Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

SENI TARI
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pagelaran Karya AUD
Dosen Pengampu, Muhammad Nofan Zulfahmi, M.Pd.
Kelas PGPAUD A1 SEMESTER 7

Oleh:
Nabila Waviroh (181340000070)
Indah Sa’adah (181340000088)
Fitrotun Nihayah (181340000112)

PROGRAM STUDI PENDIDIDKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA’
TAHUNAN JEPARA
2021
PRAKATA

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
segala rahmat dan ridha-Nya yang telah diberikan kepada kami, sehingga
kelompok kami dapat menyusun makalah tentang seni tari dapat diselesaikan
dengan baik dan tepat waktu yang telah ditentukan.
Selesainya makalah ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak, sehingga pda kesempatan ini dengan rasa hormat saya ingin mengucapkan
terimakasih yang sebesarnya kepada Bapak Muhammad Nofan Zulfahmi, M.Pd.
selaku dosen mata kuliah Pagalaran Karya AUD untuk semua bimbingan dan
arahan yang telah diberikan, Kami kelompok 2 mengucapkan terimakasih.
Semoga kebaikan Bapak mendapatkan balasan yang berlipat dari Allah SWT.

Jepara, 24 Desember 2021

Pemakalah
DAFTAR ISI

Cover Judul............................................................................................................. i
Kata Pengantar....................................................................................................... ii
Daftar isi................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang....................................................................................................1
B. Rumusan masalah...............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Seni Tari Di Indonesia
B. Pengertian Seni Tari
C. Unsur-unsur Seni Tari
D. Fungsi Seni Tari
E. Elemen Komposisi Seni Tari
F. Jenis-Jenis Tari
BAB III PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

 
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
a. Bagaimana sejarah Seni Tari Di Indonesia?
b. Apa pengertian Seni Tari?
c. Apa saja unsur-unsur Seni Tari?
d. Apa fungsi Seni Tari?
e. Apa saja elemen Komposisi Seni Tari?
f. Apa saja jenis-Jenis Tari?

C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, dapat diuraikaan tujuan sebagai
berikut:
a. Untuk mengetahui sejarah Seni Tari Di Indonesia?
b. Untuk mengetahui pengertian Seni Tari?
c. Untuk mengetahui unsur-unsur Seni Tari?
d. Untuk memahami fungsi Seni Tari?
e. Untuk mengetahui elemen Komposisi Seni Tari?
f. Untuk mengetahui jenis-Jenis Tari?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Tari Di Indonesia


