Anda di halaman 1dari 6

TEKS PUISI MINANGKABAU

Sekolah : SMP Negeri 3 Pariaman


Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Minangkabau
Kelas / Semester : VII / 2
Jumlah JP : 2 x 40 menit

A. KOMPETENSI INTI / KOMPETENSI DASAR

KI 3 KI 4

Memahami pengetahuan (faktual, Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah


konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa konkret (menggunakan, mengurai, merangkai,
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan
kejadian tampak mata mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah
dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori

KD 3.7 KD 4.7

Menelaah struktur dan kebahasaan teks Menyajikan gagasan kreatif dalam bentuk (narasi,
kultural tentang ritus Minangkabau (narasi, deskripsi, ekposisi) tentang ritus Minangkabau secara
deskripsi, ekposisi) yang dibaca dan lisan dan tulis dengan memperhatikan struktur dan
didengar jenis paragraph Bahasa Minangkabau yang baik

B. POKOK MATERI
1. Pengertian Ritus
2. Jenis Ritus
3. Unsur dan Komponen Ritus
4. Fungsi Ritus
5. Contoh Ritus di Pariaman
6. Dialektika Ritus-ritus di Pariaman

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa mampu menjelaskan apa yang dimaksud dengan Ritus
2. Siswa mampu menjelaskan jenis-jenis Ritus
3. Siswa mampu menjelaskan Unsur-unsur Ritus
4. Siswa mampu menjelaskan Unsur-unsur Ritus
5. Siswa mampu menyatakan contoh-contoh ritus di Pariaman
6. Siswa mampu menjelaskan Ritus menurut Pandangan Islam di Pariaman

D. URAIAN MATERI
RITUS-RITUS DI PARIAMAN
1. Pengertian
Upacara adat adalah salah satu tradisi masyarakat tradisional yang sebagai usaha
manusia untuk dapat berhubungan dengan arwah para leluhur, juga merupakan perwujudan
kemampuan manusia untuk menyesuaikan diri secara aktif terhadap alam atau lingkungannya
dalam arti luas. Upacara adat erat kaitannya dengan ritual-ritual keagamaan atau disebut juga
dengan ritus.
Berikut pengertian ritus menurut beberapa sumber :
a. KBBI : ritus/ri·tus/ n tata cara dalam upacara keagamaan
b. Wikipedia : Ritus adalah suatu tindakan, biasanya dalam bidang keagamaan, yang bersifat
seremonial dan tertata.
c. Ritual keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat berdasarkan kepercayaan yang dianut
oleh masyarakatnya, kepercayaan seperti inilah yang mendorong manusia untuk
melakukan berbagai perbuatan atau tindakan yang bertujuan mencari hubungan dengan
dunia gaib penguasa alam melalui ritual-ritual, baik ritual keagamaan (religious
ceremonies) maupun ritual-ritual adat lainnya yang dirasakan oleh masyarakat sebagai
saat-saat genting, yang bisa membawa bahaya gaib, kesengsaraan dan penyakit kepada
manusia maupun tanaman (Koentjaraningrat, 1985: 243-246).
Ritus di Minangkabau, khususnya di Pariaman jumlahnya cukup banyak, baik yang
murni bersumber dari keairfan lokal maupun dari ajaran Islam, Thariqat, sisa-sisa animisme,
dinamisme dan hindu-budha.
2. Jenis-jenis Ritus
Ritus terbagi menjadi tiga golongan besar:
a. Ritus peralihan, umumnya mengubah status sosial seseorang, misalnya aqiqah, turun
mandi, khitan. Khatam quran, pernikahan, dan kematian.
b. Ritus peribadatan, di mana suatu komunitas berhimpun bersama-sama untuk beribadah,
misalnya shalat, mandoa, haji, ratik tolak bala, perigatan hari besar Islam, dll
c. Ritus devosi pribadi, di mana seseorang melakukan ibadah pribadi, seperti shalat,
berdoa, erdzikir, ziarah, Haji, dll
Dalam versi yang tidak jauh beda ada juga ahli yang membagi ritus menjadi beberapa jenis
yaitu:
Pertama, ritus krisis hidup ialah ritusritus yang diadakan untuk mengiringi krisis-krisis hidup
yang dialami manusia. mengalami krisis, karena ia beralih dari satu tahapan ke tahapan
berikutnya. Ritus ini meliputi kelahiran, pubertas, perkawinan, dan kematian. Ritus-ritus ini
tidak hanya berpusat pada individu, melainkan juga tanda adanya perubahan dalam relasi
sosial diantara orang yang berhubungan dengan mereka, dengan ikatan darah, perkawinan,
kontrol sosial dan sebagainya.
Kedua, ritus gangguan. Pada ritus gangguan ini masyarakat menghubungkan nasib sial dalam
berburu, ketidak teraturan reproduksi pada para wanita dan lain sebagainya dengan tindakan
roh orang yang mati. Roh para leluhur yang menggangu orang sehingga mengakibatkan nasib
sial atau buruk.
3. Fungsi Ritus Secara Umum
Ritus mempunyai beberapa peranan antara lain:
a. Ritus dapat menghilangkan koflik.
b. Ritus dapat membatasi perpecahan dan membangun solidaritas masyarakat.
c. Ritus mempersatukan dua prinsip yang bertentangan.
d. Ritus memberikan kekuatan dan motivasi baru untuk hidup dalam masyarakat sehari-hari.
Secara khusus di Minangkabau ritus berfungsi sebagai
a. Menjaga hubungan antara sesama manusia maupun dengan alam (ghaib)
b. Memuliakan atau mengangkat derjat seseorang karena jabatan maupun jasa-jasanya.
c. Penerapan syariat Islam
d. Perhelatan sekaligus pemberitahuan kepada orang banyak tentang suatu peristiwa penting.
e. Tolak bala sekaligus memohon keberkahan dan keselamatan
1. Prestise

