Anda di halaman 1dari 15

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 2, No.

1, Maret 2014

RITUAL MARAPU DI MASYARAKAT SUMBA TIMUR

Ambrosius Randa Djawa


Pendidikan sejarah,Fakultas ilmu Sosial
Universitas Negeri Surabaya
ambrosiusrdj@ymail.com

Agus Suprijono
Pendidikan sejarah,Fakultas ilmu Sosial
Universitas Negeri Surabaya

ABSTARAK
Kepercayaan Marapu mengkultuskan arwah nenek moyang (leluhur) sebagai perantara
untuk memuja yang Maha Pencipta atau Ilahi Tertinggi. Untuk mengadakan hubungan dengan
para arwah leluhur arwah – arwah lainnya, Masyarakat Sumba melakukan berbagai upacara
keagamaan di tempat – tempat pemujaan, serta menyiapkan segalah alat dan bahan yang di
gunakan dalam ritual. Berbagai ritus pengurbanan dan upacara kematian bertujuan untuk
menghormatipara leluhur. Bagi Masyarakat Sumba, upacara pengurbanan merupakan sarana
untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan aewah leluhur, sehingga terjadi keseimbangan
antara dunia manusia dengan Prai Marapu. Budaya Sumba asli dalam segalah bentuknya
merupakan manifestasi dari kepercayaan tradisional orang Sumba yaitu Marapu, yang merupakan
warisan nenek moyang yang secara holistik telah mendasari seluruh tatanan Masyarakat Sumba.
Hal ini yang kemudian menjadi peta koknitif Masyarakat Sumba dalam menjalani berbagai aspek
kehidupan sosial kebudayaannya.

Kata Kunci: Arwah leluhur (Marapu), Pengurbanan dan Acara kematian, Budaya sumba.

ABSTRACT

Marapu confidence idolize ancestors ( ancestors ) as an intermediary to worship the Creator or


the Divine Supreme. To make contact with the spirits of the ancestors - other spirits, Sumba
Society perform various religious ceremonies in places - places of worship, as well as preparing
segalah tools and materials used in ritual. Sacrificial rites and ceremonies aimed at
menghormatipara ancestor death. Work for the Sumba, ceremonial sacrifice is a means to
establish a harmonious relationship with aewah ancestors, so that a proper balance between the
human world with Marapu Prai. Sumba culture in segalah original form is a manifestation of the
traditional belief that Marapu Sumba, which is the ancestral heritage which has been the
underlying holistic entire order Sumba Society. This is then a map of Sumba in the Community
koknitif undergo various cultural aspects of social life.
Keywords: ancestral spirit ( Marapu ) , sacrifice and death Events , Cultural Sumba

71
PENDAHULUAN yang dianut oleh Masyarakat dengan kehidupan Sosial
A. Latar Belakang Masalah Budaya Masyarakat Sumba.
Kepercayaan dan keyakinan adanya kekuatan C. Rumusan Masalah
gaib, yang melebihi kekuatan manusia biasa atau Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan
pengakuan atas wujut tertinggi, dituangkan dalam diatas, maka peneliti mengambil tiga rumusan masalah
kepercayaan Marapu. Kepercayaan ini mengutamakan sebagai berikut:
unsur – unsur kesucian, kebersihan jiwa, perdamaian, 1. Bagaimana pengertian Marapu
kerukunan, cinta kasih, keselarasan hubungan, diMasyarakat Sumba Timur?
keserasian, dan keseimbangan dunia akhirat, antara 2. Upacara apa saja yang mengunakan konsep
Tuhan dengan manusia, manusia dengan alam, kerukunan Marapu?
antara kabihu/Marapu yang dipuja masing – masing 3. Apa makna aliran kepercayaan asli
kabihu, serta dalam satu kabihu. Kepercayaan Marapu, (Marapu) dalam pranata kehidupan sosial
adalah agama suku tradisional, yang berisi ―hukum dan budaya Masyarakat Sumba Timur?
ilmu suci‖ bagi warga penganutnya,dalam wujud
―Budaya dan Religi‖.1 D. Tujuan Penelitian
Pengakuan adanya Yang Maha Pencipta Berdasarkan rumusan masalah di atas, Tujuan
biasanya dinyatakan dengan kata-kata atau kalimat penelitian ini adalah untuk :
kiasan, itu pun hanya dalam upacara-upacara tertentu 1. Mendeskripsikan pengertian Marapu di
atau peristiwa-peristiwa penting saja. Dalam keyakinan Masyarakat Sumba Timur?
Marapu, Yang Maha Pencipta tidak campur tangan 2. Mendiskripsikan upacara apa saja yang
dalam urusan duniawi dan dianggap tidak mungkin mengunakan konsep Marapu?
diketahui hakekatnya sehingga untuk menyebut nama- 3. Menganalisis makna aliran kepercayaan asli
Nya pun dipantangkan. Sedangkan para Marapu itu (Marapu) dalam pranata kehidupan sosial
sendiri dianggap sebagai media atau perantara untuk budaya Masyarakat Sumba Timur?
menghubungkan manusia dengan Penciptanya. E. Manfaat Penelitian
Kedudukan dan peran para Marapu itu dimuliakan dan a. Bagi Lembaga
dipercaya sebagai lindi papakalangu – ketu papajolangu Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat
(titian yang menyeberangkan dan kaitan yang memberikan sumbangan dalam rangka pengembangan
menjulurkan, sebagai perantara) antara manusia dengan ilmu pengetahuan sebagai wujud Tri Darma Perguruan
Tuhannya. Tinggi.
Premis dasar dari setiap pemujaan adalah b. Bagi Masyarakat
kepercayaan akan adanya jiwa, sesuatu yang bersifat Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat
supernatural, dan kekuatan supranatural. Dalam artinya memberikan sumbangan pengetahuan dalam masyaraka
pemujaan didalam religi tersebut mempunyai mekanisme Indonesia, khususnya penduduk Sumba tentang
yang berhubungan dengan kehidupan sehari – hari dan kepercayaan asli nenek moyangnya yang akhir-akhir ini
budaya Masyarakat Sumba, para penganut Marapu hidup sering di lupakan.
dalam Ketergantungan kekuatan alam lain.
F. Tinjauan Pustaka
B. Batasan Masalah Beberapa buku yang membantu peneliti dalam
Berdasarkan judul skripsi ―Ritual Marapu di penelitiandi antaranya : 1.Buku yang di tulis oleh
masyarakat Sumba Timur‖ dan untuk membatasi agar Wellem,Frederiek Djara.2001.Injil dan Marapu: Suatu
tidak meluasnya uraian yang akan dibahas serta memberi Studi Historis-teknologia Perjumpaan Injil dengan
fokus yang jelas dan sistematis, maka perlu adanya Masyarakat Sumba pada periode 1876-1900.
pembatasan dalam membahas suatu permasalahan maka Buku ini berisi tentang awal kedatangan nenek
disini penulis member batasan yaitu : Disini penulis akan moyang suku Sumba, hingga membahas tentang
menuliskan pembahasan mengenai ritual kepercayaan kepercayaan asli Masyarakat suku Sumba, serta
asli Masyarakat Sumba didalam suatu lingkungan yang bagaimana penyebaran ajaran nasrani terhadap penduduk
disakralkan oleh masyarakat baik didalam suatu Sumba sehingga menjadikan mayoritas penduduk Sumba
lingkungan perkampungan maupaun di alam terbuka, beragama Kristen.
serta makna Marapu bagi masyarakat Sumba Timur dan Buku Referensi selanjutnya yang ke dua di tulis
juga, penulis akan membahas tentang pengaruh agama oleh Umbu Pura Wora, buku ini berisikan tentang sejarah
1
dan penyebaran suku- suku masyarakat sumba,
Nggodu Tunggu,.Etika dan Moralitas dalam Budaya
Sumba,(Waingapu :PRO MILLENIO CENTER),hal.21.

