Anda di halaman 1dari 20

PERAN BOPO JARANAN DALAM PERTUNJUKAN KESENIAN

JARANAN ROGO SAMBOYO PUTRO

DESA KETAMI, DUSUN PESANTREN ,KABUPATEN KEDIRI,

JAWA TIMUR

Proposal Penelitian

untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian dengan dosen

pengampu Prof.Jazuli M,S.Pd,M.Pd dan Lesa Paranti,S.Pd

Oleh

Nama : Ratna Dewi Lestari

NIM : 2501416022

Program Studi : Pendidikan Seni Tari

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2018

I.PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Menurut Koenjaraningrat dalam Mujianto:4.Pengantar Ilmu

Budaya.2010 ,budaya adalah keseluruhan sistem gagasan tindakan hasil

karya manusia dengan cara belajar. Dalam pengalaman dan proses

belajar ,manusia memperoleh serangkaian pengetahuan mengenai

simbol-simbol. Simbol adalah segala sesuatu (benda,peristiwa,perilaku

atau tindakan manusia, ucapan) yang telah ditempeli sesuatu arti

tertentu menurut kebudayaan yang bersangkutan.Di setiap daerah

memiliki kebudayaannya sendiri sebagai suatu ciri yang menonjolkan

ke-khas-an daerahnya masing-masing terutama dalam hal kesenian

yang salah satunya ada di daerah Kediri. Hal ini sesuai dengan unsur-

unsur kebudayaan menurut Koenjaraningrat dalam Jazuli:17. Diktat

Teori Kebudayaan.2001,yaitu ada tujuh sebagai berikut :

1)bahasa,2)sistem teknologi,3)sistem mata pencaharian hidup, dan

ekonomi, 4)organisasi sosial,5) sistem pengetahuan ,6)religi, 7)kesenian.

Kediri atau Kota Tahu Kuning merupakan salah satu kota di Jawa Timur

yang memiliki beragam tempat wisata dan kuliner yang menarik, serta

kebudayaan yang beraneka ragam terutama kesenian sebagai ciri khas

serta sebagai simbol kebudayaan daerah salah satunya adalah kesenian

jaranan. Kesenian jaranan memang sudah dikenal banyak orang

sebagai kesenian rakyat Kediri yang keberadaannya masih eksis di

kalangan masyarakat Kediri sendiri maupun di luar Kota Kediri.

Hampir setiap desa di Kabupaten Kediri memiliki paguyuban jaranan

salah satunya adalah paguyuban kesenian jaranan Rogo Samboyo Putro

di Desa Ketami, Dusun Pesantren ,Kabupaten Kediri , Jawa Timur yang

mana paguyuban ini merupakan paguyuban jaranan yang penyajian

pertunjukan kesenian jaranannya sudah banyak diminati masyarakat


terutama masyarakat Kediri. Jaranan, Ebeg, Kuda Lumping, Jathilan

merupakan kesenian kerakyatan yang fenomenal dan sama-sama

menggunakan properti tari berbentuk kuda dari anyaman bambu.

Masyarakat Kediri terbiasa menyebutnya sebagai kesenian jaranan. Di

dalam pertunjukan kesenian jaranan selalu diawali dengan ritual

khusus sebagai pembuka dan simbol komunikasi terhadap sesuatu hal

yang tidak kasat mata sebagai sebab adanya fenomena ndadi (trance)

yang biasanya ada di dalam pertunjukan kesenian jaranan di Kediri

khususnya di Paguyuban Jaranan Rogo Samboyo Putro.

Dalam pelaksanaan ritual di pertunjukan kesenian jaranan selalu ada

pelengkap ritual atau yang biasa disebut sebagai ubo rampe atau sajen

(sesaji) yang didalamnya terdiri atas wewangian, kopi, teh, kelapa

muda, dua buah rokok, dupa, kemenyan beberapa buah-buahan

perkebunan dan bunga setaman .

