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang....................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................5

1.3 Tujuan.................................................................................................................5

BAB II...............................................................................................................................6

PEMBAHASAN................................................................................................................6

2.1 Seni Pertunjukan.................................................................................................6

2.2 Tujuan Seni Pertunjukan Dalam Kehidupan Bermasyarakat.............................8

2.3 Tari Sere Api.......................................................................................................8

2.3.1 Sejarah Tari Sere Api..................................................................................8

2.3.2 Pelaksanaan Dan Prosesi Sere Api..............................................................9

2.3.3 Kostum Dan Properti.................................................................................10

2.3.4 Ragam GerakTari Sere Api.......................................................................12

BAB III............................................................................................................................15

PENUTUP.......................................................................................................................15

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................15

3.2 Saran.................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki beragam kekayaan budaya dan tradisinya. Beberapa


diantaranya adalah tradisi yang bersifat seni pertunjukan dan berkembang di
Nusantara, bahkan kesenian juga bersifat tradisional. Pertunjukan kesenian
tradisional juga merupakan sebuah bentuk ungkapan budaya, wahana untuk
menyampaikan nilai-nilai budaya, dan perwujudan norma-norma estetik-artistik
yang berkembang pada suatu daerah tertentu.
Pertunjukan merupakan sebuah kesenian yang dilakukan oleh masyarakat
secara individu, berpasangan, ataupun kelompok dalam waktu dan tempat tertentu
yang biasanya berfungsi sebagai hiburan. Seni pertunjukan memiliki panggung
tertentu yang dijadikan sebagai tempat pertunjukan dilangsungkan untuk
menyaksikan dan menikmati pertunjukan. Pertunjukan biasanya diadakan dalam
sebuah acara seperti, acara pernikahan, penyambutan, upacara adat, maupun pesta
setelah panen.
Dusun Lempang Desa Gattareng Kecamatan Pujananting Kabupaten Barru
terdapat sebuah acara pesta panen yang dilakukan setelah panen dan disebut
dengan Mappadendang. Pesta ini dilaksanakan di tanah lapang oleh masyarakat
sebagai wujud rasa syukur hasil panen yang melimpah ruah. Dalam acara tersebut
ada berbagai prosesi yang dilakukan Dalam acara tersebut ada berbagai prosesi
yang dilakukan yaitu, A’ Bitteang (makanan khas untuk pesta panen), Ma’baca
Do’a Nabi (Doa keselamatan nabi), dan pertunjukan sere api.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Apa itu seni pertunjukan?
2. Apa tujuan seni pertunjukan dalam kehidupan bermasyarakat?
3. Apa itu Sere Api dalam tradisi Mappadendang?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Untuk mengetahui arti seni pertunjukan dan tujuan dari seni pertunjukan
dalam kehidupan bermasyarakat
2. Untuk mengetahui proses memenuhi perekonomian masyarakat Barru,
Sulawesi Selatan
3. Untuk mengetahui mengenai Sere Api dalam tradisi Mappadendang
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Seni Pertunjukan

Seni pertunjukan adalah sebuah karya yang melibatkan kelompok ataupun


individu di waktu dan tempat tertentu. Seni pertunjukan merupakan salah satu
karya seni yang kompleks karena pada dasar nya seni pertunjukan tidak hanya
melibatkan satu jenis komponen namun melibatkan berbagai jenis karya seni.
Seperti pada pertunjukan drama, seni yang ditampilkan bukan hanya sebuah seni
peran saja melainkan gabungan dari beberapa seni peran, seni rias, seni musik,
make up dan kostum yang di pakai oleh pemeran drama tersebut. Seni pertunjukan
tidak dapat berdiri sendiri maka dari itu seni pertunjukan disebut sebagai karya
seni yang kompleks.
Seni pertunjukan juga dapat diartikan sebagai sebuah karya seni yang melibatkan
aksi perorangan maupun kelompok di waktu dan tempat tertentu. Kinerja dari seni
pertunjukan itu sendiri biasanya melibatkan empat unsur: ruang, waktu, tubuh
pemeran dan hubungan pemeran dengan penonton. Meskipun karya seni kinerja
bisa juga seni ini di katakan sebagai seni yang mainstream seperti seni sirkus,
musik, dan teater, tapi biasanya seni-seni tersebut biasa di kenal dengan “seni
pertunjukan” seni kinerja atau biasa di sebut performance adalah seni yang biasa
mengacu pada seni konseptual yang berasal dari seni rupa dan beralih ke seni
kontemporer. Dalam seni pertunjukan terdapat istilah-istilah seperti ruang yang
merupakan tempat untuk sebuah pertunjukan, waktu sebagai kesempatan yang
digunakan oleh pemeran, pemain yang merupkan pertunjukan yang dilakukan oleh
satu orang atau lebih, dan penonton sebagai penikmat sebuah pertunjukan.
Dalam sebuah seni pertunjukan ada beberapa hal yang harus ada dalam seni
pertunjukan. Adapun hal tersebut adalah sebagai berikut:
1. Cerita atau Alur
Isi alur cerita yang harus ditampilkan merupakan sebuah konflik antara
pelaku satu dengan pelaku lainnya, biasanya sebuah cerita nya berupa dialog
yang disusun dalam sebuah script atau naskah.
2. Penonton
Pemeran seni pertunjukan harus memiliki dua cara untuk menyampaikan
cerita kepada para penonton yaitu perbuatan dan ucapan.
3. Tempat
Tempat sangat penting dalam sebuah seni pertunjukan, tempat juga untuk
mengekspresikan sifat dan watak tokoh sesuai dengan isi cerita.
4. Penonton
Penonton harus ada untuk mendukung kelangsungan hidup seni pertunjukan,
misalnya seni sirkus mendapat kelangsungan hidupnya dari hasil bayaran
penonton tersebut.
5. Sutradara
Bertugas menciptakan isi cerita kepada seluruh para penonton melalui
perbuatan dan ucapan para pemeran di panggung.

