Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebudayaan pada hakikatnya meliputi segala aspek kehidupan manusia,

baik material maupun spiritual. 1 E. B. Tylor yang mengemukakan budaya dan

peradaban adalah keseluruhan yang kompleks meliputi pengetahuan, seni, moral,

hukum, adat istiadat, dan kemampuan serta kebiasaan lainya yang diperoleh

manusia sebagai anggota masyarakat. 2 Salah satu kesenian masyarakat yang

menunjukkan keunikan tradisi Nusantara adalah kesenian

Kuda Lumping. Kesenian tidak pernah lepas dari penduduk masyarakat. Kesenian

merupakan bagian yang penting dari kebudayaan, yang merupakan ungkapan

kreatifitas dari sebuah kebudayaan itu sendiri.3

Salah satu kesenian kreatifitas masyarakat Desa Kota Baru yang cukup

menarik bagi penulis yakni kesenian kuda lumping. Kesenian kuda lumping Tri

Mulyo Budoyo muncul pada Tahun 1984. Bermula dari proses transmigrasi atau

kedatangan suku Jawa ke Desa Kota Baru Kecamatan Geragai Kabupaten Tanjung

Jabung Timur. Pada tahun 1984-1985 berdirinya kesenian kuda lumping yang

bernama Tri Mulyo Budoyo yang memiliki makna Memulyakan/menyatukan tiga

kebudayaan. Kesenian kuda lumping Tri Mulyo Budoyo ini didirikan oleh Bapak

Sunardi selaku tokoh masyarakat.4 Kesenian ini mulai berkembang tahun 1984

1
Kuntowijoyo, “Budaya dan Masyarakat”, (Yogyakarta : Tiara Wacana, 1987), 3.
2
Ahmad Saepudin, “ Islam Indonesia: Dialog Dua Kebudayaan”. Jurnal Diklat Keagamaan. STIE Syariah
Indonesia Purwakarta. Volume 13. No. 2. Tahun 2019: 191-201.
3
Soerjo Wido Minarto, “ Jaran Kepang dalam Tinjauan Intraksi Sosial Pada Upacara Ritual Bersih
Desa”, Februari 2007, hlm. 78.
4
Wawancara dengan Bapak Sunaedi. Salah satu pendiri kesenian kuda lumping di Desa Kota
Baru. (23 Oktober 2022), pukul 16:00 WIB.
1
2

sampai tahun 2010. Kesenian yang berkembang di Desa Kota Baru ini yakni Kuda

Lumping.

Beberapa kajian seni pertunjukan Kuda Lumping yang ada sebelumya lebih

banyak menitikberatkan pada fenomena magis. Kesenian Kuda Lumping ini

merupakan salah satu bentuk seni pertunjukan yang memiliki sisi mistis dan rangkaian

ritual dan sesaji. Fungsi mistis dari sesajen tersebut sebagai media pemanggil arwah

dan persembahan. Maka tidak jarang dalam setiap pementasan Kesenian Kuda

Lumping terjadi fase trance (kesurupan). Kesenian ini juga tidak saja berfungsi

sebagai hiburan dan rekreasi, juga memuat fungsi religi dan mistis. Fungsi sosial juga

masih hidup dalam masyarakat Jawa sebagai pendukung kebudayaan lokal yakni

melalui keseniannya. Perbedaan dengan Kesenian Tri Mulyo Budoyo dengan

Kesenian grup Lainnya terdapat pada busana dan pertunjukannya.

Filosofi yang terdapat dalam kesenian kuda lumping, Pertama sosial.

