Anda di halaman 1dari 8

MAKNA SIMBOLIK TRADISI BAKAYU DAN MANGAMPIANG DI NAGARI


BATIPUAH ATEH KECAMATAN BATIPUAH KABUPATEN TANAH DATAR
PROVINSI SUMATRA BARAT”

Nama : ILHAM UTAMA YAZID

No.BP : 1710113118

Kelas : 3.14

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ANDALAS

2019
2. Abstrak 3. Daftar Isi
 4. Kata Pengantar 5. Pendahuluan
Suatu kebudayaan tidak pernah lepas Sumatera Barat.
dari konteks kehidupan masyarakat, karena Pelaksanaan upacara kematian yang
kebudayaan merupakan produk manusia telah menjadi tradisi dan masih
sebagai individu dan kelompok dalam dipertahankan oleh masyarakat Nagari
kehidupan masyarakat. Batipuah Ateh adalah ”bakayu dan
Konsep kebudayaan dapat mangampiang”. Pada tradisi bakayu dan
ditemukan pada masyarakat perkotaan mangampiang ini ada aspek fisik dan
maupun masyarakat perdesaan. sosial yang masyarakat lakukan. Aspek
Kebudayaan leluhur yang turun-temurun fisik yang dilakukan sebelum tradisi
memiliki nilai yang sangat tinggi dalam bakayu dan mangampiang dilaksanakan,
kehidupan kita, karena kebudayaan yang masyarakat tentu akan beramai-ramai
diturunkan harus dapat dikembangkan dari datang ke rumah duka untuk mencari
tahun ketahun agar tidak punah. informasi dan membantu persiapan acara
Tradisi merupakan suatu kebiasaan pemakaman orang meninggal tersebut.
yang telah dilakukan sejak lama dan Setelah proses pemakaman selesai maka
menjadi bagian dari kehidupan suatu esok harinya orang akan datang untuk
kelompok masyarakat, biasanya dari suatu bakayu dan mengampiang. Masyarakat
negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang hadir pada tradisi ini datang tanpa
yang sama. Hal yang paling mendasar dari diundang dan kedatangannya bersifat suka
tradisi adalah adanya informasi yang rela.
diteruskan dari generasi ke generasi baik Dari pandangan peneliti kebanyakan
tertulis maupun lisan, karena tanpa adanya saat ini para pelaku takziah bakayu dan
ini suatu tradisi dapat punah. mangampiang ini tidak memahami betul
Masyarakat Minangkabau memiliki seperti apa makna dan tujuan tradisi
sebuah tradisi kematian, tradisi ini sudah bakayu dan mangampiang tersebut. Pada
menjadi bagian di dalam kehidupan tradisi bakayu ini terdapat berbagai
seharihari masyarakat, karena telah simbol-simbol yang mempunyai makna
diwariskan tertentu. Sistem simbol dan makna tersebut
turun temurun oleh nenek moyang mereka kemudian diaplikasikan melalui interaksi
kepada generasi berikutnya. Salah satu simbolik.
contoh masyarakat Minangkabau yang Dimana proses interaksi simbolik
masih mempertahankan tradisi nenek tersebut melibatkan interaksi manusia
moyang mereka adalah masyarakat Nagari dengan menggunakan simbol-simbol.
Batipuah Ateh, Kecamatan Batipuah, Manusia dalam interaksi simbolik
Kabupaten Tanah Datar, Provinsi menggunakan simbol-simbol untuk
mempresentasikan apa yang dimaksud dengan kegiatan manyiriah saja. Dengan
kepada sesamanya dan berpengaruh pula JOM FISIP Vol 6: Edisi II Juli – Desember
terhadap penafsiran simbol-simbol dalam 2019 Page 3
interaksi sosial (Mulyana, 2010:71). demikian maka penggunaan teori interaksi
Beberapa gambaran mengenai simbolik herbert blumer sangat pas.
simbol yang peneliti lihat saat observasi Karena dengan interaksi orang akan
adalah manyiriah rokok (memberikan belajar memahami simbol-simbol, dan
rokok) dari masyarakat pihak laki-laki dan dalam suatu tindakan orang tersebut akan
diberikan kepada anak atau ahli waris yang belajar menggunakannya sehingga mampu
telah meninggal. Yang mana membawa memahami peranan aktor atau orang
dan memberikan rokok adalah suatu lainnya .
