Hlm
BAB 1 : PENDAHULUAN
1.5 Luaran.......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
2
BAB 1
PENDAHULUAN
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana interaksi simbolik
kesenian jaran kepang “Gagak Mataram” sebagai wujud rasa syukur masyarakat dusun
Lamukgunung ?
4
1.3 Tujuan Penelitian
Dengan pertimbangan dan penganalisaan, adapun tujuan dari penelitian ini adalah ;
Untuk memberikan gambaran tentang interaksi simbolik kesenian jaran kepang “Gagak
Mataram” dalam tradisi Nyadran di masyarakat Dusun Lamukgunung.
1.4 Luaran
a. Laporan Kemajuan
b. Laporan Akhir
c. Artikel Ilmiah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi
pembaca serta peneliti, selanjutnya yang membutuhkan informasi mengenai proses dan
bentuk Interaksi Simbolik pertunjukan Kesenian Jaran Kepang Gagak Mataram Dusun
Lamukgunung Desa Legoksari Kecamatan Tlogomulyo Temanggung dalam tradisi Nyadran.
5
BAB 2
Berdasarkan hasil penelitian yang ada, peneliti ini mempunyai persamaan dan
perbedaan dengan peneliti sebelumnya. Pertama, penelitian yang Noor Haliemah dan Rama
Kertamukti (2017) dengan judul “INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM
MEMAKNAI KESENIAN JATHILAN”. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan
bagaimana interaksi simbolis masyarakat dalam memaknai kesenian jathilan di Padukuhan
Mendak Desa Girisekar, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul. Objek penelitian
ini adalah kelompok kesenian Jathilan bernama Sekar Manunggal Mudho. Kesenian Jathilan
bagi masyarakat Padukuhan Mendak adalah salah satu aktivitas kemasyarakatan yang penuh
dengan makna simbolik. Setiap individu tentunya memiliki identitasidentitas dalam karakter
pribadinya. Bagi para pelaku kesenian Jathilan di Padukuhan Mendak, memungkinkan
mereka untuk dapat berinteraksi baik antar anggota kelompok kesenian Jathilan maupun
dengan masyarakat sekitar sehingga kelompok Jathilan tersebut masih bias bertahan hingga
kini dan hidup beriringan dengan masyarakat. Persamaan dari penelitian ini sama-sama
meneliti tentang interaksi. Perbedaan dari penelitian ini yang membedakan antara lain
interaksi sosial dan interaksi simbolik.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Evi Dian Utami (2016) dengan judul
“KAJIAN INTERAKSI SIMBOLIK PERTUNJUKAN KESENIAN JARAN KEPANG
SETYO LANGEN BUDI UTOMO DUSUN SURUHAN DESA KEJI KECAMATAN
UNGARAN BARAT SEMARANG”. Penelitian ini bertujuan untuk Mendeskripsikan bentuk
pertunjukan kesenian Jaran Kepang (2) Memahami proses terjadinya Interaksi Simbolik (3)
Mengetahui bentuk interaksi simbolik. Persamaan penelitian ini sama-sama meneliti tentang
interaksi simbolik dengan objek yang sama yaitu tentang kesenian. Perbedaan penelitian ini
anatara lain peneliti ini meneliti tentang interaksi simbolik penari dengan penari, penari
dengan pemusik, penari dengan penonton, penonton dengan pemusik, dan penonton dengan
penonton sedang kajian dalam penelitian ini adalah interaksi simbol kesenian jaran kepang
“Gagak Mataram” dalam tradisi Nyadran.
Interaksi adalah istilah dan garapan sosiologi, sementara simbolik merupakan garapan
komunikologo atau ilmu komunikasi. Seperti yang sedikit dijelaskan di atas bahwa teori
interaksionisme merupakan salah satu teori yang banyak digunakan dalam penelitian
sosiologi, makna sosial diperoleh melalui proses interpretasi dan komunikasi terhadap
simbol-simbol di lingkungan sekitar. Dasar dari teori interaksionisme simbolik adalah teori
behaviorisme sosial, yakni memusatkan diri sendiri pada interaksi alami yang terjadi antara
individu dalam masyarakat dan sebaliknya, masyarakat dan individu. Interaksi yang muncul
6
berkembang lewat simbol-simbol yang diciptakan, meliputi gerak tubuh, suara, gerak fisik,
ekspresi hingga dilakukan dengan sadar.