Ritual dalam pertunjukan jaranan biasanya dilakukan oleh seorang

yang berumur lebih tua dibandingkan pemain jaranan yang biasa

disebut bopo jaranan atau pawang jaranan atau gambuh. Namun, tidak

memungkiri bopo jaranan juga bisa disandang oleh kaum muda. Peran

seorang bopo sangat penting dalam pertunjukan kesenian jaranan.

Ritual dalam pertunjukan jaranan juga dilakukan seorang bopo untuk

meminta perlindungan dari yang Maha Kuasa untuk memberikan

kekebalan pemain dalam melakukan atraksi yang cukup berbahaya

seperti makan beling, makan arang, makan binatang hidup maupun

binatang yang berbahaya, bergulung diatas duri, melewati api dan

sebagainya.

Penelitian ini memiliki persamaan objek penelitian dengan penelitian

yang dilakukan oleh Hesti Wijayanti dalam jurnal Harmonia tahun 2017
dengan judul "Pawang dalam Seni Pertunjukan Jaranan di Desa Sranten

Boyolali". Namun, penelitian ini memiliki perbedaan pada nama,tempat,

dan paguyuban serta penelitian yang lainnya yang dilakukan oleh

Soerjo Wido Minarto dari Universitas Negeri Malang dalam jurnal seni

nya tahun 2007 yang berjudul "JARAN KEPANG DALAM TINJAUAN

INTERAKSI SOSIAL PADA UPACARA RITUAL BERSIH DESA" . Namun,di

sini peneliti lebih menekankan pada penelitian mengenai peran seorang

bopo dalam kesenian jaranan. Peran seorang bopo jaranan dalam

pertunjukan jaranan di paguyuban kesenian jaranan Rogo Samboyo

Putro menarik untuk diulas peneliti. Maka dari itu, peneliti melakukan

sebuah penelitian yang menggunakan metode kualitatif sebagai acuan

peneliti dalam melaksanakan penelitian.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan , maka dapat

dirumuskan masalah dalam penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana peran seorang bopo jaranan dalam pertunjukan kesenian

jaranan di paguyuban jaranan Rogo Samboyo Putro Desa Ketami, Dusun

Drangin, Kabupaten Kediri, Jawa Timur?

2. Bagaimana kesenian jaranan Rogo Samboyo Putro dan pengaruh

yang diberikan seorang bopo terhadap pertunjukan kesenian jaranan di

paguyuban kesenian jaranan Rogo Samboyo Putro?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan yang akan dicapai dengan adanya penelitian ini akan

dijabarkan sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui peran Bopo jaranan dapam pertunjukan kesenian

jaranan di paguyuban jaranan Rogo Samboyo Putro Desa Ketami, Dusun

Drangin, Kabupaten Kediri, Jawa Timur?

2. Mendeskripsikan kesenian Jaranan Rogo Samboyo Putro dan

pengaruh yang diberikan seorang bopo terhadap pertunjukan kesenian

jaranan di paguyuban kesenian jaranan Rogo Samboyo Putro?

1.4 Manfaat penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Dapat mengetahui bagaimana peran seorang bopo jaranan dalam

pertunjukan kesenian jaranan di paguyuban jaranan Rogo Samboyo

Putro Desa Ketami, Dusun Drangin, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.

b. Hasil penelitian ini nantinya dapat dijadikan sebagai referensi bagi

pengembangan penelitian yang terkait dengan seni tari tradisional di

Kota Kediri pada umunya dan kesenian jaranan pada khususnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti

1. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam hal-hal

yang berkaitan dengan kesenian Jaranan di paguyuban jaranan Rogo

Samboyo Putro Desa Ketami, Dusun Drangin, Kabupaten Kediri, Jawa

Timur.
2.Mendapat pengalaman tentang cara melaksanakan suatu penelitian,

sehingga nantinya dapat melaksanakan penelitian selanjutnya lebih

baik.

b. Bagi masyarakat umum

1. Dapat memberikan dokumentasi atau rekaman tertulis mengenai

kesenian jaranan dan peran Bopo jaranan dalam pertunjukan kesenian

jaranan di paguyuban jaranan Rogo Samboyo Putro Desa Ketami, Dusun

Drangin, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.