Perjalanan seni tradisi khususnya seni tari, mengalami berbagai
tahapan perubahan dari masa ke masa. Setiap perubahan yang terjadi memiliki
ciri tersendiri terkait langsung dengan periode yang dilaluinya. Periodesasi
perkembangan seni tari di indonesia dibagi menjadi tiga tahap, yaitu dekade
sekitar tahun 20.000 SM hingga 400 M ( Primitif ), dekade sekitar tahun 400
M hingga 1945 M (Feodal), dan Dekade sekitar tahun 1945 sampai sekarang
(Modern). Periodisasi yang pertama yatu dekade sekitar tahun 20.000 SM
hingga 400 M (Primitif). Pada zaman masyarakat primitif ada 2 zaman yaitu
zaman batu dan zaman logam. Pada zaman batu tari–tarian hanya diiringi
dengan sorak–sorai serta tepukan tangan. Sedangkan pada zaman logam sudah
terdapat pening galan instrumen musik yang ada sangkut pautnya dengan tari
yaitu nekara (Nekara adalah suatu alat semacam tambur besar yang berbentuk
seperti dandang terbalik atau ditelungkupkan Nekara banyak ditemukan di
daerah Sumatra, Jawa, Bali, Pulau Sumbawa, Pulau Roti, Pulau Leti, pulau
Slear, Kepulauan Kei,dan Papua) atau kendang yang dibuat perunggu.
Diantara lukisan–lukisan yang menghias nekara itu ada lukisan yang
menggambarkan penari yang pada kepalanya dihias bulu–bulu burung dan
daun–daunan.
Seni muncul dari ungkapan perasaan ekspresi manusia atas suatu
suasana tertentu. Lonjakan kegembiraan seseorang saat memperoleh
kesenangan akan membentuk gerakan ekspresif, lompatan manusia purba
ketika berburu binatang juga terjadi secara spontan. Gerakan-gerakan inilah
yang kemudian mengkristal dan disusun dalam bentuk tarian. Dari berbagai
peristiwa sehari-hari kemudian terlahir bentuk-bentuk rangkaian gerak yang
diwujudkan dalam bentuk upacara ritual masyarakat purba. Dengan diiringi
pukulan-pukulan genderang dan sejenisnya, kelompok masyarakat purba
bergerak-gerak mengelilingi api unggun yang menyala sambil melantunkan
mantra-mantra dan nyanyian- nyanyian persembahan bagi nenek moyang
mereka. inilah cikal bakal tumbuhnya tari.
Tari primitif merupakan tari yang berkembang di daerah yang
menganut kepercayaan animisme, dan dinamisme. Tari ini lebih menekankan
tari yang memuja roh para leluhur dan estetika seni. Tari primitif biasanya
merupakan wujud kehendak berupa pernyataan maksud dilaksanakan dan
permohonan tarian tersebut dilaksanakan. Ciri tari pada zaman primitif adalah
kesederhanaan kostum, gerak dan iringan menjadi lebih dominan bertujuan
untuk dibayar dengan tarif tertentu. Ronggeng sebagai tarian hiburan sering
mengikutsertakan para penontonnya untuk terlibat menari bersama, sekarang
lebih dikenal dengan tari tayub. Tari ronggeng/tayub meskipun merupakan
tarian hiburan tetapi juga mendapat perhatian dari lingkungan kerajaan.
Zaman feodal juga banyak dipengaruhi oleh pengaruh agama Islam.
Pengaruh agama Islam yang membawa seni tari lebih berkembang karena
digunakan sebagai media penyebaran agama Islam terutama di kerajaan
Mataram, Kesultanan Cirebon dan Kerajaan Demak. Pada zaman ini juga
muncul beberapa topeng antara lain panji kasatriyan, candra kirana, handoyo,
raton, klano, denowo, tembem, pentul dan lain sebagainya. Zaman Indonesia
islam ditandai oleh datangnya para pedagang dari india barat melalui Gujarat.
Mereka selain berdagang juga menyebarkan agamanya, yakini agama islam.
Namun demikian agama islam yang mereka bawa sudah kena pengaruh hindu,
atau dengan kata lain telah berbau kehinduan. Islam masuk ke Indonesia pada
abad XIII yaitu ditandai dengan munculnya kerajaan islam di Sumatra Utara,
di Jawa mulai pada saat berdirinya kerajaan demak menggantikan Majapahit
sekitar abad XV. Di Jawa Barat terdapat dua gaya tari yaitu gaya Sunda dan
gaya Cirebon. Di Jawa Tengah perkembangan tari ditandai dengan lahirnya
karya sastra-sastra yang berupa babad di dalamnya memuat tentang informasi-
informasi tentang tari. Setelah zaman invasi (perluasan wilayah) bangsa Barat,
seni tari lebih berkembang hal ini terbukti dengan banyaknya tari yang
diciptakan oleh penata tari dan bangsawan antara lain tari Bedhaya, Srimpi,
beksan, wireng, dan drama tari (sendratari).
Zaman feodal / penjajahan juga banyak muncul tari yang bertemakan
kepahlawanan/heroik antara lain tari pejuang, bandayuda, prawiroguna,
keprajuritan dan lain- lain. Peroidisasi yang ketiga yaitu dekade sekitar tahun
1945 sampai sekarang (Modern). Jenis tari zaman modern ini ditandai dengan
munculnya koreografer–koreografer individu yang menciptakan karya–karya
baru, lebih sebagai ekspresi diri dari pada ekspresi komunal. Gagasan
koreografer individual sebagai sebuah aspek penting dari dampak kebudayaan
barat. Tokoh–tokoh tari modern antara lain Isadora Duncan, Martha Graham,
Doris Humphrey, Mary Wigman dan lain sebagainya.
Tokoh tari modern dari Indonesia salah satunya adalah Sardono W.
Kusumo dan Sal Murgiyanto. Karya tari yang muncul pada zaman modern ini
antara lain Dongeng dari Dirah, Meta Ekologi, Hutan yang Merintih. Di
Indonesia pada masa setelah merdeka juga muncul tari yang bernuansa
tradisional garapan baru yaitu tari Karno Tanding, Tari Retno Ngayuda, Tari
Retno Tinanding, Tari Menak Koncar, dan sebagainya
Seiring dengan waktu dan masuknya ajaran Islam, maka unsur magis
itu sedikit demi sedikit dihilangkan. Seni tari yang awalnya berfungsi sebagai
seni ritual berubah menjadi seni tontonan. Tari sebagai tontonan disajikan
khusus untuk dinikmati untuk kemasan pariwisata, utuk penyambutan tamu-
tamu penting, dan untuk festival seni. Penggarapannya sudah dikemas dan
dipersiapkan menjadi sebuah tarian bentuk yang tekah melewati proses
penataan, baik gerak tarinya maupun musik iringannya sesuai dengan kaidah-
kaidah artistiknya (Dwi Angraini, 2016: 287-290).

