PENDAHULUAN
hukum, adat istiadat, dan kemampuan serta kebiasaan lainya yang diperoleh
Kuda Lumping. Kesenian tidak pernah lepas dari penduduk masyarakat. Kesenian
Salah satu kesenian kreatifitas masyarakat Desa Kota Baru yang cukup
menarik bagi penulis yakni kesenian kuda lumping. Kesenian kuda lumping Tri
Mulyo Budoyo muncul pada Tahun 1984. Bermula dari proses transmigrasi atau
kedatangan suku Jawa ke Desa Kota Baru Kecamatan Geragai Kabupaten Tanjung
Jabung Timur. Pada tahun 1984-1985 berdirinya kesenian kuda lumping yang
kebudayaan. Kesenian kuda lumping Tri Mulyo Budoyo ini didirikan oleh Bapak
Sunardi selaku tokoh masyarakat.4 Kesenian ini mulai berkembang tahun 1984
1
Kuntowijoyo, “Budaya dan Masyarakat”, (Yogyakarta : Tiara Wacana, 1987), 3.
2
Ahmad Saepudin, “ Islam Indonesia: Dialog Dua Kebudayaan”. Jurnal Diklat Keagamaan. STIE Syariah
Indonesia Purwakarta. Volume 13. No. 2. Tahun 2019: 191-201.
3
Soerjo Wido Minarto, “ Jaran Kepang dalam Tinjauan Intraksi Sosial Pada Upacara Ritual Bersih
Desa”, Februari 2007, hlm. 78.
4
Wawancara dengan Bapak Sunaedi. Salah satu pendiri kesenian kuda lumping di Desa Kota
Baru. (23 Oktober 2022), pukul 16:00 WIB.
1
2
sampai tahun 2010. Kesenian yang berkembang di Desa Kota Baru ini yakni Kuda
Lumping.
Beberapa kajian seni pertunjukan Kuda Lumping yang ada sebelumya lebih
merupakan salah satu bentuk seni pertunjukan yang memiliki sisi mistis dan rangkaian
ritual dan sesaji. Fungsi mistis dari sesajen tersebut sebagai media pemanggil arwah
dan persembahan. Maka tidak jarang dalam setiap pementasan Kesenian Kuda
Lumping terjadi fase trance (kesurupan). Kesenian ini juga tidak saja berfungsi
sebagai hiburan dan rekreasi, juga memuat fungsi religi dan mistis. Fungsi sosial juga
masih hidup dalam masyarakat Jawa sebagai pendukung kebudayaan lokal yakni
Pemahaman dari sosial yang terdapat dapat pada acara kesenian kuda lumping yakni,
mengandung arti kepada manusia yang setiap aktivitasnya tidak bisa lepas dengan
orang lain, yang menimbulkan sikap tolong menolong antar sesame. Seperti kerja
sama pada acara kuda lumping yang melibatkan pawing , penari dan orang yang
menunjukkan pengakuan manusia akan ada diluar manusia dan dirinya sendiri yang
dapat berupa kepercayaan akan tuhan maupun mahluk halus dan lain- lain. Dengan
tujuan bahwa kepercayaan akan bacaan berupa doa atau permintaan pada tuhan atau
3
mahkluk halus dalam kegiatan kuda lumping ini merupakan bentuk keyakinan dari
masyarakat.5
Keberadaan Tarian Kuda Lumping ditinjau dari aspek Sejarah, tari kuda
lumping merupakan tarian tradisional Jawa yang tumbuh sebagai kesenian kaum
pinggiran atau rakyat kecil. Berbeda pula dengan kesenian wayang kulit yang
sekelompok prajurit penunggang kuda, kuda yang digunakan berupa kuda tiruan yang
terbuat dari anyaman bambo.6 Keberadaan tarian kuda lumping Tri Mulyo Budoyo di
Desa Kota Baru Kecamatan Geragai Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 1984-
2010, berawal dari masyarakat pendatang atau dari proses transmigrasi yang
Jawa yang salah satu tarian yang sangat digemari masyarakat setempat.
