Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembautan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah “Sejarah dan Fungsi Tari” ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman judul………………………………………………..i
Kata pengantar………………………………………………ii
Daftar Isi……………………………………………………iii
BAB I………………………………………………………..1
Latar belakang……………………………………………..1
Rumusan masalah………………………………………….2
Tujuan makalah…………………………………………….2
BAB II……………………………………………………………3
A.Sejarah tari……………………………………………….4
B.Fungsi tari………………………………………………..5
BAB III………………………………………………………….11
A.Kesimpulan……………………………………………..11
B.Saran……………………………………………………11
Daftar Pustaka…………………………………………………..12
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Seni tari bisa dikatakan sebagai bagian dari kebudayaan yang ada
pada setiap negara atau daerah termasuk negara Indonesia. Seni tari yang
ada di Indonesia sangatlah banyak dan merupakan setiap gerakan tari
merupakan ciptaan dari masyarakat Indonesia yang di mana di dalam setiap
gerakan tari memiliki filosofinya masing-masing. Seni tari akan selalu
mengalami perkembangan seiring dengan berkembangnya zaman. Maka dari
itu, bagi sebagian orang mengatakan bahwa seni tari sudah ada sejak lama.
Ketika melihat seni tari pasti selalu identik dengan gerakan karena
seni tari itu sendiri merupakan suatu kegiatan seni yang sangat fokus
terhadap setiap gerakan tubuh. Gerakan tubuh yang ada pada seni tari selalu
berirama dan berpola, baik itu diiringi dengan musik atau tanpa iringan
musik. Namun, pada umumnya, seni tari yang ada di Indonesia selalu
diiringi dengan musik ketika melakukan pementasan.
Selain itu, seni tari yang ada di Indonesia bukan hanya berfungsi
sebagai sarana untuk mengekspresikan diri, pementasa, atau media hiburan
saja, tetapi seni tari juga dipertunjukkan pada upacara keagamaan atau
penyambutan. Setiap tarian pasti diciptakan oleh manusia dan seseorang
yang menciptakan suatu gerakan tarian disebut sebagai koreografer dan yang
melakukan gerak seni tari dikenal sebagai penari.
Jadi, untuk mendalami suatu tarian, sebaiknya kenali terlebih dahulu
pengertian hingga unsur-unsur yang ada di dalam seni tari. Kemudian,
pelajari gerakan seni tari yang ingin dipelajari dan cari tahu dari sejarahnya.
Hal ini perlu dilakukan agar seni tari yang dipentaskan dapat membuat
penonton tersentuh ketika melihat setiap gerakan tari yang dimainkan oleh
penari.
B.RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah tari di Indonesia ?
2. Tuliskan dan Jelaskan 2 jenis tari !
3. Jelaskan sejarah, ciri-ciri, dan fungsi tari lumense
4. Jelaskan sejarah, ciri-ciri, dan fungsi tari Balia
5. Jelaskan sejarah, ciri-ciri, dan fungsi tari Topeng
6. Jelaskan sejarah, ciri-ciri, dan fungsi tari Puspanjali
C.TUJUAN MAKALAH
1. Menjelaskan mengenai sejarah tari di Indonesia
2. Menjelaskan mengenai 2 jenis tari
3. Menjelaskan mengenai sejarah, ciri-ciri, dan fungsi tari lumense
4. Menjelaskan mengenai sejarah, ciri-ciri, dan fungsi tari Balia
5. Menjelaskan mengenai sejarah, ciri-ciri, dan fungsi tari Topeng
6. Menjelaskan mengenai sejarah, ciri-ciri, dan fungsi tari Puspanjali
BAB II
PEMBAHASAN
A.SEJARAH TARI
Seni Tari merupakan cabang seni yang menggunakan gerak sebagai
media dalam mengungkapkan ekspresi jiwa penciptanya. Menurut
Soedarsono (1986), tari adalah ekspresi jiwa manusia yang dituangkan
dalam gerak tubuh yang indah dan ritmis (sesuai irama musik). Tari lahir
seiring dengan kehadiran manusia di dunia ini. Untuk mengemukakan
keberadaan dan perkembangan seni tari di Indonesia, maka sejarah tari dapat
diklasifikasikanberdasarkan periodisasi sejarah di Indonesia sebagai berikut :
1. Zaman Prasejarah
Keberadaan tari di zaman prasejarah ini, sulit dibuktikan
kebenarannya karena tidak adanya alat rekam atau foto di zaman tersebut.
