Anda di halaman 1dari 16

DAFTAR ISI

Hlm

DAFTAR ISI …………………………………………................................

BAB 1 : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………….

1.2 Perumusan Masalah ………………………………………………….....

1.3 Tujuan Penelitian

1.4 Keutamaan Penelitian…………………………………………………..

1.5 Luaran.......................................................................................................

1.6 Manfaat Penelitian....................................................................................

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 : METODE PENELITIAN

BAB 4 : BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

4.1 Anggaran Biaya.........................................................................................

4.2 Jadwal Kegiatan........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pembimbing

Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan

Lampiran 3. Susunan Tim Pengusul dan Pembagian Tugas

Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Tim Pengusul

DAFTAR TABEL

4.1 Ringkasan Anggaran Biaya PKM-RSH

4.2 Jadwal Kegiatan PKM-RSH


DAFTAR GAMBAR

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunitas jaran kepang “Gagak Mataram” berada di Dusun Lamukgunung tepatnya


di Desa Legoksari, Kecamatan Tlogomulyo, Kabupaten Temanggung di Provinsi Jawa
Tengah. Di daerah Lamukgunung ini ada suatu pesta adat yang disebut dengan Nyadran.
Nyadran adalah tradisi budaya Jawa yang dilakukan oleh masyarakat untuk menghormati
leluhur. Masyarakat di Dusun Lamukgunung tersebut umumnya bermata pencaharian sebagai
petani dengan komoditas unggulan yaitu tembakau.selain tembakau juga ada komoditas
lainya seperti kopi,jagung,cabai,bawang putih,bawang merah & tanaman lainnya. Nyadran
juga menjadi momen untuk berkumpul bersama keluarga dan sanak saudara yang bertujuan
untuk mempererat tali silaturahmi. Tradisi ini biasanya dilakukan pada hari-hari tertentu
dalam kalender Jawa, seperti pada bulan Ruwah atau pada bulan Suro. Nyadran di Dusun
Lamukgunung sendiri ada 2, yaitu Nyadran Lepen dan Nyadran Leluhur. Nyadran Lepen
adalah bentuk wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah air yang diberikan,
sedangkan Nyadran Leluhur adalah bentuk penghormatan bagi arwah para leluhur warga
Dusun Lamukgunung.
Di dalam rangkaian Nyadran Lepen ada kirab sesaji dan kesenian yang arak-arakan
dari dusun ke sumber air. Isi sesaji diantaranya ada kemenyan, cambah, petek, sego bakar,
jenang abang putih, jenang blohok, sego kapuroto, dan lain-lain. Ada juga tumpeng yang
berisi hasil bumi yang ada di dusun Lamukgunung. Kirab kesenian menampilkan kesenian
yang ada di dusun Lamukgunung diantaranya jaran kepang, jathilan, angguk, topeng ireng,
angklung, reog, dan lain sebagainya. Di hari yang sama dilanjutkan dengan pagelaran
wayang kulit dengan lakon Rama Tambak yang maknanya berhubungan dengan air dan lakon
Wahyu Kamulyan yang maknanya berhubungan dengan wahyu, tujuannya adalah agar
masyarakat selalu mendapatkan kebahagiaan. Pada hari selanjutnya diadakan pentas tari
Lengger yang merupakan kesenian asli Banyumas berupa tari tradisional yang dimainkan
oleh 2 sampai 4 orang pria serupa wanita yang didandani dengan pakaian khas. Kesenian
lengger Banyumasan ini diiringi oleh musik calung, gamelan yang terbuat dari bambu.
Selanjutnya diadakan acara gebyar kesenian diantaranya : tari kontemporer, tari rampak
terbang, tari topeng ireng, tari angklung, jaran kepang “Wahyu Turonggo Panuntun”, dan
jaran kepang “Gagak Mataram” yang diwakili oleh per-RT (Rukun Tetangga). Selanjutnya
2 hari berturut-turut ditampilkan kesenian jaran kepang “Gagak Mataram” dengan