72
khususnya masyarakat Sumba Timur, serta musyawarah, sumber sejarah seperti buku-buku yang ditulis oleh
dan adat istiadatnya. sejarawan. Selain bersumber dari buku, data kepustakaan
Buku yang ketiga di tulis oleh NGGODU dapat juga berupa gambar, foto maupun peta.
TUNGUL, buku ini berisikan tentang sistem sosial b. Data Lapangan
budaya, sikap hidup dalam konsepsi ke Tuhanan, struktur Dalam mencari sumber – sumber yang
kekuasaan dan kepemimpinan, dan pranata sosial budaya dibutuhkan dalam penelitian ini, maka penulis melakukan
masyarakat Sumba Timur. suatu penelitian dengan penulis langsung terjun ke lokasi
Buku yang keempat ditulis oleh Umbu Hina ( kelapangan) untuk melakukan penelitian dan mencari
Kapita,Masyarakat Sumba dan Adat Istiadatnya.yang sumber – sumber yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
berisi tentang pola kehidupan sosial masyarakat Sumba Metode yang dilakukan penulis dalam penelitian
dalam hubungan terhadap adatistiadat yang masih kental, langsung kelapangan adalah sebagai berikut:
yang sudah turun temurun di jalankan dan sulit dilupakan a. Survey
oleh masyarakat Sumba. Survey adalah pengamatan yang langsung
dilakukan dilapangan untuk memperoleh data yang di
Buku yang kelima, ditulis oleh Suriadiredja, P, perlukan dalam penulisan , selain itu survey juga dapat
Simbolisme dalam Desain Kain di Watu Puda. Yang dilakukan dengan cara mencari dari penduduk maupun
berisi tentang makna simbol – simbol yang terdapat dari para narasumber yang mengerti tentang obyek yang
dalam desain kain – kain dan sarung yang ditenun oleh diteliti.3
para wanita Sumba. b. wawancara
Setelah menemukan narasumber yang
Dan buku yang keenam, ditulis oleh diinginkan, untuk mendapatkan dan mengumpulkan data
Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitet dan – data yang dibutuhkan penulis dalam penelitian ini,
Pembangunan, Yang bersikan tentang definisi maka penulis melakukan wawancara kepada tokoh –
kebudayaan, serta pengaruh unsur – unsur kebudayaan tokoh atau nara sumber yang masih aktif dan
yang mendorong suatu perubahan didalam suatu berpengaruh di kalangan masyarakat yang mengerti akan
masyarakat sehingga terjadi suatu perubahan baik dari topik yang diteliti oleh penulis.
segi sosial ,budaya serta pengetahuan didalam suatu c. Hambatan Dalam Penelitian
masyarakat sehingga menggakibatkan terjadinya suatu Hambatan yang dirasakan penulis dalam
perubahan dalam lingkungan masyarakat tersebut. melakukan penelitian ini yaitu, Tua – tua Adat dalam
Masyarakat Sumba Timur pada umumnya yang berada
G. Metode Penelitian dipedesaankurang fasih dalam berbahasa indonesia, dan
Penelitian ini pada dasarnya terfokus pada penulis juga kurang fasih dan kurang memahami bahasa
kepercayaan Marapu yang berpengaruh pada aspek sosial Sumba dengan baik. Sehingga menimbulkan banyak kata
budaya di masyarakat Sumba Timur sebagai ungkapan – kata yang diterangkan atau diceritakan oleh Tua – tua
budaya material (material culture). Penelitian derngan Adat yang penulis kurang memahami, sehingga banyak
objek semacam ini dapat dikategorikan sebagai topik – topik yang tidak dicatat oleh penulis.
penelitian kebudayaan. Metode yang digunakan
observasi, deskripsi, dan analisis. 2 d. Yang Mendukung Dalam Penelitian
Yang mendukung penulis dalam melakukan
1. Tahap observasi. penelitian ini ialah Penulis merupakan orang Sumba asli
Observasi yaitu metode yang digunakan untuk dan mengerti sedikit tentang ritual dan kebudayaan
mengumpulkan data secara sengaja dan sistematika Marapu dalam kehidupan masyarakat Sumba Timur,
melalui pengamatan dan pencatatan terhadap objek yang Serta banyak Tua – tua adat dan Tokoh – tokoh
diteliti. Dalam hal ini penyusun mengamati segala bentuk masyarakat yang masih berkeluarga dengan penulis.
tentang aliran kepercayaan Marapu yang memang pernah Sehingga penulis tidak terlalu mendapa banyak kesulitan
ada sejak dulu, dan masih dilestarikan sampai sekarang. dalam melakukan penelitian dilapanagan.
a. Data Kepustakaan 2. Tahap deskripsi
Data kepustakaan adalah data tertulis yang Tahap deskriptif yaitu penulis memberikan
berkaitan dengan kepercayaan Marapu, maupun sumber- gambaran dalam penulisannyatentang kepercayaan
Marapu baik dalam kerangka struktur kepercayaan yang
dilakukan masyarakat, pengurbanan dan acara kematian,
2
. Haris Sukendar, 1999, Metode Penelitian Arkeologi,
Departemen Pendidikan Nasional Pusat Penelitian Arkeologi Nasional,
3
Jakarta, hlm. 17 . Ibid.

73
serta makna Marapu dalam kehidupan sosial budaya Sumba Timur memiliki 80 buah pulau yang sudah
masyarakat Sumba Timur pada umumnya. 4 bernama baik yang berpenghuni maupun yang belum
3. Tahap analisis perpenghuni, tiga buah diantaranya berada dibagian
Pada tahap analisis, peneliti mulai menganalisis data selatan yaitu Pulau Salura, Pulau Koatak dan Pulau
– data yang sudah diperoleh dari penelitian, Pada tahap Manggudu dan satu buah pulau dibagian Timur yaitu
ini data atau fakta-fakta yang telah diperoleh perlu Pulau Nuha. Selain itu, masih terdapat 16 buah pulau
dihubung-hubungkan dan dikait-kaitkan satu sama lain yang tidak bernama dan tidak berpenghuni, dan
sehingga antara fakta yang satu dengan yang lain direncanakan pada tahun 2011 akan diberi nama.
kelihatan sebagai satu rangkaian yang masuk akal dalam Kabupaten Sumba Timur terletak diantara 119°45 –
arti mewujudkan kesesuaian. Dalam proses ini tidak 120°52 Bujur Timur dan 9°16 – 10°20 Lintang Selatan.
semua fakta dalam penelitian dapat dimasukkan, tetapi
harus dipilih mana yang relevan dan mana yang tidak B. Unsur Budaya Masyarakat Sumba Timur
relevan. Setelah menganalisis data penulis melakukan
proses penyusunan data yang akan dapat ditafsirkan. Setiap masyarakat memiliki kebudayaan.
Menyusun data berarti menggolongkannya dalam pola Kebudayaan setiap masyarakat berbeda-beda. Namun,
atau kategori. Untuk memberikan makna kepada analisis, ada unsur-unsur pokok kebudayaan yang secara umum
menjelaskan pola atau kategori dan mencari hubungan dimiliki oleh setiap masyarakat. Unsur yang dimaksud
antara berbagai konsep. melakukan kegiatan penafsiran sering disebut unsur-unsur kebudayaan universal (cultural
terhadap tata cara dalam rirual- ritual Marapu universals). Ada tujuh unsur kebudayaan yangdianggap
sertamakna Marapu terhadap pranata kehidupan sosial cultural universals, yaitu sebagai berikut:
masyarakat di Sumba Timur . Setelah data terkumpul, 1.Sistemkepercayaan (sistem religi). 2.Sistem
maka perlu ada proses pemilihan data dan kemudian pengetahuan 3.Peralatan dan perlengkapan hidup
dianalisis dan diInterprestasikan dengan teliti, ulet, dan manusia. 4.Mata pencaharian dan sistem-sistem ekonomi.
cakap sehingga memperoleh suatu kesimpulan yang 5. Sistem kemasyarakatan. 6.Bahasa, baik lisan maupun
objektif. tulisan. 7.Kesenian.
H. Sistematika penulisan
Penyusunan hasil penelitian yang berjudul ― C. Difinisi Marapu
Ritual Marapu Di Masyarakat Sumba Timur‖ dilakukan Agama Marapu adalah "agama asli" yang masih
dengan cara sistematis dan kronologis (berurutan) dengan hidup dan dianut oleh orang Sumba di Pulau Sumba,
sistematika sebagai berikut; Nusa Tenggara Timur. Adapun yang dimaksud dengan
Pertama, pendahuluan yang berisi latar belakang Kepercayaan Marapu ialah sistem keyakinan yang
masalah, batasan masalah, rumusan masalah, manfaat berdasarkan kepada pemujaan terhadap arwah –arwah
penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian. Kedua, leluhur. Premis dasar dari setiap pemujaan adalah
mengenai definisi Marapu serta tata cara dalam kepercayaan akan adanya jiwa, sesuatu yang bersifat
melakukan ritual Marapu. Ketiga, mengenai beberapa supernatural, dan kekuatan supranatural. Dalam artinya
upacara dalam konsep kepercayaan Marapu, yang terdiri pemujaan didalam religi tersebut mempunyai mekanisme
dari konsep pengurbanan menurut aliran kepercayaan yang berhubungan dengan kehidupan sehari – hari dan
Marapu dan tata cara dalam acara penguburan menurut kekuatan alam lain.
aliran kepercayaan Marapu. Keempat, tentang Makna Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan
Kepercayaan Marapu dalam Pranata Kehidupan Sosial yang bersumber pada saman megalitik. Inti kepercayaan
Budaya Masyarakat Sumba Timur. Selanjutnya yang yang berkembang pada masyarakat megalitik adalah roh
terakhir atau yang kelima, Penutup yang berisi nenek moyang setelah mati tidak akan pergi selamahnya,
Kesimpulan dan Saran. namun hanya berpindah tempat dari kehidupan nyatake
kehidupan alam akhirat, karena itulah upacara
Marapu dan Tata Cara Dalam Ritual Marapu penguburan nenek moyang menurut mereka menjadi
A. Letak Geografis Kabupaten Sumba Timur awal lahirnya kembali nenek moyang mereka pada alam
lain. Konsep pemujaan roh nenek – moyang dan para
Kabupaten Sumba Timur merupakan salah satu leluhur didasari dengan penghormatan yang tinggi
Kabupaten diwilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur kepada para arwah leluhur. Hal ini tidak lepas dari ilmu
yang terletak di bagian Selatan dan salah satu dari empat pengetahuan dan keahlian yang telah mereka peroleh dari
Kabupaten yang berada diPulau Sumba. Kabupaten leluhur serta peninggalan yang telah diwariskan pada
anak keturunan mereka. Hal yang paling mencolok pada
4
. Ibid, hlm 20