B. Pengertian Seni Tari


Tari sebagai salah satu cabang seni memiliki ciri khas sendiri dalam
mengungkapkannya yaitu dengan melalui gerak, tari diekspresikan untuk
memperoleh keindahan bentuk pada penyajiannya. Kesenian budaya tari di
Indonesia sendiri sangat beragam antara lain yaitu ada seni tradisional,
modern, seni tari kreasi baru, dan seni tari campuran(memadukan antara seni
tari tradisional dan modern yang dikolaborasikan dan dikemas secara apik).
Berikut ini terdapat beberapa definisi tari menurut para ahli (Yeniningsih,
T.K. 2018: 26-27) :
a. Menurut BPH Suryodiningrat ahli tari dari Yogyakarta, “Tari adalah
gerakan-gerakan dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras
dengan irama serta mempunyai maksud tertentu”.
b. Menurut ahli tari dari India Komala Devi Chattopayaya, “Tari adalah
gerakan-gerakan luar yang ritmis dan lama kelamaan nampak mengarah
kepada bentuk-bentuk tertentu”.
c. La Meri mengungkapkan tari adalah ekspresi subjektif yang diberi bentuk
obyektif.
d. Susanne K.Langer mengatakan: “Bentuk yang diungkapkan manusia
adalah untuk dinikmati dengan rasa”.
e. Corrie Hartong dari Belanda mengatakan bahwa : ” Tari adalah gerak-
gerak yang diberi bentuk dan ritmis dari tubuh dalam ruang”.
f. Menurut pendapat ahli tari Indonesia Soedarsono (Setiawan, Aris. 2019:
197), “Tari adalah ungkapan jiwa manusia yang diekspresikan lewat
gerak-gerak ritmis yang indah”.