Keberadaan tarian kuda lumping ditinjau dari aspek Adat Istiadat tidak lepas
dari tradisi atau kebiasaan suku Jawa. Salah satunya di Desa Kota Baru Kecamatan
masyarakat Jawa, menggunakan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari- hari, dan
mengikuti aturan atau norma kebiasaan masyarakat Jawa. Mereka hidup dengan rasa
solidaritas dan tolenransi yang tinggi antar sesama suku, dengan mata pencaharian
sebagai petani.
Perubahan terhadap kesenian Kuda Lumping Tri Mulyo Budoyo dari segi
tarian atau pun barongan, tariannya ada fariasa terbaru setiap tahunnya. Selain tarian,
5
Jurnal Pendidikan Sejarah dan Riset Sosial Humaniora, judul “Filosofi Dalam Acara Kuda
Lumping”. Vol. 5. No. 1
6
Sri Riawati, 2021,“Keberadaan Tari Kuda Lumping di Paguyuban Sekar Turonggo Mudo
Kabupaten Kampar Provinsi Riau”.
4
ada juga baju serta ikat kepala. Dampak dari kesenian Kuda Lumping dari segi positif
yaitu anak-anak remaja yang biasanya menggunakan waktu hanya untuk berkumpul
tidak jelas menjadi lebih bermanfaat. Terkhusus bagi suku Jawa benar-benar harus
mengenalkan pada anak muda tentang kebudayaan yang kita miliki, anggota dari
Jawa tapi ada juga suku lain yang masuk kedalam anggota seperti suku melayu.
Sedangkan dampak negatif, banyak orang-orang tidak mau mengenal lagi tentang
sejarah Kuda Kepang, pada tahun 80-90 an dahulunya ketika ada acara Kesenian
Kuda Kepang selalu ada minumam keras namun berjalannya waktu pada Tahun 2000
Peneliti memilih Kesenian Kuda Lumping Tri Mulyo Budoyo, di dDesa Kota
Baru sebagai lokasi penelitian karena ke-eksisan Kesenian Kuda Lumping Tri Mulyo
Budoyo yang sejak tahun 1984 sampai sekarang masih bertahan. Penelitian ingin
mengetahui faktor apa yang membuat Kesenian Kuda Lumping Tri Mulyo Budoyo ini
masyarakat.
Eksistensi terhadap Kesenian Kuda Lumping, dalam kesenian ini dapat dilihat
pada kostum, iringan, dan proses pertunjukannya yang diadakan setiap ada acara.
Kesenian kuda lumping juga dapat dilihat ketika para penari mengalami trance. Bagi
masyarakat bahwa percaya ada banyak roh yang di panggil yang bisa dijadikan satu,
seperti ular, Singa/ naga, ada juga Celengan (celeng/babi), dan para
7
Wawancara dengan Bapak Sunardi. Salah satu pendiri kesenian kuda lumping di Desa Kota
Baru, 13 November 2022.
5
mengembalikannya.
penelitian mengenai Kebradaan Kesenian Kuda Lumping Tri Mulyo Budoyo di Desa
Kota Baru Kecamatan Geragai Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Dengan judul
2010”.
B. Rumusan Masalah
ini adalah :
a. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui sejarah kesenian kuda lumping Tri Mulyo Budoyo di Desa Kota
Baru.
b. Manfaat Penelitian
2. Mengikatkan kita kembali pada budaya indonesia yang masih terpendam dan
3. Secara umum diharapkan dapat berguna bagi masyarakat suku jawa terutama
terutama dalam sarana dan prasarana supaya tidak melenceng dalam hal
kemusyirikan.