74
pemujaan nenek moyang adalah pada waktu upacara akan memberikan pertolongan, perlindungan, dan
pemujaan dan upacara penguburan. keselamatan. Begitu juga sebaliknya, jika ia tidak di
Para leluhur yang datag pertama ke pulau sembah akan menimbulkan malapetaka.
Sumba sangat di hormati oleh para keturunannya hingga
kini. Penghormatan terhadap arwah leluhur inilah yang Disamping percaya terhadap roh para leluhur,
kemudian melahirkan agama lokal yang di sebut masyarakat Sumba juga meyakini adanya roh – roh halus
kepercayaan Marapu. Kepercayaan Marapu yang dapat menolong atau mencelakakan kehidupan
mengkultuskan arwah nenek moyang (leluhur) sebagai manusia.Kepercayaan terhadap roh merupakan kebutuhan
perantara untuk memuja Yang Maha Pencipta atau Ilahi untuk menangkal kejahatan, musibah, atau untuk
Tertinggi5. Selain merunjuk kepada sebuah sistem religi menjamin keselamatan. Orang Sumba percaya dengan
tertentu yang di anut oleh masyarakat Sumba, istilah memberikan sesaji kepada roh halus yang berada dekat
Marapu juga menunjuk kepada makna lain yang lebih dengan masyarakat, maka roh halus tersebut akan melihat
sempit sifatnya, yaitu arwah nenek moyang. dan menjaga mayarakat dari hal – hal yang buruk.
Dalam kosmologi masyarakat Sumba, alam
semesta terdiri dari tiga lapisan, yaitu lapisan atas ( langit B. Tahapan Dan Tata Cara Dalam Ritual Marapu
), lapisan tengah ( bumi ), dan lapisan bawah ( di bawah
bumi ). Sebagai penguasa tertinggi, Anatala yang di sebut
juga Hupu Ima – Hupu Ama ( ibu dan bapa segalah 1. Benda – benda dan Alat - alat Upacara
sesuatu ) tingal di langit. Dalam konsepi masyarakat
Sumba, langit terdiri dari delapan petala (lapis yang Untuk memperingati Marapu, orang Sumba
berbentuk kerucut, bagian paling atas memiliki daratan mengeramatkan benda-benda yang biasanya digunakan
paling sempit, semeentara bagian paling bawah memiliki dalam upacara-upacara.Berdasarkan fungsinya.benda-
daratan paling luas. Pada lapis pertama yang di sebut
benda keramat itu dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu
Awangu Walu Ndani ( lapis langit kedelapan ) itu Hupu
Ina – Hupu Ama tingal bersama para Marapu. benda-benda upacara dan alat-alat upacara. Benda-benda
upacara dijadikan obyek pemujaan, karena dianggap
Dari konsepsi masyarakat Sumba ini dapat di sebagai lambang yang mewakili para Marapu.Sedangkan
gambarkan bahwa eksistensi Tuhan sangat di bedakan alat-alat upacara tidak dijadikan obyek
dengan manusia, baik karena sifatnya yang adikodrati pemujaan.Walaupun demikian, alat-alat itu dianggap
maupun tempatnya yang jauh di atas sana. Semula, ketika keramat pula karena telah lama digunakan sebagai alat
para Marapu belum turun ke bumi, hubungan antara pemujaan.Benda-benda upacara yang dikeramatkan itu
manusia dengan Ilah tertinggi dapat terjalin secara disebut tanggu Marapu (bagian leluhur).
langsung. Namun, ketika mereka memutuskan untuk
tinggal di bumi, maka relasiantara Tuhan dan manusia Tanggu Marapu dapat dibagi ke dalam dua
kemudian terputus. Jalinan komunikasi dengan Tuhan golongan, yaitu ; Pertama, tanggu Marapu la hindi
hanya dapat terjadi dengan perantara arwah nenek (bagian marapu di atas loteng), yaitu benda-benda yang
moyang, yaitu para Marapu. Melalui Marapu, manusia sangat dikeramatkan sehingga tidak seorang pun boleh
dapat memohon pertolongan untuk di sampaikan kepada menyentuh benda-benda itu kecuali ratu dan paratu
Hulu Ina – Hupu Ama, dan melalui Marapu pula Hupu Manurut kepercayaan, roh-roh leluhur ada di dalam
Ina – Hupu Ama mengirimkan pesan atau jawaban atas benda-benda itu (biasanya terbuat dan emas) sehingga
permohonan tersebut.6 dianggap sebagaiMarapu itu sendiri. Tanggu marapu
golongan ini merupakan benda-benda pusaka yang
Keberadaan Marapu dapat dikatakan telah dimiliki oleh suatu kabihu dan tidak sekeramat tanggu
menganti peran Tuhan ( Hupu Ina – Hupu Ama ) dalam marapu la hindi.
kehidupan masyarakat Sumba. Pemahaman bahwa Tuhan
terletak jauh di atas sana membuat posisi Marapu Kedua, Tanggu Marapu la kaheli. Tanggu
menjadi penting. Marapu penting karena dapat menjadi Marapu la kaheli ini antara lain berupa perhiasan—
penghubung antara manusia dengan Tuhan. Selain itu, ia perhiasan mas perak, kain kain, gelang gading, kalung
telah mewakili Tuhan dengan tugas – tugas menolong manik-manik, gong, perhiasan kepala dan sebagainya.
atau menghukum manusia. Jika Marapu di puja, maka ia Bila ada peristiwa-peristiwa penting, seperti upacara
kematian, pesta langu paraingu dan pamangu ndiawa
5
Kapita,Umbu Hina. 1976.Masyarakat Sumba dan Adat benda-benda tersebut dipamerkan.Adapun alat-alat
Istiadatnya,BPK Gunung Mulia,Jakarta. Hlm. 14
upacara antara lain berupa wadah-wadah yang terbuat
dari anyaman daun lontar, tempurung kelapa, piring
6
Ibid,16

75
tembaga atau perunggu, pisau, parang, tombak, gunting, pemujaan, tugu , dan benda – khusus di buat dengan
piring kayu, lesung, periuk tanah, tali dan kendali kuda. maksut sebagai media pemujaan terhadap arwah leluhur
dan para roh halus tersebut. Keberadaan fisik sarana-
2. Sesaji sarana pemujaan ini penting untuk meyakinkan para
pemeluk kepercayaan Marapu bahwa arwah leluhur
Dalam melakukan ritual kepada Para Marapu, masyarakat dan roh halus betul – betul berada di dekat mereka.
biasanya harus menyediakan sesaji yang digunakan
dalam ritual untuk persembahan kepada Marapu yang Syarat dalam melakukan ritual Marapu sangat
dianut oleh masing –masing kabihu. Sesaji merupakan diperhatikan oleh masyarakat Sumba. Hal ini dikarenakan
sarana untuk memohon dan meminta kepada para masyarakat Sumba beranggapan apabilah syarat ritual
Marapu, sesaji yang biasa disediakan dalam ritual tidak dijalankan akan menimbulkan kemarahan dari para
diantaranya ialah sirih pinang, anak ayam, kambing, Marapu, oleh sebab itu persyaratan ritual harus segera
bahkan hewan – hewan besar berkaki empat seperti sapi, dipenuhi oleh masyarakat sebelum dilaksanakannya ritual
kuda, dan kerbau.Masyarakat membawa persembahan kepada para Marapu.
pahapa, kawadaku, hunggu maraku, seekor kambing dan
empat ekor anak ayam kepada para Marapu terutama Salah satu ritual yang pernah penulis ikuti dalam
kepada Uma Ndapataungu. Seorang tau mapingu papuhi ritual Marapu ialah pada saat masyarakat melakukan
(orang yang pintar dalam ilmu goib) ketika melakukan ritual penanaman padi. Upacara ini dilaksanakan pada
ilmu gaib yang bersifat agresif, mempersembahkan bulan september pada awal musim penghujanan. Sebelum
pahapa, kawadaku dan beberapa ekor ayam (dua, empat masyarakat memulai menanam padi disawa – sawa
atau delapan ekor tergantung kebutuhan) kepada para mwereka masing – masing, maka masyarakat terlebih
marapu yang berada di uta muru-kaba watu (hutan hijau dahuluh akan memanggil para ratu dan meminta agar
dan tebing batu ), untuk menaklukan musuhnya. para ratu segera melakukan ritual hamayang kepada para
Marapu, agar para Marapu memberikan petunjuk kepada
3. Pemegang Peranan Dalam Ritual mayarakat bahwa tanaman padi masyarakat tahun ini
panen berlimpah atau gagal panen.Setelah para ratu
Pada saat melakukan ritual hamayang atau berkumpul, Dan melakukan pembicaraan tentang
upacara pemujaan terhada para Marapu, yang amat persiapan – persiapan dalam melakukan ritual hamayang
memegang peranan penting dalam upacara ritual tersebut kepada para Marapu, serta menentukan waktu yang tepat
ialah para Ratu. Hal ini dikarenakan para Ratu dari turun untuk melakukan ritual. Para Ratu segera menemui
temurun diberi hak dan wewenag oleh masyarakat masyarakat, dan meminta agar masyarakat untuk segera
sebagai para penjaga tangu Marapu (orang - orang yang menyediakan segalah persyaratan dalam ritual dan para
boleh menggunakan alat –alat ritual), dan orang yang ratu meminta agar masyarakat harus menaati syarat –
dipercayayai oleh masyarakat sebagai orang yang syarat dalam melakukan ritual Marapu.
mempunyai peranan dan hak dalam memimpin acara
ritual kepada para Marapu. Para Ratu diyakini memiliki Pertama- tama para ratu menyampaikan kapan
kealihan khusus dapat berkomunikasi dengan para berlangsungnya ritual kepada masyarakat, dan waktu
Marapu ( roh leluhur). Oleh sebab itu para Ratu berfungsi yang tepat dalam melakukan ritual Marapu, kemudian
sebagai penghubung antara manusia dengan para Marapu. para ratu meminta kepada masyarakat akan menyediakan
Hal ini yang mengakibatkan para Ratu amat berperan sesaji berupa seekor anak ayam putih usia tiga sampai
penting dalam melakukan ritual pemujaan kepada para empat bulan, sirih pinang, dan para wanita dianjurkan
Marapu. agar memasak makan yang enak – enak.

4. Proses Upacara Dalam Ritual Marapu Saat-saat upacara dirasakan sebagai saat-saat
yang dianggap suci, genting dan penuh dengan bahaya
Upacara-upacara keagamaan di Sumba selalu gaib. Oleh karena itu, saat-saat upacara harus diatur
dianggap keramat, karena itu tempat-tempat upacara, waktunya agar sejajar dengan irama gerak alam
saat-saat upacara, benda-benda yang merupakan alat- semesta7Setelah sampai pada hari untuk melakukan ritual
alatdalam upacara serta orang-orang yang menjalankan maka para ratu dan masyarakat segera bergegas dan
upacara dianggap keramat pula.Pemujaan terhadap
Marapu telah membentuk sistem kepercayaan 7
http://www.scribd.com/doc/47225459/Kepercayaan-
masyarakat Sumba yang bersifat animistis. Rumah Marapu-Revisi-pasca-diskusi-25-Juli-09-upload-lg