Pemahaman dari sosial yang terdapat dapat pada acara kesenian kuda lumping yakni,

mengandung arti kepada manusia yang setiap aktivitasnya tidak bisa lepas dengan

orang lain, yang menimbulkan sikap tolong menolong antar sesame. Seperti kerja

sama pada acara kuda lumping yang melibatkan pawing , penari dan orang yang

mengundang kegiatan tersebut. Kedua nilai religious. Pemahaman dari religius

menunjukkan pengakuan manusia akan ada diluar manusia dan dirinya sendiri yang

dapat berupa kepercayaan akan tuhan maupun mahluk halus dan lain- lain. Dengan

tujuan bahwa kepercayaan akan bacaan berupa doa atau permintaan pada tuhan atau
3

mahkluk halus dalam kegiatan kuda lumping ini merupakan bentuk keyakinan dari

masyarakat.5

Keberadaan Tarian Kuda Lumping ditinjau dari aspek Sejarah, tari kuda

lumping merupakan tarian tradisional Jawa yang tumbuh sebagai kesenian kaum

pinggiran atau rakyat kecil. Berbeda pula dengan kesenian wayang kulit yang

menggambarkan kemewahan kaum priyayi. Tari kuda lumping menggambarkan

sekelompok prajurit penunggang kuda, kuda yang digunakan berupa kuda tiruan yang

terbuat dari anyaman bambo.6 Keberadaan tarian kuda lumping Tri Mulyo Budoyo di

Desa Kota Baru Kecamatan Geragai Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 1984-

2010, berawal dari masyarakat pendatang atau dari proses transmigrasi yang

mayoritas bersuku Jawa sehingga beberapa orang membentuk paguyuban kesenian

Jawa yang salah satu tarian yang sangat digemari masyarakat setempat.

Keberadaan tarian kuda lumping ditinjau dari aspek Adat Istiadat tidak lepas

dari tradisi atau kebiasaan suku Jawa. Salah satunya di Desa Kota Baru Kecamatan

Geragai Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 1984-2010, dengan mayoritas

masyarakat Jawa, menggunakan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari- hari, dan

mengikuti aturan atau norma kebiasaan masyarakat Jawa. Mereka hidup dengan rasa

solidaritas dan tolenransi yang tinggi antar sesama suku, dengan mata pencaharian

sebagai petani.

Perubahan terhadap kesenian Kuda Lumping Tri Mulyo Budoyo dari segi

tarian atau pun barongan, tariannya ada fariasa terbaru setiap tahunnya. Selain tarian,

5
Jurnal Pendidikan Sejarah dan Riset Sosial Humaniora, judul “Filosofi Dalam Acara Kuda
Lumping”. Vol. 5. No. 1
6
Sri Riawati, 2021,“Keberadaan Tari Kuda Lumping di Paguyuban Sekar Turonggo Mudo
Kabupaten Kampar Provinsi Riau”.
4

ada juga baju serta ikat kepala. Dampak dari kesenian Kuda Lumping dari segi positif

yaitu anak-anak remaja yang biasanya menggunakan waktu hanya untuk berkumpul

tidak jelas menjadi lebih bermanfaat. Terkhusus bagi suku Jawa benar-benar harus

mengenalkan pada anak muda tentang kebudayaan yang kita miliki, anggota dari

Kesenian Kuda Lumping ini bukan saja berasal dari suku

Jawa tapi ada juga suku lain yang masuk kedalam anggota seperti suku melayu.

Sedangkan dampak negatif, banyak orang-orang tidak mau mengenal lagi tentang

sejarah Kuda Kepang, pada tahun 80-90 an dahulunya ketika ada acara Kesenian

Kuda Kepang selalu ada minumam keras namun berjalannya waktu pada Tahun 2000

an sampai sekarang sudah tidak ada lagi minuman keras.7

Peneliti memilih Kesenian Kuda Lumping Tri Mulyo Budoyo, di dDesa Kota

Baru sebagai lokasi penelitian karena ke-eksisan Kesenian Kuda Lumping Tri Mulyo

Budoyo yang sejak tahun 1984 sampai sekarang masih bertahan. Penelitian ingin

mengetahui faktor apa yang membuat Kesenian Kuda Lumping Tri Mulyo Budoyo ini

masih eksis dan bertahan di era modernisasi semakin meninggkat di kalangan

masyarakat.

