Disusun oleh:
Aura Sayyida Maghfirah
8E REGULER
penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Seni Tari.................................................................... 2
2.2 Tari Tradisional .......................................................................... 3
2.3 Jenis-Jenis Seni Tari ................................................................... 4
2.4 Peran Seni Tari ........................................................................... 4
2.5 Unsur-unsur gerak Tari............................................................... 5
2.6 Unsur-unsur Kaidah Seni Tari .................................................... 6
2.7 Macam-Macam Tarian Daerah Provinsi Bali............................... 7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................. 8
3.2 Saran............................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perjalanan dan bentuk seni tari di Indonesia sangat terkait dengan perkembangan kehidupan
masyarakatnya, baik ditinjau dari struktur etnik maupun dalam lingkup negara kesatuan. Jika
ditinjau sekilas perkembangan Indonesia sebagai negara kesatuan, maka perkembangan tersebut
tidak terlepas dari latar belakang keadaan masyarakat Indonesia.
Pada saat itu, Amerika Serikat dan Eropa secara politis dan ekonomis menguasai seluruh Asia
Tenggara, kecuali Thailand. Menurut Soedarsono (1977), salah seorang budayawan dan peneliti
seni pertunjukan Indonesia, menjelaskan bahwa, “secara garis besar perkembangan seni
pertunjukan Indonesia tradisional sangat dipengaruhi oleh adanya kontak dengan budaya besar
dari luar (asing)”. Berdasarkan pendapat Soedarsono tersebut, maka perkembangan seni
pertunjukan tradisional Indonesia secara garis besar terbagi atas periode masa pra pengaruh asing
dan masa pengaruh asing. Namun apabila ditinjau dari perkembangan masyarakat Indonesia
hingga saat ini, maka masyarakat sekarang merupakan masyarakat Indonesia dalam lingkup
negara kesatuan. Tentu saja masing-masing periode telah menampilkan budaya yang berbeda
bagi seni pertunjukan, karena kehidupan kesenian sangat tergantung pada masyarakat
pendukungnya.
Tarian daerah Indonesia dengan beraneka ragam jenis tarian indonesia seni tari membuat
indonesia kaya akan adat kebudayaan kesenian. Dengan mengenal lebih banyak Tarian adat di
seluruh provinsi di indonesia mudah-mudahan membuat kita lebih mencintai negeri kita ini.
Tarian Indonesia mencerminkan kekayaan dan keanekaragaman suku bangsa dan budaya
Indonesia. Terdapat lebih dari 700 suku bangsa di Indonesia: dapat terlihat dari akar budaya
bangsa Austronesia dan Melanesia, dipengaruhi oleh berbagai budaya dari negeri tetangga di
Asia bahkan pengaruh barat yang diserap melalui kolonialisasi. Setiap suku bangsa di Indonesia
memiliki berbagai tarian khasnya sendiri. Di Indonesia terdapat lebih dari 3000 tarian asli
Indonesia. Tradisi kuno tarian dan drama dilestarikan di berbagai sanggar dan sekolah seni tari
yang dilindungi oleh pihakkeraton atau akademi seni yang dijalankan pemerintah.
BAB II
PEMBAHASAN
* Tari Keraton
Tari keraton adalah tari yang semula berkembang dikalangan kerajaan dan bangsawan.
Tarian di Indonesia mencerminkan sejarah panjang Indonesia. Beberapa keluarga bangsawan,
berbagai istana dan keraton yang hingga kini masih bertahan di berbagai bagian Indonesia
menjadi benteng pelindung dan pelestari budaya istana. Perbedaan paling jelas antara tarian
istana dengan tarian rakyat tampak dalam tradisi tari Jawa. Strata masyarakat Jawa yang
berlapis-lapis dan bertingkat tercermin dalam budayanya. Jika golongan bangsawan kelas atas
lebih memperhatikan pada kehalusan, unsur spiritual, keluhuran, dan keadiluhungan. Masyarakat
kebanyakan lebih memperhatikan unsur hiburan dan sosial dari tarian. Sebagai akibatnya tarian
istana lebih ketat dan memiliki seperangkat aturan dan disiplin yang dipertahankan dari generasi
ke generasi, sementara tari rakyat lebih bebas, dan terbuka atas berbagai pengaruh.
Perlindungan kerajaan atas seni dan budaya istana umumnya digalakkan oleh pranata
kerajaan sebagai penjaga dan pelindung tradisi mereka. Misalnya para Sultan dan Sunan dari
Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta terkenal sebagai pencipta berbagai tarian keraton
lengkap dengan komposisi gamelan pengiring tarian tersebut. Tarian istana juga terdapat dalam
tradisi istana Bali dan Melayu. Seperti di Jawa juga menekankan pada kehalusan, keagungan dan
gengsi. Tarian Istana Sumatra seperti bekas Kesultanan Aceh,Kesultanan Deli di Sumatra Utara,
Kesultanan Melayu Riau, dan Kesultanan Palembang di Sumatra Selatan lebih dipengaruhi
budaya Islam, sementara Jawa dan Bali lebih kental akan warisan budaya Hindu-Buddhanya.