Ruang lingkup ini meliputi, ruang lingkup special. Hal ini diperlukan agar
cakupan penelitian dalam pembahasan penelitian ini tidak terlalu luas dan terlalu
(tempat) dari penelitian adalah wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang
mana pada saat itu masyarakat suku Jawa bertransmigrasi ke Desa Kota Baru
7
bernamaTri Mulyo Budoyo, yang mana lebih spasifiknya latar tempat pada
tahun 1984 hingga tahun 2010. Tahun 1984 menjadi awal penelitian ini karena
pada tahun ini awal berdirinya Kesenian Kuda Lumping Tri Mulyo Budoyo yang
akhir penelitian ini dikarenakan pada tahun ini Kesenian Kuda Lumping
mendapat apresiasi yang positif dari pemerintahan desa, mulai tahun 2010
E. Tinjauan Pustaka
terdahulu dan ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan. Tinjauan
Setelah melakukan riset dari beberapa sumber, penulis menukan bahwa penelitian
Tanjung Jabung Timur Tahun 1984- 2010 “. Ada beberapa karya yang dapat
sebuah kesenian rakyat yang sangat popular di seluruh wilayah Daerah Istimewa
Yogyakarta.8
Buku ini hanya menjelaskan secara singkat di setiap Kabupaten dan kota di
untuk keperluan upacara adat, festival, komoditi wisata, maupun acara pribadi
Judul “Seni Pertunjukan Kuda Lumping Lestari Budoyo di Desa Wanua Sari
pelaksanaan tari kuda lumping Lestari Budoyo di Desa Wanua Sari yang meliputi
penelitian ini adalah penelitian ini lebih mengfokuskan pada cara mengungkapkan
8
Kuswarsantyo, “Kesenian Jathilan: Identitas dan Perkembangan di Dearah Istimewa
Yogyakarta”. Cet I Yogyakarta: Kanwa Publisher, 2017.
9
Tavip Sunarto, Irianto Ibrahim, La Ode Sahidin, “Seni Pertunjukan Kuda Lumping Lestari Budoyo
di Desa Wanua Sari Kecamatan Mowali Kabupaten Konawe Selatan”. Jurnal Pembelajaran Seni & Budaya Vol.
3 No. 2 Desember 2018.
9
Lumping yang melakukan latihan setiap satu kali dalam seminggu mengadakan
pertunjukan minimal satu kali dalam satu tahun seperti acara hajatan, festival-
festifal., persamaan dengan penelitian ini adalah ingin tetap menjaga dan
dengan penelitian ini adalah penelitian ini lebih mengfokuskan pada kegiatan
latihan yang dilakukan seminggu sekali. Skripsi karya Adi Asa, dengan judul
“Persepsi Masyarakat
wanita dan menunjukkan bahwa pelaksaan tari kuda lumping dilakukan di pagi
10
Aditya Rinanjani, “Eksistensi Kesenian Kuda Lumping Group Panji Budoyo Di Dusun
Surugajah Desa Ngargosari Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Seni
Tari Universitas Negeri Semarang.
11
Adi Asa, “Persepsi Masyarakat Terhadap Penari Kuda Lumping Wanita Grup Muncar di Desa
Karangrejo Kecamatan Karanggayam Kabupaten Kebumen”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas
Negeri Yogyakarta.
10
dari masyarakat yaitu penari kuda lumping wanita masih menjadi hal baru dan
masih memegang teguh adat istiadat, persamaan dengan penelitian ini adalah
penelitian ini lebih mengfokuskan pada penyesuaian diri terhadap adanya arus
Dalam penelitian ini tidak diketahui proses kesenian ini akan menjadi tutun-
Jurnal karya Bangkit Rantiksa dan Puji Lestari M.Hum. Dengan judul
12
Sofia Rachmawati, Hartono, “ Kesenian Kuda Lumping di Paguyuban Genjring Kuda Lumping
Sokoaji: Kajian Enkulturasi Budaya”. Jurnal, Seni Tari, Universitas Negeri Semarang, ISSN 2503-2585.
13
Bangkit Rantiksa dan Puji Lestari M.Hum, “ Upaya Masyarakat Dalam Melestarikan Kesenian
Kuda Lumping di Dusun Tegal Temu Kelurahan Manding Kabupaten
Temanggung”. Jurnal, Pendidikan Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta.
11
besar didorong oleh rasa memiliki dan keinginan melestarikan kebudayaan yang
F. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual penelitian adalah kaitan atau hubungan antara konsep
satu dengan yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Penelitian yang
berkaitan dengan kesenian kuda kepang sudah banyak dilakukan. Cukup banyak
Skripsi, Buku, dan Artikel yang ditulis dengan tema kesenian kuda lumping.
menimbulkan multipenafsiran. Oleh karena itu dalam penelitian ini yang berjudul
“Kesenian Kuda Lumping Tri Mulyo Budoyo Di Desa Kota Baru Kecamatan
perubahan sosial.
melihat proses pembentukan bangsa Indonesia yang multi etnis, multi budaya,
budaya asli Indonesia. Zaman Hindu-Budha dari India. Zaman Islam dari Timur
Indonesia, karena merupakan proses kreatif dan special. Berbagai masa transisi
budaya-budaya lama, baik yang asli mau pun yang asing, terjadi akulturasi, difusi
masyarakat di manapun dan kappa pun. Teori perubahan sosial (social change
theory) yang dikutip oleh Salim dari Veeger, August Comte (17981857)
membaginya dalam dua konsep penting, yakni social static (bagunan structural)
adalah suatu proses penciptaan hal baru yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan
dan teknologi.