keharusan, baik yang merokok ataupun Blumer mengatakan bahwa manusia
yang tidak merokok. Dan masyarakat yang mengalami proses self-indication, yaitu
datang menggunakan kopiah (peci sebuah proses komunikasi yang sedang
nasional) dan sarung yang berwarna gelap, berjalan di mana individu mengetahui
sarung tersebut disandang dibahu atau di sesuatu, menilainya, memberikan makna,
pegang saja. dan memutuskan untuk bertindak
Berhubung saat ini masyarakat sudah berdasarkan makna tersebut. Proses self
jarang menggunakan kayu sebagai bahan indication ini terjadi dalam konteks sosial
bakar untuk memasak dikarenakan di mana individu mencoba mengantisipasi
kemajuan teknologi masyarakat telah tindakan-tindakan orang lain dan
menggunakan kompor gas. Maka tradisi menyesuaikan tindakannya sebagaimana
Bakayu dan Mangampiang jarang dia menafsirkan tindakan itu. Berdasarkan
dilakukan lagi dan hanya di praktekkan latar belakang di atas, peneliti tertarik
pada rumah orang yang tidak untuk mengangkat topik penelitian
menggunakan kompor gas saja, dan mengenai : “Makna Simbolik Tradisi
kegiatan Bakayu dan Mangampiang cukup Bakayu dan Mangampiang di Nagari
dapat terlihat secara fisik yang dapat
6. Latar Belakang berupa benda. Objek fisik dalam Bakayu
7. Rumusan Masalah dan Mangampiang meliputi benda-benda
    8. Tujuan Pembahasan perlengkapan Bakayu dan Mangampiang.
   9. Isi Hal tersebut merupakan komponen fisik
Makna Situasi Simbolik Tradisi Bakayu yang penting dalam Bakayu dan
Dan Mangampiang Mangampiang di Nagari Batipuah Ateh
Aspek Fisik Tradisi Bakayu Dan Kecamatan Batipuah Kabupaten Tanah
Mangampiang Datar. Semua objek fisik merupakan
Aspek fisik merupakan objek yang simbol-simbol yang terhubung langsung
dengan pelaku Bakayu dan Mangampiang. yang terbuat dari daun anau. Kampia
Simbol dan makna dari benda-benda memiliki banyak fungsi sesuai dengan
perlengkapan Bakayu dan Mangampiang jenis upacara adat yang dilaksanakan, yaitu
dapat dideskripsikan sebagai berikut : sebagai wadah untuk membawa peralatan
Carano, Carano adalah benda yang upacara adat, seperti siriah, pinang, sadah,
berbentuk dulang berkaki dari kuningan. gambir, tembakau, beras, labo dan lainlain.
Keberadaan carano memiliki makna Dalam upacara adat kematian kampia
khusus dalam upacara adat, baik dari segi digunakan untuk membawa beras bagi
keindahan bentuk maupun motif-motif kaum perempuan yang datang untuk
ukirannya. Sejak dahulu hingga sekarang melaksanakan prosesi Mangampiang ke
bentuk carano tidak pernah berubah dan rumah duka. Orang yang membawa beras
begitu juga dengan motif-motif stilasi flora menggunakan kampia dalam prosesi
dan fauna serta ukiran-ukiran yang sama Mangampiang merupakan masyarakat
JOM FISIP Vol 6: Edisi II Juli – Desember biasa yang bukan kerabat keluarga yang
2019 Page 8 berduka.
seperti ukiran pada rumah gadang. Bangkiah, Bangkiah merupakan
Pemakaian carano berfungsi sebagai anyaman dari rotan yang berbentuk seperti
lambang persembahan untuk memberikan ember. Sama halnya dengan kampia,
kehormatan kepada pelaku Bakayu dan bangkiah juga memiliki banyak fungsi
sebagai alat komunikasi dengan tamu-tamu sesuai dengan jenis upacara adat yang
yang datang dalam upacara adat kematian. dilaksanakan. Dalam upacara adat
Dulamak, Dulamak merupakan kematian fungsi bangkiah sama dengan
bagian dari kelengkapan carano. Dulamak kampia yaitu sebagai wadah untuk
berbentuk kain segiempat yang berbahan membawa beras ke rumah duka, namun di
dasar beludru, dihiasi dengan cermin bulat dalam bangkiah tidak hanya berisi beras
yang ditempel dipermukaan kain tersebut. tapi juga berisi kelapa tua. Masyarakat
Dulamak berfungsi sebagai kain penutup yang datang ke rumah duka membawa
carano. Sebagai sebuah kelengkapan beras dengan menggunakan bangkiah,
carano, dulamak juga memiliki makna maka mereka merupakan kerabat dekat
estetis. Dulamak merupakan simbol dari yang memiliki hubungan tali darah dengan
perwujudan kehalusan budi dalam pihak yang berduka.