2.2 Tujuan Seni Pertunjukan Dalam Kehidupan Bermasyarakat


Dalam seni pertunjukan sendiri juga tentunya terdapat tujuan dalam kehidupan
bermasyarakat itu sendiri. Adapun tujuan dari seni dalam kehidupan bermasyarakat
adalah sebagai berikut:
1. Sebagai hiburan bagi masyarakat
Dalam kehidupan, ekspresi kebahagiaan bisa disajikan melalui kesenian.
Bukan hanya mengekspresikan, namun seni juga bisa membawa orang yang
melihatnya terhibur.
2. Penunjuk eksistensi norma yang sesuai
Norma agar masyarakat berlaku sesuai bukan hanya dibuat berdasarkan
tuturan dan tulisan yang disampaikan oleh para pemimpin di sebuah daerah.
Akan tetapi, seni juga bisa digunakan untuk menyalurkan aturan tersebut.
3. Meningkatkan rasa solidaritas kelompok masyarakat
Terkait fungsinya dalam membangun solidaritas kelompok, bisa terbentuk
ketika seorang manusia menyadari bahwa kebudayaan atau karya seni
mereka ternyata memiliki peran penting dalam kehidupan kelompoknya.
4. Simbol komunikasi dengan masayarakat lain
Fungsi ini terlihat ketika adanya beberapa karya seni yang ditunjukkan
kepada masyarakat luar. Dengan begitu, seseorang dtempat lain bisa
mengetahui bahwa terdapat suatu karya yang berasal dari sebuah daerah.

2.3 Sere Api


2.3.1 Sejarah Sere Api
Istilah Tari Sere Api atau Massere Api berasal dari Bahasa Bugis yang artinya
bergerak/menari dalam kobaran api. Tradisi ini diketahui sudah ada sejak 1920 di
Desa Gattareng, Kecamatan Pujananting, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Tak
diketahui pasti siapa pencetusnya karena banyak warga sekitar meyakini tradisi ini
lahir dari spontanitas nenek moyang.
Tarian Sere Api yang selalu dilakukan masyarakat Kabupaten Barru, Sulawesi
Selatan, saat pelaksanaan tradisi Pesta Panen diajukan sebagai warisan budaya tak
benda.. Sere Api merupakan sebuah warisan leluhur yang telah dipegang teguh dan
terus dilaksanakan oleh masyarakat setempat.
Kemunculan Sere Api dengan pelaksanaan yang cukup baik serta intensitas
kembali mulai pada pada tahun 1960-an yang dilakukan oleh generasi kedua. Sere
Api kini sudah menjadi ritual tahunan warga Desa Gattareng. Selain sebagai upaya
komunikasi dengan Sang Hyang Sri, Dewi Padi, tarian ini juga merupakan
perwujudan syukur atas hasil panen. Unsur sosial juga sangat erat kaitannya
dengan tradisi unik ini, sebab dapat mempererat hubungan silaturahmi antar
penduduk setempat.