* Tari Rakyat
Tari Rakyat merupakan tari yang hidup dan berkembang dikalangan rakyat. Tarian
Indonesia menunjukkan kompleksitas sosial dan pelapisan tingkatan sosial dari masyarakyatnya,
yang juga menunjukkan kelas sosial dan derajat kehalusannya. Berdasarkan pelindung dan
pendukungya, tari tradisional adalah tari yang dikembangkan dan didukung oleh rakyat
kebanyakan, baik di pedesaan maupun di perkotaan.
Dibandingkan dengan tari istana (keraton) yang dikembangkan dan dilindungi oleh pihak
istana. Tari rakyat Indonesia relatif lebih bebas dari aturan yang ketat dan disiplin tertentu,
meskipun demikian beberapa langgam gerakan atau sikap tubuh yang khas seringkali tetap
dipertahankan. Tari rakyat lebih memperhatikan fungsi hiburan dan sosial pergaulannya daripada
fungsi ritual.
Tari Ronggeng dan tari Jaipongan suku Sunda adalah contoh yang baik mengenai tradisi
tari rakyat. Keduanya adalah tari pergaulan yang lebih bersifat hiburan. Seringkali tarian ini
menampilkan gerakan yang dianggap kurang pantas jika ditinjau dari sudut pandang tari istana,
akibatnya tari rakyat ini seringkali disalahartikan terlalu erotis atau terlalu kasar dalam standar
istana. Meskipun demikian tarian ini tetap berkembang subur dalam tradisi rakyat Indonesia
karena didukung oleh masyarakatnya. Beberapa tari rakyat tradisional telah dikembangkan
menjadi tarian massal dengan gerakan sederhana yang tersusun rapi, seperti tari Poco-poco dari
Minahasa Sulawesi Utara, dan tari Sajojo dari Papua.
Tari Adat
beberapa contoh tari uapacar adat adalah bedhoyo ketawang (penobatan raja) gambyong,
karonsih, dan gatot kaca gandrung ( adat perkawinan), kuda lumping, jatilan (seni tontonan
rakyat) tari sekapur sirih untuk penyambutan tamu agung dan tari rangguk (jambi) untuk
persembahan untuk tamu biasa.
Tari Agama
tari upacara agama adalah tari yang diyakini memiliki karismatik khusus. Apabila tidak
dilaksanakan akan berdampak kepada peri kehidupan selanjutnya. Tari upacara agama memiliki
tradisi khusus., dilaksanakan dalam konteks yang berhubungan dengan pernyataan penghayan
keagamaan di mana mereka lebih asyik apabila melakukan dengan penghayatan dalam dan
bersifat memuja, dan penghayantan persembahan secara total. Contoh tari pendet, rangde, rejang,
keris, pasraman, gabor, ngaben bedoyo semang, bendaya ketawang, gandari
1. Tari Kecak
Di tahun 1930-an, seniman Bali bernama Wayan Limbak dan pelukis asal Jerman bernama
Walter Spies menciptakan tarian kecak. Tarian ini terinspirasi dari ritual tradisional yang
dilakukan masyarakat Bali yang kemudian diadaptasi dalam cerita Ramayana dalam kepercayaan
Hindu untuk dipertontonkan sebagai pertunjukkan seni saat turis datang ke Bali.
Tari kecak biasanya dilakukan oleh puluhan laki-laki bertelanjang dada dan mengenakan kain
kotak-kota di pinggang hingga atas dengkul.
Tari kecak pertama kali dipentaskan di beberapa desa saja salah satunya adalah Desa Bona,
Gianyar. Namun berkembang ke seluruh daerah di Bali dan selalu dihadirkan saat kegiatan-
kegiatan seperti festival yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun swasta.
2. Tari Legong
Kemunculan tarian legong berasal dari lingkungan keraton-keraton di Bali pada paruh
kedua abad ke-18. Konon tarian ini lahir dari mimpi seorang pangeran kerajaan. Cerita
rakyat yang berkembang percaya bahwa pangeran yang bernama Sukawati mengalami
mimpi tersebut ketika sedang sakit.
Dalam mimpinya, sang pangeran melihat 2 orang wanita tengah menari dengan sangat
anggun dengan iringan musik tradisional gamelan khas Bali. Gerakan tari yang
dibawakan serta alunan musik tersebut membuat Pangeran Sukawati mengilustrasikannya
dalam gerakan koreografi dibantu oleh bendesa atau pemimpin adat ketewel.
Dari istana hingga dikenal oleh masyarakat, tarian ini disampaikan oleh beberapa guru
tari yang berasal dari berbagai desa, seperti desa saba, bedulu, peliatan, klandis dan
sukawati. Guru tersebut mengajarkan kepada murid-muridnya dan menggunakan legong
sebagai bagian utama dalam upacara odalan.
Selanjutnya tarian ini juga berkembang menjadi tari dalam acara keagamaan ataupun
kepercayaan animisme. Tari legong juga tidak dapat dilepaskan dengan budaya Hindu
Istana dan Hindu Dharma.
3. Tari Barongan
Tari Barong Bali dipercaya sebagai metamorphosis dan berasal dari Tari Barong Ponorogo
atau Reog yang dibawa oleh Raja Airlangga saat mengungsi dan menyelamatkan diri ke Pulau
Bali. Selain kesenian tari, pelarian tersebut juga membawa pengaruh budaya lain, seperti sastra,
aksara jawa, serta keagamaan.
Di Bali, Barong Ponorogo berubah bentuk serta menyesuaikan dengan certa masyarakat Bali.
Kemudian tarian ini digunakan untuk kegiatan spiritual keagamaan.
Bukti pengaruh Tari Barong Bali berasal dari Ponorogo terlihat pada bentuk barong yang
tampil tanpa mahkota merak atau kucingan. Selain itu pada topeng rangda juga mendapat
pengaruh dari topeng bujang ganong.
Ada pula sekelompok makhluk yang mendalami ilmu kesaktian. Kelompok tersebut disebut
warok muda dan warok tua dengan kesakitan yang begitu hebat dan masih terjaga di Ponorogo.
Bentuk barong di Bali pun beraneka macam, seperti kepala babi, anjing, gajah dan burung yang
mewakili filosofi tersendiri.
Nama barong diambil dari bahasa Sansekerta “bahruang” yang berarti binatang dengan
kekuatan gaib dan menjadi pelindung kebaikan.
4. Tari Pendet
Dari semua jenis tarian dari daerah Bali, tari pendet adalah salah satu tarian yang paling tua.
Dimana tarian ini sudah ada sejak tahun 1950. Awal mula tarian ini muncul adalah sebagai tarian
sembahan yang dilakukan ketika sembahyang di pura-pura. Tarian ini ditujukan sebagai bentuk
ucapan selamat datang atas turunnya dewa di Bumi. Tari pendet adalah hasil dari gubahan
maestro seni tari dari Bali yang bernama I Wayan Rindi.
Beliau merupakan seniman tari yang mempunyai penguasaan terhadap gerak tari yang cukup
hebat. Oleh karena itu, perkembangan serta sebaran tari pendet salah satunya adalah berkat jasa
dari beliau.
Gerakan tari pendet diambil dari pakem-pakem gerakan tari pendet dewa atau tari pendet asli
yang dilakukan untuk persembahan. Tanpa menghilangkan nilai religi, sakral, dan keindahan tari
ini, I Wayan beserta temannya bernama Ni Ketut Reneng berhasil memasukkan suatu unsur
tarian pendet dewa ke dalam tari pendet yang populer hingga saat ini.
Sehingga seiring berjalannya waktu, fungsi asli dari tarian ini mulai berubah. Sekarang, tari
pendet digunakan sebagai sarana pertunjukan dan juga ucapan tarian penyambut atau selamat
datang.
Contohnya saat dipentaskan pertama kali pada tahun 1960. Tari pendet digelar untuk
menyambut pembukaan Asean Games yang dibuka langsung oleh Presiden Soekarno.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fungsi Seni serta tujuannya bisa dibagi menjadi ; Fungsi Religi/Keagamaan,
Fungsi Pendidikan, Fungsi Komunikasi, Fungsi Rekreasi/Hiburan, Fungsi Artistik,
Fungsi Guna (seni terapan), dan Fungsi Kesehatan (terapi). Jenis tari ditinjau dari bentuk
penyajiannya terbagi tiga kelompok, yaitu: Tari Tunggal, Tari Berpasangan, dan Tari
Kelompok/Massal.
Peranan seni tari untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia adalah dengan
melalui stimulan individu, social dan komunikasi.
Tari tradisional adalah tari yang telah melampaui perjalanan perkembangannya
cukup lama, dan senantiasa berfikir pada pola-pola yang telah mentradisi. Para ahli
antropologi percaya bahwa tarian di Indonesia berawal dari gerakan ritual dan upacara
keagamaan dan juga alam. Jenis Tari Tradisional ada dua : Tari keraton adalah tari yang
semula berkembang dikalangan kerajaan dan bangsawan. Tari Rakyat merupakan tari
yang hidup dan berkembang dikalangan rakyat. Setiap daerah provinsi di Indonesia
masing-masing memiliki tarian tradisional.
3.2 Saran
Dengan mengenal lebih banyak Tarian adat di seluruh provinsi di indonesia
mudah-mudahan membuat kita lebih mencintai negeri kita ini. Sekolah seni tertentu di
Indonesia seperti Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) di Bandung, Institut Kesenian
Jakarta (IKJ) di Jakarta, Institut Seni Indonesia (ISI) yang tersebar
di Denpasar, Yogyakarta, dan Surakarta kesemuanya mendukung dan menggalakkan
siswanya untuk mengeksplorasi dan mengembangkan seni tari tradisional di Indonesia.
Beberapa festival tertentu seperti Festival Kesenian Bali dikenal sebagai ajang
ternama bagi seniman tari Bali untuk menampilkan tari kreasi baru karya
mereka. Semoga seluruh masyarakat Indonesia dapat terus menjaga dan melestarikan seni
tari serta menemukan cara-cara terbaru untuk mengatasinya agar tarian suatu daerah di
Indonesia dapat terjaga sampai generasi selanjutnya.