76
berjalan menuju tempat ritual, yaitu di uma Marapu. kepada masyarakat agar segera menyiapkan sesaji yang
Masyarakat disarankan harus mengunakan baju yang berupa sirih pinang dan satu ekor ayam jantan putih yang
bagus dan rapi, ibu – ibu harus membawa makanan, masih berusia tiga sampai empat bulan. Siri piang sangat
sedangkan para ratu mengunakan atribut berupa ikat penting perananya dalam kehidupan orang Sumba,
kepala merah, baju putih, mengunakan halopa, dan bahkan secara relatif dapat mengeser peranan bahan
membawa mbola pahapa yang talinya berwarnah merah. makanan. Sirih pinang berfungsi untuk menyatakan
penghormatan masyarakat kepada para Marapu. Oleh
Dalam sistem kepercayaan masyarakat Sumba, sebab itu dalam ritual Marapu yang di serakan terlebih
pemujaan terhadap arwah leluhur dan roh halus di dahulu sebagai sesaji ialah sirih pinag.Pada saat akan
lakukan di dua tempat, yaitu pemujaan di dalam rumah melakuka ritual hamayang, Pertama – tama ratu meminta
dan pemujaan di luar rumah. Pemujaan di dalam rumah kepada masyarakat agar dipotong seekor anak ayam, dan
terbagi lagi ke dalam dua tempat, yaitu di rumah yang hatinya diberikan kepada para ratu. Setelah hati ayam
tidak di diami orang ( uma bokulu ). Pemujaan yang di diberikan kepada ratu, maka ratu akan melakukan ritual
lakukan di lakukan di rumah yang di diami orang ( dan meminta ijin agar para Marapu memberitahu hasil
merupakan pemujaan terhadap Marapu ratu ) yang di panen yang diperoleh masyarakat.
adakan pada waktu – waktu tertentu.
Para ratu segera melihat isi hati ayam, Apakah
Selain pemujaan di dalam rumah, pemujaan hati ayam yang dipotong berwarnah kehitaman atau
terhadap arwah leluhur dan roh halus juga di lakukan di terdapat bintik – bintik hitam, maka hasil panen tahun ini
luar rumah, yaitu pada beberapa lokasi yang di buat akan rusak diserang hama. Sedangkan apabila hati ayam
secara Khusus. Orang Sumba percaya bahwa tempat – berwarnah kecoklatan dan tidak ada bintik hitam, maka
tempat tertentu di kuasai oleh arwah nenek moyang dan hasil panen tahun ini akan memperoleh hasil yang
roh halus yang memiliki kekuatan gaib. Oleh sebab itu, memuaskan. Setelah mengetahi hasil panen Tahun ini,
untuk memohon keselamatan atas semua warga kabihu, para ratu akan melakukan ritual terakhir dan para ratu
pada tempat – tempat tersebut di buat tugu pemujaan akan segera mengembalikan benda – benda ritual ke
yang di sebut Katoda.8 tempatnya dan setelah itu para ratu keluar dari umah
Marapu dan segerah ke masyarakat, para ratu
Katuada ialah tempat upacara pamujaan di luar memberitahukan kepada masyarakat hasil panen yang
rumah berupa tugu (semacam lingga-yoni) yang dibuat akan didapat pada saat panen yang akan datang. Setelah
dari sebatang kayu kunjuru atau kayu kanawa yang pada mengetahui hail panen akan datang masyarakat segera
sisi-sisinya diletakkan batu pipih. Di atasbatu pipih menyajikan sirih pinang diumah Marapu dan dikatoda –
inilah bermacam-macam sesaji, seperti pahapa, katoda sebagai ucapan terimah kasih kepada para
kawadaku, danuhu mangejingu diletakkan untuk Marapu. Sesampai dirumahnya masing – masing
dipersembahkan kepada Umbu-Rambu (dewa-dewi) masyarakat melakukan pesta yang meriah bersama –
yang berada di tempat itu. sama masyarakat sekampung.

Setelah sampai diumah Marapu (uma bokulu), Alat – alat musik mulai di mainkan,diiringgi
masyarakat diharapkan menunggu diluar dan tidak yanyian dan tarian. sementara Masyarakat yang lain
diperbolehkan masuk keuma Marapu, yang mulai memotong hewan – hewan seperti babi, sapi dan
diperbolehkan masuk hanya para ratu.Setelah para ratu kerbau dan membagi – bagikan daging hewan – hewan
masuk kedalam umah Marapu (uma bokulu), maka para tersebut kepada semua orang yang merayakan ritual
8
ratu akan segera mengambil benda- benda ritual yang tersebut.
berada diloteng uma bakulu, Kehadiran Marapu
diwujudkan dalam berbagai bentuk benda, seperti Marapu memiliki arti penting bagi mayarakat
tombak, emas, gading, gong, manik-manik dan lain Sumba, Marapu dianggap sebagai dewa penolong dan
sebagainya. sebelum mengambil benda – benda pusaka tidak boleh dilupakan, oleh sebab itu masyarakat Sumba
tersebut para ratu harus melakukan hamayang dan harus patuh dan menaati segalah peraturanan yang
meminta ijin kepada para Marapu sebelum mengambil terdapat dalam aliran Marapu. Bila masyarakat taat dan
barang – barang pusaka tersebut. Dan setelah benda – patuh pada aturan Marapu, maka Para Marapu akan
benda Marapu itu diturunkan maka para ratu akan segera selalu menjaga dan membantu masyarakat dari segalah
melakukan ritual, pada saat itu juga para ratu meminta kesulitan yang menimpahnya. Sedangkan bagi
masyarakat yang tidak patuh terhadap atura – aturan
8
Ibid.

77
Marapu, maka masyarakat tersebut akan ditimpah kesayangannya telah siap mengantar roh majikannya
musibah dan marabahaya. ke Parai Marapu. Tapi, kakak kandung seorang yang
menninggal berhak memelihara kuda kesayangan
Beberapa Upacara Dalam Konsep Marapu adiknya dengan mengganti seekor kuda jantan gagah
untuk dikorbankan. Di beberapa tempat kuda
1. Upacara Pengurbanan. kesayangan tetap dibiarkan hidup. Hanya selama
Sebagai agama yang bersumber dari pemujaan beberapa hari kuda itu diikat pada nisan atau kubur
terhadap leluhur, maka kepercayaan Marapu dicirikan majikannya untuk kemudian diambil dan dipelihara oleh
oleh berbagai ritus pengurbanan dan upacara kematian kakak atau pamannya. Tapi, pada saat upacara menutup
untuk menghormati para leluhur. Upacara pengurbanan batu kubur, kuda kesayangan itu diikutsertakan dan
bagi masyarakat Sumba memiliki dua maksud.Pertama, seolah-olah akan disembilah, namun yang dikorbankan
untuk menjalin hubungn yang harmonis dengan arwah dengan sesungguhnya adalah seekor kuda jantan lainnya.
leluhur.Dalam hal ini upacara pengurbanan bertujuan
untuk membangun komunikasi dengan arwah nenek
moyang, sehingga terjadi keseimbangan antara dunia b. Anjing
manusia dengan dunia roh. Kedua, upacara pengurbanan Melambangkan kewaspadaan. Sebagai
bisa juga bertujuan untuk memperbaiki hubungan yang penunjuk jalan, penjaga, dan pemburu yang senantiasa
telah rusak karena terdapat anggota kabihu yang mengikuti majikannya bila sedang berpergian atau
melanggar adat istiadat.9 berburu. Anjing kesayangan dinilai sebagai sahabat
Dalam upacara pengurbanan, masyarakat Sumba senasib sepenanggungan. Pada umumnya anjing
biasanya menyiapkan hewan – hewan untuk di kesayangan yang telah memperoleh predikatbaoga
kurbankan, seperti ayam, babi, kerbau, dan kuda.Babi madewa tidak ikut dibunuh apabila majikannya
merupakan hewan korban yang utama dalam upacara- meninggal. Sebagai gantinya dikorbankan sejumlah
upacara keagamaan dan dianggap mempunyai kekuatan anjing. Hanya dalam upacara-upacara religius,
gaib karena dapat menyampaikan segala kehendak inisiasi, sajalah anjing boleh dikorbankan dan dagingnya
manusia kepada para Marapu.Diterima atau tidaknya dimakan untuk sesajian kehormatan atau pun selamatan.
suatu permohonan , dapat dilihat melalui hati babi.
Kerbau merupakan binatang yang biasa dikorbankan Anjing-anjing yang dikorbankan khusus dalam
pada upacara-upacara keagamaan, terutama pada upacara adat kematian dan penguburan, menurut kepercayaan,
perkawinan, kematian, membangun rumah baru dan akan mengikuti roh seseorang keParai Marapu. Di sana
panen. Secara simbolis daging kerbau yang dikorbankan sebagian dihadiahkan kepada para leluhur serta anggota-
itu dipersembahkan kepada para arwah. Menurut anggota keluarga yang terhormat. Sebagian lagi
kepercayaan, kerbau-kerbau korban itu merupakan menjadi hewan peliharaan yang bertugas sebagai
bekal arwah orang yang meninggal dalam perjalanannya penjaga setia. Tanpa memiliki anjing-anjing penjaga
ke parai Marapu, dan setibanya di parai Marapu yang setia, roh seseorang akan mengalami kesulitan
digunakan untuk menjamu arwah keluarganya yang di Parai Marapau. Untuk mengenang dan menghormati
telah lebih dahulu berada di sana. boga medewa, seringkali figur anjing dipahat pada
Simbol Hewan yang Berpengaruh di Masyarakat Sumba : nisan kubur.

a. Kuda c. Kerbau
Secara simbolis daging kerbau korban itu
Hewan yang melambangkan ketaatan paling sipersembahkan kepada roh, arwah leluhur, dan sanak
utama. Kuda tunggangan piliha disebut njara madewa, famili yang telah meninggal. Menurut kepercayaan,
artinya kuda sehidup semati, yang ketaatatannya tidak kerbau korban itu menjadi bekal makanan roh orang
terbatas di dunia saja, bahkan juga di alam baka. Itu yang meninggal dalam perjalanan ke Parai Marapu.
sebabnya banyak yang berpendirian bahwa kuda Setiba di Parai Marapu, daging kerbau korban itu
kesayangan harus dikorbankan pada saat kubur dipergunakan untuk menjamu awah sanak keluarganya
majikannya hendak ditutup untuk selamanya agar yang telah lebih dahulu berada di Parai Marapu.
bersamaan dengan lepasnya roh dari kubur, roh kuda d. Babi
Jenis hewan ini sama saja dengan kerbau biasa
9 yang dikorbankan, akan tetapi nilainya lebih rendah dari
http://www.scribd.com/doc/47225459/Kepercayaan-
Marapu-Revisi-pasca-diskusi-25-Juli-09-upload-lg pada kerbau. Meski demikian, korban babi merupakan
satu keharusan dalam melengkapi hewan-hewan korban