mengundang tamu komunitas/paguyuban “Ngesti Budoyo Jragan” yang menampilkan
kesenian Reog Ponorogo dan “Bayu Putro Lestari” dengan kesenian jaran kepang.
Kesenian jaran kepang “Gagak Mataram” menjadi salah satu suguhan utama dalam
tradisi Nyadran dusun Lamukgunung. Kesenian ini sangat melekat di kehidupan masyarakat
sekitar, bisa dibilang kesenian jaran kepang mengalir di darah para pemain maupun
masyarakat dusun Lamukgunung. “Gagak Mataram” menjadi salah satu kelompok cikal
bakal jaran kepang di kabupaten Temanggung. Sekitar tahun 1970-an ada Inspeksi Daerah
Kebudayaan yang memasukkan Jaran Kepang Temanggung ke dalamnya dan pada saat itu
3
juga nama “Gagak Mataram” diresmikan. Sebelum tahun 1970, nama “Gagak Mataram”
sudah ada namun belum ter-cover kelompok. Nama “Gagak Mataram” sendiri berasal dari 2
kata yaitu “Gagak” yang memiliki makna hitam, abadi, dan terbang melanglang buana.
Sedangkan “Mataram” berasal dari kerajaan Mataram dimana dahulu kala dusun
Lamukgunung menjadi salah satu tempat pemeliharaan kuda kerajaan Mataram.
Kesenian jaran kepang berfungsi sebagai media komunikasi, sehingga suatu bentuk
kesenian yang akan lahir, berkembang serta tumbuh berdasar suasana maupun keadaan
penduduk dimana kesenian tersebut menampakkan eksistensinya, dan sanggup bertahan
dalam pergantian jaman sekaligus menumbuhkan jiwa tertentu dalam istilah lain disebut
elastisitas seni. Selama sejarah kehidupan manusia, seni senantiasa hadir sebagai faktor
kebudayaan yang bernilai. Hal ini dikarenakan seni mempunyai daya ekspresi sehingga dapat
merefleksikan secara simbolik kehidupan batiniah. Seni dalam hal ini bisa dimaksud atau
ditafsirkan sebagai media komunikasi untuk berekspresi, mengantarkan pesan, kesan serta
asumsi manusia terhadap stimulasi dari lingkungan (Turniadi, 2017:3). Salah satu kesenian
tradisional yang menarik yaitu kuda lumping. Kuda lumping merupakan kesenian yang sudah
tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia secara luas, karena keunikan yang terdapat pada
pakaian serta properti yang dipentaskan pada kesenian ini.
Jaran kepang adalah salah satu dari aset budaya milik masyarakat Indonesia. Bangsa
Indonesia dengan budaya yang berbeda dan memiliki budaya yang beragam, seni tradisional
kuda lumping yang unik dan istimewa yang memiliki daya tarik potensial. Salah satu
fenomena yang menarik dibalik kesenian kuda lumping adalah pertunujukan kesenian ini
yang banyak mengandung unsur magis. Kesenian ini terdiri dari kombinasi dari alat musik
tiup, gong kendang dan trompet, sedangkam lagu pengiringnya adalah lagulagu sinden jawa.
Selain mengandung unsur hiburan dan juga religi, kesenian tradisional jaran kepang ini juga
seringkali juga mengandung unsur ritual. Biasanya sebelum pertunjukan dimulai pada
umumnya seorang pawang jaran kepang akan melakukan ritual untuk berdoa dan memohon
agar kelancaran pada melaksanakan kesenian kuda lumping. Ritual yang dilakukan tidak
luput dari adanya sesajen yang dihidangkan (Susanti, 2018:2).
Kesenian jaran kepang merupakan pertunjukan seni yang berbau magis dengan
sesajen sebagai pelengkapnya, sesajen termasuk juga kedalam salah satu interaksi simbolik,
dengan berisikan bermacam-macam materi di dalamnya. Hal tersebut tentunya memiliki
simbol yang menjadi perwakilan dan komunikasi individu yang menggunakannya. Menurut
teori interaksi simbolik kehidupan sosial pada dasarnya merupakan interaksi manusia yang
memakai simbol-simbol, mereka tertarik pada cara manusia memakai simbolsimbol yang
merepresentasikan apa yang mereka makasud untuk berinteraksi dengan sesamanya.