Eksistensi terhadap Kesenian Kuda Lumping, dalam kesenian ini dapat dilihat

pada kostum, iringan, dan proses pertunjukannya yang diadakan setiap ada acara.

Kesenian kuda lumping juga dapat dilihat ketika para penari mengalami trance. Bagi

masyarakat bahwa percaya ada banyak roh yang di panggil yang bisa dijadikan satu,

seperti ular, Singa/ naga, ada juga Celengan (celeng/babi), dan para

sesepuh atau pawang yang hanya bisa memanggil roh-roh dan

7
Wawancara dengan Bapak Sunardi. Salah satu pendiri kesenian kuda lumping di Desa Kota
Baru, 13 November 2022.
5

mengembalikannya.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, penulis tertarik untuk melaakukan

penelitian mengenai Kebradaan Kesenian Kuda Lumping Tri Mulyo Budoyo di Desa

Kota Baru Kecamatan Geragai Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Dengan judul

penelitian “Keberadaan Kesenian Tarian Kuda Lumping Di Desa Kota

Baru Kecamatan Geragai Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 1984-

2010”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah :

1. Bagaimana sejarah kesenian Kuda Lumping Di Desa Kota Baru, Kabupaten

Tanjung Jabung Timur ?

2. Bagaimana eksistensi kesenian Kuda Lumping Tri Mulyo Budoyo Di Desa

Kota Baru, Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 1984-2010 ?

3. Bagaimana dampak kesenian Kuda Lumping terhadap masyarakat Di Desa

Kota Baru, Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 1984-2010

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan Penelitian

Maka ada pun tujuan dalam penelitian ini adalalah :

1. Mengetahui sejarah kesenian kuda lumping Tri Mulyo Budoyo di Desa Kota

Baru.

2. Mengetahui Eksistensi kesenian Kuda Lumping Tri Mulyo Budoyo Di Desa

Kota Baru, Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 1984- 2010.


6

3. Mengetahui dampak kesenian Kuda Lumping terhadap masyarakat Di Desa

Kota Baru, Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 1984-2010.

b. Manfaat Penelitian

1. Dari segi akademis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi,

menambah wawasan dan pengetahuan akademis bagi peneliti selanjutnya

sehingga menambah khasanah dalam suatu kajian kesenian

Kuda Lumping Tri Mulyo Budoyo di Kecamatan Geragai, Kabupaten

Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi.

2. Mengikatkan kita kembali pada budaya indonesia yang masih terpendam dan

layak untuk di kembangkan.

3. Secara umum diharapkan dapat berguna bagi masyarakat suku jawa terutama

di Desa Kota Baru Kecamatan Geragai, Kabupaten Tanjung

Jabung Timur dalam melaksanakan Kesenian Kuda Lumping Tri Mulyo

Budoyo dapat memperkarya khazanah keilmuan serta lebih memahami

makna yang terkandung dalam Kesenian Kuda Lumping

terutama dalam sarana dan prasarana supaya tidak melenceng dalam hal

kemusyirikan.

D. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup ini meliputi, ruang lingkup special. Hal ini diperlukan agar

cakupan penelitian dalam pembahasan penelitian ini tidak terlalu luas dan terlalu

komplek agar dapat terfokus pada titik permasalahannya. Batasan special

(tempat) dari penelitian adalah wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang

mana pada saat itu masyarakat suku Jawa bertransmigrasi ke Desa Kota Baru
7

tepatnya di Kecamatan Geragai dan membawa Kesenian Kuda Lumping yang

bernamaTri Mulyo Budoyo, yang mana lebih spasifiknya latar tempat pada

penelitian ini merupakan wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

Sedangkan untuk batasan temporal (waktu) dalam penelitian ini dimulai

tahun 1984 hingga tahun 2010. Tahun 1984 menjadi awal penelitian ini karena

pada tahun ini awal berdirinya Kesenian Kuda Lumping Tri Mulyo Budoyo yang

dibawa oleh masyarakat transmigrasi. Sementara tahun 2010 dijadikan batasan

akhir penelitian ini dikarenakan pada tahun ini Kesenian Kuda Lumping

mendapat apresiasi yang positif dari pemerintahan desa, mulai tahun 2010

pemerintah desa juga memberikan bantuan dana untuk

mendukung eksisnya terhadap kesenian ini.

E. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan uraian secara sistimatis hasil penelitian

terdahulu dan ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan. Tinjauan

pustaka ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan penelitian sebelumnya dan

untuk menghindari kesamaan dalam memberikan masalah terhadap penelitian.

Setelah melakukan riset dari beberapa sumber, penulis menukan bahwa penelitian

mengenai “ Keberadaan Kesenian Kuda Lumping Tri Mulyo Budoyo Di Desa

Kota Baru Kecamatan Geragai Kabupaten

Tanjung Jabung Timur Tahun 1984- 2010 “. Ada beberapa karya yang dapat

dijadikan sebagai sumber bagi penelitian ini, yaitu

Buku Kuswarsantyo dengan judul “Kesenian Jathilan: Identitas dan

Perkembangan Di Daerah Istimewa Yogyakarta” disebutkan bahwa jathilan adalah


8

sebuah kesenian rakyat yang sangat popular di seluruh wilayah Daerah Istimewa

Yogyakarta.8

Buku ini hanya menjelaskan secara singkat di setiap Kabupaten dan kota di

Yogyakarta bertebaran kelompok jathilan yang setiap saat dipentaskan, baik

untuk keperluan upacara adat, festival, komoditi wisata, maupun acara pribadi

warga masyarakat, persamaan dengan penelitian ini adalah membahas bagaimana

kesenian rakyat ini sangat populer di kalangan masyarakat, sedangkat

perbedaannya dengan penelitian ini adalah penelitian ini lebih mengfokuskan

pada keberadaan Kesenian Kuda Lumping Tri Mulyo Budoyo.

Jurnal karya Tavip Sunarto, Irianto Ibrahim, La Ode Sahidin. Dengan

Judul “Seni Pertunjukan Kuda Lumping Lestari Budoyo di Desa Wanua Sari

Kecamatan Mowali Kabupaten Konawe Selatan” 9 , Membahas tentang proses

pelaksanaan tari kuda lumping Lestari Budoyo di Desa Wanua Sari yang meliputi

proses perencanaan acara, membersihkan lapangan untuk acara pertunjukan

pembuatan sesaji, nyekar pepundhen, dan obong menyan.

Persamaan dengan penelitian ini adalah membahas bagaimana cara

pelaksanaan kegiatan Kesenian Kuda Lumping, sedangkan perbedaannya dengan

penelitian ini adalah penelitian ini lebih mengfokuskan pada cara mengungkapkan

bahwa kesenian sebagai pertunjukan bagi masyarakat.

Skripsi Aditya Rinanjani, dengan judul “Eksistensi Kesenian Kuda

Lumping Group Panji Budoyo Di Dusun Surugajah Desa Ngargosari Kecamatan

8
Kuswarsantyo, “Kesenian Jathilan: Identitas dan Perkembangan di Dearah Istimewa
Yogyakarta”. Cet I Yogyakarta: Kanwa Publisher, 2017.
9
Tavip Sunarto, Irianto Ibrahim, La Ode Sahidin, “Seni Pertunjukan Kuda Lumping Lestari Budoyo
di Desa Wanua Sari Kecamatan Mowali Kabupaten Konawe Selatan”. Jurnal Pembelajaran Seni & Budaya Vol.
3 No. 2 Desember 2018.
9

