DOSEN PENGAMPU:
Regaria Tindarika, M.Pd
OLEH:
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah ini untuk
memenuhi tugas mata kuliah Etnokoreologi.
Harapan saya, semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi saya
sebagai penyusun dan umumnya bagi pembaca dalam menambah pengetahuan
tentang “Etnokoreologi”. Sebagai penyusun, saya menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka saya mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi penyempurnaan
makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
A.LATARBELAKANG..............................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN.........................................................................................3
BAB 3 PENUTUP...................................................................................................8
A.KESIMPULAN........................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................9
PILIHAN GANDA................................................................................................10
BIODATA..............................................................................................................12
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mengamati dan menyaji seperti halnya apresiasi dan kreasi dalam seni tari
adalah dua kompetensi yang berbeda yang memerlukan analisis yang berlainan.
Pengalaman terpetik dari lapangan dalam pendidikan seni tari adalah tidak adanya
relevansi antara kedua kompetensi tersebut. Bahkan, para siswa mencari sendiri
pelatih tari untuk menampilkan kreasi tari yang baru. Makalah ini mencoba
mengurai dan memandu para pendidik dan praktisi untuk mengamati dan
1
menganalis tari dengan kajian etnokoreologi serta menyajikannya dalam
perspektif pembelajaran seni tari.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
Etnokoreologi berasal dari kata etno yang berarti etnis, koreo berarti tari.
Dengan demikian etnokoreologi mengandung arti ilmu tentang tari-tari etnis.
Dalam hal ini etnokoreologi berbeda dengan koreologi yang cenderung mengkaji
tari khususnya Ballet. Apabila koreologi analisisnya hanya geraknya saja, maka
analisis etnokoreologi menyertakan juga keterlibatan masyarakat pendukung tari
itu sendiri. Hal tersebut tentu ada sebabnya. Pertama tari adalah produk sebuah
masyarakat. Kedua, sebagai produk masyarakat mengandung nilai-nilai yang
dianut masyarakat tersebut. Ketiga, nilai yang dianut masyarakat satu dengan
masyarakat lainnya itu berbeda. Keempat, menilai/mengapresiasi sebuah tari etnis
tidak bisa berlaku umum harus dengan acuan nilai yang dianut masyarakat
pemilik budaya tarinya.
Dalam hal ini Marco DeMarinis seorang ahli linguistik yang meneliti seni,
menyimpukan bahwa seni pertunjukan adalah sebuah entitas yang multilapis.
Lebih lanjut Marinis menyatakan bahwa analisis seni pertunjukan terdiri atas
analisis teks yang berlapis yang terdiri dari gerak, musik, rias-busana, lighting,
pola lantai, dll. analisis konteks tari yang dibantu dengan disiplin sejarah,
antropologi, sosiologi, estetika etnis, arkeologi, dll. Dengan demikian idealnya
untuk mengapresiasi sebuah tari diperlukan pendekatan multidisiplin.
Pemahamanan tersebut diperlukan oleh seorang guru seni yang handal agar dapat
meningkatkan kompetensi profesionalnya.
3
yang berkaitan dengan kebudayaan, fungsi-fungsi keagamaan atau
simbolismenya, atau bahkan juga kedudukannya dalam masyarakat.
B. SEJARAH ETNOKOREOLOGI
Setelah kematian Cecil Sharp, Maud Karpeles terus meneliti tari tetapi
hubungannya membawanya melakukan perjalanan ke luar negeri, ke Praha dan
4
Prancis, yang memberinya visi yang lebih luas tentang tari di luar bentuk bahasa
Inggris.
Pada tahun 1981, International Folk Music Council (IFMC) berganti nama
menjadi International Council for Traditional Music (ICTM) (Dunin, 2014, h.
202) dan kelompok etnochoreology menjadi ICTM Study Group on
Ethnochoreology seperti yang masih dikenal hingga saat ini.
5
dunia, tetapi upaya untuk memahami tarian sebagaimana yang ada dalam
peristiwa sosial dari komunitas tertentu serta dalam sejarah budaya komunitas.
Tarian bukan hanya representasi statis dari sejarah , bukan hanya gudang makna,
tetapi penghasil makna setiap kali diproduksi — bukan hanya cermin hidup dari
suatu budaya, tetapi bagian yang membentuk budaya, kekuatan di dalam budaya:
6
ataukah akan mencakup juga di dalamnya orang-orang Barat, hal itu tergantung
pada kesepakatan di antara para ahli etnokoreologi sendiri.
Obyek formal atau paradigma yang ada pada etnokoreologi juga tidak
berbeda dengan paradigma yang ada dalam etnoart dan etnosains, karena
etnokoreologi merupakan salah satu sub-disiplinnya. Meskipun demikian,
etnokoreologi juga dapat menggunakan paradigma-paradigma lain yang sudah ada
dalam antropologi budaya.
7
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Etnokoreologi berasal dari kata etno yang berarti etnis, koreo berarti tari.
Dengan demikian etnokoreologi mengandung arti ilmu tentang tari-tari etnis.
8
DAFTAR PUSTAKA
Marinis, Marco De. 1993. The Semiotics of Performance. Terj. Aine O’Healy.
Bloomington dan Indianapolis : Indiana University Press, 1993.
9
PILIHAN GANDA
1. pengkajian ilmiah tentang tari mengenai segala hal penting yang berkaitan
dengan kebudayaan, fungsi-fungsi keagamaan atau simbolismenya, atau bahkan
juga kedudukannya dalam masyarakat merupakan definisi etnokoreologi
menurut...
a. Soedarsono
b. Gertrude P. Kurath
c. Anya Peterson Royce
d. Anca Giurchescu
3. Etnokoreologi berasal dari kata etno dan koreo yang berarti ......
a. etnis dan tari
b. tari dan etnis
c. etnis dan gerak
d. gerak dan etnis
10
5. Etnokoreologi sebagai sebuah sub-sub-disiplin juga harus memiliki dua obyek,
yakni....
a. formal dan nonformal
b. material dan nonmaterial
c. material dan formal
d. semua benar
11
BIODATA
NIM : F1111181023
ALAMAT : Singkawang
Kabupaten/kota : Singkawang
AGAMA : Islam
-SMPN 8 Singkawang
-SMAN 3 Singakawang
-Universitas Tanjungpura
12