berkomunikasi, bahwa sesuatu yang Lasuang dan Alu, Lasuang (Lesung)
penting dan rahasia dalam berbagai dan alu adalah alat tradisional yang
masalah hendaklah ditutup agar tidak digunakan oleh masyarakat Indonesia
mendatangkan hal-hal yang merugikan dan untuk pengolahan padi. Lasuang berbentuk
terlalu berlebihan. wadah cekung, biasanya terbuat dari kayu
Kampia, Kampia adalah tas rajut besar yang dibuang bagian dalamnya
sehingga terbentuk cekungan, namun ada tradisi Bakayu dan Mangampiang. Pada
juga yang terbuat dari batu. Sedangkan alu dahulunya saat prosesi tradisi Bakayu dan
adalah tongkat tebal yang terbuat dari Mangampiang para pelaku harus
batang kayu. Dalam upacara adat menggunakan pakaian adat Minangkabau.
kematian, lasuang dan alu digunakan untuk JOM FISIP Vol 6: Edisi II Juli – Desember
menumbuk beras ketan (Mangampiang). 2019 Page 9
Beras ketan dimasukkan kedalam lubang Namun seiring perkembangan zaman,
lasuang dan ditumbuk berulang-ulang karena jenis pakaian tersebut sudah jarang
dengan alu, kegiatan ini dilakukan secara diproduksi lagi, maka diperbolehkan
bergantian oleh kaum perempuan yang memakai bahan baju kurung dari jenis
datang kerumah duka. Hal ini bahan yang bervariasi namun tetap
memperlihatkan bahwa setiap kaum merujuk pada unsur atau ciri khas budaya
perempuan yang datang ke rumah duka Minangkabau.
menunjukkan rasa simpati dan empati Aspek Sosial Bakayu dan Mangampiang
kepada keluarga yang berduka. Aspek sosial adalah perilaku serta
Rokok, dalam kegiatan Bakayu dan tindakan yang dilakukan orang untuk
Mangampiang rokok memiliki fungsi memberi arti dalam berkomunikasi dengan
sebagai alat komunikasi masyarakat orang lain. Minta Karilaan (Permintaaan
Minangkabau. Rokok wajib digunakan Maaf), Pada pelaksanaan bakayu di
pada upacara Bakayu yang disebut dengan halaman rumah seseorang pihak yang
kegiatan manyiriah rokok yaitu sebuah berduka biasanya oleh datuk/kepala dari
tradisi adat yang dijadikan sebagai bentuk suku yang berduka, beliau menyampaikan
bertakziah ke rumah duka bagi kaum permintaan maaf yang disampaikan kepada
lakilaki. Tujuannya sebagai ungkapan turut orang yang datang/pelaku bakayu.
berduka dan memperlihatkan diri atas Sambah Kato (pasambahan, Sambah kato
kedatangannya. Pakaian, Pakaian yang (pasambahan) adalah salah satu jenis
digunakan dalam tradisi Bakayu dan sastra lisan Minangkabau. Sastra lisan ini
Mangampiang merupakan pakaian yang digunakan oleh masyarakat Minangkabau
sopan dan berdasarkan syari’at Islam dakam acara perkawinan, kematian dan
sesuai dengan falsafah budaya acara adat lainnya. Pasambahan
Minangkabau yang dikenal dengan menggunakan bahasa yang halus dan
ungkapan “Adat Basandi Syarak, Syarak sangat puitis yang berbeda dengan bahasa
Basandi Kitabullah”. sehari-hari masyarakat Minangkabau.