Pada simbol-simbol yang dihasilkan oleh masyarakat mengandung makna yang bisa
dimengerti oleh orang lain, Herbert menyebut gerak tubuh sebagai simbol signifikan
sementara gerak tubuh mengacu pada tiap tindakan yang memiliki makna. Makna yang ada
ditanggapi oleh orang lain dan memantulkannya lagi sehingga terjadi adanya interaksi.
Manusia berkomunikasi melalui simbol-simbol tertentu dalam berinteraksi. Teori interaksi
simbolis menjelaskan komunikasi tersebut berpusat pada hubungan simbol verbal dan non-
verbal yang dilakukan oleh orang lain. Teori ini merupakan bagian ilmu sosiologi yang
diciptakan oleh George Herbert Mead dan menjadi bagian dari ilmu komunikasi sejak awal
abad ke-19. Dikutip dari Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi (2000) karya
Richard West & Lynn H. Turner, teori interaksi simbolis didasarkan pada ide-ide mengenai
diri dan hubungannya dengan masyarakat. Teori interaksi simbolik memiliki tiga tema utama,
yaitu:
7
Masyarakat merupakan jaringan hubungan sosial manusia menciptakan dan
menanggapi masyarakat. Setiap individu terlibat dalam perilaku yang dipilih secara
aktif dan sukarela oleh diri sendiri. Kemudian pilihan itu menjadi penentuan peran di
tengah masyarakat. Orang-orang termotivasi untuk bertindak berdasarkan pada
makna yang mereka berikan pada orang lain, benda, dan peristiwa. Makna ini dibuat
dalam bahasa yang digunakan orang baik dalam berkomunikasi dengan orang lain,
bicara diri sendiri, atau pikiran pribadi mereka sendiri.
Kajian tentang simbol yang terdapat dalam pertunjukan kesenian jaran kepang
“Gagak Mataram” akan dianalisis menurut teori semiotika Charles S Peirce. Semiotika adalah
studi mengenai tanda (signs) dan simbol yang merupakan tradisi penting dalam pemikiran
tradisi komunikasi. Tradisi semiotika mencakup teori utama mengenai bagaimana tanda
mewakili objek, ide, situasi, keadaan, perasaan, dan sebagainya yang berada di luar diri.
Teori Peirce mengemukakan teori segitiga makna yaitu sign (tanda), object (objek), dan
interpretant (penafsir). (Maydi,2018 hlm.1239) Dalam penelitian ini memilih menggunakan
Peirce, karena dalam proses menginterpretasikan objek penelitian ini melibatkan analisis dari
penafsir.
Peirce membedakan tipe-tipe tanda menjadi ikon (icon), indeks (index), dan lambing
(symbol) yang didasarkan atas relasi diantara representamen dan objeknya, dapat diuraikan
sebagai berikut: (1) Icon: sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang serupa
dengan bentuk objeknya (terlihat pada gambar atau lukisan); (2) Index: sesuatu yang
melaksanakan fungsi sebagai penanda yang mengisyaratkan petandanya; dan (3) Symbol:
sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang oleh kaidah secara konvensi telah
lazim digunakan dalam masyarakat (Sobur, dalam Mudjiyanto, 2013 hlm 75).
Setelah dilakukan penelitian terhadap seni jaran kepang “Gagak Mataram” ini
ternyata banyak simbol-simbol yang terdapat di dalamnya untuk digali maknanya agar bisa
dijadikan sebuah papakem dalam kehidupan bermasyarakat. Penekanan yang utama adalah
pada makna simbolis, bentuk simbolis ini merupakan ungkapan perasaan yang dalam.
Lahirnya bentuk-bentuk simbolis ini adalah manifestasi religius dari suatu masyarakat, tetapi
makna simbolis yang dikandungnya mungkin berbeda dengan masyarakat lainnya (Saragi,
2018 hlm 164). Simbol-simbol tersebut akan dujelaskan di bawah ini diantaranya :
a. Sesajen
1. Dupa
8
Makna Denotasi dupa berdasarkan referensi ialah sebagai salah satu benda yang dapat
mengusir hawa negatif atau hal hal yang bersifat jahat bagi kepercayaan mereka.