14
Dra. An Fauzia Rozani Ayafei, M.A. “Sejarah Kebudayaan Indonesia”. Penerbit CV. Berkah
Prima, Padang, 2021. Hlm 227.
13
3. Gillin dan Gillin, mengatakan bahwa perubahan sosial adalah suatu variasi
15
Prof. Dr. M. Tahir Kasnawi, Prof. Dr. Sulaiman Asang, M.S. “Konsep dan Pendekatan Perubahan
Sosial”. 2014. Vol. IPEM4439. Pustaka. ut.ac.id.
14
Perkembangan
Eksistensi
atau Dampak
G. Metode Penelitian
adalah suatu proses menguji dan menganalisis secara kritis sumber rekaman dan
peninggalan masa lalu. Nantinya peneliti akan menganalisis seluruh data yang
didapatkan untuk menetukan solusi, ketepatan dan kesesuain antara data dengan
untuk menyusun atau menulis sejarah. Penulisan sejarah ini sendiri memiliki empat
1. Heuristik
Heuristik adalah pengumpulan sumber yang terdiri dari dua yaitu sumber
16
Sofia Rachmawati, Hartono, “ Kesenian Kuda Lumping di Paguyuban Genjring Kuda Lumping
Sokoaji: Kajian Enkulturasi Budaya”. Jurnal, Seni Tari, Universitas Negeri Semarang, ISSN 2503-2585.
16
subjek peneltian, yang dilakukan dengan studi sejarah lisan dalam bentuk
kepang seperti para seniman atau tokoh yakni Bapak Sunardi, Bapak Narno,
Bapak Hariyanto, dan Bapak Bibit, serta pemerintah Desa Kota Baru, Tokoh
adat, serta kepada masyarakat yang ikut serta dalam acara seperti penontonnya.
alat baru, dan struktur anggota. Sedangkan sumber sekunder yakni berupa
2. Verifikasi
sumber itu asli atau palsu sehingga sejarawan harus mampu menguji tentang
yang terdapat dalam sumber itu bisa memberikan informasi yang diperlukan.
3. Interpretasi
Interpretasi ialah menafsirkan fakta sejarah dan juga merangkai fakta
tersebut menjadi saru kesatuan yang harmonis dan masuk akal. Interprestasi
dalam sejarah dapat juga diartikan sebagai penafsiran suatu peristiwa atau
17
Burhan Bugin. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial
Lainnya. (Jakarta : Kencana. Burhan Bugin: 2008). hlm 106.
17
suatu peristiwa bisa diungkap kembali oleh para sejerawan melalui berbagai
4. Historiografi
tentang segala sesuatu yang dicatat sebagai bahan pelajaran tentang perilaku
yang baik.
H. Sistematika Penulisan
Belakang Masalah, (2) Rumusan Masalah, (3) Tujuan dan Manfaat Penelitian,
(4) Ruang Lingkup Penelitian, (5) Tinjauan Pustaka, (6) Kerangka Konseptual, (7)
BUDOYO DI DESA KOTA BARU, di BAB ini menguraikan tentang : (1) Sejarah
Desa Kota Baru ,(2) Awal mula sejarah terbentuknya kesenian kuda lumping Tri
Mulyo Budoyo.
fungsi kesnian kuda lumping Tahun 1984 hingga Tahun 2010, (2) Makna
kesenian kuda lumping Tri Mulyo Budoyo, (3) Dampak Kesenian Kuda
BAB V PENUTUP, berisi (1) Kesimpulan. Di dalam BAB ini akan membahas
dan menguraikan kesimpulan dan yang ada terdapat dengan penelitian yang
dilakukan.