Sukorejo Kabupaten Kendal” 10 ,membahas tentang Eksitensi Kesenian Kuda

Lumping yang melakukan latihan setiap satu kali dalam seminggu mengadakan

pertunjukan minimal satu kali dalam satu tahun seperti acara hajatan, festival-

festifal., persamaan dengan penelitian ini adalah ingin tetap menjaga dan

melestarikan kesenian kuda lumping dengan cara menampilkan kesenian kuda

lumping pada acara-acara yang di gelar di daerahnya, sedangkan perbedaannya

dengan penelitian ini adalah penelitian ini lebih mengfokuskan pada kegiatan

latihan yang dilakukan seminggu sekali. Skripsi karya Adi Asa, dengan judul

“Persepsi Masyarakat

Terhadap Penari Kuda Lumping Wanita Grup Di Desa Karangrejo


11
Kecamatan Karanggayam Kabupaten Kebumen” membahas tentang

mendeskripsikam persepsi dari masyarakat tentang adanya penari kuda lumping

wanita dan menunjukkan bahwa pelaksaan tari kuda lumping dilakukan di pagi

dan siang hari, di Desa Karangrejo Kecamatan Karanggayam Kabupaten

Kebumen.Adanya para penari wanita sebagai penari kuda lumping di Desa

Karangrejo juga memunculkan berbagai presepsi

10
Aditya Rinanjani, “Eksistensi Kesenian Kuda Lumping Group Panji Budoyo Di Dusun
Surugajah Desa Ngargosari Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Seni
Tari Universitas Negeri Semarang.
11
Adi Asa, “Persepsi Masyarakat Terhadap Penari Kuda Lumping Wanita Grup Muncar di Desa
Karangrejo Kecamatan Karanggayam Kabupaten Kebumen”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas
Negeri Yogyakarta.
10

dari masyarakat yaitu penari kuda lumping wanita masih menjadi hal baru dan

masih memegang teguh adat istiadat, persamaan dengan penelitian ini adalah

ingin mengungkap penyesuaian diri yang dilakukan paguyuban kuda lumping

terhadap arus modernisasi, sedangkan perbedaannya dengan penelitian ini adalah

penelitian ini lebih mengfokuskan pada penyesuaian diri terhadap adanya arus

modernisasi terhadap kenian Kuda Lumping.

Jurnal karya Sofia Rachmawati, Hartono. Dengan judul “Kesenian Kuda

Lumping di Paguyuban Genjring Kuda Lumping Sokoaji: Kajian Enkulturasi

Budaya” 12 menjelaskan bahwa proses enkukulturasi di Paguyuban Genjring

Sokoaji terjadi secara turun-temurun melalui keluarga, lingkungan dan

pembelajaran. Anggota Paguyuban Genjring Sokoaji mengenkulturasi kesenian

kuda lumping secara tradisional dan melalui proses pembelajaran informal.

Dalam penelitian ini tidak diketahui proses kesenian ini akan menjadi tutun-

temurun atau tidak.

Jurnal karya Bangkit Rantiksa dan Puji Lestari M.Hum. Dengan judul

“Upaya Masyarakat Dalam Melestarikan Kesenian Kuda Lumping Di Dusun

Tegaltemu, Kelurahan Manding, Kabupaten Temanggung” 13membahas tentang

menunjukkan adanya upaya masyarakat dalam melestarikan Kesenian

Kuda Lumping yang dilakukan dengan cara Usaha Kreativitas, Upaya

Pembinaan, dan Upaya pendanaan. Sedangkan peneliti ingin

12
Sofia Rachmawati, Hartono, “ Kesenian Kuda Lumping di Paguyuban Genjring Kuda Lumping
Sokoaji: Kajian Enkulturasi Budaya”. Jurnal, Seni Tari, Universitas Negeri Semarang, ISSN 2503-2585.
13
Bangkit Rantiksa dan Puji Lestari M.Hum, “ Upaya Masyarakat Dalam Melestarikan Kesenian
Kuda Lumping di Dusun Tegal Temu Kelurahan Manding Kabupaten
Temanggung”. Jurnal, Pendidikan Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta.
11

mengembangkan upaya pelastarian yang dilakukan oleh masyarakat sebagian

besar didorong oleh rasa memiliki dan keinginan melestarikan kebudayaan yang

merupakan warisan terdahulu.

F. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual penelitian adalah kaitan atau hubungan antara konsep

satu dengan yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Penelitian yang

berkaitan dengan kesenian kuda kepang sudah banyak dilakukan. Cukup banyak

Skripsi, Buku, dan Artikel yang ditulis dengan tema kesenian kuda lumping.

Kerangka konseptual diperlukan dalam sebuah penulisan sejarah agar tidak

menimbulkan multipenafsiran. Oleh karena itu dalam penelitian ini yang berjudul

“Kesenian Kuda Lumping Tri Mulyo Budoyo Di Desa Kota Baru Kecamatan

Geragai, Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 1984-2010” penulis

menggunakan kerangka konseptual dengan menggunakan pendekatan teori

perubahan sosial.

Sejarah kebudayaan Indonesia mengkaji tentang kebudayaan yang

berkembang di Indonesia. Kajian kebudayaan Indonesia dimulai dengan

kebudayaan Indonesia, dan bagaimana karakteristik kebudayaan Indonesia.

Pemahaman terhadap kebudayaan Indonesia dapat memperluas wawasan dalam

melihat proses pembentukan bangsa Indonesia yang multi etnis, multi budaya,

multi budaya, dan kepercayaan.

Sejarah kebudayaan Indonesia meliputi zaman prasejarah Indonesia sebagai

budaya asli Indonesia. Zaman Hindu-Budha dari India. Zaman Islam dari Timur

Tengah, zaman colonial dari Barat dan Zaman Kemerdekaan. Sejarah

kebudayaan Indonesia juga memberikan semacam benang merah dalam sejarah


12

Indonesia, karena merupakan proses kreatif dan special. Berbagai masa transisi

dan transformasi terjadi dalam sejarah perkembangan bangsa Indonesia, dari

budaya-budaya lama, baik yang asli mau pun yang asing, terjadi akulturasi, difusi

dan asimilasi sehingga terjadi proses pembentukan kebudayaan. 14 Salah satu

kesenian masyarakat yang menunjukkan keunikan tradisi Nusantara adalah

kesenian Kuda Lumping.

Perubahan sosial merupakan fenomena kehidupan yang dialami oleh setiap

masyarakat di manapun dan kappa pun. Teori perubahan sosial (social change

theory) yang dikutip oleh Salim dari Veeger, August Comte (17981857)

membaginya dalam dua konsep penting, yakni social static (bagunan structural)

dan social dynamic (dinamika structural).

Menurut Roy Bhaskar (1984)msepertimyang dikutip Salimm (2002),

perubahan sosial biasanya terjadi secara wajar, gradual, bertahap, serta

tidakpernah terjadi secara radikal atau revolusioner. Proses reproduction adalah

proses mengulang-ulang, menghasilkan kembali segala hal yang diterima sebagai

warisan budaya dari nenek moyang kita sebelumnya. Proses Transformation

adalah suatu proses penciptaan hal baru yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan

dan teknologi.

Dalam menganalisis penelitian ini digunakan konsep Perubahan Sosial,

beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli Sosiologi dapat

diuraikan berikut ini:

14
Dra. An Fauzia Rozani Ayafei, M.A. “Sejarah Kebudayaan Indonesia”. Penerbit CV. Berkah
Prima, Padang, 2021. Hlm 227.
13

1. William F. Ogburn, mengemukakan bahwa ruang lingkup perubahan-

perubaha sosial mencakup unsur-unsur kebudayaan, baik yang bersifat

material maupun immaterial, dengan menekankan pada adanya pengaruh

yang lebih besar pada unsur kebudayaan.

2. Kingsley Davis, mengartikan perubahab sosial sebagai perubahan- perubahan

yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.

3. Gillin dan Gillin, mengatakan bahwa perubahan sosial adalah suatu variasi

dari cita-cita hidup, yang disebabkan oleh factor perubahan- perubahan

kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideology,

maupun karena kebudayaan difusi maupun penemuanpenemuan baru.