4. Unsur dan Komponen Ritus


Unsur dan komponen yaitu: waktu, tempat, alat-alat upacara, serta orang-orang yang
menjalankan upacara
5. Ritus-ritus di Pariaman
a. Pengaruh Hindu-Budha
Dinamika, migrasi dan merantau etnik Minangkabau terkait dengan keterbukaan
masyarakatnya dari pengaruh-pengaruh yang datang. Hal ini tercermin dalam ungkapan
“sakali aie gadang sakali tapian barubah. Keterbukaan ini jadi modal tumbuhnya kebudayaan
Minangkabau serta kemampuan menyesuaikan diri dalam keadaan dan dimana pun mereka
berada, dima bumi dipijak, disinan langik dijunjuang..
Karakter terbuka dan mudah menerima pengaruh luar ini pun tergambar dari berbagai ritual
yang ada di Minangkabau. Ritual-ritual keagamaan di Minangkabau, dan lebih khusus di
Pariaman, tidak lepas dari sejarah asal usul Minangkabau sebelum Islam. Dilihat beberapa
kajian Sejarah Minangkabau sebelum Islam banyak diwariskan dengan lisan sehingga
beberapa fakta sejarah menjadi kabur, termasuk pengaruh Hindu yang diduga bersamaan
dengan pengaruh India ke wilayah Nusantara sekitar abad ke 4 -6.

Pengaruh hindu-budha dapat dilihat melalui beberapa simbol-simbol dan fenomena-fenomena


budaya dan realitas-realitas yang ada saat ini, diantaranya:

- banyaknya peninggalan berupa candi dan prasasti,


- kampung tua yang bernama “Pariangan” diduga berasal dari kata “Parahiyangan”, artinya
kampung para dewa atau tempat Kahiyangan, dewa bersemayam,
- tradisi penggunaan “kumayan” dalam acara mandoa,
- tradisi balimau menyerupai tradisi mandi mensucikan diri umat hindu di Sungai Gangga,
- bakaua dan tulak bala adalah tradisi memberikan sesajen kepada roh halus / penguasa
ghaib pada tempat yang dianggap keramat,
- bangunan surau dan masjid bertingkat-tingkat/berundak-berundak seperti pura,
- tradisi pasca kematian manigo hari, manujuah hari, sampai manyaratuih hari,
- isitilah “nagari” dan “biaro” yang diduga kuat dari bahahasa India,
- dan lain-lain yang sudah menjadi bagian dari kebudayaan Minangkabau.
b. Pengaruh Islam
Penyebutan nama bulan dalam masyarakat tradisi pariaman juga terhitung dua belas,
dimulai dari bulan sura, bulan sapa, bulan muluik, bulan adiak muluk, bulan adiak muluik
kaduo, bulan caghai, bulan sambagheh, bulan lamang, bulan puaso, bulan gayo, bulan
adiak gayo, dan bulan haji. Berdasarkan pengamatan lapangan, dari masing-masing kedua
belas bulan di atas terdapat hari-hari tertentu yang harus diperingati dan ada yang
dihindari, berikut diantaranya:
- Di Bulan Sura dilaksanakan tradisi batabuik dan dilarang mengadakan pesta
perkawinan, tetapi diwajibkan mandoa sura terhitung sejak masuknya bulan hingga
sepuluh hari kedepan.
- Di Bulan sapa diadakan tradisi basapa, yang terdiri dari sapa ketek dan sapa gadang.
Pada bulan ini ziarah kubur dilakukan secara besar-besaran.
- Pada bulan muluik hingga bulan adiak muluk kaduo, masyarakat merayakan maulid
nabi selama tiga bulan secara berturut-turut. Acara muluik ini dilengkapi dengan
membuat lamang dan memasak berbagai makanan.
- Pada Bulan caghai dianggap bulan kosong dan masyarakat juga tidak boleh
melakukan pernikahan pada bulan ini.
- Pada Bulan sambagheh masyarakat mandoa dan maanta ke rumah besan, tradisi ini
dilakukan oleh pihak keluarga perempuan.
- Pada bulan lamang masyarakat diwajibkan mangaji arwah dan ziarah kubur. Tradisi
ini juga dilengkapi dengan membuat lamang dan memasak berbagai macaman sebagai
hidangan dalam mangaji. Diakhir bulan ini diadakan tradisi mancaliak bulan. Lokasi
mancaliak bulan pertama terpusat di lokasi tempat makan Syeikh Burhanuddin di
Ulakan. kedua daerah Lunang, dan ketiga di Koto Tuo Agam. Masyarakat satariyah di
Pariaman tidak akan memulai ritual berpuasa jika bulan tidak bisa disaksikan dengan
mata telanjang. Akibat dari itu, awal mulai puasa masyarakat Satariyah selalu di kleim
terlambat melaksanakan puasa dibandingkn dari Tarekat Naksabandiyah, Samaniah,
dan Muhamadiyah ataupun pemerintah sekalipun.
- Pada bulan puaso, selain ibadah puasa dan ibadah-ibadah lain yang menyertainya,
berbagai jenis tradisi juga di praktekkan. Khusus pada malam ke dua puluh tujuh (27)
hari puasa mesyarakat melaksanakan ritual bakar lilin. Lilin sengaja dibakar dan
diletak pada siap pintu rumah, baik pintu besar maupun pintu kamar. Semua pintu
tersebut wajib dibuka pada waktu berbuka pada malam ke dua puluh tujuah (27)
puasa. Malam ini disebut oleh masyarakat sebagai malam yang mana segala arwah
sanak saudara yang sudah meninggal pulang ke rumah. Dalam pandangan Islam
sendiri malam ini dinamai sebagai malam lailatul qadar yang mana pada malam ini
anugrah dari yang maha kuasa begitu besar diberikan pada hambaNya. Para malaikat
turun ke bumi pada malam ini dan mengantarkan rezki yang berlipat ganda pada umat
manusia. Dipercaya bahwa bagi siapa yang memohon doa pada malam Lailatur Qadar
segala doanya akan dikabulkan, tetapi sangat jarang orang dapat bertemu dengan
malam spesial ini. Hal ini sangat berbeda dengan tradisi masyarakat di Kabupaten
Padang Pariaman, mereka sepakat menetapkan malam suci Lailatur Qadar pada
malam ke dua puluh tujuan (27) puasa.
1) gayo, hari raya Idul Fitri. Pada hari gayo ke tiga masyarakat melaksanakan ziarah
kubur pandam pakuburan leluhur atau makam keluarga yang telah meninggal. Acara
ini diiringi dengan kegiatan mengaji di pemakaman serta ditutup dengan makan
bersama di pemakaman tersebut. Di lain pihak banyak individu yang menolak tradisi
ini terutama makan di area pemakaman dianggap tidak logis, namun bagi pemilik
tradisi acara ini sudah lumrah. Sebab para leluhur tidak mungkin lagi datang ke rumah
mereka pada saat lebaran, oleh karenanya anggota keluarga yang masih hidup
mempunyai kewajiban sendiri untuk mengunjungi tempat peristirahatan terakirnya.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa tradisi ini tidak hanya sekedar makan di
tempat pemakaman tetapi didahului dengan mendoakan sanak sudara yang sudah
meninggal.
2) Bulan Haji. Pelaksanaan tradisi berhaji pada masyarakat ini sejak dari dulu sudah
mempraktekan tradisi manjamu. Manjamu pada dasarnya bermaksud mengundang
masyarakat untuk makan bersama. Manjamu sendiri tidak hanya sekedar syukuran
dan makan bersama dengan mengundang masyarakat sekitar, tetapi lebih berfungsi
pada acara saremonial penyucian diri individu yang akan berangkat pergi haji. Pada
saat acara ini berlangsung, calon haji akan mengemukanan keinginan pada masyarakat
untuk pergi haji ke tanah suci. Di sela-sela itu calon haji menyampaikan permintaan
maaf kepada masyarakat agar diampuni segala khilaf yang telah dilakukannya selama
ini. Hal ini wajib dilakukan agar calon haji berangkat pergi haji dengan hati dan
pikiran bersih.
Tradisi di atas dianggap penting dilakukan calon jemaah haji. Hal ini disebabkan oleh
kepercayaan dan keyakinan masyarakat akan resiko menunakan haji. Masyarakat
percaya bahwa orang yang tidak bersih berangkat haji akan mendapatkan banyak
cobaan sewaktu berada di tanah suci. Berdasarkan pengalaman jemaah haji yang telah
melaksanakan ibadah haji, banyak kejadian yang aneh saat berada di tanah suci.
Misalnya ada jemaah yang tersesat menuju kamar, padahal pintu kamarnya sangat
dekat dari tempatnya berputar-putar mencari kamarnya. Ada juga yang hilang akalnya
saat melaksanakan ibadah tawaf, dan ada yang sakit-sakitan sewaktu melaksanakan
ibadah. Kejadian-kejadian yang menimpa jemaah di atas sembuh seketika ketika
mereka sudah berada dikampung halaman. Masyarakat juga percaya bahwa kejadian
di tanah suci melambangkan perangai dan sikap individu dalam kehidupan
kesehariannya di kampung halaman. Oleh karena itu, wajib hukumnya mensucikan
diri sebelum berangkat ke tanah suci.