2.3.2 Pelaksanaan Dan Prosesi Sere Api


Pertunjukan Sere Api pada dasarnya dilaksanakan setiap satu tahun satu kali pada
saat musim panen akan tiba, namun tidak menutup kemungkinan Sere Api dapat
dilaksanakan lebih dari satu kali dalam satu tahun apabila ada acara besar, seperti
HUT Kabupaten Barru dan pesta penyambutan Kepala-Kepala Pemerintahan yang
berkunjung ke Desa Gattareng. Struktur pertunjukan Sere Api terkait
dengan mappadendang.
Mappadendang dan Sere Api adalah pesta rakyat atau pesta panen masyarakat
Barru yang diadakan setelah selesai panen setiap tahunnya sebagai ucapan rasa
syukur dan terima kasih atas panen yang diberi oleh Tuhan Yang Maha Esa,
Mappadenda berarti berdendang menggunakan lesung yang dipukul sehingga
terdengar suara berirama indah.
Sere Api memang sudah menjadi ciri khas Kabupaten Barru, jika musim panen
tiba dan hasil sesuai dengan pengharapan para petani, mereka akan tetap
melaksanakan upacara atau ritual Sere Api dengan menyertakan sajian
makanan Bette dari padi yang telah ditumbuk kemudian dicampurkan dengan
kelapa dan gula merah.
Pemain berjumlah 8 hingga 12 orang, yang terdiri enam orang laki-laki dan enam
orang perempuan, enam orang laki-laki sebagai Passere Api (penari sedangkan
untuk enam orang perempuan sebagai Ana’ Padenda’ (pemain musik lesung).
Dukun yang dimaksud adalah pemangku adat selaku yang dituakan untuk memulai
pertunjukan Sere Api. Pemusik yang terdiri dari 12 orang, enam orang perempuan
yang dikatakan Ana’Padenda’ dan enam orang laki-laki yang dikatakan Passere
Api. Khusus untuk pemusik laki-laki yang berjumlah enam orang, merangkap
sebagai penari dalam pertunjukan Sere Api, dan pemangku adat yaitu
selaku Pa’baca-baca (atau yang memberikan Baca yang berupa mantra dan do’a).

2.3.3 Kostum Dan Properti

Kostum yang digunakan pertunjukan Sere Api yaitu pada Ana’ Padenda (penari
perempuan) memakai Waju Tokko (baju bodo) dan Lipa’ Sa’ be (sarung Sa’be), dan
perhiasan rante (kalung), saloko (bando), Potto (gelang emas) Bangkara (anting-
anting), dan bunga (hiasan kepala). Sedangkan kostum yang digunakan
oleh Passere Api (penari api) memakai celana barocci (celana
puntung), lipa’ sa’be, passapu atau pajombe’ (kain segitiga yang digunakan
sebagai topi atau atribut dikepala), waju jas tutu’ (baju jas tutup). Sekarang sudah
lebih banyak perubahan jika dibandingkan dengan
pertunjukan Sere Api sebelumnya yang memakai Lipa’ Ogi (sarung Bugis)
dan waju kaos (baju kaos), dan pa’jombe (yang diikatkan di kepala dengan bentuk
segitiga).
Properti yang digunakan pada Pertunjukan Sere Api, alu, lesung, dan kayu bakar.
Alu adalah alat yang digunakan sebagai penumbuk padi yang berukuran 2 m
berbentuk silindris berdiameter 5-10 cm, tetapi sedikit berbeda ukuran alu yang
digunakan oleh Passere Api yang berukuran 1 m berbeda dengan yang
digunakan Ana’ Padenda’. Lesung, peralatan yang digunakan untuk perlengkap
pertunjukan Sere Api yang terbuat dari kayu jati berukuran 2 m dengan ketingggian
50 cm yang terdiri dari satu lubang panjang yang disebut A’donrang berfungsi
untuk mengupas dan memisahkan buah Ase dari tadangnya menjadi bulir padi lalu
dua lubang bulat Attengngang yang berfungsi untuk tempat mengupas atau
memisahkan buah dari kulitnya berubah menjadi beras.