4. Samuel Koening, mengatakan bahwa perubahan sosial merupakan

modifikasi-modifikasi atau penyesuanin-penyesuain yang terjadi dalam pola-

pola kehidupan manusia.

5. Selo Soemardjan, perubahan sosial adalah segala perubahan-perubahan pada

lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat,

yang mempengaruhi system sosialnya, termasuk di dalamnya nilai- nilai,

sikap, dan pola prilaku di antara kelompok masyarakat.15

15
Prof. Dr. M. Tahir Kasnawi, Prof. Dr. Sulaiman Asang, M.S. “Konsep dan Pendekatan Perubahan
Sosial”. 2014. Vol. IPEM4439. Pustaka. ut.ac.id.
14

Kesenian Kuda Lumping

Tri Mulyo Budoyo

Sejarah Teori Perubahan


Kebudayaan Sosial

Perkembangan
Eksistensi
atau Dampak

Bagan I. Kerangka Konseptual Kesenian Kuda Lumping Tri Mulyo

Budoyo Di Desa Kota Baru.


15

G. Metode Penelitian

Motede penelitian yang digunakan dalam penalitian ini adalah metode

Sejarah yaitu seperangkat prinsip yang sistematis untuk mengumpulkan

sumber-sumber sejarah secara efektif, menilai secara kritis, dan menyajikan

sistematis dari hasil keseluruhan prosedur. Penelitian sejarah yaitu penelitian

terhadap kajadian- kejadian pada masa lampau dengan menggunakan analisa

yang logis. Penelitian ini menggunakan metode survey melalui interview

pertanyaan terbuka (terarah) dengan narasumber yang mengetahui Kesenian

Desa Kota Baru Kecamatan Geragai Kabupaten Tanjung Jabung Timur,

kemudian mendeskripsikannya kedalam kalimat sederhana dengan bahasa

indonesia baku sesuai dengan ejaan yang di sempurnakan. Metode sejarah

adalah suatu proses menguji dan menganalisis secara kritis sumber rekaman dan

peninggalan masa lalu. Nantinya peneliti akan menganalisis seluruh data yang

didapatkan untuk menetukan solusi, ketepatan dan kesesuain antara data dengan

objek yang akan diteliti.

Metode penelitian sejarah merupakan alat yang digunakan oleh sejarawan

untuk menyusun atau menulis sejarah. Penulisan sejarah ini sendiri memiliki empat

tahapan yang harus dilakukan oleh sejarawan yaitu sebagai berikut :

1. Heuristik

Heuristik berasal dari kata Yunani, heurisken, artinya adalah menemukan.16

Heuristik adalah pengumpulan sumber yang terdiri dari dua yaitu sumber

primer dan sumber sekunder. Sumber primer berhubungan langsung dengan

16
Sofia Rachmawati, Hartono, “ Kesenian Kuda Lumping di Paguyuban Genjring Kuda Lumping
Sokoaji: Kajian Enkulturasi Budaya”. Jurnal, Seni Tari, Universitas Negeri Semarang, ISSN 2503-2585.
16

subjek peneltian, yang dilakukan dengan studi sejarah lisan dalam bentuk

wawancara terhadap tokoh-tokoh yang terlibat dalam pertunjukan seni kuda

kepang seperti para seniman atau tokoh yakni Bapak Sunardi, Bapak Narno,

Bapak Hariyanto, dan Bapak Bibit, serta pemerintah Desa Kota Baru, Tokoh

adat, serta kepada masyarakat yang ikut serta dalam acara seperti penontonnya.

Data yang telah didapatkan berupa dokumen seperti foto-foto pertunjukan

kesenian kuda kepang dan foto propertinya, Surat Keputusan Pendirian

Paguyuban, Nota pembayaran pertunjukan kuda kepang, nota pembelian alat-

alat baru, dan struktur anggota. Sedangkan sumber sekunder yakni berupa

buku, artikel, skripsi dan jurnal.