1.2 Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana interaksi simbolik
kesenian jaran kepang “Gagak Mataram” sebagai wujud rasa syukur masyarakat dusun
Lamukgunung ?

4
1.3 Tujuan Penelitian

Dengan pertimbangan dan penganalisaan, adapun tujuan dari penelitian ini adalah ;
Untuk memberikan gambaran tentang interaksi simbolik kesenian jaran kepang “Gagak
Mataram” dalam tradisi Nyadran di masyarakat Dusun Lamukgunung.

1.4 Luaran

Luaran yang diharapkan dari penelitian ini yaitu :

a. Laporan Kemajuan
b. Laporan Akhir
c. Artikel Ilmiah

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi
pembaca serta peneliti, selanjutnya yang membutuhkan informasi mengenai proses dan
bentuk Interaksi Simbolik pertunjukan Kesenian Jaran Kepang Gagak Mataram Dusun
Lamukgunung Desa Legoksari Kecamatan Tlogomulyo Temanggung dalam tradisi Nyadran.

5
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS

2.1 TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan hasil penelitian yang ada, peneliti ini mempunyai persamaan dan
perbedaan dengan peneliti sebelumnya. Pertama, penelitian yang Noor Haliemah dan Rama
Kertamukti (2017) dengan judul “INTERAKSI SIMBOLIS MASYARAKAT DALAM
MEMAKNAI KESENIAN JATHILAN”. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan
bagaimana interaksi simbolis masyarakat dalam memaknai kesenian jathilan di Padukuhan
Mendak Desa Girisekar, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul. Objek penelitian
ini adalah kelompok kesenian Jathilan bernama Sekar Manunggal Mudho. Kesenian Jathilan
bagi masyarakat Padukuhan Mendak adalah salah satu aktivitas kemasyarakatan yang penuh
dengan makna simbolik. Setiap individu tentunya memiliki identitasidentitas dalam karakter
pribadinya. Bagi para pelaku kesenian Jathilan di Padukuhan Mendak, memungkinkan
mereka untuk dapat berinteraksi baik antar anggota kelompok kesenian Jathilan maupun
dengan masyarakat sekitar sehingga kelompok Jathilan tersebut masih bias bertahan hingga
kini dan hidup beriringan dengan masyarakat. Persamaan dari penelitian ini sama-sama
meneliti tentang interaksi. Perbedaan dari penelitian ini yang membedakan antara lain
interaksi sosial dan interaksi simbolik.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Evi Dian Utami (2016) dengan judul
“KAJIAN INTERAKSI SIMBOLIK PERTUNJUKAN KESENIAN JARAN KEPANG
SETYO LANGEN BUDI UTOMO DUSUN SURUHAN DESA KEJI KECAMATAN
UNGARAN BARAT SEMARANG”. Penelitian ini bertujuan untuk Mendeskripsikan bentuk
pertunjukan kesenian Jaran Kepang (2) Memahami proses terjadinya Interaksi Simbolik (3)
Mengetahui bentuk interaksi simbolik. Persamaan penelitian ini sama-sama meneliti tentang
interaksi simbolik dengan objek yang sama yaitu tentang kesenian. Perbedaan penelitian ini
anatara lain peneliti ini meneliti tentang interaksi simbolik penari dengan penari, penari
dengan pemusik, penari dengan penonton, penonton dengan pemusik, dan penonton dengan
penonton sedang kajian dalam penelitian ini adalah interaksi simbol kesenian jaran kepang
“Gagak Mataram” dalam tradisi Nyadran.

