Anda di halaman 1dari 17

Materi Ajar

Mata Kuliah Teknik Tari Tradisi

Dosen penyusun

Regaria Tindarika, S.Pd., M.Pd.

Program Studi Pendidikan Seni Pertunjukan


Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan
Universitas Tanjungpura Pontianak
2020
Kata Pengantar

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Materi ajar Mata Kuliah
Teknik Tari Tradisi untuk mahasiswa semester 3 di Program Studi
Pendidikan Seni Pertunjukan FKIP Universitas Tanjungpura. Materi ajar ini
disusun dengan menyesuaikan pembelajaran daring dan luring yang lebih
menempatkan mahasiswa sebagai pusat kegiatan belajar (Student Center).
Materi ajar ini juga dilengkapi dengan latihan soal yang akan di tuangkan ke
dalam bentuk kuis melalui e-learning UNTAN untuk menguji pemahaman
siswa terkait dengan materi. Dalam materi ajar ini akan di bahas mengenai
teori-teori yang berkaitan dengan teknik tari tradisional, pakem gerak tradisi
Melayu dan Dayak Kalimantan Barat, serta Bali, Sunda dan Jawa. Pakem
gerak tersebut terdiri dari gerak kepala, gerak badan, gerak tangan dan
gerak kaki.

Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan materi


ajar ini. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran demi
perbaikan dan kesempurnaan materi ajar ini.

Saya mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah


membantu proses penyelesain materi ajar ini, terutama kepada kapala
program studi Pendidikan Seni Pertunjukan, yaitu Bapak Dr. Imam Ghozali,
M.Pd., yang telah membimbing penyusun dalam pembuatan materi ajar ini.
Semoga materi ajar ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya para
mahasiswa.

Pontianak, 20 September 2020

Penyusun

Regaria Tindarika, S.Pd., M.Pd.


Pendahuluan

A. Deskripsi Mata Kuliah


Teknik Tari dasar merupakan mata kuliah praktek sebagai pemahaman
dan keterampilan mahasiswa dalam penguasaan gerak dan sikap dasar
tari. Perkuliahan ini berisikan teknik gerak dasar dari beberapa gerak tari
tradisi di Indonesia khususnya pada teknik tradisi Melayu, Dayak, Bali,
Sunda dan Jawa yang terdiri dari gerak kepala, gerak badan, gerak
tangan dan gerak kaki.

B. Tujuan Mata Kuliah


Setelah mengikuti mata kuliah ini, peserta didik (mahasiswa) diharapkan
mampu:
1. Memberikan pengetahuan, pemahaman dan penguasaan
keterampilan dalam bergerak baik itu gerak kepala, gerak badan,
gerak tangan dan gerak kaki
2. Mahasiswa memiliki apresiasi tinggi dan mampu mengembangkan ke
dalam konsep kreatifitas karya tari
3. Mampu mengaplikasikan ke dalam materi pembelajaran di sekolah
dan mengembangkan di masyarakat
4. Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama dan
kepercayaan, serta pendapat atau temuan orisinal orang lain
5. Menunjukkan sikap bertanggung jawab atas pekerjaan di bidang
keahliannya secara mandiri
6. Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu, dan terukur
7. mampu melakukan proses evaluasi diri terhadap kelompok kerja yang
berada dibawah tanggung jawabnya, dan mampu mengelola
pembelajaran secara mandiri
8. mampu mengapresiasi keragaman karya seni tari dan musik
Nusantara dan Mancanegara melalui berbagai pendekatan dan
metode untuk mengkomunikasikannya kepada peserta didik,
komunitas seni, dan masyarakat
9. Memberikan pengetahuan, pemahaman dan penguasaan
keterampilan mengenai kesenian tari dan musik
10. Pengembangan potensi peserta didik secara optimal