C. Unsur Utama Seni Tari


Unsur utama tari merupakan komponen dasar dan vital yang harus
dimiliki dalam tarian, sehingga makna dari tarian itu sendiri dapat
tersampaikan kepada penonton. Terdapat 3 unsur utama dalam seni tari yaitu
wiraga, wirama, dan wirasa. Sepemikiran dengan Sutarno Haryono (2012:29),
ia menyatakan bahwa penari adalah seseorang yang dapat menguasai dan
memadukan 3 unsur pokok yaitu wiraga (gerak), wirama (irama), dan wirasa
(isi/rasa). Berikut adalah uraian dari tiga unsur utama dalam tari (Restian,
Arina. 2019:45-46):
a. Wiraga (Raga)
Wiraga dalam seni tari berarti gerakan. Gerakan tubuh dinamis,
ritmis, dan memiliki unsur keindahan atsu estetik ialah gerak yang harus
ditonjolkan dalam sebuah tarian. Gerakan dalam tari dibagi menjadi 2
yaitu gerak murni (tidak memiliki tujuan tertentu) dan gerak maknawi
(memiliki makna atau maksud secara mendalam).
b. Wirama (Irama)
Seorang penari dengan gerakan yang indah berlenggak-lenggok
tidak akan lengkap tanpa adanya iringan irama musik. gerakan akan lebih
bermakna, harmonis dan terlihat keindahannya dipertunjukkan tari dengan
adanya irama musik yang mengiringi penari. Ketukan dan tempo dalam
irama juga bisa digunakan sebagai tanda bagi penari kapan ia harus
mengganti gerakan atau berhenti. Bentuk iringan irama ini bisa berupa
rekaman musik atu instrumen musik secara langsung seperti kecapi dan
seruling atau berupa tepukan tangan, hentakan kari maupun nyanyian.
c. Wirasa (Rasa/Isi)
Wirasa dalam seni tari berarti bagaimana penari menghayati dan
menyampaikan perasaan kepada penonton melalui ekspresi wajah dan
gerakan. Pendalaman karakter menjadi penting sebab jika karakter sudah
terbangun dan diekspresikan dengan mimik wajah yang selaras maka
pesan yang disampaikan akan tersaurkan. Misalny, gerakan lemah
gemulai yang dimainkan karakter gadis desa juga didukung mimik wajah
yang lugu.
Seorang penari dapat dikatakan anjoged apabila dapat melakukan
ketiga unsur dengan seluruh kemampuannya dan mengekspresikan sesuatu
secara serius tanpa main-main kecuali memang itu yang disampaikan, namun
apabila seseorang itu melakukan gerak dengan tidak mempertimbangkan
ketiga unsur maka ia dikatakan sebagai jogedan (Haryono, Sutarno. 2012: 29-
30). Misalnya seseorang yang hanya memperlihatkan kehebatannya atau
pamer untuk menarik perhatian penonton, sekalipun dapat menampilannya
dengan baik apabila kesombongan dirinya yang menonjol dan bukan karakter
yang harusnya ditampilkan maka ia termasuk kategori jogedan. Perlu kita
ketahui, seni tari juga harus dibalut dengan unsur-unsur penunjang tari, ada 7
unsur penunjang seni tari yaitu tata rias, tata busana, iringan musik, tempat,
tata lampu, tema tari, dan perlengkapan tari (Restian, Arina. 2017: 357).
D. Fungsi Seni Tari
Tari adalah sebuah produk budaya yang merupakan kesatuan yang
utuh dengan elemen lainnya, seni tari erat kaitannya dengan cabang seni lain
seperti seni musik dan seni rupa. Setiap karya tari juga memiliki makna
tersendiri bagi masyarakat. Makna pada tari berkaitan dengan pesan-pesan,
nilai, dan juga alasan mengapa tari tersebut dibuat, hal itu tentunya berkaitan
juga dengan fungsi tari. Oleh karena itu makna tari tidak bisa terlepas begitu
saja dari fungsinya di masyarakat.
Fungsi tari di Indonesia digolongkan menjadi empat bagian, yaitu
fungsi upacara, fungsi hiburan, fungsi pertunjukan dan fungsi sebagai media
pendidikan. Fungsi tari yang paling dikenal oleh masyarakat saat ini terbagi
menjadi tiga fungsi, yaitu sebagai upacara, hiburan dan pendidikan.
Tari memiliki fungsi sebagai sarana upacara yang erat kaitannya
dengan kepercayaan masyarakat, yaitu ritual keagamaan atau kepercayaan
seperti animisme, totemisme dan dinamisme. Contoh tari yang erat kaitannya
dengan ritual keagamaan adalah tari Hudoq dari Kalimantan. Makna tari
Hudoq yang berkaitan dengan fungsinya terdapat pada aspek waktu
pelaksanaan tari Hudoq serta properti yang digunakan.
Tari Hudoq tidak dapat ditarikan di sembarang waktu, tari Hudoq
biasanya dilaksanakan hanya pada saat tertentu seperti saat memasuki masa
tanam padi di ladang. Busana tari Hudoq juga berkaitan dengan fungsi serta
makna tari dalam masyarakat suku Dayak. Busana yang menggunakan daun
pisang melambangkan keabadian, keselamatan, kesuburan dan kesuksesan
(Herjayanti: 2014). Busana dalam tari Hudoq juga tidak bisa digantikan oleh
material lain, misalnya daun kelapa atau daun singkong, karena makna tari
akan berubah dan fungsi tari sebagai upacara pun menjadi tidak sakral.
Keberadaan Hudoq memiliki makna kebaikan dilihat dari elemen tata busana
serta waktu pertunjukannya, karena Hudoq dianggap dapat menghilangkan
wabah-wabah penyakit, baik penyakit pada tanaman maupun wabah penyakit
dan energi buruk pada manusia.
Seiring perkembangan zaman, makna dalam busana itu tidak lagi
dianggap penting saat Hudoq telah berkembang menjadi sebuah tarian
hiburan. Busana Hudoq dibuat dengan daun pisang tiruan yang terbuat dari
kain. Hudoq tidak lagi harus ditampilkan pada kegiatan upacara. Kini Hudoq
seringkali ditampilkan dalam acara-acara hiburan ataupun promosi pariwisata
daerah Kalimantan.
Tari sebagai media hiburan merupakan fungsi tari yang saat ini
seringkali ditemui di masyarakat. Bahkan terdapat beberapa jenis tari yang
awalnya berfungsi sebagai sarana upacara kini beralih fungsi menjadi hiburan,
misalnya Tari Pendet di Bali. Pada zaman dahulu, tari Pendet merupakan
tarian pura yang fungsinya untuk memuja para dewa-dewi yang berdiam di
pura selama upacara odalan berlangsung. Makna pendet sebagai tari upacara
nampak pada gerak-gerak maknawi seperti gerak sembah dan menabur bunga
sebagai simbol penghormatan kepada Dewa. Seiring perkembangan zaman,
saat ini tari Pendet kerap kali menjadi hiburan dalam acara-acara promosi
pariwisata atau acara-acara penyambutan tamu.
Tari hiburan awalnya berkembang di lingkungan sosial masyatrakat
sebagai tari pergaulan. Salah satu contohnya adalah tari Doger Kontrak. Doger
muncul pada masa pemerintahan Hindia-Belanda pada tahun 1870-an.
Aktualisasi dari tari Doger di perkebunan mengalami kemajuan pesat sejak
diberlakukan Undang-undang Agraria (Agraris-chewet), untuk memenuhi
kebutuhan hiburan di akhir pekan (Herdiani, 2014).
Seiring perkembangan teknologi yang sejalan dengan kemajuan dalam
bidang pertelevisian dan sosial media, bidang tari sebagai hiburan masyarakat
dapat dengan mudah disaksikan di berbagai stasiun televisi. Saat ini seni tari
juga kerap kali menjadi pendukung pertunjukan lain dalam sebuah penampilan
musik, yang dikenal dengan penari latar. Akibat fenomena tersebut, banyak
bermunculan sanggar maupun perusahaan jasa tari atau yang dikenal dance
company sebagai penyedia jasa tari sebagai media hiburan.
Tari bagi senimannya menjadi sebuah mata pencaharian, sedangkan
tari bagi penontonnya memiliki fungsi sebagai media hiburan. Untuk
memenuhi tuntutan pasar, fungsi tari sebagai hiburan maupun tontonan selalu
mengedepankan kualitas serta trend yang berlaku sesuai zamannya. Makna
tari yang erat kaitannya dengan fungsi saat ini dapat terlihat dalam desain
gerak, musik, busana dan tata rias. Gerak, musik, tata rias dan busana yang
ditampilkan merupakan hasil cipta kreatif dan tidak terpaku aturan-aturan
baku dalam kaidah tari tradisi. Tata rias dan tata busana yang digunakan
merupakan karya kreatif yang bertujuan memanjakan mata penonton (eye
cathing) dengan warna dan bentuk yang unik.
Fungsi tari sebagai media pendidikan, memiliki pengertian bahwa seni
tari merupakan sarana bagi masyarakat untuk dapat belajar memperoleh
pengetahuan serta nilai-nilai melalui seni tari. Fungsi tari sebagai media
pendidikan salah satunya adalah menjadi materi dalam pembelajaran seni tari
di sekolah, contohnya tari-tari pendidikan untuk anak yang bertemakan
lingkungan, seperti tari Semut dan tari Kupu–kupu, dengan mempelajari tari
Kupu-kupu peserta didik dapat mengembangkan kecerdasan kinestetik dan
percaya diri. Selain itu, peserta didik juga dapat mengetahui disiplin ilmu lain
yaitu ilmu pengetahuan alam yang menceritakan proses metamorfosis ulat
menjadi kupu-kupu melalui tari.