2. Dapat memberikan informasi kepada masyarakat umum bahwa

peran Bopo jaranan dapam pertunjukan kesenian jaranan di

paguyuban jaranan Rogo Samboyo Putro Desa Ketami, Dusun Drangin,

Kabupaten Kediri, Jawa Timur sangat penting dalam pelaksanaan

pertunjukan jaranan
II.Tinjauan Pustaka, Landasan Toretis, dan Kerangka

Berpikir

Bab ini tediri atas tinjauan pustaka, landasan teoretis, dan kerangka

berpikir.

2.1 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka adalah suatu bentuk pengkajian pustaka-pustaka

terdahulu yang dianggap yang relevan dengan penelitian ini dan

dipakai sebagai bahan perbandingan bagi penelitian. Adapun pustaka

yang dipergunakan sebagai acuan dan bahan dalam penelitian ini

sebagai berikut :

Menurut Wijayanti (2017), dalam jurnal Harmonia berjudul Pawang

dalam Seni Pertunjukan Jaranan di Desa Sranten Boyolali menerangkan

bahwa

"Pawang adalah pemimpin grup kesenian kuda kepang atau


jaranan yang memimpin jalannya pentas,mengatur persiapan dan
perlengkapan pentas."

Yang mana dalam jurnal tersebut memiliki persamaan objek penelitian

dan dapat mendukung penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti

dilapangan nanti. Namun dalam kajian peneliti , lebih menekankan

pada peran seorang Bopo atau pawang dalam seni kerakyatan jaranan

Hal ini berbeda dengan Yanuari (2015) dalam jurnal Gerak Pawang

Jaran Kencak pada Hajat Khitanan di Desa Sumber Dawe Kecamatan

Maron Kabupaten Probolinggo yang dalam penelitiannya lebih merujuk

pada gerak pawang jaran Kencak yang ada di Desa Sumber Dawe yang

mana pawang yang dimaksud adalah seorang pemain atau penunggang

kuda kepang yang mana dalam jurnal tersebut dapat mendukung dalam
penelitian yang akan dilakukan peneliti di lapangan sebagai

perbandingan persepsi kata.

Dalam penelitian yang akan dilakukan , kesenian jaranan tidak lepas

dari fungsinya sebagai seni ritual . Maka ,dengan begitu menurut

Sudarsono dalam buku "Seni Pertunjukan Indonesia di Era

Globalisasi(2002:126)" menerangkan bahwa

"....seni pertunjukan ritual memiliki ciri-ciri khas, yaitu : (1)


diperlukan tempat pertunjukan yang terpilih,yang biasanya dianggap
sakral, (2) diperlukan pemilihan hari serta saat yeng terpilih yang
biasanya juga dianggap sakral,(3) diperlukan pemain yang
terpilih,biasanya mereka yang dianggap suci, atau yang telah diri
secara spiritual, (4) diperlukan seperangkat sesaji,yang kadang-kadang
sangat banyak jenis dan macamnya,(5) tujuan lebih dipentingkan
daripada penampilannya secara estetis, dan (6) diperlukan busana yang
khas."

Dalam hal ini, kesenian jaranan Rogo Samboyo Putro merupakan

kesenian kerakyatan yang dianggap sakral oleh masyarakat sekitar

sehingga dalam pelaksanaan pertunjukannya diperlukan pertimbangan

seperti pemilihan hari yang tepat, pemilihan tempat yang sesuai,

pemain yang terpilih, persiapan ritual dan sesaji, busana pelaku

kesenian jaranan di paguyuban Jaranan Roho Samboyo Putro.