C. Rincian Materi Perkuliahan

Materi 1 Definisi Teknik, Tari dan Tradisional serta elemen


pendukungnya
Materi 2 Teknik gerak dasar dari kepala, tangan, kaki, badan dan
kaki gerak tari Melayu Kalbar
Materi 3 Teknik gerak dasar dari kepala, tangan, kaki, badan dan
kaki gerak tari Dayak Kalbar
Materi 4 Teknik gerak dasar dari kepala, tangan, kaki, badan dan
kaki gerak tari Bali
Materi 5 Teknik gerak dasar dari kepala, tangan, kaki, badan dan
kaki gerak tari Sunda
Materi 6 Teknik gerak dasar dari kepala, tangan, kaki, badan dan
kaki gerak tari Jawa
Materi ajar 1
Materi 1
Definisi Teknik, Tari dan Tradisional serta elemen pendukungnya

Uraian Materi

A. Pengertian Teknik
Teknik dalam tari harus dipahami sebagai suatu cara mengerjakan
seluruh proses baik fisik maupun mental yang memberikan kesempatan
kepada para penari untuk mewujudkan pengalaman estetisnya dalam
sebuah komposisi tari, serta keterampilan untuk melakukannya (Hadi,
2017: 48). Sebagai makhluk hidup, seorang manusia adalah makhluk
yang selalu bergerak, sedangkan gerak merupakan unsur utama di
dalam tari. Artinya seni tari hanya menggunakan keluwesan tubuh,
menjiwainya agar menghasilkan gerakan yang selaras.
Ketika hendak menganalisis gerak tari, salah satu yang harus
diperhatikan adalah teknik gerak penari. Teknik gerak tradisi memiliki
keberagaman ciri khas pada masing – masing etnis, bahkan ada
perbedaan juga pada masing – masing tari dalam satu etnis. Misalnya
teknik gerak tari sunda yang memiliki teknik gerak tangan baplang dan
sawang, teknik gerak tangan pada tari Bali seperti Nagastru dan
Luk nerudut. Teknik pada tarian tersebut merupakan interpretasi nilai
yang ada di masyarakat yang diwujudkan dalam gerak yang memiliki
aturan baku. Teknik – teknik tersebut harus dikuasai penari saat menari
dan harus dikuasai para kritikus saat menganalisis gerak.
Seni tari, khususnya tari tradisi memiliki ciri khas dan keunikan
gerakan, gerakan tersebut memiliki pakem-pakem dan kebakuan
sehingga menjadi pembeda antara satu tari dengan tari tradisi yang lain.
Oleh karena itu setiap daerah di Indonesia memiliki seni dan budaya
adat tradisi yang berbeda sehingga kekayaan ini menjadikan nilai lebih
jika kita kembangkan. Tentu saja pengembangan ini adalah menjadikan
gerak tari tradisi akar atau pijakan awal dalam mengkompos (membuat)
tari.
Teknik dasar sangat berkaitan dengan tahapan-tahapan dan tata
cara melakukan gerakan. Adapun dalam materi ini yang akan dibahas
adalah teknik dasar yang terdiri dari gerak kepala, badan, tangan, dan
kaki, yang kemudian menjadi satu kesatuan gerak yang utuh.
Adapun gerak dasar dalam materi ini, antara lain;
1. Gerak kepala ada beberapa macam gerak kepala, yang masing-
masing kekuatannya bergantung pada cara menggerakkannya.
Berbagai macam gerak kepala yang yang fokusnya pada dagu,
tegkuk-kepala bagian atas, maupun penguatan atau
memfungsikan otot-otot leher sangat banyak kemungkinannya
yang dibuat sesuai dengan kebutuhan dalam karya tari. Contoh:
gileg, godeg, ungklek, kedet
2. Gerak badan, gerak bagian badan terbatas karena bertumpu
pada gerak pinggang. Contoh: mendhak, hoyong, agem,
torsoan
3. Gerak tangan, Gerak tangan dapat diartikan bagaimana cara
melakukan gerakan tangan sesuai dengan kebutuhan gerak tari
dengan tidak meninggalkan kunci gerak persendian yang ada
disekitar lengan, siku dan bahu. Contoh: Nyekithing, baplang,
sawang
4. Gerak kaki mengacu pada perpindahan tempat dalam menari
dengan pergerakan kaki. Gerak dasar tari dapat diartikan
bagaimana cara melakukan gerakan tari sesuai dengan
kebutuhan gerak tari dengan tidak meninggalkan kunci gerak
persendian yang ada disekitar persendian paha, lutut, dan
tungkai ( Wibisono, 2001:9). Contoh: injit, lompat kijang, adeg-
adeg, trisig