E. Elemen-Elemen komposisi Seni Tari


Sebuah karya mengandung elemen-elemen yang kemudian terbentuk
menjadi sebuah karya tari yang indah dan menarik. Karya tari adalah sebuah
susunan gerak-gerak tari yang satu sama lain saling berkaitan. Sebuah karya
tari merupakan komposisi dari unsur-unsur gerak yang tersusun sedemikian
rupa membentuk sebuah karya tari yang memuat elemen-elemen tertentu dan
tema-tema tertentu. Adapun elemen-elemen komposisi tari tersebut menurut
Pamadhi (2019, 2.40) ada 12 yakni gerak, tema, desain atas, desain lantai,
desain musik, desain dramatik, desain kelompok, dinamika, desain kostum,
tata rias, tata panggung/tata pentas, dan tata lampu.
a. Gerak

Gerak dalam tari merupakan komponen utama, karena gerak adalah

media untuk mengekspresikan sebuah tarian.

b. Tema

Tema dalam tari tergantung pada apa yang ingin diekspresikan atau

ingin disampaikan oleh koreografer (pencipta tari). Tema adalah inti

sebuah cerita yang akan diungkapkan dalam tari. Tema dapat diangkat

dari berbagai hal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari manusia,

seperti tema perang, percintaan, permainan, lingkungan alam, binatang

atau tumbuhan, keadaan alam, kehidupan sehari-hari, pergaulan seperti

tari Ketuk Tilu adalah tari dengan tema pergaulan, karena dilakukan

penari putra dan putri dan sejarah, serta epos seperti Mahabarata,

Ramayana, Menaj, Panjim atau dari cerita misalnya Prabu Siliwangi, atau

Ken Arok.

c. Desain Atas

Desain atas adalah desain yang berada di dalam bidang atau ruang

di atas lantai pentas yang dapat dilihat oleh penonton yang berlatarkan

back drop. Terkadang sebuah pentas tidak menggunakan back drop maka

desain atasnya tidak dipengaruhi oleh back drop. Ada beberapa desain

atas antaranya adalah desain datar, desain dalam, desain vertikal, desain

horizontal, desain kontras, desain statis, desain lengkung, desain bersudut,

desain spiral, desain tinggi, desain rendah, desain terlukis dan desain

simetris.
1. Desain datar adalah tampak depan posisi tubuh penari yang tidak

berperspektif dilihat dari posisi duduk penonton. Semua anggota badan

dalam postur mengarah ke samping. Desain ini berkesan sederhana,

tenang, jujur, namun juga dangkal.

2. Desain dalam adalah tubuh penari bila dilihat dari arah penonton tampak

memeliki kedalaman (perspektif) atau ruang. Gerak lengan tangan, kaki

yang diarahkan ke semua arah akan membentuk atau membangun

kedalaman. Kesan yang dibangun dari desain ini adalah perasaan yang

dalam.

3. Desain vertical adalah desain yang menggunakan anggota badan pokok

yaitu tungkai dan lengan menjulur ke atas atau ke bawah.

4. Desain horizontal adalah posisi tubuh penari dengan anggota tubuh

(tangan dan kaki) yang bergerak dengan arah menyerupai garis horizontal.

5. Desain kontras. Desain kontras adalah desain yang dibangun dengan

garis-garis silang atau garis yang akan bertemu pad satu titik bila

dilanjutkan gerak anggota badan sang penari.

6. Desain statis adalah desain yang dibangun dengan pose-pose anggota

badan yang sama walaupun anggota badan yang lainnya bergerak.

Misalnya pose lengan penari tetap berada di pinggang terus – menerus

sementara kaki penari bergerak ke semua arah. Kesan yang ditimbulkan

adalah teratur.
7. Desain lengkung. Desain lengkung adalah desain yang dibangun oleh

badan dan anggota –anggotanya dengan gerakanatau garis-garis lengkung.

Kesan yang ditimbulkan adalah halus dan lembut serta lemah.

8. Desain bersudut desain ini dibangun dengan sudut-sudut ruang yang

dibangun dari tekukan-tekukan dari sendi-sendi tangan dan kaki penari.

9. Desain spiral. Desain spiral dibangun dengan gerakan yang melingkar

lebih dari satu lingkaran dan searah dengan sumbu pada pinggang atau

kaki penari. Gerakan melingkar dapat dilakukan oleh anggota badan

tangan, kaki, atau bahkan dengan tubuh sang penari. Contohnya gerak

hula hop yang memutarkan bamboo di pinggangnya.