Makna Konotasi pada dupa ialah bermakna sebagai yang menguhubungkan atau
mengantarkan doa dimana ketenangan doa doa tersebut dihantarkan melalui
keharuman dupa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Lilin
3. Bunga Setaman
Sebagai penghantar doa kepada yang maha kuasa meminta permohonan selain itu
bunga setaman juga sebagai bentuk untuk mewakili pengharapan agar kita senantiasa
mendapatkan keharuman para leluhur.
4. Telor Ayam Kampung
Sebagai 2 sisi kehidupan manusia dimana tampak didalamnya ada putih ada kuning
makna dalam sesajen, agar kita mensyukuri dua sisi kehidupan dan asal muasal diri
manusia. Kemudian makna konotasi pada telur ayam kampung ialah menggambarkan
sifat nafsu didalam diri manusia. melambangkan asal mula kehidupan yang selalu
berasa dari dua sisi yang berlainan seperti warna telur kuning dan putih, di antaranya
laki-perempuan, siang dan malam, dll. hanya telur ayam kampung yang dipakai
sebagai makna dari kealamiahan atau naturalness dari sajen yang digunakan.
5. Cok Bakal
6. Jenang Merah dan Jenang Putih
Jenang merah dan Jenang putih ialah umbo rampe yang selalu digunakan oleh orang
jawa, jenang merah merupakan umbo rampe yang terbuat dari beras dan diberi sedikit
garam yang melambangkan sebagai penghormatan dan harapan kepada orang tua atau
leluhurnya. Jenang merah umbo rampe yang terbuat dari beras dan di bumbui sedikit
garam dan dicampur dengan gula jawa sehingga bewarna merah yang melambangkan
sebagai penghormatan dan permohonan kepada orang tua agar diberi doa restu.
7. Kelapa Muda
Kelapa muda merupakan isian sesajenjaran kepang, air kelapa muda bermakna
kesucian, dalam bahasa Jawa disebut cengkir, “cengkir” diambil dari “kencenging
pikir” artinya tekad yang sudah bulat. Dan makna konotasi pada kelapa muda adalah
bermaknakan sebagai harapan untuk memiliki niat dan tekad dalam mencapai sesuatu.
8. Ketupat
Makna ketupat sebagi isian sesajen berdasarkan referensi ialah mencerminkan
beragam kesalahan manusia hal ini terlihat dari rumitnya bungkusan ketupat.
9. Air Kembang
Makna denotasi pada air kembang ialah air kembang berisikan mewakili kembang 7
rupa yaitu bunga melati putih, bunga kantil, bunga mawar merah atau putih, kenanga
sedap malam berwarna putih, kenanga muda atau hijau, kamboja merah muda, dan
bunga kupu kupu berwarna ungu yang harum. Dikenal umum banyak harapan para
leluhur dan biasa digunakan untuk pensucian namun pada ritual kuda lumping
digunakan sebagai simbol keselamatan para pemain. Kemudian makna konotasi yang
terdapat pada air kembang ialah bermakna sebagai air yang digunakan untuk
mesucikan diri bagi orang jawa, tetapi dalam kesenian jaran kepang air kembang
9
dapat dipercaya memberikan keselamatan kepada pemain agar dalam melakukan
atraksi kuda lumping diberikan keselamatan oleh para leluhur.
b.
10
BAB 3
METODE PENELITIAN
Dalam mendapatkan data, terdapat beberapa teknik pengumpulan data yang dilakukan
yaitu dengan dua cara, yaitu teknik pengumpulan data primer dan teknik pengumpulan data
sekunder.
1) Observasi
2) Wawancara
Dengan tatap muka dan melakukan proses tanya jawab kepada beberapa narasumber yang
sudah ditentukan berdasarkan hasil observasi dan sesuai dengan bidang masing-masing.
Survei literatur, merupakan penelaahan yang bersumber pada buku, jurnal, dokumen
kebijakan yang berhubungan dengan kesenian.
11
BAB 4
3 Transportasi lokal
Jumlah
12
DAFTAR PUSTAKA
13
LAMPIRAN
1. Biodata Ketua
A. Identitas Diri
2. Biodata Anggota 1
A. Identitas Diri
3. Biodata Anggota 2
A. Identitas Diri
4. Biodata Anggota 3
A. Identitas Diri
B. Riwayat Pendidikan
15
C. Rekam Jejak Tri Dharma PT
C.1. Pendidikan/Pengajaran
C.2. Penelitian
16