78
pada upacara kematian. Tanpa disertai babi, hewan marapu. Oleh sebab itu, kerabat yang masih hidup perlu
korban dianggap masih belum lengkap. untuk memberikan bekal kubur dan menyelengarakan
e. Sapi upacara kematian bagi sanak saudara yang meningal
Jenis hewan ini dianggap paling rendah
nilainya. Pada umumnya jarang sekali yang menyajikan 2. Upacara Kematian
korban hewan berupa sapi, karena hanya orang-orang 1. Pa hadangu ( membangunkan )
miskin sajalah yang menyembelih sapi sebagai hewan Upacara kematian dan pemakaman menurut adat
korban. Bagi orang yang sangat miskin, cukup dengan Sumba berkaitan erat dengan adat kebiasaan menurut
menyajikan seekor anak sapi. Sapi merupakan hewan aliran kepercayaan Marapu. Kepercayaan marapu
yang hampir tidak mempunyainilai rituil dan hanya berkeyakinan bahwa yang telah meninggal ini sudah
dibenarkan untuk dijadikan hewan korban dalam segala kembali ke negeri leluhur. Oleh karena itu jenasahnya
upacara adat apabila dalam keadaan terpaksa sekali. harus di simpan secara tunduk, menyerupai keadaan
f. Kambing semulah ketika dia masih di dalam kandungan. Pada
Jenis hewan ini nilainya lebih rendah daripada jaman dahulu, setelah di lilit dengan berlais – lapis kain
babi. Pada umumnya sangat jarang dijadikan hewan sumba kalau dia laki – laki atau dengan sarung Sumba
korban. Hanya beberapa suku saja yang menilai kambing kalau dia perempuan. Jenasah di dudukan di atas kursi
sama dengan babi sebagai hewan korban. Misalnya suku dari kulit kerbau ( keka manulangu ). Sudah bisa di
Gaura di Sumba Barat yang menganggap kambing jenis bayangkan, kalau mulai hari ke tiga, jenasah sudah mulai
hewan korban yang hampir senilai dengan anjing. berbau. Kalau rasa bau jenasah menguat, maka di anggab
g. Ayam Jantan bahwa ia sedang berbicara dengan orang di sekelilingnya.
10
Jenis hewan ini berfungsi sebagai isyarat
kebangkitan roh. Koko ayam jantan akan membangunkan ―Membangunkan‖ berarti membuat rohnya
roh orang yang meninggal pada waktunya agar bersiap berada kembali di dalam tubuh atau jenasahnya sehingga
untuk menempuh perjalanannya ke alam makhluk dapat mulai di beri sirih pinang dan makanan.
halus, Parai Marapu . Oleh karena ayam jantan itu baru Sebenarnya sejak saat itu sudah mulai di siapkan Hamba
disembelih di tepi kubur tatkala jenazah hendak pengiring ( pahapanggangu ). Pada hari itu di potong
dimasukkan ke dalam kuburannya. Di samping itu, ayam seekor kuda sebagai ― korban ― . Dagingnya tidak di
jantan mempunyai makna magis, karena menurut makan hanya di berikan kepada anjing dan babi.
kepercayaan bahwa bulu-bulu ayam jantan itu akan Sejak saat itu pula di adakan penjagaan mayat (―
berfungsi sebagai payung roh seseorang dalam pa wala‖ = mete) dan gong mulai di buyikan siang dan
perjalanannya ke alam makhluk halus, sehingga jenis malam sebagai tanda berduka. Irama dan bunyi gong
hewan ini sering dijadikan bentuk nisan kubur, meskipun pada upacara kematian berbeda dengan irama dan bunyi
sudah distilisasi. Berbeda dengan jenis hewan lain yang gong pada upacara keramaian atau pesta. Bunyi dan
disembelih dalam jumlah besar, ayam jantan yang irama gong khusus pada upacara kematian di sebut ― pa
disembelih selama upacara-upacara kematian dan heninggu‖ dan ―pa tambungu‖ sedangkan pada acara
penguburan hanya satu ekor. pesta di sebut ― pa handakilungu‖ dan ― kabokangu‖. Arti
dari bunyi dan irama gong upacara kematian ada
Selain hewan – hewan peliharaan, terdapat juga beberapa macam, tetapi orang menafsirkan bahwa irama
sesajian berupa sirih pinang serta hasil- hasil panen. Sirih gong itu mengandung kalimat – kalimat tanya jawab
pinang adalah lambang pergaulan masyarakat sumba, sebagai berikut : ―ka nggikimu-nya dumu?‖ (kau
sehingga dalam upacara pengurbanan, sirih pinang di mengapakan dia ?) dan di jawab: Ba meti mana duna !‖ (
maksutkan sebagai upaya memohon izin kepada arwah ha, dia mati sendiri !).
para leluhur. Adapun hasil panen biasanya pantang di 2. Membuat kuburan
konsumsi sebelum diadakan upacara pengurbanan untuk Pada masa yang lalu, sebelum upacara
leluhur. Hal ini bertujuan untuk memohon izin pemakaman, keluarga si mati harus terlebih dahulu
mengkonsumsi hasil panen sebagai berkah yang di mempersiapkan kuburnya.Kubur asli orang Sumba (na
berikan oleh para leluhur. kahali manda mbata, na uma manda mabu) terdiri dari
lubang bulat.
Peristiwa kematian bagi masyarakat Sumba di
anggab sebagai permulaan kehidupan baru di alam baka
yang di sebut alam para marapu ( prai marapu ). Orang 10
Umbu Pura Woha,.Sejarah, Musyawarah dan Adat Istiadat
yang meningal harus di hormati dan di upacarai dengan Sumba Timur,,(Kupang :Penerbit Daera Kabupaten Sumba
Timur),Hal.291-308
berbagai pengurbanan agar arwahnya bisa sampai ke prai

79
Yang setelah jenasah diturunkan, ditutup lebih Bentuknya pun sudah sangat bervariasi sesuai selera dan
dahulu dengan batu bulat kecil (disebut ―ana daluna‖), kemampuan ekonomi masing – masing.
lalu di tutupi dengan batu yang lebih besar. Sesuda itu 3. Dundangu ( Mengundang )
baru dilindunggi dengan batu besar yang di topang oleh Tergantung pada masyarakat inti, apakah
empat batang batu sebagai kakinya. Kuburan seperti ini pemakaman dilakukan dalam waktu dekat atau dalam
namanya ―reti ma pawiti‖ ( kuburan yang berkaki ), waktu yang lama (dua sampai enam bulan, atau tahunan,
biasanya hanya untuk orang – orang bangssawan saja, bahkan puluhan tahun ). Kalau masih sangat lama baru di
karena biayanya mahal. Rakyat biasa kuburnya cukup di kuburkan, maka mayat dapat di simpan dulu di salah satu
tutup dengan batu besar saja.11 kamar di rumah ( puhi la kurungu ) ataupun di kuburkan
Untuk membangun kubur besar yang berkaki, sementara dengan belum di upacarakan (dengi tera ).
masi di perlukan upacara tarik batu kubur (ruruhu watu ). Sejak mayat sudah di simpan, maka ― menjaga
Tergantung tempatnya batu itu di dapat,maka upacara ini mayat ― (pawala, atau biasa di sebut mete ), dan bunyi –
bisa memakan waktu berhari – hari bahkan bulan baru bunyi gong serta nyanyian – yanyian di hentikan. Bila
sampai ke kampung, bisa juga hanya satu hari. Upacara sudah saatnya mayat akan di makamkan, maka diadakan
tarik batu kubur membutuhkan pengaturan acara dan lagi upacara ―pa wala‖ atau mete diadakan kembali.
waktu tersendiri, yang di dahului dengan acara Kalau yang meninggal adalah seorang bangsawan dan
pemotongan batu alam di tempatnya dengan masih beragama marapu, maka ―pa hapanggangu‖ (
persembahyangan terlebih dahulu meminta ijin dan merias hamba pengiring dan menjadi penjaga jenasah ) di
memohon kelancaran pengangkutannya. Batu dipotong adakan lagi dan pada malam – malam sebelum
menjadi empat persegi (sesuai kebutuhan) lalu diikatkan pemakaman di adakan upacara melagukan nyanyian –
kayu – kayu bulat sebagai pelindung dari benturan dan yanyian kuno (yo yela) oleh tua- -tua adat. Kata –
getaran, dan di letakan di atas ―kudanya‖ (jara watu) katanya pun adalah bahasa Sumba Kuno, yang sudah
berupa kayu besar bercabang dua sebagai huruf V. Tali sukar untuk di ketahui artinya. Umumnya merupakan
besar (hombalu) untuk menarik terbuat dari pelepah cerita pengalaman dalam perjalanan jauh dari Hindia
gewang yang sudah di pukul – pukul sehingga berbentuk sampai Sumba.
serabut lalu di pintal jadi tali besar (hombalu manulangu). Mendekati waktu pemakaman, di adakan
Tali – tali ini di ikatkan pada kepala dari kayu yang di musyawarah keluarga untuk :
jadikan kuda dari batu tadi, lalu di tarik oleh rombongan a. Menentukan waktu pemakaman,
– rombongan penarik dari depan yang masing – masing b. Mengetahui kekuatan keluarga
memegang tali. Kalau jalan yang di tempuhnya menurun, pengundang dengan melihat
maka ditempatkannya rombongan penahan dari belakang kehadiran dalam musyawarah itu,
batu. c. Penentuan jumlah dan siapa – siapa
Supaya penarikan berjalan lancar, maka di keluarga yang jauh – jauh, sebagai
tempatkan seorang komandan yang berteriak ―ho keluarga dari si mati yang perlu
tanggalu !‖ dan para penarik serentak menyahut dan mendapat undangan.
menarik ―Woi !‖. Untuk memperlancar jalannya batu, Setelah ada keputusan tentang waktu dan jumlah
maka di depan kuda dan bebanya itu di tempatkan dan siapa – siapa keluarga yang akan di undang, maka di
potongan – potongan kayu bulat, yang setelah di lewati , tetapkanlah beberapa wunang yang akan di utus untuk
di pindahkan lagi ke depan, demikian seterusnya. Apabila menyampaikan undangan tersebut secara adat.
batu itu di rasakan sangat berat, maka di anggab ―ada Wunang yang menjadi pengundang biasanya
yang menahannya‖ sehingga karena itu perlumembuang berjumlah dua orang. Sebelum mereka berangkat, mereka
uang – uang logam ataupun barang- barang berharga ke di perlengkapi dengan tata cara menyampaikan undangan
belakang, dengan maksut meminta ijin agar yang secara adat, dan kelengkapan undangan secara adat, yang
menahannya itu melepaskan pegangannya lalu sibuk di sebut kawuku. Kepada pihak yera ( bapak mantu atau
memungut uang atau barang – barang yang di buang. paman ) wunang menyampiaikan satu buah mamuli perak
Upacara menarik batu kubur juga memakan biaya yang dan satu utas lulu amahu, sedangkan pada pihak la yea (
besar. Oleh karena itu hanya orang yang mampu saja anak mantu, ana kawini ) di sampaikan satu potong kain
yang menyelenggarakannya. toko. Sesampai di tujuan, para pengundang
Namun pada umunya sekarang ini kuburan – menyampaikan undangan dan menyerahkan ―kawuku‖
kuburan orang Sumba tidak lagi memakai batu yang di tersebut. Maka pihak yera yang di undang akan
tarik, tetapi sudah dari bahan semen dan keramik. membalas dengan satu potong kain toko, pihak la yea
menyerahkan satu mamuli perak dan lulu amahu, serta
11 menikam satu ekor anak babi sebagai kameti atau lauk
Ibid,hal.293-294