B. Pengertian Tari dan Elemen Pendukungnya


Tari merupakan salah satu cabang seni yang menggunakan media
utamanya tubuh sebagai alat untuk bergerak. Gerak merupakan satuan
terkecil dan menjadi unsur utama dalam tari. Seni gerak di dalam tari
termasuk ke dalam seni visual yang bisa dinikmati melalui indera
penglihatan. Gerakan-gerakan yang digunakan dalam tari tentu bukan
sembarangan gerak dan bukan juga gerak keseharian, namun gerak
yang dimaksud dalam tari adalah gerak yang telah mengalami stilisasi
(digayakan) dan distorsi (pengubahan), yang kemudian melahirkan dua
jenis gerak, yaitu gerak murni dan gerak maknawi.
Gerak murni (pure movement) atau di sebut gerak wantah adalah
gerak yang di susun dengan tujuan untuk mendapatkan artisitik
(keindahan) dan tidak mempunyai maksud-maksud tertetnu. Gerak
maknawi (gesture) atau disebut gerak tidak wantah adalah gerak yang
mengandung arti atau maksud tertentu dan telah distilasi (dari wantah
menjadi tidak wantah). Misalnya gerak ulap-ulap dalam tari Jawa
merupakan stilasi dari orang yang sedang melihat sesuatu yang jauh
letaknya, gerak nuding pada tari Bali memiliki arti marah atau maksudnya
sedang marah, dan sebagainya.
Tari berdasarkan bentuk geraknya dibedakan menjadi dua, yaitu
tari representasional dan tari non-representasional. Tari representasional
adalah tari yang menggambarkan sesuatu dengan jelas (realistis),
seperti tari tani yang menggambarkan seorang petani, tari nelayan yang
menggambarkan seorang nelayan, tari tenun sedang melukiskan orang
sedang membuat tenun, tari yang melukiskan kelinci sedang lari-lari dan
sebagainya. Tari non-representasional yaitu tari yang melukiskan
sesuatu secara simbolis, biasanya menggunakan gerak-gerak abstrak
(tidak realistik), Contohnya adalah tari Jepin Langkah Bujur Serong, tari
Jonggan, tari bedaya, tari srimpi, tari monggawa, dan sebagainya.
Beberapa definisi tari yang telah dikutip dari beberapa ahli atau
pakar tari, adalah sebagai berikut:
1). Curt Sahcs seorang ahli sejarah dan musik dari Jerman dalam
bukunya World History of the Dance mengemukakan bahwa ”tari adalah
gerak yang ritmis”.
2). Corrie Hartong dari Belanda dalam bukunya Danskunst, bahwa ”tari
adalah gerak-gerak yang diberi bentuk dan ritmis dari badan di dalam
ruang”.
3). La Meri dalam bukunya Dance Compisition bahwa ”tari adalah
ekspresi subjektif yang di beri bentuk objektif”.
4). Sal Murgiyanto, Tari adalah gerakan tubuh yang indah dan berirama
yang merupakan ekspresi jiwa dari pelakunya.
5). Soedarsono Bukunya Djawa dan Bali: Dua Pusat Perkembangan
Drama Tari Tradisional di Indonesia, mengemukakan bahwa tari adalah
ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan dengan gerak-gerak ritmis
yang indah.
Rumusan yang dapat dikemukakan dari beberapa definisi tari
adalah bahwa tari merupakan bentuk gerak yang indah, lahir dari tubuh
yang gerak, berirama, dan berjiwa sesuai dengan maksud dan tujuan
tari. Dalam matakuliah ini hasil akhirnya adalah membuat karya tari
dengan pakem-pakem gerak tari tradisi yang telah diajarkan. Untuk itu
ada beberapa hal terkait elemen-elemen dalam tari yang dapat di oleh
dan di kresikan tanpa mengubah gerak dan pakem asli dari gerak tradisi
tersebut. Adapun dari rumusan tersebut yang dapat dikembangkan dari
beberapa elemen-elemen pendukung tari terdiri atas:
1. Ruang
Ruang dalam tari adalah tempat yang digunakan untuk
kebutuhan gerak. Gerak yang dilakukan dalam ruang dapat
dibedakan ke dalam ruang yang digunakan untuk tempat pentas dan
ruang yang diciptakan oleh penari.
Ruang sebagai tempat pentas yaitu tempat penari dalam
melakukan gerakan sebagai wujud ruang secara nyata, yaitu
merupakan arena yang dilalui oleh penari saat menari. Pengertian
ruang disini bisa berupa arena, tapal kuda dan panggung
proscenium atau tempat pertunjukkan lainnya.
Adapun selain ruang pentas, terdapat ruang yang diciptakan
oleh penari ketika membawakan tarian. Ruang dalam konsep ini
dapat diartikan sebagai bidang yang dibentuk oleh anggota tubuh
penari ketika bergerak. Gerak yang besar tentu menggunakan
ruangan yang tidak luas. Contohnya ketika penari harus menirukan
gerak burung terbang tentu ruang yang digunakan akan lebih luas
atau besar dan akan berbeda ketika penari menirukan gerak semut
berjalan tentu ruang gerak yang digunakan lebih kecil.
Penggunaan kedua ruang tersebut dapat dibedakan atas garis,
volume, arah hadap tari, dan level. Garis yaitu kesan yang
ditimbulkan setelah penari selesai menggerakkan tubuhnya. Garis ini
dapat ditimbulkan oleh badan penari dan diluar badan penari. Gerak
yang ditimbulkan oleh badan penari yaitu gerak yang dihasilkan oleh
seluruh anggota badan seperti tangan, badan, kepala, kaki dan
sebagainya. Gerak diluar badan penari yaitu seperti garis diagonal,
garis lengkung, garis tegak lurus, dan sebagainya. Volume yaitu
jangkauan gerak yang digunakan oleh penari ketika menari. Seperti
volume gerak kecil, volume gerak besar, dan volume gerak sedang
yang dihasilkan anggota badan. Arah yaitu arah hadap dan arah
pandangan penari ketika menari. Arah hadap penari bisa ke
samping, ke depan, ke belakang, ke arah serong, dan sebagainya.
Level yaitu berhubungan dengan tinggi rendahnya gerak dan badan
penari ketika menari. Terdapat level tinggi, level sedang dan level
rendah. Contohnya gerak sembah dilakukan sambil duduk, maka
penari menggunakan level rendah, dan ketika penari menarikan
kijang meloncat maka penari menggunakan level tinggi.