2.3.4 Ragam Gerak Tari Sere Api


1. Mappalua’ Api (Menyalakan Api)
Para penari Sere Api sudah mempersiapkan kayu yang akan dibakar nantinya,
kemudian salah seorang yang berperan penting dalam pertunjukan Sere Api akan
menyalakan api, mulai dari menyusun kayu-kayu membentuk kerucut dan
menyiramnya dengan minyak tanah, dan penari Sere
Api mengambil Alunya (pemukul lesung) masing-masing dan siap untuk
melakukan pertunjukan. Makna dari api yang dinyalakan yaitu sebagai semangat
hidup masyarakat yang diharapkan berkobar seperti api tersebut.
2. Mallu’da (Menumbuk)
Bagian ini, jumlah penari dalam pertunjukan Sere Api yaitu sebanyak 12 orang,
enam orang perempuan sebagai Ana’ Padenda’ dan enam orang penari laki-laki
sebagai Pa’Sere Api, ketika api dinyalakan semua penari mulai Mallu’da atau
menumbuk lesung dengan riang dan semangat, dengan susunan, perempuan dibagi
menjadi dua dan saling berhadapan, begitupula Pa’Sere Api dibagi menjadi dua
bagian kanan dan kiri lesung.
Adapun bagian ini lesung dibunyikan yang berirama dengan penuh suka cita.
Masyarakat pun bersorak, bertepuk tangan, dan memberi semangat, penari laki-laki
pun meninggalkan lesung dan bergerak dengan keinginannya sendiri (improvisasi)
sambil mengikuti suara lesung ana’ padenda’. Kemudian penari laki-laki
memasuki tempat pertunjukan dengan memegang alu sebelah kanan dan tangan
kiri sambil mengayunkan tangan begitupun sebaliknya, dan badan tegak dan
membungkuk sambil melihat kobaran api, itu dilakukan berulang-ulang kali.

3. Mammenca’ (Improvisasi Gerak Tangan dan Kaki Menyerupai Silat)


Pa’Sere Api melakukan gerak improvisasi tangan dan kaki yang menyerupai silat
atau gerak bela diri, maknanya untuk hidup didunia ini harus bekerja giat. Sesekali
penari masuk ke dalam kobaran api yang sangat besar saling bergantian dan penari
memegang alu sambil mannampu’ atau menumbuk lesung dengan nada yang
berbeda. Bahkan dalam bagian ini penari laki-laki melakukan atraksi dengan
mengambil kobaran api dan memasukkan ke dalam mulutnya dan ada juga
menginjak-injakan kakinya ke dalam kobaran api yang besar. Makna dari gerakan
ini yaitu melawan semua hal-hal buruk yang mungkin saja bisa mengganggu hasil
panen dan menjadi malapetaka bagi masyarakat.

4. Ma’dese Api (Menginjak Api)


Penari Sere Api masuk ke dalam kobaran api yang besar kemudian membuat
atraksi-atraksi di atas susunan kayu dan bara api. Penari menginjak-injakkan
kakinya ke bara api sambil memegang alu dengan gerak seperti silat, hal ini
dilakukan berulang-ulang kali. Apabila kobaran apinya telah padam penari kembali
ke lesung dan mannampu’ dengan irama yang khas dan seseorang akan kembali
menyalakan api. Makna dari gerakan ini yaitu untuk menghapus segala sifat buruk
dan emosi yang terlalu membara-bara agar hidup masyarakat menjadi semakin
membaik.

5. Mappakaraja (Memberi Penghormatan)


Mappakaraja yaitu memberi penghormatan kepada semua masyarakat yang
menonton dan melihat pertunjukan bahwa pertunjukan Sere Api telah usai, dengan
mengililingi lesung. Tanda-tanda bahwa pertunjukan Sere Api akan selesai lesung
dikelilingi sebanyak 2 kali, kemudian sambil penari masih atraksi lesung kemudian
dikelilingi hanya 1 kali dan itu pertanda pertunjukan Sere Api telah selesai.

Suatu keunikan jika pertunjukan Sere Api terus di laksanakan dan dilestarikan,
sebagai bentuk cakrawala nusantara dalam mengembangkan kekayaan etnik
nusantara.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tari Sere Api berasal dari
Desa Gattareng, Kecamatan Pujananting, Kabupaten Barru, Sulawesi
Selatan
Tari Sere Api memiliki makna sebagai rasa syukur masyarakat kepada
Tuhan Yang Maha Esa .

3.2 Saran
Sebagai penyusun menyarankan kepada pembaca untuk selalu menjaga
segala budaya yang telah diwariskan nenek moyang . menghargai antar
budaya serta tetap melestarikan segala budaya dari suku masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA

Seni Pertunjukan http://unj-pariwisata.blogspot.com/2012/05/sistem-ekonomi-


suku-bugis.html

Seni dan fungsinya https://tirto.id/apa-itu-seni-dan-fungsinya-dalam-kehidupan-


masyarakat-gaF7

Warisan Budaya_https://attoriolong.com/2021/05/tari-sere-api-kab-barru-masuk-
verifikasi-warisan-budaya-tak-benda/

https://travelingyuk.com/tari-sere-api-sulawesi-selatan

Anda mungkin juga menyukai