2.2 LANDASAN TEORETIS

2.2.1 Interaksi Simbolik

Interaksi adalah istilah dan garapan sosiologi, sementara simbolik merupakan garapan
komunikologo atau ilmu komunikasi. Seperti yang sedikit dijelaskan di atas bahwa teori
interaksionisme merupakan salah satu teori yang banyak digunakan dalam penelitian
sosiologi, makna sosial diperoleh melalui proses interpretasi dan komunikasi terhadap
simbol-simbol di lingkungan sekitar. Dasar dari teori interaksionisme simbolik adalah teori
behaviorisme sosial, yakni memusatkan diri sendiri pada interaksi alami yang terjadi antara
individu dalam masyarakat dan sebaliknya, masyarakat dan individu. Interaksi yang muncul

6
berkembang lewat simbol-simbol yang diciptakan, meliputi gerak tubuh, suara, gerak fisik,
ekspresi hingga dilakukan dengan sadar.
Pada simbol-simbol yang dihasilkan oleh masyarakat mengandung makna yang bisa
dimengerti oleh orang lain, Herbert menyebut gerak tubuh sebagai simbol signifikan
sementara gerak tubuh mengacu pada tiap tindakan yang memiliki makna. Makna yang ada
ditanggapi oleh orang lain dan memantulkannya lagi sehingga terjadi adanya interaksi.
Manusia berkomunikasi melalui simbol-simbol tertentu dalam berinteraksi. Teori interaksi
simbolis menjelaskan komunikasi tersebut berpusat pada hubungan simbol verbal dan non-
verbal yang dilakukan oleh orang lain. Teori ini merupakan bagian ilmu sosiologi yang
diciptakan oleh George Herbert Mead dan menjadi bagian dari ilmu komunikasi sejak awal
abad ke-19. Dikutip dari Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi (2000) karya
Richard West & Lynn H. Turner, teori interaksi simbolis didasarkan pada ide-ide mengenai
diri dan hubungannya dengan masyarakat. Teori interaksi simbolik memiliki tiga tema utama,
yaitu:

1. Pentingnya makna bagi perilaku manusia


2. Pentingnya konsep diri
3. Hubungan antara individu dan masyarakat

Asumsi Teori Interaksi Simbolis


Dikutip dari buku Symbolic Interactionism (1979) oleh Joel M Charon, teori interaksi
simbolis memiliki asumsi-asumsi, di antaranya:
1. Manusia berinteraksi dengan orang lain atas dasar makna yang orang lain miliki
2. Makna tercipta saat berinteraksi dengan orang lain
3. Makna dimodifikasi melalui proses penafsiran
4. Manusia mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain
5. Konsep diri memberikan motif penting untuk perilaku
6. Masyarakat terpengaruh oleh proses budaya dan sosial

Konsep Interaksi Simbolis


Terdapat tiga konsep penting dalam interaksi simbolis, yakni :
1. Pikiran
Pikiran menjadi kemampuan untuk menggunakna simbol-simbol dengan makna sosial
umum. Pikiran tidak dapat dipahami sebagai proses yang terpisah dalam komunikasi
sosial. Terdapat dua fase, yaitu percakapan gerakan dan bahasa. Setiap invidiu harus
mengembangkan pikiran mereka melalui interaksi dengan individu lainnya.
2. Diri
Diri menjadi kemampuan dalam membayangkan bagaiman kita melihat ke orang lain.
Artinya bagaimana kita merefleksikan orang lain dari penilaian pendapat orang lain.
Teori interaksi simbolik menjadi salah satu cabang teori sosiologi yang mengutarakan
tentang diri sendiri dan lingkungan sekitarnya.
3. Masyarakat

7
Masyarakat merupakan jaringan hubungan sosial manusia menciptakan dan
menanggapi masyarakat. Setiap individu terlibat dalam perilaku yang dipilih secara
aktif dan sukarela oleh diri sendiri. Kemudian pilihan itu menjadi penentuan peran di
tengah masyarakat. Orang-orang termotivasi untuk bertindak berdasarkan pada
makna yang mereka berikan pada orang lain, benda, dan peristiwa. Makna ini dibuat
dalam bahasa yang digunakan orang baik dalam berkomunikasi dengan orang lain,
bicara diri sendiri, atau pikiran pribadi mereka sendiri.