80
pauk bagi pengundang, yang merupakan petanda bahwa Batu ini di sudut – sudutnya dipasang batang batu tegak,
keluarga yang di undang itu menerima undangan dan yang biasanya disebut panji atau penji. Sementara itu,
bersedia menghadiri pemakaman. dibantai lagi satu ekor, tergantung kedudukan si mati).
4. Lodu Taningu Apabila jenazah dikemas di dalam keka
Keluarga yang jauh biasanya sudah datang manulangu, maka harus dikeluarkan dari tempatnya lalu
sehari sebelum sehari pemakaman. Para tamu disambut dimasukan ke dalam lubang sedangkan keka manulangu
dengan tata cara adat sumba timur dengan pelayanan dibuang ke atas pohon besar di luar kampung. Lalu orang
pertama pemberian sirih - pinang. Masing – masing – orang yang ―maramba‖ jenasah tadi membasuh
kelompok undangan menyampaikan pernyataan tibanya tangannya dengan air kelapa.
sebagaimana undangan yang telah di sampaikaan oleh Selesai pemakaman, seorang wunang dari
utusaan pengundang, melalui juru bicara (wunang) keluarga akan naik di atas batu kubur atau di tempat yang
mereka sendiri kepada juru bicara/ wunang tuan tinggi untuk berbicara menyampaikan isi hati keluarga
rumah,sambil menyerahkan pembawaannya. dan beberapa pengumuman. Tamu yang datang dari jauh
Pihak la yea (anak mantu, ana kawini) atau pun dekat yang telah diundang secara adat, masih
membawa satu mamuli mas, satu utas lulu amahu dan ditahan. Wunang atau juru bicara akan menyampaikan
dua ekor kuda cukup umur, sedangkan pihak yera ucapan terima kasih dan mengumumkan siapa – siapa
(paman) membawa dua lembar kain kombu (kalau si mati saja yang masih ditahan, dengan menyampaikan bahwa
adalah anak laki – laki) atau dua lembar sarung Sumba ―masih banyak yang harus kita bicarakan, masih ada
(kalau si mati adalah wanita). Adapun kuda harus dua yang perlu di tuntaskan. Oleh karena itu di minta untuk
ekor karena harus ada dangangu luri dan dangangu meti kita kembali lagi ke te,pat duduk semula‖.
(hewan yang disembelih). Demikian pula yahubu, ada Keluarga – keluarga yang ditahan tadi di bagi –
yahubu la kahali dan yabuhula tana (yang turut dikubur). bagi kepada keluarga yang sudah bersedia menerima
Selain yuhubu dan dangangu atau hewan kurban, tamu. Keluarga – keluarga yang pokok atau keluarga
juga harus ada ihi ngaru (secara harafia = isi mulut), dekat dari si mati, tidak akan diberikan atau di bagikan
berupa benda emas yang harus di kuburkan bersama – kepada keluarga lain, karena mereka adalah tamu dari si
sana dengan jenasah. Dangangu (korban persembahan) mati. Keluarga – keluarga inti dari si mati akan menerima
dan ihi ngaru ini dimaksutkan untuk menjadi pembawaan tamu masing – masing satu ―kawuku‖ (kepala
dari simati ketika memasuki negeri kayangan (prai keluarga/kepala rombongan), tergantung dari
marapu). Semakin banyak yang dia bawah (ihi ngaru dan kesiapannya.
dangangu atau hewan yang dipotong), dia semakin Masing – masing penerima tamu akan
terpandang atau terhormat diatas sana. Ihi ngaru inilah memotong satu atau dua ekor babi, atau seekor kerbau
yang dicari – cari orang yang suka membongkar – atau sapi sebagai kameti, walaupn tamunya hanya satu
bongkar kuburan. orang. Satelah kameti di potong, dagingnya dibagi dua.
Pada waktu mayat dibawa turun dari balai – Yang sebelah diberikan kepada tuan rumah untuk
balai atas ke tempat pemakaman, gong atau tambur dimasak menjadi lauk – pauk dalam acara makan
dibunyikan dengan irama cepat sebagai tanda penguburan bersama, sedangkan yang sebelah lagi dibawa pulang
akan segera dilaksanakan. Sementara mayat di usung ke oleh tamu. Ajakan makan bagi orang Sumba Timur tidak
kubur, di adakan pembantaian seekor kuda besar sebagai dengan terus terang mengatakan ―mari kita makan‖,
dangangu (bagi golongan bangsawan, dipotong lebih dari tetapi mengajak tamu dengan mengatakan ―mari kita
satu ekor). minum air‖.
Menurut kepercayaan Marapu, semakin banyak Sebelum kameti ditikam atau dipotong, terlebih
hewan korban yang dibantai, semakin terhormat orang dahulu tamu disapa secara adat, dengan memberikan satu
mati tersebut memasuki negeri kayangan atau negeri buah mamuli mas dan satu utas lulu amahu ditambah satu
leluhur. Bahkan pada jaman dahulu, korban atu dangangu ekor kuda kalau pihaknya adalah Yera (pihak paman),
bukan hanya hewan, tetapi juga manusia, yaitu hamba atau satu lembar kain atau sarung Sumba kalau dia
dari bangsawan yang bersangkutan, yang disayangi dan adalah pihak la yea (ana kawini). Pemberian – pemberian
menyayanginya.Memang ada juga hamba yang mau ini disebut Wala lima, hupu lunggi (=jari tangan, ujung
dengan suka rela ingin mengiringi tuannya, karena rambut) dari si mati sebagai kenang – kenangan baginya.
mereka disayangi dan menyayangi tuannya.
5. Taningu ( menguburkan ) Untuk menikam babi kameti, biasanya tamu
Mayat dimasukan ke dalam liang lahat lalu ditegur dengan mengatakan ada anak ayam untuk
ditutup dengan batu pipih kecil ( disebut ana dalu ) lalu dipotong guna mengucap syukur kepada Alkhalik karena
ditutup dengan batu besar, apakah berkaki atau tidak. upacara pemakaman telah selesai.

81
Aturan-aturan tersebut dapat didefinisikan sebagai
Selesai makan maka tamu pun pulang kembali ‖pedoman untuk berprilaku menurut tata-cara Marapu‖.
ke kampungnya masing – masing, dengan membawa Aturan-aturan itu tidak hanya bertalian dengan akal budi
hewan atau kain. Juga daging kameti sebelah atau dan pengertian manusia saja, melainkan dengan seluruh
setengah ekor, yang nanti akan dibagi – bagikan kepada pola kehidupannya. Sebagai sistem kepercayaan yang
anggota rombongan setelah tiba kembali di rumah masing mempunyai aturan-aturan, sampai dengan saat ini masih
– masing. dapat diterima karena keseluruhan tata nilai diarahkan
6. Warungu Handuka pada kebaikan kehidupan manusia.
Beberapa hari kemudian semua keluarga dekat Kedua, Marapu berperan sebagai ‗penolong‘.
dan tetangga simati diundang lagi untuk bersama – sama Artinya ketika manusia (masyarakat Sumba) mampu
mengikuti penutupan ―masa berkabung‖atau di sebut juga untuk menjalankan aturan-aturan dalam Marapu maka ia
padita wai mata (mengangkat air mata). Ucapan terima4 akan selamat. Selamat dimaksudkan dengan (1). Berhasil
kasih ini di tandai juga dengan membagikan sisa – sisa5 dalam segala usahanya didunia, pertanian, peternakan
pembawaan kepada orang mati, berupa kamba kepada dll. (2). Akan dilindungi oleh Sang Pencipta melalui roh
pihak la yea (ana kawini) atau mamuli, lulu amahu atau nenek moyang dalam segala malapetaka. (3) ketika
kuda kepada phak yera (pihak paman). Barang – barang meniggal setelah rohnya melayang-layang diangkasa
yang dibagikan ini disebut rihi yubuhu dan rihi dangangu, rohnya akan masuk pada langit kedelapan( Surga).
artinya barang – barang yang sisa dari urusan. Selain ini
maka pawala dan bunyi gong dihentikan. 1. Kelompok kelompok Keagamaan
7. Palundungu (penyelesaian)
Upacara ini merupakan yang terakhir, di Di dalam masyarakat Sumba dapat dikatakan
mana‖arwah si mati dihantar ke alam bersyah‖(ke negeri tidak ada satu segi kehidupan yang tidak diliputi oleh
dewa atau kahyangan). Dalam acara ini arwah si mati rasa keagamaan. Sudah sejak lahir seseorang
berangkat bersama – sama dengan arwah leluhur lainnya dipersiapkan untuk melayani kepentingan Marapu-nya.
di negeri Marapu. Anak-anak selalu dibawa untuk turut serta didalam
upacara pemujaan. Bahkan anak-anak itulah yang
Makna Marapu Dalam Pranata Kehidupan Sosial makan nasi sesaji yang sudah dipersembahkan dengan
Budaya Masyarakat Sumba Timur maksud agar mereka dikenal oleh Marapu. Demikian
pula ketika anak-anak itu mulai menginjak masa
Hampir seluruh segi-segi kehidupan masyarakat remaja atau masa dewasa. Mereka diwajibkan turut
Sumba diliputi oleh rasa keagamaan. Bisa dikatakan berpartisipasi dalam berbagai upacara, misalnya
agama Marapu sebagai inti dari kebudayaan mereka, membantu orang tuanya mempersiapkan sesaji atau
sebagai sumber nilai-nilai dan pandangan hidup serta mewakili untuk menghadiri suatu upacara karena orang
mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan tuanya sedang berhalangan.
masyarakat yang bersangkutan. Ketika hendak menjalani hidup berumah-
Budaya Sumba asli dalam segala bentuknya tangga, seorang laki-laki mengambil istri dengan
merupakan manifestasi dari kepercayaan tradisional maksud utama ka napohu kalaja wingiru — kalaja bara
orang sumba yaitu kepercayaan Marapu, yang merupakan (agar meramu sesaji kuning dan sesaji putih), maksudnya
warisan nenek moyang atau leluhur Marapu, yang secara agar ada yang membuat nasi kuning dan nasi putih yang
holistik telah mendasari seluruh tatanan masyarakat menjadi persembahan utama kepada marapu, karena
orang sumba. Bagi masyarakat Sumba, Marapu menjadi tujuan utama dari perkawinan ialah supaya tetap ada
falsafah hidup bagi berbagai ungkapan budaya Sumba. yang melayani kepentingan marapu, yang dalam
Mulai dari upacara-upacara adat, rumah-rumah ibadat ungkapan dikatakan mata ka ningu mapadukulu epi la
(umaratu), rumah-rumah adat dan tata cara rancang au — mapakalibuku wai la mbalu ( agar ada yang
bangunannya, sampai kepada seluruh aspek kehidupan menghidupkan api di dapur dan yang mengisi air ke
dan kegiatan orang Sumba. tempayan).
Marapu merupakan tata nilai mendasar yang Suami istri yang masih muda adalah
dipegang dan dianut oleh masyarakat Sumba. Tidak pengganti dan penerus tugas orang tua untuk melayani
berbeda dengan sistem kepercayaan umumnya Marapu kepentingan Marapu. Secara umum setiap orang wajib
mempunyai dua peranan penting dalam kehidupan memuja Marapu dengan member persembahan dan
masyarakat Sumba.Pertama, Marapu berperan sebagai bersembahyang. Oleh karena itu dalam suatu biliku
pedoman hidup, tingkah dan laku masyarakat Sumba. (keluarga batih), suami dan istri harus bekerja sama
Marapu sendiri mempunyai aturan-aturan atau hukum.