L
Gambar 1 desain pentas dalam tari

Kiri
Gambar 2 Arah hadap
Gambar 3 level atas

Gambar 4 Level sedang

Gambar 5 Level bawah


Gambar 6 pola lantai dengan garis lurus

Gambar 7 pola lantai dengan garis lengkung

2. Waktu
Waktu adalah durasi yang berlangsung selama pertunjukan tari.
Waktu dalam tari juga dipahami sebagai kecepatan atau kelambatan
dalam irama/ketukan gerak. Dua faktor yang penting dalam unsur
waktu yaitu ritme dan tempo. Ritme menunjukkan ukuran waktu dari
setiap perubahan detail gerak (cepat lambat gerakan) sedangkan
tempo mengarah pada kecepatan tubuh penari. Waktu biasanya di
lakukan oleh penari ketika melakukan desain serempak dan cannon
atau berurutan. Adapun desain-desain tersebut masuk ke dalam
komposisi kelompok yang akan di jabarkan sebagai berikut:
a. Desain serempak (unison), adalah pola-pola gerak yang
dilakukan oleh sejumlah penari dalam waktu dan tempo yang
bersamaan. Pada pelaksanaan gerak dengan desain serempak
akan terjadi pengulangan desain keruangan, wujud waktu, dan
dinamika. Disain ini memberikan kesan teratur, mempertegas
dan memperkuat pola gerak yang dilakukan.