2. Verifikasi

Verifikasi adalah penalitian terhadap sumber-sumber sejarah.17 Verifikasi

dalam sejarah memiliki arti pemeriksaan terhadap kebenaran laporan tentang

suatu peristiwa sejarah. Penelitian terhadap sumbersumber sejarah

menyangkut aspek ekstren dan intren. Aspek ekstren mempersoalkan apakah

sumber itu asli atau palsu sehingga sejarawan harus mampu menguji tentang

keakuratan dokumen sejarah tersebut. Aspek intern mempersoalkan apakah isi

yang terdapat dalam sumber itu bisa memberikan informasi yang diperlukan.

3. Interpretasi
Interpretasi ialah menafsirkan fakta sejarah dan juga merangkai fakta

tersebut menjadi saru kesatuan yang harmonis dan masuk akal. Interprestasi

dalam sejarah dapat juga diartikan sebagai penafsiran suatu peristiwa atau

memberikan pandangan teoritis terhadap suatu peristiwa. Sejarah sebagai

17
Burhan Bugin. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial
Lainnya. (Jakarta : Kencana. Burhan Bugin: 2008). hlm 106.
17

suatu peristiwa bisa diungkap kembali oleh para sejerawan melalui berbagai

sumber, dokumen perpustakaan, baik berbentuk data, buku, berkunjung ke

situs-situs sejarah atau wawancara, sehingga bisa terkumpul dan mendukung

dalam proses interprestasi.

4. Historiografi

Historiografi merupakan penulisan sejarah. Historiografi adalah tahap

terakhir dari kegiatan penelitian untuk penulisan sejarah. Menulis kisah

sejarah bukanlah sekedar menyusun dan merangkai fakta-fakta hasil

penelitian. Melainkan juga menyampaikan suatu pikiran melalui interprestasi

sejarah berdasarkan fakta hasil penelitian. Untuk itu, menulis sejarah

memerlukan kecakapan dan kemahiran. Historiografi merupakan rencana

tentang segala sesuatu yang dicatat sebagai bahan pelajaran tentang perilaku

yang baik.

H. Sistematika Penulisan

Hasil penelitian di atas akan dituangkan dalam bentuk tulisan dengan

sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN, di dalam BAB ini menguraikan tentang : (1) Latar

Belakang Masalah, (2) Rumusan Masalah, (3) Tujuan dan Manfaat Penelitian,

(4) Ruang Lingkup Penelitian, (5) Tinjauan Pustaka, (6) Kerangka Konseptual, (7)

Metodelogi Penelitian, (8) Sistematika Penelitian.


18

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN GERAGAI, KAB. TANJUNG

AJABUNG TIMUR, di dalan BAB ini menguraikan tentang : (1) Sejarah

Kabupaten Tanjung Jabung Timur (2) Letak Geografis Kecamatan Geragai,Kab.

Tanjung Jabung Timur, (3) Topografis Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

BAB III PERKEMBANGAN KESENIAN KUDA LUMPING TRI MULYO

BUDOYO DI DESA KOTA BARU, di BAB ini menguraikan tentang : (1) Sejarah

Desa Kota Baru ,(2) Awal mula sejarah terbentuknya kesenian kuda lumping Tri

Mulyo Budoyo.

BAB IV EKSISTENSI KESENIAN KUDA LUMPING TRI MULYO

BUDOYO TAHUN 1984- 2010 DI DESA KOTA BARU, KECAMATAN

GERAGAI, KAB, TANJUNG JABUNG TIMUR, di BAB ini berisikan: (1)

fungsi kesnian kuda lumping Tahun 1984 hingga Tahun 2010, (2) Makna

kesenian kuda lumping Tri Mulyo Budoyo, (3) Dampak Kesenian Kuda

Lumping Terhadap Masyarakat Di DesaKota Baru Kabupaten Tanjung Jabung

Timur Tahun 1984-2010.

BAB V PENUTUP, berisi (1) Kesimpulan. Di dalam BAB ini akan membahas

dan menguraikan kesimpulan dan yang ada terdapat dengan penelitian yang

dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai