Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Azza Wa Jalla, karena
atas berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
kliping Karya Seni Tradisional ini tepat pada waktunya.
Dalam penyelesaian kliping Karya Seni Tradisional ini, penulis banyak
mengalami kesulitan, terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang
menunjang. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari pihak lain, akhirnya
kliping Karya Seni Tradisional ini dapat terselesaikan. Karena itu, sudah
sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis setiap saat.
Dengan segala keterbatasan penulis yakni bahwa kliping Karya Seni
Tradisional ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu kritik dan saran
yang bersifat membangun akan penulis terima dengan senang hati. Pada akhirnya
penulis berharap mudah-mudahan kliping ini bisa diterima dan bermanfaat bagi
para pembaca.

Palopo, 22 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Karya Seni Rupa Tradisional................................................ 2
B. Ciri-ciri Karya Seni Rupa Tradisional.................................................... 3
C. Contoh Karya Seni Rupa Tradisional..................................................... 4
E. Fungsi Karya Seni Rupa Tradisional...................................................... 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................. 11
B. Saran........................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau
dan memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau yang
sering kita sebut kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang terdapat di
Indonesia merupakan suatu bukti bahwa Indonesia merupakan negara yang
kaya akan budaya.
 Indonesia merupakan Negara yang kaya akan keanekaragaman
kebudayaan dan suku dengan wilayah yang luas, tentu saja disetiap wilayah
pasti memiliki Karya seni, dan di indonesia banyak sekali jenis seni rupa
tradisional karena keragaman budaya tersebut, dan saat ini sangat perlu
dilakukan upaya agar karya seni rupa tradisional terus berkembang dan
menjadi lebih baik, jadi sangat diperlukan pengetahuan untuk generasi penerus
tentang karya seni rupa tradisional.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari karya seni rupa tradisional?
2. Apa saja ciri-ciri karya seni rupa tradisional?
3. Apa saja contoh karya seni rupa tradisional?
4. Apa saja fungsi karya seni rupa tradisional?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Seni Rupa Tradisional


Seni rupa tradisional-Istilah nama lain tradisional sendiri berasal dari kata
“tradisi” yang berarti penunjuk kepada suatu lembaga, artefak, kebiasaan atau
perilaku yang didasarkan pada tata aturan atau norma tertentu baik secara tertulis
maupun tidak tertulis yang diwariskan secara turun temurun dari suatu generasi ke
generasi berikutnya.

Berdasarkan pengertiannya, maka dari itu secara singkat bisa dikatakan bahwa
karya seni rupa tradisional: “Karya seni rupa yang bentuk dan cara pembuatannya
nyaris tidak berubah diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya”.

Seni rupa tradisional merupakan segala hal yang berkaitan dengan nilai-nilai
suatu komunitas masyarakat tertentu yang dijaga secara turun temurun kemurnian
dan keutuhannya.

Berdasarkan pengertian tersebut, karya seni rupa tradisional bisa diartikan


sebagai karya-karya seni rupa, yang merupakan hasil budaya suatu masyarakat
tertentu yang telah lama hidup dan dijaga dengan baik secara turun-temurun.
Karya yang termasuk dalam jenis-jenis tersebut yakni, batik tulis jenis keraton,
ukuran Toraja, patung suku Asmat dan sebagainya.

Bahkan tidak hanya itu saja, nilai dan landasan filosofis yang berada dibalik
bentuk karya seni rupa tradisional tersebut pun umumnya relatif tidak berubah
sama sekali dari masa ke masa.

Bentuk-bentuk seni rupa tradisional ini dibuat dan diciptakan kembali


mengikuti suatu aturan  pakem yang ketat berdasarkan sistem keyakinan atau
otoritas tertentu yang hidup dan terpelihara dimasyarakatnya. Dalam konteks
perkembangan seni rupa di Barat (Eropa), istilah seni rupa tradisional ini
menunjukkan pada otoritas penguasa agama (gereja), raja dan para bangsawan.

2
3

Para seniman tradisional menciptakan karya berdasarkan keinginan atau


aturan yang telah ditetapkan sesuai ”selera” institusi-institusi tersebut dan
berlangsung dalam rentang waktu yang panjang dan disepanjang kekuasaan
mereka.

Berdasarkan pengertian seni tradisional yang telah disebutkan di atas, kita


jumpai berbagai karya seni rupa di Indonesia khususnya karya-karya seni kriya
dapat dikategorikan sebagai karya seni rupa tradisional.Bahkan banyak sekali
benda-benda kriya yang sudah tersebar dikepulauan Indonesia dalam bentuk,
bahan dan cara pembuatannya hingga saat ini tidak mengalami perubahan apapun
sama sekali lho, sejak pertama kali diciptakannya.

Karya-karya seni tradisi ini biasanya hidup di lingkungan masyarakat yang


masih kuat memegang norma atau adat istiadat yang diwariskan para memek
moyang. Perubahan umumnya terjadi pada fungsi dari benda-benda kriya tersebut
semula sebagai benda pakai atau benda-benda pusaka kini dukanan sebagai
benda hias atau cindera mata. Perubahan sistem sosial dan budaya masyarakat
serta kemajuan teknologi berperan besar mempengaruhi perubahan fungsi benda-
benda tersebut.
Seni tradisional adalah unsur kesenian yang menjadi bagian hidup masyarakat
dalam suatu kaum tertentu. Seni tradisional yang ada di suatu daerah berbeda
debgan yang ada di daerah lain, meskipun tidak menutup kemungkinan adanya
seni tradisional yang mirip antara dua daerah yang berdekatan.

B. Ciri-ciri Seni rupa Tradisional


Seni rupa tradisional memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan
kesenian lain. Adapun ciri-ciri seni rupa tradisional adalah sebagai berikut:
1. Seni rupa tradisional terbatas pada lingkungan dan budaya yang dapat
menunjangnya.
2. Seni rupa tradisional merupakan pencerminan dari suatu budaya yang
disesuaikan dengan dinamika masyarakat.
4

3. Seni rupa tradisional merupakan bagian dari kehidupan masyarakat yang


menjadi pembeda seni satu tempat dengan tempat lain.
4. Seni rupa tradisional diciptakan berdasarkan filosofi yang ada dan
aktivitas kebudayaan yang ada di didaerah tertentu.
5. Teknik Pembuatan Karya masih amat sederhana (manual).
6. Bersifat progresif yaitu adanya kebudayaan maritim.

C. Contoh Seni Rupa Tradisional


Ada banyak sekali karya seni rupa tradisional di Indonesia, berikut
adalah contoh beberapa karya seni rupa tradisional di Indonesia:
1. Wayang Golek
Di Indonesia, wayang merupakan salah satu kesenian yang sangat
populer. Tidak hanya wayang kulit, ada beberapa kesenian wayang yang
terkenal. Salah satunya adalah Wayang Golek dari Jawa Barat.

Wayang Golek adalah salah satu kesenian wayang tradisional


dari Jawa Barat. berbeda dengan kesenian wayang di pulau jawa lainnya
yang menggunakan kulit dalam pembuatan wayangnya, Wayang Golek
merupakan kesenian  wayang yang terbuat dari kayu. Kesenian Wayang
Golek ini sangat populer di Jawa Barat khususnya di wilayah tanah
pasundan.
5

Menurut beberapa sumber, sejarah Wayang Golek di mulai pada


abad 17. Pada awalnya, kesenian Wayang Golek muncul dan lahir di
wilayah pesisir utara pulau jawa. menurut legenda, Sunan
kudus menggunakan Wayang Golek ini untuk menyebarkan agama Islam
di masyarakat. Pada masa itu, pertunjukan Wayang Golek masih
menggunakan bahasa jawa dalam dialognya. Kesenian Wayang Golek ini
mulai berkembang di Jawa Barat pada masa ekspansi kesultanan mataram.
Wayang Golek mulai berkembang dengan bahasa sunda sebagai
dialognya. Selain menjadi media penyebaran agama, Wayang Golek
berfungsi untuk pelengkap acara syukuran atau ruwatan. Pada saat itu
pertunjukan Wayang Golek masih tanpa menggunakan sinden sebagai
pengiringnya. Wayang Golek mulai menggunakan iringan sinden pada
1920an. Hingga saat ini Wayang Golek terus berkembang sebagai hiburan
bagi masyarakat terutama di tanah sunda.
Dalam pertunjukan Wayang Golek ini sama seperti pertunjukan
wayang lainnya, lakon dan cerita di mainkan oleh seorang dalang. Yang
membedakan adalah bahasa pada dialog yang di bawakan adalah bahasa
sunda. Pakem dan jalan cerita Wayang Golek juga sama dengan wayang
kulit, contohnya pada cerita Ramayana dan Mahabarata. Namun yang
membedakan adalah pada tokoh punakawan, penamaan dan bentuk dari
punakawan memiliki versi tersendiri yaitu dalam versi sunda.

2. Batik Banyumasan
Batik Banyumas awalnya berpusat di daerah Sokaraja, batik ini
dibawa oleh pengikut-pengikut Pangeran Diponegero yang setelah usai
peperangan tahun 1830, mereka kebanyakan menetap di daerah
Banyumas. Pengikutnya yang terkenal waktu itu ialah Najendra dan dialah
yang mengembangkan batik di Sokaraja. Bahan mori yang dipakai
merupakan hasil tenunan sendiri dan pewarna yang digunakan adalah
pewarna alam berupa pohon tom, pohon pace atau mengkudu, yang
menghasilkan warna merah semu kuning.
6

Kejayaan Batik Banyumas pernah terjadi sekitar tahun 1965-an


sampai 1970-an. Namun semakin kesini, Batik Banyumas kalah saing
dengan batik dari daerah lain. Hal ini dikarenakan masalah pengelolaan,
terutama masalah manajemen usaha. Batik Banyumas, susah berkembang
karena   minimnya minat pembatik muda. Generasi muda saat ini, lebih
memilih untuk bekerja di sektor formal dan enggan belajar membatik dari
orang tuanya.

Para pengrajin Batik Banyumas terus melakukan inovasi dan kreasi


agar menghasilkan motif yang baru dan tetap bisa diterima oleh pasar
tanpa kehilangan identitasnya. Kombinasi dengan kain tenun lurik yang
dibatik merupakan salah satu bentuk usaha menyelamatkan Batik
Banyumasan dari kepunahan. Kalau tidak kreatif dan membuat inovasi
baru, Batik Banyumasan lama-kelamaan bisa punah. Upaya Pemerintah
Kabupaten Banyumas dalam mendukung kelestarian batik Banyumas
dengan cara menerapkan pemakaian seragam batik Banyumas bagi seluruh
pegawai Pemkab Banyumas pada hari tertentu, biasanya hari Sabtu.
7

Batik Banyumasan mempunyai ciri pola batik tersendiri yang


merupakan ciri batik pedalaman, yaitu banyak terinspirasi motif tumbuhan
dan hewan. Sesuai dengan lingkunganya seperti hutan dan gunung. Proses
pewarnaannya pun banyak menggunakan warna tua atau gelap dengan
gambar yang lugas dan tegas, seperti budaya masyarakat Banyumas yang
apa adanya. Walaupun ada beberapa pembuat batik di Banyumas yang
membuat batik dengan motif yang berbeda. Batik Banyumas hampir
memiliki kesamaan dengan motif Jonasan. Motif Jonasan merupakan
kelompok motif non geometrik yang didominasi dengan warna-warna
dasar kecoklatan dan hitam. Warna coklat karena soga, sementara warna
hitam karena wedel. Batik Banyumasan memiliki kekhasan yang terlihat
dari motif maupun pewarnaannya yang mempunyai warna pekat dan
tandas.

3. Kain Songket
Songket adalah jenis tenun tradisional Indonesia yang berasal-usul
dari Palembang di Sumatra Selatan. Songket digolongkan dalam keluarga
tenunan brokat. Songket ditenun dengan tangan menggunakan
benang emas dan perak. Benang logam metalik yang tertenun berlatar kain
menimbulkan efek kemilau cemerlang. Bahan kain yang umum digunakan
dalam pembuatan Songket yakni meliputi sutra, katun, dan katun sutra.
8

Songket kerap dikaitkan dengan Kemaharajaan Sriwijaya sebagai


asal mula tradisi songket berasal, beberapa jenis Songket yang populer pun
tak lepas dari lokasi-lokasi yang pernah berada dibawah
kekuasaan Sriwijaya, salah satu lokasi dominan yang juga diyakini sebagai
ibukota Kemaharajaan Sriwijaya di masa lampau yakni Palembang, yang
terletak di Sumatra Selatan. Selain Palembang, beberapa daerah di
Sumatra juga menjadi lokasi penghasil Songket terbaik dalam kelasnya,
yakni meliputi daerah-daerah di Minangkabau atau Sumatra Barat seperti
Pandai sikek, silungkang, Koto gadang, dan Padang. Di luar Sumatra, kain
songket juga dihasilkan oleh daerah – daerah seperti Bali, Lombok,
Sambas, Sumba, Sulawesi, dan daerah – daerah lain di Indonesia.

Karena faktor sejarah kekuasaan Kemaharajaan Sriwijaya,


perdagangan, dan perkawinan campuran. Songket pun juga menjadi
popular di Kawasan Maritim Asia Tenggara khususnya di negara – negara
sekitar Indonesia seperti Brunei Darussalam, Malaysia, dan Singapura.

Tradisi songket diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh


Kementerian Pendidikan dan Kebuudayaan. Tradisi songket tersebut
meliputi tradisi Songket asal Palembang dan Sambas pada 2013; Songket
Pandai Sikek pada 2014; tradisi Songket asal Beratan, Bali pada 2018; dan
tradisi songket Silungkang pada 2019.