Namun, terdapat beberapa peninggalan kebudayaan zaman prasejarah yang
dapat mengasumsikan adanya kegiatan tari di zaman tersebut. Zaman
prasejarah dimulai dengan zaman batu dan berakhir di zaman logam. Gerak
tari di zaman batu diperkirakan cenderung sangat sederhana yakni berupa
hentakan-hentakan kaki, sebagai ungkapan emosi (Jazuli, 1994). Pada era
ini, tarian tercipta dengan menggunakan gerakan tangan dan kaki yang
sangat sederhana (Muryanto, 2020). Berlanjut ke zaman logam, Kebudayaan
pada zaman ini dianggap lebih tinggi dari zaman batu. Salah satu
peninggalan zaman logam yang erat kaitannya dengan tari adalah alat musik
nekara atau gendang yang terbuat dari perunggu (Jazuli, 1994).
musik ini, tari diasumsikan telah ada dan digunakan oleh masyarakat
di zaman logam, karena ditemukan nekara yang berlukiskan penari dengan
kepala yang dihiasi bulu burung serta daun-daunan . Ditemukannya gendang
nekara ini memunculkan pendapat bahwa di zaman logam, nekara
digunakansebagai pengiring tarian. Berdasarkan berbagai bukti peninggalan
kebudayaannya, tari-tarian di zaman logam, memiliki fungsi sebagai ritual
yang bersifat magis/mistis dan sakral, seperti untuk penyembuhan orang
sakit, permohonan hujan, dan lain-lain (Jazuli, 1994). Hingga saat ini, tari
yang memiliki fungsi sebagai ritual dan bersifat magis masihdapat kita
saksikan di Indonesia, misalnya tari Sabet dalam ritual Ujungan yang
dilakukan oleh masyarakat Banjarnegara, Jawa Tengah.
2. Zaman Hindu-Buddha
Masyarakat di zaman Hindu-Buddha ini dikenal sebagai masyarakat
feodal sebab era ini ditandai dengan munculnya kerajaan-kerajaan. Kerajaan
yang pertama kali masuk ke Indonesia yaitu kerajaan bercorak agama Hindu,
seperti Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur, Kerajaan Tarumanegara di
Jawa Barat, Kerajaan Sriwijaya di Sumatra Selatan, Kerajaan Mataram Kuno
di Jawa Tengah, Kerajaan Kahuripan di Jawa Timur, Kerajaan Singasari dan
Majapahit di Jawa Timur, serta kerajaan Padjajaran di Jawa Barat (Buku
SNI, 2010). Candi atau monumen keagamaan, merupakan bukti peninggalan
masuknya pengaruh agama Hindu-Buddha ke Indonesia.
3. Zaman Islam
Zaman ini masih termasuk ke dalam zaman feodal, karena sistem
pemerintahan dipimpin oleh raja. Pada zaman ini, perkembangan tari cukup
menggembirakan karena melahirkan berbagai gaya tari. Seperti yang terjadi
pada tari bedaya dan tari serimpi. Tari bedaya dan tari serimpi merupakan
jenis tarian hiburan raja sekaligus tari yang berfungsi sebagai upacara istana
yang berkembang di zaman ini. Tari bedaya diciptakan oleh Sultan Agung
sebagai salah satu raja terbesar di kerajaan Mataram Surakarta (Jazuli,
1994). Adanya perjanjian Giyanti membuat pecahnya kerajaan Mataram
menjadi kerajaan kesultanan Surakarta dan kesultanan Yogyakarta. Hal ini
akhirnya berdampak pada lahirnya bentuk tari bedaya dan tari serimpi
dengan gaya masing-masing. Selain di dua wilayah tersebut, tari bedaya dan
tari serimpi juga tumbuh dan berkembang di daerah Sunda, hal ini
dikarenakan Mataram berhasil menaklukan daerah Galuh di Ciamis Jawa
Barat sehingga terdapat beberapa persamaan dalam karya tarinya
4. Zaman Kolonial
Zaman kolonial ditandai dengan masuknya bangsa Belanda ke
Indonesia. Belanda yang pada awalnya datang untuk berdagang rempah-
rempah, ternyata berlanjut dengan politik memecah belah persatuan dan
kesatuan di Indonesia. Di masa Hindia Belanda, muncul suatu kebudayaan
yang bernama kebudayaan indis (imam, 2020)
5.Zaman Kemerdekaan
Perkembangan tari di zaman kemerdekaan tidak terlepas dari
semangat juang para senimannya.semangat juang dan semangat
kemerdekaan ikut tercermin dalam karya-karya tari yang diciptakan di
zaman itu, seperti tari remo yang menceritakan kisah perjuanganseorang
pangeran dalam sebuah medan pertempuran.Di era ini, tari-tari istana yang
pada awalnya hanya dapat dinikmati oleh kaum bangsawan mulai
disebarluaskan ke luar lingkungan istana.
6. Zaman Pascakemerdekaan
Ketika Indonesia telah meraih kemerdekaan dari penjajahan Belanda,
pertunjukan seni dan budaya di kancah internasional menjadi salahsatu cara
diplomasi pemerintah untuk memperkenalkan Indonesia sebagai bangsa baru
yang sudah merdeka. Melalui kegiatan tersebut, tari tradisional Indonesia
tumbuh dan berkembang seiring dengan peradaban di dunia. Hal ini
dikarenakan para penari yang berasal dari Solo, Bandung, Makassar, Medan
dan Padang berkesempatan untuk saling melihat dan mempelajari budaya
luar ketika berpartisipasi dalam misi kebudayaan (Isabella, 2017).