10. Desain tinggi. Desain tinggi adalah desain yang dibangun dengan gerak

bagian atas badan mulai dari bagian dada ke atas. Bagian atas tubuh ini

mengandung unsur intelektual sekaligus spiritual yang kuat. Banyak

dijumpai pada tari-tari pemujaan.

11. Desain rendah. Desain ini dibangun dengan gerakan-gerakan tubuh penari

dari pingang hingga telapak kaki. Area gerakan berkisar antara pinggang

hingga lantai pentas.

12. Desain terlukis. Desain terlukis adalah desain yang dibangun dari gerakan

tangan atau anggota tubuh atau property yang digunakan penari untuk

meukiskan sesuatu. Seperti melukiskan angkasa penari menggerakkan

kedua tangan dengan gerakan lengkung bergantian.

13. Desain simetris. Desain ini dibangun dengan menempatkan garis-garis

anggota badan kanan dan kiri berlawanan arah tetapi sama.


d. Desain Lantai

Desain lantai adalah garis – garis di atas lantai pentas yang dilalui

oleh penari. Misalnya bentuk lingkaran, bentuk V, V terbalik, garis

lengkung.

Desain lantai garis lurus mengesankan sederhana, tapi kokoh.

Biasanya dapat dijumpai pada tarian tradisional baik klasik maupun

kerakyatan. Misalnya tari saman (Aceh). Garis lengkung dapat dibuat

berupa gerak melengkung ke depan, belakang, samping, dan diagonal.

Desain garis lengkung memberikan kesan lembut tapi lemah. Desain jenis

ini dapat dijumpai pada tarian – tarian primitive seperti tari kecak Bali, dan

tari serampang dua belas (Sumatra)

e. Desain Musik

Tari dapat lebih hidup bila ada iringan musik, karenanya musik

berfungsi untuk mengidupkan tari. Musik sebagai pengiring tari membantu

menghidupkan tari dalam hal irama, tema, penjiwaannya. Musik untuk

iringan tari dapat dikreasikan dalam berbagai jenis musik yang disesuaikan

dengan bentuk, gerak, dan tema tari. Musik yang digunakan dapat berupa

musik gramatika barat (diatonic) atau tradisional (pentatonis). Iringan

musik tari dapat pula menggunakan alat non musik seperti benda apapun

yang menghasilkan suara yang berfungsi untuk mengiringi gerakan tari.

Walaupun musik berfungsi hanya sebagai pengiring atau

membantu mengekspresikan (penjiwaan) tari, tidak berarti keberadaanya


tidak penting, karena dalam praktik persembahannya perpaduan antara

msuik dan tari itu sangat erat. Fungsi musik dalam tari diantaranya.

1. Membantu mempertegas irama tari. Gerak dalam tari berada dalam

sebuah kerangka irama. Irama tari sebenarnya juga dimiliki atau

dirasakan oleh si penari. Irama tersebut perlu diperjelaskan melalui

suara music agar dapat dinikmati oleh audiens.

2. Memberi ilustrasi. Ilusi atau gambaran suasana dalam tari erat kaitanya

dengan karakter atau watak tari. Tari dengan watak lembut biasanya

ditampilkan dengan gerakan – gerakan halus dan lembut. Music dapat

membantu membangun karakter tari dengan iringan music lembut atau

sebaliknya dengan iringan music yang keras dan cepat. Dengan

demikian music pemberi ilustrasi tidak dipengaruhi oleh irama atau

tempo.

3. Membantu/mempertegas ekspresi gerak. Gerakan pada tari sangat

beragam yang dilakukan dengan berbagai tekanan. Semua tekanan

yang digunakan dalam gerak tersebut diperjelas oleh music. Ini

dimaksudkan agar semua gerakan tersebut dapat ditampilkam lebih

ekspresif

4. Merangsang penari. Musik mampu memberi semangat kepada penari

bila musiknya sesuai dengan tariannya. Music juga dapat membantu

mengingatkan penari ketika penari lupa dengan gerakannya, dengan

music penari dapat melahirkan gerakan improvisai.


f. Desain Dramatik

Satu garapan tari yang utuh ibarat sebuah cerita yang memiliki

pembuka, klimaks, dan penutup. Dari mebuka ke klimaks mengalami

perkembangan, dan dari klimaks ke penutup terdapat penurunan. Desain

ini biasanya digunakan untuk mencapai klimaks tertentu dalam sebuah

adegan atau mengakhiri sebuah tarian. Ada dua jenis desain dramatik

yaitu yang berbentuk kerucut tunggal dan kerucut ganda. Desain yang

berbentuk kerucut tunggal pada awalnya digunakan dalam seni drama

yang dikenal dengan teori Bliss Perry.

g. Desain Kelompok

Ada beberapa desain kelompok yang dapat digunakan khususnya

dalam menyusun tari kelompok, yaitu tari yang dilakukan oleh lebih dari

2 penari. Desain tersebut adalah unison (kompak), balance (seimbang),

broken (terpecah/memisah), alternate (selang-seling), cannon (berurutan),

dan proportition (proporsi).