4. Keris
  Keris menjadi senjata yang sangat populer di Indonesia, khususnya
Pulau Jawa. Diperkirakan keris sudah dikenal masyarakat Indonesia sejak
abad ke-9. Terbukti dari beberapa kisah tradisional, seperti Ken Arok dan
Ken Dedes. Senjata keris milik Indonesia resmi diakui UNESCO, sebagai
Warisan Budaya Dunia Non-Bendawi. Keris tidak hanya dipakai sebagai
senjata, namun juga dipercaya memiliki kekuatan supranatural.
Kerajinan tangan yang terinspirasi dari kebudayaan lokal nonbenda
yang memiliki bagian mata, hulu, dan sarung, yaitu keris. Senjata keris
memang termasuk dalam kerajinan tangan dan di dalamnya terkandung
9

nilai-nilai kebudayaan dan tradisional. Menurut Fatkurrohman dan


Rifchatullaili dalam jurnal Keris dalam Tradisi Santri dan Abangan

(2018), keris berasal dari bahasa Jawa Kuno, yang merujuk pada kata
‘kris’ dalam bahasa Sanskerta, artinya menghunus.

Keris juga sering diartikan sebagai senjata perang jarak pendek.


Senjata tradisional ini sering digunakan di kawasan Pulau Jawa, Sunda,
hingga Sumatera.

5. Arsitektur Rumah Daerah Toraja


10

Sulawesi Selatan adalah rumah bagi suku Toraja. Suku ini


memiliki rumah adat bernama Tongkongan yang mempunyai ciri khas
pada atap bangunannya.

Atap
rumah tradisional Sulawesi Selatan ini berbentuk seperti perahu terbalik
dan ujungnya menyerupai tanduk. Selain itu, di depan rumah biasanya
tergantung kepala kerbau beserta tanduknya yang menarik perhatian.

Rumah kuno Tongkongan memiliki dua fungsi utama, yakni untuk


rumah tinggal dan menjadi penyimpanan mayat yang telah meninggal
setelah dilakukan upacara adat pemakaman. Namun, ruangan
penyimpanan mayat terpisah dengan ruang keluarga.

D. Fungsi Karya Seni Tradisional


Fungsi karya seni tradisional adalah sebagai berikut:
1. Sebagai sarana untuk menuangkan perasaan dan tidak terlepas dari adat
istiadat.
2. Sebagai sarana pelengkap kegiatan keagamaan.
3. Sebagai pengingat suatu peristiwa penting.
4. Sebagai sarana pembeda antara daerah satu yang satu dengan daerah lain.
5. Sebagai ikon budaya bangsa.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Karya seni rupa tradisional adalah karya yang telah dinikmati dari masa
ke masa. Sehingga terdapat beberapa prinsip yang absolut dan tidak dapat
diubah jika kita ingin membuat karya tradisional. Banyak pihak yang akan
kecewa jika kita tidak akurat dalam iterasi esensi nilai tradisinya. Bahkan jika
kita hanya akan mengambil gagasan umumnya saja, misalnya membuat
karya seni kontemporer yang meminjam khazanah nilai tradisional. Selami
dengan dalam terlebih dahulu nilai murni dari seni tradisional, baru coba
gunakan gagasannya.
Karya Seni rupa tradisional adalah bentuk hasil karya yang mengandung
nilai estetika dan berpegang teguh pada tradisi. Dengan kata lain pengertian
karya seni rupa tradisional adalah bentuk seni yang berpedoman pada aturan
atau kaidah secara turun - temurun. Seni tradisional ini merupakan suatu unsur
yang menjadi bagian dari hidup masyarakat yang tinggal didaerah tertentu.
Karya Seni rupa tradisional yang ada pada setiap daerah berbeda, meskipun
terdapat beberapa kemiripan.

B. Saran
Budaya daerah merupakan faktor utama berdirinya kebudayaan nasional,
maka segala sesuatu yang terjadi pada budaya daerah akan sangat
mempengaruhi budaya nasional. Atas dasar itulah, kita semua mempunyai
kewajiban untuk menjaga, memelihara dan melestarikan budaya baik budaya
lokal atau budaya daerah maupun budaya nasional, karena budaya merupakan
bagian dari kepribadian bangsa.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://www.ilmudasar.com/2017/03/Pengertian-Ciri-Fungsi-dan-Jenis-Seni-
Tradisional-adalah.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Seni_tradisional

http://kikiesaringgan.blogspot.co.id/2012/03/makalah-seni-tradisional.html

https://rimbakita.com/rumah-adat/

https://id.wikipedia.org/wiki/Songket

https://id.wikipedia.org/wiki/Keris

https://cerita-harian-supriadi.blogspot.com/2016/08/makalah-seni-rupa-
tradisional.html

https://serupa.id/seni-rupa-tradisional-pengertian-sifat-ciri-sejarah-dan-contoh/

Anda mungkin juga menyukai