Gambar 8 desain serempak (unison)

b. Desain Berurutan, adalah desain yang dibentuk oleh setiap


penari yang melakukan gerakan bergantian dengan penari lain
secara susul menyusul. Pada desain ini kesan yang nampak
adalah kesan isolasi pada masing-masing penari, tetapi juga
memberikan kesan teratur. Teknis melakukan gerakan pada
desain bergantian tidak harus susul menyusul satu persatu,
tetapi dapat dilakukan dengan jumlah penari kelompok yang
berbeda, misalnya ada enam penari dalam satu koreografi,
yang pertama melakukan gerak satu penari, kemudian dua
penari dan terakhir tiga penari, atau dengan kemungkinan yang
lain.
Gambar 9 Desain berurutan (cannon)

c. Desain Seimbang (balance) Adalah desain yang membagi


sejumlah penari menjadi dua kelompok yang sama, masing-
masing ditempatkan pada dua desain lantai yang sama di atas
stage bagian kanan dan bagian kiri. Pada desain berimbang
gerak yang dilakukan oleh penari secara serempak atau
seluruh penari namun berbeda kelompok, atau hanya dilakukan
oleh beberapa penari saja baik yang dilakukan dengan diam di
tempat atau berpindah tempat.

Gambar 10 desain seimbang (balance)

d. Desain Selang-seling (alternate), adalah desain yang


menggunakan pola selang seling pada desain lantai, desain
atas, atau desain musik. Desain selang-seling dapat diamati
pada tarian kelompok dengan berbagai macam desain lantai
dengan membuat desain selang seling pada desain atasnya.
Koreografer harus tepat dan jeli menempatkan letak penari baik
dalam satu kelompok atau antar kelompok yang diselang-
seling.

Gambar 11 desain selang-seling (alternate)

e. Desain Terpecah (broken) adalah desain yang dibentuk oleh


setiap penari yang memiliki desain lantai dan desain atas
sendiri-sendiri. Pada desain terpecah dapat juga berupa
kelompok-kelompok kecil dalam satu koreografi melakukan
desain yang saling berbeda, dengan harapan kelompok
tersebut saling menopang, atau saling menguatkan kelompok
yang lain. Kesan yang dibentuk desain terpecah yaitu kesan
isolasi dari tiap-tiap penari. Koreografer harus lebih cermat dan
jeli menempatkan penari, karena komposisi desain terpecah
serupa dengan komposisi solo.

Gambar 12 desain terpecah (broken)


3. Tenaga
Di dalam gerak terkandung tenaga/energi yang melibatkan ruang,
dan waktu. Artinya gejala yang menimbulkan gerak adalah tenaga,
bergerak berarti memerlukan ruang dan membutuhkan waktu ketika
proses gerak berlangsung. Oleh karena itu gerak adalah pertanda
kehidupan. Semua gerakan dapat diolah dengan perubahan-
perubahan tenaga, misalnya bisa tajam atau halus, kuat atau enteng.
Gerakan dapat pula ketat atau longgar, dapat mengalun bebas atau
dalam keseimbangan. Perubahan bergerak sering disebut dengan
dinamika. Dinamika adalah salah satu elemen yang cukup penting
dalam tari.
Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan penggunaan tenaga,
diantaranya adalah:
a). Intensitas: banyak sedikitnya tenaga yang digunakan dalam
melakukan gerak
b). Aksen/tenaga: penggunaan tenaga secara tidak rata yaitu ada
yang menggunakan tenaga sedikit atau pun banyak/besar
c). Kualitas: cara menyalurkan gerak sesuai dengan desain yang
dikehendaki.
Cara lain untuk mencapai dinamika dapat ditempuh melalui:
1). Perubahan arah hadap/arah muka, seperti hadap ke kiri, ke
kanan, ke atas, dan ke bawah,
2). Perubahan level (tinggi, medium, rendah),
3). Perubahan pola lantai, seperti pola garis lurus, garis lengkung,
bentuk lingkaran, dan sebagainya,
4). Perubahan distribusi pencahayaan, seperti pencahayaan sebesar
objek atau lebih besar dari objek,
5) pergantian tempo dari lambat ke cepat atau sebaliknya,
6) pergantian tekanan gerak dari lemah ke tekanan yang kuat dan
sebaliknya,
7) pergantian cara menggerakkan anggota badan dengan gerakan
yang patah-patah dan mengalun atau sebaliknya,
8) gerakan mata yang penuh kekuatan juga dapat menimbulkan
dinamika.

Anda mungkin juga menyukai