c. Dialektika Ritus di Pariaman


Seiring perkembangan pemahaman Islam, sebagian besar ritus di Minangkabau,
terkhusus lagi di Pariaman, mengalami pro kontra di tengah masyarakat. Pihak yang pro
berpendapat setiap ritual mesti dipertahankan sebagai bagian dari kekayaan non benda
berupa kearifan dan di dalamnya terdapat kepentingan ekonomi dan stabilitas sosial.
Kemudian jika ada ritual yang bertentangan dengan ajaran Islam, maka diluruskan dan
disesuaikan tanpa harus menghilangkan keseluruhan.
Sementara yang kontra, jumlahnya memang tidak banyak, berpendapat sebagian
besar ritual harus dihentikan karena tidak sesuai dengan ajaran Islam, karena mengandung
unsur kesyirikan, tahayul, bid’ah dan khurafat, bahkan berasaldari jaran syiah, animisme,
dinamisme dan hinduisme. Dan sudah ada yang difatwakan haram oleh ulama.
Diantara ritual yang kontroversi tersebut adalah ritual Tabuik (tradisi Syiah),
ritual peribadatan di pekuburan orang shalih/keramat, tolak bala, ritual sesembahan dan
meminta perlindungan kepada roh nenek moyang, peringatan-peringatan hari besar Islam
di luar hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, serta ritual-ritual khusus yang disandarkan
kepada ajaran Islam namun tidak ada dalil shahih yang mendasarinya.

LATIHAN
1. Jelaskan pengertian ritus!
2. Jelaskan 3 jenis/golongan ritus!
3. Jelaskan fungsi dari ritus!
4. Jelaskan fungsi ritus di Minangkabau!
5. Tuliskan unsur-unsur ritus!
6. Tuliskan ritus-ritus yang dipengaruhi oleh Hindu!
7. Jelaskan dengan singkat ritus-ritus di Pariaman yang dipengaruhi oleh Islam

Referensi :
1. http://repo.unand.ac.id/10809/1/ARTIKEL%20SITEM%20KALENDER%20TRADISIONAL
%20DI%20PADANG%20PARIAMAN-httprepo.unand.ac.idideprint10313.pdf
2. https://kbbi.web.id/ritus
3. https://id.wikipedia.org/wiki/Ritus
4. http://digilib.uinsby.ac.id/17312/56/Bab%202.pdf
5. https://press.unhi.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/32.pdf

Anda mungkin juga menyukai