Untuk para pemuka adat seperti Kepuitisan itu ditandai oleh banyaknya
pangulu pucuak dan pangulu andiko ungkapan, kiasan, serta susunan kalimat
mereka memiliki pakaian tambahan yaitu yang teratur sehinggaa bila diucapkan
jas, sebagai bentuk pembeda dalam prosesi terdengar berirama dan merdu.
Nilai-Nilai Dalam Tradisi Bakayu dan Nilai-Nilai Sosial
Mangampiang Pelaksanaan upacara adat
Nilai-Nilai Agama merupakan salah satu kesempatan
Dalam pepatah Minangkabau berkumpulnya anggota kerabat keluarga
mengatakan adat basandi syarak syarak maupun masyarakat setempat.
basandi kitabullah, yang artinya adat yang Berkumpulnya kerabat dan masyarakat
didasarkan/ditopang oleh syariat agama dapat menjalin silaturrahmi. Tradisi
Islam yang syariat tersebut berdasarkan Bakayu dan Mangampiang merupakan
pula pada Al-Qur’an dan Hadist (Latief, salah satu upacara adat kematian sehingga
2002:27). Dalam hal ini bakayu dan pelaksanaannya dapat menciptakan dan
mangampiang adalah suatu adat istiadat di menjalin silaturrahmi bagi para tokoh dan
Nagari Batipuah Ateh yang harus pelakunya serta seluruh lapisan sosial
dilaksanakan karena membantu sesama masyarakat setempat yang ikut serta
anggota masyarakat adalah suatu bentuk melaksanakannya.
solidaritas dalam menghadapi musibah.
simbolik yang terdapat pada tradisi
10. Kesimpulan Bakayu dan Mangampiang
disosialisasikan kepada generasi
11. Saran muda dan semua kalangan
1. Dalam menghadapi perubahan masyarakat agar mereka dapat
karena tergerus kemajuan teknologi memahaminya, sehingga tradisi ini
peneliti berharap agar tradisi ini tetep terus berjalan dan tidak kehilangan
dilangsungkan agar tradisi Bakayu maknanya
dan Mangampiang ini tidak hilang
secara perlahan. 12. Penutup
2. Harapan peneliti agar nilai-nilai
Simpulan ini dilakukan masyarakat untuk
Berdasarkan uraian dari hasil menolong dan meringankan beban
penelitian yang penulis teliti dan penulis yang sedang dialami oleh pihak
uraikan sebelumnya, maka penulis dapat keluarga. Kegiatan ini dimaknai
merumuskan kesimpulan dalam penelitian sebagai kegiatan gotong royong dan
ini sebagai berikut: saling tolong menolong. Sedangkan
1. Tradisi Bakayu memiliki makna mangampiang memiliki makna
menebang pohon untuk membantu menumbuk beras ketan yang sudah
kayu bakar dan keperluan dapur pihak disediakan oleh pihak keluarga duka
keluarga setelah ditinggalkan oleh dengan menggunakan alu. Lalu
salah satu anggota keluarganya. Hal diberikan parutan kelapa dan gula aren
yang sudah dilelehkan. Kegiatan ini 2. Nilai-nilai yang terkandung dalam
dimaknai untuk membantu dan tradisi Bakayu dan Mangampiang
meringankan beban keluarga yang adalah Nilai Agama yang dapat
ditinggalkan. Hal ini juga dilakukan diambil dalam upacara kematian
untuk sebagai bentuk duka cita kepada adalah mengingatkan semua manusia
pihak keluarga karena mereka datang bahwa adanya hubungan yang erat
secara bersama-sama. Secara antara seorang hamba dengan sang
keseluruhan makna dari tradisi Bakayu penciptanya dan keyakinan bahwa
dan Mangampiang adalah semua makhluk hidup akan
memperkokoh hubungan silaturahmi mengalami kematian. Sedangkan nilai
antar sesama anak nagari antara sosial dapat dilihat dari nilai
mamak dengan kemenakan, antara solidaritas, nilai kekeluargaan, dan
ipar dengan besan, seperti kata nilai gotong royong. Hal ini dapat
JOM FISIP Vol 6: Edisi II Juli – Desember dilihat dari kehadiran berbagai lapisan
2019 Page 10 masyarakat yang datang melayat dan
pepatah hidup bakorong bakampuang ikut membantu secara spontanitas
artinya memperlihatkan kebersamaan mempersiapkan segala sesuatu untuk
dan kekompakan sesama anak nagari pelaksanaan upacara kematian
dengan istilah muko nan sabak hati tersebut.
nan luko.