2.2.2 Proses dan Bentuk Komunikasi

Kajian tentang simbol yang terdapat dalam pertunjukan kesenian jaran kepang
“Gagak Mataram” akan dianalisis menurut teori semiotika Charles S Peirce. Semiotika adalah
studi mengenai tanda (signs) dan simbol yang merupakan tradisi penting dalam pemikiran
tradisi komunikasi. Tradisi semiotika mencakup teori utama mengenai bagaimana tanda
mewakili objek, ide, situasi, keadaan, perasaan, dan sebagainya yang berada di luar diri.
Teori Peirce mengemukakan teori segitiga makna yaitu sign (tanda), object (objek), dan
interpretant (penafsir). (Maydi,2018 hlm.1239) Dalam penelitian ini memilih menggunakan
Peirce, karena dalam proses menginterpretasikan objek penelitian ini melibatkan analisis dari
penafsir.
Peirce membedakan tipe-tipe tanda menjadi ikon (icon), indeks (index), dan lambing
(symbol) yang didasarkan atas relasi diantara representamen dan objeknya, dapat diuraikan
sebagai berikut: (1) Icon: sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang serupa
dengan bentuk objeknya (terlihat pada gambar atau lukisan); (2) Index: sesuatu yang
melaksanakan fungsi sebagai penanda yang mengisyaratkan petandanya; dan (3) Symbol:
sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang oleh kaidah secara konvensi telah
lazim digunakan dalam masyarakat (Sobur, dalam Mudjiyanto, 2013 hlm 75).
Setelah dilakukan penelitian terhadap seni jaran kepang “Gagak Mataram” ini
ternyata banyak simbol-simbol yang terdapat di dalamnya untuk digali maknanya agar bisa
dijadikan sebuah papakem dalam kehidupan bermasyarakat. Penekanan yang utama adalah
pada makna simbolis, bentuk simbolis ini merupakan ungkapan perasaan yang dalam.
Lahirnya bentuk-bentuk simbolis ini adalah manifestasi religius dari suatu masyarakat, tetapi
makna simbolis yang dikandungnya mungkin berbeda dengan masyarakat lainnya (Saragi,
2018 hlm 164). Simbol-simbol tersebut akan dujelaskan di bawah ini diantaranya :

a. Sesajen

Sesajen dalam kesenian tradisional jaran kepang dimaknai sebagai persembahan


kepada leluhur-leluhur sebagai ungkapan rasa syukur sebagai manusia, budaya yang harus
dilestarikan dan nilai spiritual karena dan dipercaya sebagai bentuk persembahan kepada
leluhur-leluhur. Beberapa isi sesajen dalam kesenian jaran kepang “Gagak Mataram”
diantaranya :

1. Dupa

8
Makna Denotasi dupa berdasarkan referensi ialah sebagai salah satu benda yang dapat
mengusir hawa negatif atau hal hal yang bersifat jahat bagi kepercayaan mereka.
Makna Konotasi pada dupa ialah bermakna sebagai yang menguhubungkan atau
mengantarkan doa dimana ketenangan doa doa tersebut dihantarkan melalui
keharuman dupa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Lilin
3. Bunga Setaman
Sebagai penghantar doa kepada yang maha kuasa meminta permohonan selain itu
bunga setaman juga sebagai bentuk untuk mewakili pengharapan agar kita senantiasa
mendapatkan keharuman para leluhur.
4. Telor Ayam Kampung
Sebagai 2 sisi kehidupan manusia dimana tampak didalamnya ada putih ada kuning
makna dalam sesajen, agar kita mensyukuri dua sisi kehidupan dan asal muasal diri
manusia. Kemudian makna konotasi pada telur ayam kampung ialah menggambarkan
sifat nafsu didalam diri manusia. melambangkan asal mula kehidupan yang selalu
berasa dari dua sisi yang berlainan seperti warna telur kuning dan putih, di antaranya
laki-perempuan, siang dan malam, dll. hanya telur ayam kampung yang dipakai
sebagai makna dari kealamiahan atau naturalness dari sajen yang digunakan.
5. Cok Bakal
6. Jenang Merah dan Jenang Putih
Jenang merah dan Jenang putih ialah umbo rampe yang selalu digunakan oleh orang
jawa, jenang merah merupakan umbo rampe yang terbuat dari beras dan diberi sedikit
garam yang melambangkan sebagai penghormatan dan harapan kepada orang tua atau
leluhurnya. Jenang merah umbo rampe yang terbuat dari beras dan di bumbui sedikit
garam dan dicampur dengan gula jawa sehingga bewarna merah yang melambangkan
sebagai penghormatan dan permohonan kepada orang tua agar diberi doa restu.
7. Kelapa Muda
Kelapa muda merupakan isian sesajenjaran kepang, air kelapa muda bermakna
kesucian, dalam bahasa Jawa disebut cengkir, “cengkir” diambil dari “kencenging
pikir” artinya tekad yang sudah bulat. Dan makna konotasi pada kelapa muda adalah
bermaknakan sebagai harapan untuk memiliki niat dan tekad dalam mencapai sesuatu.
8. Ketupat
Makna ketupat sebagi isian sesajen berdasarkan referensi ialah mencerminkan
beragam kesalahan manusia hal ini terlihat dari rumitnya bungkusan ketupat.
9. Air Kembang
Makna denotasi pada air kembang ialah air kembang berisikan mewakili kembang 7
rupa yaitu bunga melati putih, bunga kantil, bunga mawar merah atau putih, kenanga
sedap malam berwarna putih, kenanga muda atau hijau, kamboja merah muda, dan
bunga kupu kupu berwarna ungu yang harum. Dikenal umum banyak harapan para
leluhur dan biasa digunakan untuk pensucian namun pada ritual kuda lumping
digunakan sebagai simbol keselamatan para pemain. Kemudian makna konotasi yang
terdapat pada air kembang ialah bermakna sebagai air yang digunakan untuk
mesucikan diri bagi orang jawa, tetapi dalam kesenian jaran kepang air kembang
9
dapat dipercaya memberikan keselamatan kepada pemain agar dalam melakukan
atraksi kuda lumping diberikan keselamatan oleh para leluhur.

b.

10
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Tahapan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah


penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik, serta
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2010 : 6).

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di Dusun Lamukgunung, Desa Legoksari, Kecamatan


Tlogomulyo, Kabupaten Temanggung.

3.3 Teknik Pengumpulan data

Dalam mendapatkan data, terdapat beberapa teknik pengumpulan data yang dilakukan
yaitu dengan dua cara, yaitu teknik pengumpulan data primer dan teknik pengumpulan data
sekunder.

a. Teknik Pengumpulan Data Primer

1) Observasi

Pengamatan langsung di wilayah dusun Lamukgunung dengan menggunakan format yang


disusun berdasarkan item-item tentang t

2) Wawancara

Dengan tatap muka dan melakukan proses tanya jawab kepada beberapa narasumber yang
sudah ditentukan berdasarkan hasil observasi dan sesuai dengan bidang masing-masing.

b. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Survei literatur, merupakan penelaahan yang bersumber pada buku, jurnal, dokumen
kebijakan yang berhubungan dengan kesenian.