Unison mengharuskan para penari melakukan gerak-gerak tertentu

dengan kompak. Balance, sebuah karya tari harus seimbang dalam semua

aspek, gerak harus seimbang tidak keras terus, pola lantai juga harus

imbang antara desain lengkung, lurus, diagonal, dan sebagainya, suasana

yang diciptakan oleh musik juga harus simbang tidak keras atau sedih

terus. Broken, agar tidak membosankan, gerak tari kelompok sebaiknya

tidak serentak terus karena akan membosankan, keseimbangan artinya

tidak mengelompok di satu bagian, kadang terpecah atau memisah.


Alternate, gerak dalam tari kelompok hendakya disusun dengan

mempertimbangkan gerak atau pola lantai selang seling agar tidak

monoton. Cannon, merupakan desain gerak yang berurutan, jadi tidak

selalu gerak tari dilakukan secara bersama-sama terus.

h. Dinamika

Tari juga memiliki dinamika, agar tidak memberi kesan monoton

dan memiliki sentuhan-sentuhan emosi terhadap penonton. Dinamika

selalu berkaitan dengan mekanik yang di dalamnya membicarakan efek

kekuatan atau tenaga dalam menghasilkan gerak. Dinamika meliputi

wilayah kualitas gerak. Dalam berbicara soal dinamika kita tidak akan

mempersoalkan gerakan apa yang akan dilakukan tetapi bagaimana sebuah

gerakan dilakukan. Dinamika dapat diciptakan dari bermacam-macam

unsur, yaitu unsur gerak, musik, ruang, desain atas, desain lantai, dan

sebagainya.

Dinamika juga dapat diciptakan dari unsur di luar gerak misalna

dari unsur vokal yang mengiringinya, misalnya dengan tembang atau

dialog. Untuk menggambarkan dinamika dapat dibayangkan bagaimana

rasanya jika kita melakukan gerakan-gerakan di udara, di dalam air, atau di

dalam lumpur. Masing-masing kekuatan dalam media yang berbeda akan

terasa. Dinamika tajam dengan kecepatan tinggi akan memberikan kesan

yang terangsang, sedangkan dinamika lembut dengan kecepatan sedang

atau perlahan akan memberi kesan tenang atau kadang-kadang juga

tegang.
i. Desain Kostum

Konstum atau tata busana untuk tari hendaknya didesain dengan

mempertimbangkan beberapa aspek yaitu tema (pahlawan, percintaan,

petani, remaja, dll), ciri khas daerah (tari dengan pijakan daerah tertentu

akan menonjolkam ciri daerah tersebut). Dengan demikian, kita tidak bisa

sembarangan atau asal-asalan dakam menentukan desain kostum, baik itu

desain, jenis kain, atau motif kain. Buatlah desain yang juga tidak

mengganggu gerak penari, misalnya desain kostum dibuat menarik namun

ternyata justru kostum tersebut membuat penari tidak bebas bergerak

karena kainnya kaku, atau karena desainnya yang justru membuat gerak

penari terganggu. Jadi, buatlah desain yang sesuai dengan tema, menarik,

dan tentu saja nyaman.

j. Tata Rias

Demikian halnya tata rias tidak berbeda dengan ketika membuat

desain kostum. Tata rias dalam tari juga mempertimbangkan tema,

karakter, cerita, dan sebagainya. Jenis tata rias ada beberapa macam

yaitu : rias panggung, rias karakter, rias usia, rias sejarah, dan rias cantik.

Rias cantik artinya rias tersebut hamya mengikuti garis anatomi wajah

saja, tanpa menimbulkan efek-efek tertentu. Contoh rias karakter

misalnya membuat tari kelinci, maka riasannya pun harus rias yang mirip

atau menggambarkan kelinci. Misalnya kita membuat tari Gembira, maka

riasanya hanya menggunakan rias cantik saja. Tata rias tari Kelinci

berbeda dengan rias tari Gembira.


k. Tata Panggung/Tata Pentas

Tempat pertunjukan atau panggung adalah tempat yang

dipergunakan untuk pertunjukan tari. Ada beberapa bentuk panggung atau

pentas, yaitu bentuk konvensional seperti bentuk proscenium, tapal kuda

atau seperti huruf U, dan arena. Tempat pertunjukan seperti ini biasanya

digunakan untuk pertunjukan tari yang menggunakan aspek penyajian

secara lengkap. Adapun berbentuk panggung tradisional yaitu pendopo,

arena atau lapangan. Bentuk tradisional ini biasanya digunakan untuk

mengadakan pertunjukan tari tradisional, misalnya konsep garapan tari

dari keraton biasanya menggunakan konsep pentas pendopo, namun

dalam perkembangannya, sekarang tari Srimpi pun dapat pula dipentaskan

di panggung proscenium. Tari tradisional (tari rakyat) seperti Jathilan,

Reog, akan lebih cocok ditarikan di pentas arena di tanah lapang.

l. Tata Cahaya

Tata cahaya dalam tari memiliki beberapa fungsi yaitu :