13. Daftar Pustaka
2011, Teori Komunikasi, Antropologi I. Jakarta : Universitas
Pusbangdik Universitas Riau, Pekanbaru. Indonesia.
_____________. 2008. Metodologi Kriyantono, Rachmat. 2010. Teknis
Penelitian Kualitatif : Paradigma Praktis Riset Komunikasi : Disertai
Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Contoh Praktis Riset Media, Public
Sosial Lainnya. Bandung : Remaja Relations, Advertising, Komunikasi
Rosdakarya. Organisasi, Komunikasi
Azrial, Yulfian. 1995. Budaya Alam Pemasaran. Jakarta : Kencana.
Minangkabau untuk kelas III SMP. Kuswarno, Engkus. 2009. Metodologi
Padang : Angkasa Raya. Penelitian Fenomenologi:
Bungin, Burhan. 2011. Penelitian Konsepsi, Pedoman, Dan Contoh
Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Penelitian Fenomena Pengemis
Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Kota Bandung. Bandung: Widya
Lainnya. Jakarta : Prenada Media Padjajaran.
Grup. Latief, 2002, Etnis Dan Adat Minangkabau
Koentjaraningrat. 1980. Sejarah Teori Permasalahan Dan Hari
Kedepannya, Bandung : Angkasa. Pekanbaru.
Liliweri, Alo. 2002. Makna Budaya dalam Skripsi dan acuan lainnya :
Komunikasi Antarbudaya. Ade Syaputra. 2018. Makna Simbolik
Yogyakarta : LKIS. Prosesi Makan Bajamba dalam
Mulyana, Deddy & Solatun. 2013. Baralek Adat Minangkabau di
Metodologi Penelitian Komunikasi. Kecamatan Baso Kabupaten
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Agam Provinsi Sumatra Barat.
Mulyana, Deddy& Jalaluddin Rakhmat. Skripsi tidak dipublikasikan.
2011. Komunikasi Antar Budaya : FISIP. Universitas Riau.
Panduan BerkomunikasI Dengan Fanggi, Thobias. 2016. Studi Tentang
Orang-Orang Berbeda Budaya. Nilai – Nilai Sosial Budaya dalam
Bandung : PT. Remaja Undang (Haep) pada Upacara
Rosdakarya. Kematian. Jurnal Ilmiah
Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Pendidikan Pancasila dan
Suatu Pengantar. Bandung : PT. Kewarganegaraan. Th : 1. No : 2
Remaja Rosdakarya. Hasil Anggaran Dasar/Anggaran Rumah
Narwoko, J. Dwi & Suyanto. 2004. Tangga Kerapatan Adat Nagari
Sosiologi Teks Pengantar Dan (KAN) Nagari Batipuah Ateh
Terapan. Jakarta:Kencana Media Kecamatan Batipuh Kabupaten
Group. Tanah Datar Tahun 2016.
Pawito. 2008. Penelitian Komunikasi Diterbitkan sendiri.
Kualitatif. Yogyakarta : PT LKIS Pelangi Monografi Adat Nagari Batipuah Ateh,
Aksara. Revitalisasi Dan Aktualisasi
JOM FISIP Vol 6: Edisi II Juli – Desember Budaya Lokal, Nagari Batipuah
2019 Page 11 Ateh Kecamatan Batipuh
Sobur, A. (2009). Psikologi Umum. Kabupaten Tanah Datar.
Bandung: Pustaka Setia. Diterbitkan sendiri.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Orandi Saputra. 2018. Makna Simbol
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung Atribut FPI Dikalangan Anggota
: Alfabeta. Organisasi Masyarakat Front
Umiarso& Elbadiansyah. 2014. Interaksi Pembela Islam Di Kota
Simbolik : Dari Era Klasik Hingga Pekanbaru. Skripsi tidak
Modern. Jakarta. PT. Rajagrafindo dipublikasikan. FISIP. Universitas
Persada. Riau.
Yasir, 2009, Pengantar Ilmu Komunikasi, Rofina Istiqamah Nasution. 2016. Makna
Pusbangdik Universitas Riau, Simbolik Tradisi Upah-Upah

Anda mungkin juga menyukai