82
menyediakan bahan sajian untuk dipersembahkankepada dan menjadi keputusan bersama. Masyarakat Sumba pada
Marapu. umumnya sangat menghormati keputusan – keputusan
Seperti telah dikemukakan bahwa kelompok yang di ambil berdasarkan musyawarah, di mana
kekerabatan yang terbesar dalam masyarakat Sumba tokohnya atau yang mewakili turut hadir dan memberikan
ialah kabihu. Kabihu merupakan kelompok kekerabatan pendapat. Pertemuan itu di sebut pulu pamba, bata
yang terdiri dari segabungan uma-uma yang merasa diri bokulu ( bicara rapat – pembicaraan besar = musyawarah
berasal dan satu nenek moyang. Setiap kabihu untuk mencapai kata sepakat ). Singkatnya, musyawarah
rnempunyai benda-benda pusaka tertentu yang dianggap merupakan budaya orang sumba dalam mengambil
keramat dan yang berhubungan dengan asal mula dari keputusan.12
kabihu itu. Benda-benda yang dikeramatkan itu disebut Menyangkut masalah adat – istiadat, perlu di
tanggu Marapu. Para warga kabihuwajib melakukan ingat bahwa musyawarah para leluhur yang menurut
serangkaian upacara yang berhubungan dengan tanggu catatan berlangsung selama enam kali itu masih sangat
Marapu itu atau yang berhubungan dengan pemujaan menyatu dengan faham kepercayaan asli, yaitu
kepada arwah leluhurnya. Upacara-upacara biasanya kepercayaan Marapu, sehingga semua keputusan bersifat
dilakukan di rumah pusat (uma bokulu) dari kabihu yang sakral dan masyarakat sangat takut untuk melanggarnya,
bersangkutan, karena rumah bukan saja sebagai tempat akan kena hukuman yaitu ―Nda malundungu‖ ( tidak
tinggal manusia, tetapi yang paling utama adalah tempat selamat, mati cepat ). Hal ini terjadi karena begitu semua
melakukan kebaktian kepada marapu. Upacara terpenting musyawarah adat selesai, langsung di lakukan dua hal
yang dilakukan di uma ialah upacara Puru la wai dan penting, yaitu pertama, mengadakan IKAR dan yang
upacara Nggutingu. Dalam upacara-upacara itu, anak- kedua, bersemba yang kepada Marapu untuk menutup
anak para warga kabihu yang telah mencapai usia tertentu musyawarah itu.
diresmikan menjadi wargakabihuyang dewasa. Ikar diangkat oleh pemimpin musyawah dengan
Setiap kabihu tidak pernah berdiri sendiri , mengatakan : ―inilah hukum dan tata cara ―da nuku, da
dan selalu mempunyai hubungan dengan kabihu lain. hara ), adat – istiadat suri teladan ( da ngguti kalaratu, da
Hubungan tersebut bisa terjadi karena diantara kabihu- huri pangerangu ), batas sejauh kita jalan dan lingkaran
kabihu itu mungkin berasal dan satu leluhur, ada sejauhnya kita pergi ( na huku lii lakunda, na huku lii
hubungan kekerabatan atau karena ada sangkut paut lawadinda ). Marilah keputusan – keputusan ini kita
dengan sejarah leluhurnya. menghayati dalam – dalam di hati dan kita
Dengan melalui musyawarah, mangu tanangu mengamalkannya sungguh – sungguh dalam segalah peri
sebagai pemimpin dan penganjur menghimpun semua kehidupan kita mulai dari kita sampai turun temurun (
kabihu yang ada di dalam wilayah kekuasaannya dalam matawa kata kalumbutu la iwinya, kata kaloru
suatu perkampungan besar yang disebut paraingu. Dalam pakawananya = marilah kita simpan dalam kalumbutu
suatu paraingu setiap kabihu diwajibkan untuk turut rotan yang kuat, kita pegang kuat dengan tangan
ambil bagian dalam upacara pemujaan terhadap satu kanan ). Hal yang ke dua adalah berdoa ( hamayangu )
marapu ratu. Marapu ratu dipuja dalam suatu rumah kepada Marapu agar memberkati yang melakukannya
kecil yang tidak dihuni manusia yang disebut Uma dalam hidupnya, dan menghukum yang melanggarnya.
Ndapataungu. Demikianlah, dapat dikatakan paraingu 7Ini tentu saja berbeda dengan musyawarah –
adalah tempat pemujaan, karena setiap upacara pemujaan musyawarah adat yang disponsori oleh pemerintah.
yang penting harus dilakukan di paraingu, misalnya Menurut pendapat penyadur, musyawah seperti ini
upacara Pamangu langu paraingu, Pamangu kawunga sebenarnya lebih tepat kalau di sebut ― seminar tentang
dan Pamangu lii ndiawa — lii pahuamba. Upacara- adat- istiadat Sumba‖, oleh karena lebih menekankan
upacara tersebut dilakukan dengan maksud agar Marapu kepada ― pelaksanaan ― dari adat – istiadat itu dalam
Ratu serta Marapu lainnya member perlindungan, kehidupan sehari – hari.
berkat, kesuburan dan kemakmuran. Pemujaan terhadap
Uma Ndapataungu itulah yang menjadi pusat 3. Bentuk dan Lapisan Masyarakat Di Sumba Timur
persekutuan kabihu-kabihu yang terdapat dalam Kabihu (marga atau suku, atau clan ) adalah
paraingu . Adapun orang yang khusus melayani kelompok orang yang merupakan suatu persekutuan
upacara pemujaan terhadap Uma Ndapataungu ialah hukum menurut keturunan (genealogis) yang anggota –
para ratu dan paratu. anggotanya terdiri dari orang – orang yang terjadi
2. Musyawarah turunan dari satu leluhur.Di dalam suatu wilayah hukum
Musyawarah adalah perhimpunan untuk
membahas bersama masalah – masalah yang dihadapi 12
Sejarah, Musyawarah dan Adat Istiadat sumba timur.
untuk mendapatkan kesimpulan yang di setujui bersama Hal.251-152.