2.2 Landasan Teori

Beberapa teori yang digunakan peneliti untuk mengkaji penelitiannya

adalah sebagai berikut:

2.2.1 Fungsi Ritual

Dalam penelitian yang akan dilakukan , kesenian jaranan tidak lepas

dari fungsinya sebagai seni ritual . Maka dengan begitu menurut

Sudarsono dalam buku "Seni Pertunjukan Indonesia di Era

Globalisasi(2002:126)" menerangkan bahwa

"....seni pertunjukan ritual memiliki ciri-ciri khas, yaitu : (1)


diperlukan tempat pertunjukan yan terpilih,yang biasanya dianggap
sakral, (2) diperlukan pemilihan hari serta saat yeng terpilih yang
biasanya juga dianggap sakral,(3) diperlukan pemain yang
terpilih,biasanya mereka yang dianggap suci, atau yang telah diri
secara spiritual, (4) diperlukan seperangkat sesaji,yang kadang-kadang
sangat banyak jenis dan macamnya,(5) tujuan lebih dipentingkan
daripada penampilannya secara estetis, dan (6) diperlukan busana yang
khas."

2.2.2 Pawang

Selain itu , menurut Wijayanti (2017), dalam jurnal Pawang dalam Seni

Pertunjukan Jaranan di Desa Sranten Boyolali menerangkan bahwa

"Pawang adalah pemimpin grup kesenian kuda kepang atau


jaranan yang memimpin jalannya pentas,mengatur persiapan dan
perlengkapan pentas."
2.3 Kerangka Berpikir

Bopo Jaranan

Aspek Seni Pertunjukan


Proses menjadi Bopo Fungsi Pertunjukan
Jaranan

Hiburan,ritual,mata
Syarat, ritual, sesaji
pencaharian

Sebelum pertunjukan Saat pertunjukan Sesudah pertunjukan

Iringan,trance , tata
Ritual,tokoh, rias, busana, Ritual,Gambuh, peran
properti,ritual ritual,properti, peran Bopo
Bopo

Peran Bopo Jaranan di Paguyuban Kesenian


Jaranan Desa Ketami ,Kediri ,Jawa Timur

Bagan kerangka berpikir (Ratna Dewi L. 2018)


III. Metode Penelitian

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian merupakan suatu rangkaian kegiatan manusia untuk

menemukan jawaban atau memecahkam masalah(problem) atau

sesuatu yang dipermasalahkan(problematik) yang dihadapi

berdasarkan kebenaran ilmiah (Jazuli:7.Metode Penelitian Kualitatif.

Unnes.2001)

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

Etnografis . Pendekatan etnografis berusaha meneliti suatu kelompok

kebudayaan tertentu berdasarkan pada pengamatan dan kehadiran

peneliti di lapangan dalam waktu yang

lama(https://googleweblight.com/i?

u=https://www.kompasiana.com/ilal/5-pendekatan-dalam-penelitian-

kualitatif_55300cd76ea8341e158b4581&hl=id-ID dibuka tanggal 30 Mei

2018 pukul 04.37)

Pendekatan etnografis berusaha meneliti kelompok kebudayaan

tertentu sama seperti yang akan dilakukan oleh peneliti, peneliti akan

meneliti kelompok kebudayaan jaranan Rogo Samboyo Putro,

Kabupaten Kediri.

3.2 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah terletak di

Desa Ketami ,Dusun Pesantren,Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur

3.3 Sasaran Penelirian

Sasaran penelitian yang akan diteliti adalah peran dari sosok Bopo

jaranan dalam pertunjukan kesenian jaranan di paguyuban kesenian

jaranan Rogo Samboyo Putro

3.4 Tekhnik Pengumpulan Data

Dalam memperoleh data seni dan pendidikan seni ada tiga aspek yang

mendasar dari pengalaman-pengalaman manusia yang harus

diperhatikan ,yaitu: (1) karya seni yang dicipta atau diapresiasi, (2) apa

yang diketahui oleh orang atau mereka yang terlibat dalam kegiatan

seni, (3) apa yang dilakukan mereka dalam peristiwa dan lingkungan

pada satu masa dan tempat tertentu (Rohidi:180. Metodologi Penelitian.