1. Menciptakan ruang,

2. Menciptakan jarak antara penonton dan pentas,

3. Menciptakan efek tertentu,

4. Menciptakan ruang yang berbeda dalam waktu yang sama,

5. Menciptakan waktu yang berbeda secara bersamaan,

6. Menciptakan fokus
F. Jenis Tari Tradisi Berdasarkan Pola Garapan Tari
Jenis tari berdasarkan pola garapannya terdiri dari tiga jenis yaitu tari
tradisi klasik, tari tradisi rakyat dan tari kreasi baru.
a. Tari Tradisi Klasik
Tari tradisi klasik adalah tari yang berasal dari masyarakat istana
dengan kaidah gerak yang baku, serta estetikanya yang mengacu pada
kaidah-kaidah yang baku dari semua elemennya. Tari klasik adalah tari
yang berkembang di lingkungan kerajaan sebagai sarana upacara maupun
sarana penghormatan pada raja, contohnya dapat diamati dalam tari
Bedhaya atau Srimpi.
b. Tari Tradisi Kerakyatan
Tari kerakyatan adalah tari yang berasal dari lingkungan
masyarakat di luar lingkungan kerajaan. Tari rakyat umumnya didominasi
dengan kaidah gerak yang beragam dan spontan hasil ekspresi jiwa
masyarakat. Contoh makna tari berdasarkan kajian tekstual dan
kontekstual tari rakyat dapat dilihat pada tari-tari dengan gerak dan musik
yang spontan seperti pada tari Bajidoran di Jawa Barat atau tari Joget
Bumbung di Bali, tari Zapin Muda Mudi dari Riau dan masih banyak lagi.
c. Tari Kreasi Baru
Tari kreasi baru adalah sebuah karya tari yang berasal dari hasil
cipta seniman tari yang berasal dari pengembangan tari-tari tradisi yang
melatarbelakangi kehidupan seniman tersebut. Tari kreasi baru dapat
terinspirasi dari tari-tari klasik atau tari rakyat. Dalam tari kreasi baru
terdapat pula unsur-unsur pembaruan pada beberapa elemen dalam seni
tari. Namun memang tari kreasi baru tidak dapat begitu saja meninggalkan
elemen-elemen tradisi yang melekat dalam memori koreografer lokalitas
tersebut (Susmiarti, 2013).
Ciri khas dalam tari kreasi baru adalah fleksibilitas garapan tarinya.
Tari kreasi baru ini biasanya menjadi tarian yang berfungsi sebagai
hiburan dan pertunjukan. Fleksibilitas garapan tari kreasi baru dapat dilihat
dari durasi waktu pertunjukan yang tidak terlalu lama, inovasi pada
kostum dan musik. Tari kreasi baru juga terinspirasi dari fenomena sosial
yang melatarbelakangi seniman tari, contohnya sebuah peristiwa,
akulturasi budaya, dan kemajuan teknologi pada suatu masyarakat.
Terdapat beberapa contoh tari kreasi baru yang terinspirasi dari tari tradisi
di suatu daerah, contohnya Tari Jaipong dari Jawa Barat karya Gugum
Gumbira yang terinspirasi dari tari rakyat Ketuk Tilu, Tari Renggong
Manis dari Betawi karya Syarifudin yang terinspirasi dari tari Topeng
Betawi dan Tari Cokek Betawi, serta tari Gandrung Marsan dari
Banyuwangi karya Sabari Sufyan yang terinspirasi dari tari Gandrung
Banyuwangi.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak
demi perbaikan makalah ini. Semoga dengan adanya makalah ini dapat
bermanfaat terutama bagi penulis sendiri dan bagi pembaca lainnya serta
menambah wawasan dalam bidang karya ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Dwi & Hasnawati. 2016. Perkembangan Seni Tari: Pendidikan Dan
Masyarakat. Jurnal PGSD: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 9
(3) 2016. Hal. 287-293.
Haryono, Sutarno. 2012. Konsep Dasar Seorang Penari. Greget: Jurnal
Pengetahuan Dan Penciptaan Tari. Vol. 11 (1).
Herdiani, Een. 2014. Dinamika Tari Rakyat di Priangan. Bandung: Sunan Ambu
STSI Press.
Herjayanti, Risna. 2014. Makna Simbolik Tari Hudoq Pada Upacara Panen Bagi
Masyrakayat Suku Dayak Ga’ay Kabupaten Berau Timur Kalimantan Timur,
Thesis. Yogjakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Restian, Arina. 2017. Pembelajaran Seni Tari Di Indonesia Dan Mancanegara.
Malang: UMMPress.
___________. 2019. Koreografi Seni Tari Berkarakter Islami Untuk Anak
Sekolah Dasar. Malang: UMMPress.
Setiawan, Aris. 2019. Mengembangkan Nilai Karakter Dan Kemampuan 4c Anak
Melalui Pendidikan Seni Tari Di Masa Revolusi Industri 4.0. Didaktis: Jurnal
Pendidikan Dan Ilmu Pengetahuan. Vol. 19 (2).
Susmiarti. 2013. Trend Koreografi Mahapeserta didik Sendratasik: Dari Tradisi ke
Kontemporer. Padang: FBS UNP.
Yeniningsih, T.K. 2018. Pendidikan Seni Tari. Darussalam, Banda Aceh: Syiah
Kuala University Press.

Anda mungkin juga menyukai