B.FUNGSI TARI
Tari dan masyarakat tidak dapat dipisahkan, karena tari lahir dari sebuah
kebutuhan masyarakat. Berikut merupakan pemaparan tentang fungsi tari
bagi masyarakat Indonesia :
1. Sebagai Sarana Ritual/Upacara Religi
Tari sebagai sarana ritual, merupakan warisan kebudayaan zaman
prasejarah. Masyarakat di zaman prasejarah percaya bahwa melalui tari, apa
yang diinginkan akan tercapai. Tari ritual merupakan ungkapan jiwa
manusia yang dituangkan dalam bentuk gerak, sebagai sarana komunikasi
antara manusia dengan kekuatan-kekuatan gaib melalui upacara ritual (Bisri,
2007). tari sebagai sarana ritual memiliki ciri-ciri sebagi berikut :
1. Gerakan dominan tidak berpola secara jelas, dan umumnya meniru
gerak-gerak alam seperti gerak binatang, tumbuhan dan lain-lain.
2. Bersifat magis/mistis dan religius.
3. Gerak, tata rias, busana dan iringan tari bersifat sederhana.
4. Memiliki aturan khusus baik untuk penari, struktur pertunjukan,
tempat pertunjukan ataupun waktu pelaksanaan.
Tari lumense yang berasal dari Tokotu’a, Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara
Sejarah: Dahulu, tari Lumense dilaksanakan dalam ritual pe-olia. Ritual ini
merupakan penyembahan kepada roh halus yang
disebut kowonuano (penguasa/pemilik negeri) dengan menyajikan
berbagai jenis makanan. Makna dari ritual ini adalah
agar kowonuano mau mengusir wabah atau bencana yang akan
datang.
3. Musik yang mengiringi tari Lumense berasal dari gendang, gong besar
(tawa-tawa), dan gong kecil (ndengu-ndengu)
Ciri-ciri:
1. Gerak-gerak lembut lemah gemulai
2. Banyak mengambil inspirasi dari tarian upacara Rejang
Tujuan : sebagai ungkapan selamat datang kepada para tamu di Bali
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setiap tari di Indonesia yang merupakan kebudayaan lokal
harus dilestarikan. Karena, itu merupakan ciri khas bangsa
kita yang menjadi daya tarik wisatawan datang ke negara
kita. Walaupun sudah tercampur dengan budaya barat ciri
khas tarian daerah masih tetap ada. Ketertarikan wisatawan
yang datang ke negara kita bisa menjadi modal untuk kita
memiliki usaha. Oleh karena semua itu, kita harus mau
melestarikan dan mempertahankan tarian daerah/lokal
B. Saran
-Tarian harus dibuat lebih menarik agar anak muda tertarik
menarikannya
-Tarian harus memiliki tata busana, tata rias yang disukai anak muda
-Sosialisasi dengan berbagai unsur pemerintah, sekolah, maupun
sanggar seni dapat menumbuhkembangkan penciptaan tarian anak
muda.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, I. 2006. KonstruksidanReproduksiKebudayaan. Yogyakarta:
PustakaPelajar
Budiyasa, Nyoman. & Ketut Purnawan (1997). Submata Pelajaran
Tembang. Klaten: IntanPariwara.
Cambel, D. (2001). Efek Mozart Bagi Anak-Anak. (Terj. Alex
Trikantjono W). Jakarta: PT. Gramedia PustakaUtama.
Dewantara , Ki Hajar. 2014, Ki Hajar Dewantara (BangianPertama:
Pendidikan). Yogyakarta: Majelis Luhur Taman Siswa.
Departemen Pendidikan Nasional. 2012. Kamus Besar Bahasa
Indonesia.: edisi empat.
Dasar, Seminar Nasional Pendidikan Seni Musik, Jurusan Seni Musik
Fakultas Bahasadan Seni Universitas Negeri Yogyakarta.
DepartemenPendidikan Dan kebudayaan Direktorat Jendral
Kebudayaan Proyek Pengembangan Kesenian Bali.
_____________. (1964). Serat Sari SwaraDjilid I. Djakarta: P.N.
Pradnjaparamita. _____________. (1980).
HimpunanTembangmataram.
Yogyakarta: BidangkesenianKanwil Dep. P dan K Prop. DIY
. ____________. (1996). KidungJawaTimur. Surabaya: Dinas P dan K
Daerah Propinsi Daerah Tingkat I JawaTimur. Guntur. 2007.
MetodologiPenciptaanSeni (Dari ParadigmaHinggaMetode),
InstitutSeni Indonesia Surakarta: Penerbit ISI Press. Harymawan,
RMA. 1988.
Dramaturgi. Bandung: CV Rosda. Humphrey, Doris.
Diterjemahkanoleh: Sal Murgiyanto. 1983. Seni Menata Tari (The Art
Of)
Making Dances), DewanKesenian Jakarta. Jazuli. 2008. Paradigma
Kontekstual Pendidikan Seni. Surabaya : Unesa University Press.
Karmadi, A.D. 2007. Budaya Lokal Sebagai Warisan Budaya dan
Upaya Pelestariannya. EJurnal Dinas P dan K, 1 (1): 1-6.