2011.Semarang. Cipta Prima Nusantara Semarang)

Tekhnik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah dengan cara

observasi, wawancara, dan dokumentasi. Observasi mengungkapkan

gambaran sistematis mengenai peristiwa, tingkah laku, benda atau

karya yang dihasilkan dan peralatan yang digunakan(Rohidi:181.

Metodologi Penelitian. 2011.Semarang. Cipta Prima Nusantara

Semarang).Sedangkan wawancara adalah suatu teknik yang digunakan

untuk memperoleh informasi tentang kejadian yang oleh peneliti tidak

dapat diamati sendiri secara langsung,baik karena tindakan atau

peristiwa yang terjadi di masa lampau ataupun karena peneliti tidak

boleh hadir di tempat kejadian itu(Rohidi:208. Metodologi Penelitian.

2011.Semarang. Cipta Prima Nusantara Semarang). Lantas dokumentasi


merupakan telhnik perekaman yang tercakup dalam metode

perekaman ,yang lazim digunakan untuk membantu, atau bersama-

sama, bahkan menjadi alat utama untuk mengobservasi, dalam

penelitian seni antara lain, yaitu: (1) fotografi,(2) video,(3) perekaman

audio,(4) melakar atau gambar tangan. Tekhnik perekaman ini

dipandang lebih tepat, cepat, akurat, dan realistik berkenaan dengan

fenomena yang diamati jika dibandingkan dengan mencatatnya secara

tertulis(Rohidi:194. Metodologi Penelitian. 2011.Semarang. Cipta Prima

Nusantara Semarang).

3.5 Tekhnik Analisis Data

Agar di dalam penelitian ini memperoleh hasil yang benar, data yang

diperoleh dari observasi, wawancara, dan dokumentasi kemudian

dikumpulkan menjadi satu untuk kemudian dianalis. Analisis kualitatif

dalam penelitian ini, yakni ada tiga tahap.

3.5.1 Reduksi Data

Data yang disajikan berupa gambaran kesenian jaranan Rogo Samboyo

Putro, sejarah berdirinya paguyuban jaranan Rogo Samboyo Putro,

pelaku dalam pertunjukan kesenian jaranan Rogo Samboyo Putro,

peran Bopo jaranan di paguyuban jaranan Rogo Samboyo Putro.

Peneliti melakukan seleksi terhadap data tentang kondisi fisik Desa

Ketami, Dusun Pesantren, Kabupaten Kediri yang diperoleh melalui

observasi berkaitan dengan pertunjukan kesenian jaranan Rogo

Samboyo Putro, wawancara tentang pertunjukan jaranan Rogo

Samboyo Putro sekaligus peran bopo jaranan Rogo Samboyo Putro. Lalu

pendokumentasian dari sejumlah informan maupun saat pertunjukan.


Data-data tersebut kemudian dideskripsikan dan digolongkan untuk

disajikan dalam penyajian data.

3.5.2 Penyajian Data

Data yang disajikan berupa gambaran kesenian jaranan Rogo Samboyo

Putro, sejarah berdirinya paguyuban jaranan Rogo Samboyo Putro,

pelaku dalam pertunjukan kesenian jaranan Rogo Samboyo Putro,

peran Bopo jaranan di paguyuban jaranan Rogo Samboyo Putro.

3.5.3 Tekhnik Keabsahan Data

Peneliti menggunakan tekhnik trianggulasi sebagai tekhnik mengecek

keabsahan data, yaitu dalam pengertiannya adalah tekhnik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain

dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek.