3.4 Teknik Penentuan Informan

Pemilihan informan dilakukan secara purposive sampling. Teknik purposive sampling


digunakan untuk mengarahkan pengumpulan data sesuai dengan kebutuhan melalui
penyeleksian informan yang menguasai permasalahan secara mendalam serta dapat dipercaya
untuk menjadi sumber data. Dalam penelitian ini sebagai informan adalah pengurus dan salah
satu pemain jaran kepang ”Gagak Mataram”.

11
BAB 4

BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Anggaran Biaya

No Jenis Pengeluaran Sumber Dana Besaran Dana (Rp)


1

3 Transportasi lokal

4 Biaya komunikasi, biaya publikasi


media sosial, biaya adsense media
sosial
Jumlah
Rekap Sumber Dana

Jumlah

4.2 Jadwal Kegiatan

12
DAFTAR PUSTAKA

13
LAMPIRAN

Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pembimbing

1. Biodata Ketua
A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap Mega Normawati Putri


2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi Ilmu Komunikasi
4 NIM 30122009
5 Tempat dan Tanggal Lahir Kendal, 22 Agustus 1999
6 Alamat E-mail megap4881@gmail.com
7 Nomor Telepon/HP 08816571487

B. Kegiatan Kemahasiswaan Yang Sedang/Pernah Diikuti

No Jenis Kegiatan Status Dalam Waktu dan Tempat


Kegiatan
1 BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa)
2 Kampus Mengajar 26 Februari – 16
Juni 2024

2. Biodata Anggota 1
A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap Esha Nurrania


2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi Ilmu Komunikasi
4 NIM 30122006
5 Tempat dan Tanggal Lahir Kendal, 22 Agustus 1999
6 Alamat E-mail megap4881@gmail.com
7 Nomor Telepon/HP 08816571487

B. Kegiatan Kemahasiswaan Yang Sedang/Pernah Diikuti

No Jenis Kegiatan Status Dalam Waktu dan Tempat


Kegiatan
1 BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa)
2 Kampus Mengajar

3. Biodata Anggota 2
A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap Ahmad Sobirin


2 Jenis Kelamin Laki-laki
3 Program Studi Ilmu Komunikasi
4 NIM 30122003
14
5 Tempat dan Tanggal Lahir Kendal, 22 Agustus 1999
6 Alamat E-mail megap4881@gmail.com
7 Nomor Telepon/HP 08816571487

B. Kegiatan Kemahasiswaan Yang Sedang/Pernah Diikuti

No Jenis Kegiatan Status Dalam Waktu dan Tempat


Kegiatan
1 BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa)
2 Kampus Mengajar

4. Biodata Anggota 3
A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap Mukhammad Faqieh


Maulana
2 Jenis Kelamin Laki-laki
3 Program Studi Ilmu Komunikasi
4 NIM 30122010
5 Tempat dan Tanggal Lahir Kendal,
6 Alamat E-mail megap4881@gmail.com
7 Nomor Telepon/HP 08816571487

B. Kegiatan Kemahasiswaan Yang Sedang/Pernah Diikuti

No Jenis Kegiatan Status Dalam Waktu dan Tempat


Kegiatan
1 BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa)
2 Kampus Mengajar

5. Biodata Dosen Pembimbing


A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap Miandhani Denniz Yuniar


S.I.Kom., M.I.Kom.
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi
4 NIDN
5 Tempat dan Tanggal Lahir
6 Alamat E-mail
7 Nomor Telepon/HP

B. Riwayat Pendidikan

Gelar Akademik Sarjana S2/Magister

15
C. Rekam Jejak Tri Dharma PT

C.1. Pendidikan/Pengajaran

No Nama Mata Kuliah Wajib/Pilihan SKS


1
2

C.2. Penelitian

No Judul Penelitian Penyandang Tahun


Dana
1
2

C.3. Pengabdian Kepada Masyarakat

No Judul Pengabdian kepada Masyarakat Penyandang Tahun


Dana
1
2

Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan

Lampiran 3. Susunan Tim Pengusul dan Pembagian Tugas

Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Tim Pengusul

16

Anda mungkin juga menyukai