83
selalu ada tuan tanah atau pemilik negeri ( mangu banyak orang yang mendengar dan mengikuti apa yang ia
tanangu ), kabihu – kabihu yang di anggap pendatang katakan. Pendidikan memberi nilai plus bagi kewibawaan
awal, yang lebih dahulu tiba di lokasi itu sehingga seseorang. Wibawa ini dapat diandalkan bahkan di
menjadi pemilik atau juga dengan cara – cara tertentu perbesar kalau yang bersangkutan dapat membuktikan
untuk mendapat hak sebagai tuan tanah. diri kepada warga masyarakat di mana dia berada bahwa
Orang Sumba Timur tidak memperkenankan dia memang ahli di bidangnya, kalau dia tampak beda.
adanya kawin – mawin antar sesama kabihu (bersifat Dengan demikian, orang yang berpendidikan dapat
eksogam, kawin ke luar). Selain terdapat kabihu yang meningkatkan status sosialnya di dalam masyarakat.
dapat berkembang biak sehingga bertambah banyak,
terdapat pula kabihu yang tidak berkembang biak, 4. Permukiman dan Bentuk Rumah
sehingga lama – kelamaan sudah punah dan hilang dari Masyarakat Sumba membangun permukiman
masyarakat, hanya tinggal nama kabihunya saja. (praingu) yang terdiri dari bangunan bangunan –
Di dalam sebuah kampung atau negeri, di tunjuk bangunan rumah beberapa klan (kabihu).
kabihu – kabihu dan tokoh – tokoh tertentu untuk tugas Pemukiman ini biasanya dibangun atas bukit
– tugas tertentu. Dalam kehidupan masyarakat, susunan dengan pagar batu dan tumbuhan berduri (biasanya
kehidupan masyarakat Sumba Timur adalah sebagai tanaman sejenis kaktus berduri). Pagar tersebut
berikut: dimaksudkan untuk melindungi permukiman dari
a. Maramba : ningrat, raja, bangsawan; serangan musuh. Letaknya yang berada pada ketinggian
Maramba adalah orang – orang keturunan menggambarkan konsepsi masyarakat Sumba yang
bangsawan yang merupakan orang yang berstatus paling percaya bahwa tempat ketinggian merupakan kediaman
tinggi dalam status sosial masyarakat Sumba. Para arwah para nenek moyang. Kepercayaan terhadap
maramba inilah yang biasanya memegang tambuk Marapu telah mempengaruhi formasi permukiman yang
pemerintahan di wilayahnya masing – masing. dibangun didalam praingu. Setiap praingu biasanya di
b. Kabihu : orang merdeka, masyarakat biasa; lengkapi dengan rumah pemujaan, tugu pemujaan
Kabihu ialah orang – orang yang bebas dan (katoda), dan makam.
tidak terikat oleh para maramba, mereka bebas Pada perkampungan adat paraing terdapat
melakukan apa saja yang mereka inginkan tanpa ada rumah-rumah khas yang disebut Uma Mbatangu.
tekanan dari bangsawan dan biasanya orang – orang dari Dengan atap alang-alang yang menjulang, dan posisinya
kabihu inilah yang terpilih menjalankan ritual Marapu, seluruhnya membentuk perahu, dan dibagian tengah
sebagai para Ratu perumahan penduduk terdapat kuburan megalitik. Simbol
c. Ata : hamba tersebut eratkaitannya dengan kosmologilokal.Tataletak
Ata atau hamba adalah golongan yang paling rumahseperti perahu menggambarkan persatuan dan
rendah dalam struktur lapisan sosial masyarakat Sumba. kesatuan, yaitu sebuah kerja sama dari semenanjung
Mereka dijadikan alat sebagai pekerja di rumah para Malaka hingga Sumba.
bangsawan. Ata atau hamba yang dimiliki oleh para Selain mempengaruhi formasi permukiman
bangsawan diperoleh melalui tawanan perang pada masa warga, kepercayaan terhadap Marapu juga telah
lalu, serta ada juga hamba yang dibeli pada masa lalu, membingkai pemaknaan terhadap rumah – rumah
sehingga keturunannya tetap menggabdi pada keturunan tradisional Sumba.Filosofi orang Sumba banhwa rumah
bangsawan yang menang perang atau keturunan bukan sekedar tempat bernaung dari hujan dan panas
bangsawan yang membeli hamba. Karena itu seumur tetapi rumah merupakan mikrokosmos dari dunia yang
hidup bara hamba itu harus menggabdi kepada tuannya. makrokosmos. Sehingga dalam rumah orang sumba
Tingkatan ini didasarkan atas silsilah atau dibagi menjadi tiga bahagian:Tempat paling atas (loteng)
kelahiran. Akan tetapi karena perkembangan keadaan, disebut toko uma merupakan ruangan yang bersifat sakral
maka orang yang asalnya orang biasa dapat meningkat untuk para ilah dan arwah leluhur karena itu tempat ini
statusnya karena pandai bergaul, kawin – mawin, tempat penyimpanan benda-benda pusaka (keramat) dan
memiliki kemampuan ekonomi dan keberhasilan dalam benda-benda pemujaan. Ruangan di tengah disebut bei
pendidikan. Status sosial atau kasta kemasyarakatan uma atau badan rumah, merupakan tempat aktifitas
seperti di rinci di atas, dalam kehidupan sehari – hari manusia. Bagian luar berupa beranda tempat bersantai
tidak begitu tampak lagi. dan menerima tamu. Sedangkan bagian dalam merupakan
Pendidikan (keahlian) yang di miliki seseorang tempat hunian sekaligus tempat pemujaan dan
ikut membantu kewiba-waannya dalam masyarakat. pelaksanaan ritus.
Masyarakat memberi penghargaan yang khusus kepada Rumah ini berpintu dua di depan kiri dan kanan.
seorang serjana karena di anggab ―sia lebih tau‖ sehingga Pintu depan sebelah kanan merupakan pintu masuk untuk

84
laki-laki yang berhubungan langsung dengan bale pinang ini sangat penting, sehingga anggaran untuk sirih
katonga yaitu bagian rumah untuk laki-laki dengan fungsi pinang juga cukup besar.
yang lebih formal (tempat menerima tamu) dan religius
(tempat pelaksanaan ritus). Pintu sebelah kiri untuk DAFTAR PUSTAKA
perempuan, yang berhubungan langsung dengan kere
padulu yang fungsinya lebih pada urusan rumah tangga. Anonim, 1997/1998.Adat Istiadat Daerah Nusa
Tenggara Timur, proyek penelitian dan
Di tengah-tengah ruangan –yang diapit oleh empat
pencatatan kebudayaan daerah, Depertemen
ruangan utama- terdapat tungku untuk memasak yang Pendidikn dan Kebudayaan Jendral
disebut rubuka. Dan ruang tidur disesuaikan dengan Kebudayaan.
posisi ke-4 tiang utama. Sedangkan bagian bawah Bagiyo P, dkk, 2004, Religi Pada Masyarakat
(kolong rumah) disebut Sali kabunga tempat memelihara Prasejarah Di Indonesia, Jakarta:
ternak (kandang hewan seperti kuda, kerbau, dan babi). Kementrian Kebudayaan Dan Perieisata.
5. Peranan Sirih – pinang Dove, Michael R, 1982, Peranan Kebudayaan
Tradisional Indonesia dalam Modernisasi,
Sirih – pinang sangat penting peranannya dalam
jakarta; Yayasan Obor Indonesia
kehidupan orang Sumba, bahkan secara relatif dapat Geertz, Clifford. 1973. The Interpretation of Cultures :
menggeser peranan bahan makanan. Selected Essay. New York: Basic Book.
Setiap orang yang datang berkunjung terlebih Kuntowijoyo, 2003, Metodologi Sejarah, Yogyakarta:
dahulu harus disodorkan tempat sirih – pinang (mbola Tiara Wacana Jogja.
pahapa). Untuk makan sirih, perlu disediakan tiga unsur Kapita, Umbu Hina, 1976, Masyarakat Sumba dan Adat
yaitu sirih, pinang, dan kapur tepung. Sirih dapat Istiadatnya ,jakarta: , BPK Gunung Mulia.
Koentjaraningrat, 1974, Kebudayaan, Mentalitet dan
berbentuk daun sirih, buah sirih segar, dan sirih buah
Pembangunan, Jakarta: Gramedia.
kering. Pinang dapat berbentuk buah pinag muda, buah _______________, 19,. Beberapa Pokok Antropologi
pinag tua, dan irisan buah pinag kering. Sosial, Jakarta: Gramedia
Tempat sirih yang selalu siap untuk tamu atau Marwati, J Poesponegoro, 2008, Sejarah Nasional
untuk keperluan sendiri di rumah tangga disebut mbola Indonesia Jilid I, Jakarta: Balai Pustaka.
pahapa (tempat sirih pinag). Tempat sirih yang selalu di Nggodu Tungguh,2004, Etika dan Moralitas dalam
Budaya Sumba, jakarta: Pro Millenio Center.
bawa – bawa oleh perempuan di sebut Kapu sedangkan
R. Soekmono 1995, Pengantar Sejarah Kebudayaan Jilid
tempat sirih yang di bawa – bawa oleh laki – laki disebut II, Yogyakarta: Kanisius.
Kalumbutu. Orang tua yang sudah ompong sehinga tidak Ratmawati, dkk. 1982/1983. Studi Kepustakaan
kuat lagi mengunyah, menyediakan dirinyaalat Pengalaman Kepercayaan Terhadap Tuhan
penumbuk sirih pinang yang di sebut, Tuku (gobek, Yang Maha Esa, Dalam Kehidupan Sosial
berasal dari kata go back), terbuat dari bagian ujung Kemasyarakatan, Depertemen Pendidikan
tanduk kerbau (disebut :bai = betina), dengan alat tumbuk dan Kebudayaan Direktorat Jendral
Kebudayaan
kecil dari logam (disebut :muni tuku = jantannya). Bahan
Suriadiredja, P,1983, Simbolisme dalam Desain Kain di
sirih pinang yang sudah di tumbuk dengan ―Gobek‖ ini Watu Puda, Bandung: FS – Unpad.
sering kali di bagi – bagikan juga dengan sesama orang Soekmono. 1986. Local Genius Dalam Perkembangan
tua. Kalau bertemu dan tidak di suguhi tempat sirih Bangunan Sakral di Indonesia dalam
pinang maka dianggap tidak sopan atau berangkali kepribadian budaya bangsa (Local Genius),
sedang marah. Demikian juga kalau bertemu dalam disunting Ayatrohaedi. Bandung: Pustaka
perjalanan, harus saling menyodorkan tempat sirih Jaya.
Umbu Pura Wora,2007, Sejarah, Musyawarah, dan Adat
pinang.
Istiadat Sumba Timur,Diterbitkan oleh
Berdasarkan hal – hal tersebut di atas, sirih pemerintah Daerah Kabupaten Sumba
pinang berperanan sebagai alat pergaulan sehari – hari, Timur.
selain makan sirih pinang (biasa di singkat sirih saja Widijatmika, Munandjar, 1980, Sejarah Pendidikan Nusa
=hapa) memberikan ketenangan dan semangat, karena Tenggara Timur, Kupang: LP Undana.
sirih dan pinang mengandung alkaloid, sehingga Wellem, Frederik Djara, 2001, Injil dan Marapu: Suatu
Studi Historis – Teknologia Perjumpaan Injil
sebenarnya mirip narkotika. Banyak orang sumba yang
Dengan Masyarakat Sumba Pada Periode
menganggap lebih baik tidak makan dari pada tidak 1876 – 1900, Jakarta: BPK Gunung Mulia.
makan sirih pinang. Maka sirih pinang juga di anggap
sebagai tanda kedewasaan.
Dalam urusan adat,baik upacara perkawinan
maupun upacara kematian, hal memberikan suguhan sirih

85

Anda mungkin juga menyukai