IV.PERAN BOPO JARANAN

DALAM PERTUNJUKAN KESENIAN JARANAN

ROGO SAMBOYO PUTRO DESA KETAMI,

DUSUN PESANTREN ,KABUPATEN KEDIRI, JAWA TIMUR

4.1 Gambaran Umum Desa Ketami, Dusun Pesantren, Kabupaten

Kediri , Jawa Timur

4.1.1 Lokasi dan Keadaan Geografis

Peneliti melakukan penelitian di Desa Ketami, Dusun Drangin ,

Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur yang merupakan tempat

paguyuban jaranan Rogo Samboyo Putro. Desa Ketami merupakan desa

yang jauh dengan kota , perjalanan dari Kecamatan Gurah cukup dekat.

Jalan menuju paguyubannya sudah beraspal dan selama perjalanan

akan disiguhi pemandangan alam sawah dan kebun.

4.1.2 Kondisi Fisik Wilayah Penelitian

Desa Ketami merupakan desa yang jauh dengan kota , perjalanan dari

Kecamatan Gurah cukup dekat. Jalan menuju paguyubannya sudah

beraspal dan selama perjalanan akan disiguhi pemandangan alam

sawah dan kebun.

4.1.3 Data Kependudukan

Jumlah penduduk Desa Ketami mayoritas adalah penduduk usia

produktif.
Pelaku pertunjukan kesenian jaranan kebanyakan dilakukan oleh

orang-orang usia produktif (masih muda) . Mereka menjadi pelaku

kesenian jaranan kebanyakan untuk menghibur diri dan sebagai mata

pencaharian sekaligus pelestari kebudayaan.

Menurut Koenjaraningrat dalam Mujianto:4.Pengantar Ilmu

Budaya.2010 ,budaya adalah keseluruhan sistem gagasan tindakan hasil

karya manusia dengan cara belajar. Dalam pengalaman dan proses

belajar ,manusia memperoleh serangkaian pengetahuan mengenai

simbol-simbol. Simbol adalah segala sesuatu (benda,peristiwa,perilaku

atau tindakan manusia, ucapan) yang telah ditempeli sesuatu arti

tertentu menurut kebudayaan yang bersangkutan.Di setiap daerah

memiliki kebudayaannya sendiri sebagai suatu ciri yang menonjolkan

ke-khas-an daerahnya masing-masing terutama dalam hal kesenian

yang salah satunya ada di daerah Kediri. Hal ini sesuai dengan unsur-

unsur kebudayaan menurut Koenjaraningrat dalam Jazuli:17. Diktat

Teori Kebudayaan.2001,yaitu ada tujuh sebagai berikut :

1)bahasa,2)sistem teknologi,3)sistem mata pencaharian hidup, dan

ekonomi, 4)organisasi sosial,5) sistem pengetahuan ,6)religi, 7)kesenian.

Kediri atau Kota Tahu Kuning merupakan salah satu kota di Jawa Timur

yang memiliki beragam tempat wisata dan kuliner yang menarik, serta

kebudayaan yang beraneka ragam terutama kesenian sebagai ciri khas

serta sebagai simbol kebudayaan daerah salah satunya adalah kesenian

jaranan. Kesenian jaranan memang sudah dikenal banyak orang

sebagai kesenian rakyat Kediri yang keberadaannya masih eksis di

kalangan masyarakat Kediri sendiri maupun di luar Kota Kediri.

Hampir setiap desa di Kabupaten Kediri memiliki paguyuban jaranan

salah satunya adalah paguyuban kesenian jaranan Rogo Samboyo Putro


di Desa Ketami, Dusun Pesantren ,Kabupaten Kediri , Jawa Timur yang

mana paguyuban ini merupakan paguyuban jaranan yang penyajian

pertunjukan kesenian jaranannya sudah banyak diminati masyarakat

terutama masyarakat Kediri. Jaranan, Ebeg, Kuda Lumping, Jathilan

merupakan kesenian kerakyatan yang fenomenal dan sama-sama

menggunakan properti tari berbentuk kuda dari anyaman bambu.

Masyarakat Kediri terbiasa menyebutnya sebagai kesenian jaranan. Di

dalam pertunjukan kesenian jaranan selalu diawali dengan ritual

khusus sebagai pembuka dan simbol komunikasi terhadap sesuatu hal

yang tidak kasat mata sebagai sebab adanya fenomena ndadi (trance)

yang biasanya ada di dalam pertunjukan kesenian jaranan di Kediri

khususnya di Paguyuban Jaranan Rogo Samboyo Putro.

Dalam pelaksanaan ritual di pertunjukan kesenian jaranan selalu ada

pelengkap ritual atau yang biasa disebut sebagai ubo rampe atau sajen

(sesaji) yang didalamnya terdiri atas wewangian, kopi, teh, kelapa

muda, dua buah rokok, dupa, kemenyan beberapa buah-buahan

perkebunan dan bunga setaman .

Ritual dalam pertunjukan jaranan biasanya dilakukan oleh seorang

yang berumur lebih tua dibandingkan pemain jaranan yang biasa

disebut bopo jaranan atau pawang jaranan atau gambuh. Namun, tidak

memungkiri bopo jaranan juga bisa disandang oleh kaum muda. Peran

seorang bopo sangat penting dalam pertunjukan kesenian jaranan.

Ritual dalam pertunjukan jaranan juga dilakukan seorang bopo untuk

meminta perlindungan dari yang Maha Kuasa untuk memberikan

kekebalan pemain dalam melakukan atraksi yang cukup berbahaya

seperti makan beling, makan arang, makan binatang hidup maupun

binatang yang berbahaya, bergulung diatas duri, melewati api dan

sebagainya.
Penelitian ini memiliki persamaan objek penelitian dengan penelitian

yang dilakukan oleh Hesti Wijayanti dalam jurnal Harmonia tahun 2017

dengan judul "Pawang dalam Seni Pertunjukan Jaranan di Desa Sranten

Boyolali". Namun, penelitian ini memiliki perbedaan pada nama,tempat,

dan paguyuban serta penelitian yang lainnya yang dilakukan oleh

Soerjo Wido Minarto dari Universitas Negeri Malang dalam jurnal seni

nya tahun 2007 yang berjudul "JARAN KEPANG DALAM TINJAUAN

INTERAKSI SOSIAL PADA UPACARA RITUAL BERSIH DESA" . Namun,di

sini peneliti lebih menekankan pada penelitian mengenai peran seorang

bopo dalam kesenian jaranan.


V. PENUTUP

5.1 SIMPULAN

Ritual dalam pertunjukan jaranan biasanya dilakukan oleh seorang

yang berumur lebih tua dibandingkan pemain jaranan yang biasa

disebut bopo jaranan atau pawang jaranan atau gambuh. Namun, tidak

memungkiri bopo jaranan juga bisa disandang oleh kaum muda. Peran

seorang bopo sangat penting dalam pertunjukan kesenian jaranan.

5.2 SARAN

Untuk pelaku kesenian jaranan sebaiknya menjadikan kesenian jaranan

sebagai wadah pelestari kebudayaan dan bukan dijadikan sebagai

wadah pamer belaka.


DAFTAR PUSTAKA

Jazuli, 2001. Diktat Teori Kebudayaan. Semarang: Unnes Press.

Soedarsono, 2002. Seni Pertunjukan Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Rohidi, Tjetjep Rohendi. 2011. Metodologi Penelitian. Semarang. Cipta

Prima Nusantara Semarang.

Wijayanti, Hesti. 2017. " Pawang dalam Seni Pertunjukan Jaranan di

Desa Sranten Boyolali". Harmonia. Journal Of Arts and Educations.

Anda mungkin juga menyukai