Anda di halaman 1dari 14

Suhartini, Baharuddin / SOCIETY Volume 12, Nomor 1 Halaman 45 - 58

SOCIETY
JURNAL PRODI TADRIS IPS
Volume 12, Nomor 1 Juni 2021
ISSN (p) : 2087-0493, ISSN (e) : 2715-5994

NILAI-NILAI SOSIAL DALAM BUDAYA MAULIDAN SUKU SASAK BAYAN


DESA KARANG BAJO KECAMATAN BAYAN
KABUPATEN LOMBOK UTARA

Suhartini1), Baharuddin2)
1,2)
Universitas Islam Negeri Mataram, Jalan Gajah Mada No. 100, Kota Mataram, Nusa Tenggara
Barat, Indonesia

ABSTRAK

Penelitian ini membahas tentang Nilai-nilai Sosial Dalam Budaya Maulidan Suku Sasak Bayan
Desa Karang Bajo Kecamatan Bayan kabupaten Lombok Utara Tahun 2017 dimana yang menjadi
tujuan penelitian ini adalah menemukan Nilai-nilai Sosial yang terdapat dalam Budaya Maulidan Suku
Sasak Bayan.
penelitin ini merupakan penelitian Kulaitatif jenis analisis Deskriftif. Subjek penenlitian ini
adalah Tokoh-tokoh Adat, Aparat Desa, masyarakat dan Budaya-budayawan yang merupakan orang-
orang yang ikut berperan dalam perayaan Maulid dan mengetahui sejarah dan prosesi Budaya
Maulidan Suku Sasak Bayan. Tekhnik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,
Wawancara, Dokumentasi. Adapun tekhnik analisis data digunakan yaitu melalui reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan (Verifikasi). Pengecekan keabsahan data dengan peningkatan
ketekunan dan menggunkan Triangulasi sumber.
Hasil penelitian menujukkan Nilai-nilai sosial yang terdapat dalam Budaya Maulidan Suku
Sasak bayan yaitu: (a) Nilai keindahan yang terdapat dalam Musik Gong Gamelan, Menutu, (b)
Nilai Religius atau Nilai Kepercayaan terdapat pada prosesi membelonyo, (c) Nilai Moral atau
Kebaikan terlihat pada prosesi Mentambeq, Bernazar, (d) Nilai Vital atau Kegunaan terlihat pada
bambu, Rantok, dan Gong Gamelan yang mempunyai kegunaan dalam melakukan segala aktivitas
pada saat ritual Maulid Adat, (e) Nilai hiburan terlihat pada permainan Peresean sebagai hiburan
malam didepan halaman Masjid Kuno Bayan dan juga nilai hiburan terdapat pada prosesi Praja
Mulud, (f) Nilai Kerja sama atau Gontong royong terlihat pada saat masyarakat bekerja sama untuk
membuat Balen Unggun, Menutu, Menaganggek dan lain sebagainnya, (g) Nilai Kekeluargaan terlihat
pada berkumpulnya masyarakat disatu tempat yang disebut dengan Kampu Karang Bajo, (h) Nilai
Kedisplinan terlihat bagaimana masyarakat mematuhi segala peraturan-pertauran adat yang sudah di
tetapkan oleh peranta adat seperti berpakian sesuai adat dan mengikuti ritual Bisoq Meniq yang
memperlihatkan displin masyarakat bayan. Adapun fungsi perayaan Maulid Suku Sasak Bayan
yaitu kecintaan terhadap Nabi Muhammad SAW serta rasa syukur kepada Allah SWT dan
menghormati warisan budaya yang telah ada.

Kata Kunci: Suku Sasak, Nilai-Nilai Sosial Budaya, Maulidan

A. PENDAHULUAN dari Jawa yang dibawa oleh Sunan Prapen


putra dari Sunan Giri, beliau merupakan
Islam masuk kepulau Lombok pada
salah satu Wali Songo yang terkenal.
abad ke-16 sekitar tahun (1545). Islam
Menurut beberapa ahli sejarah, sebelum
disebarluaskan melalui sebuah ekspedisi

45 | SOCIETY- Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.


Penulis dkk / SOCIETY Volume 11, Nomor 2 Halaman 47-54

Islam masuk kepulau ini, penduduk asli Islam di Jawa, sebagaimana trikotomi
Sasak mempunyai agama tradisional yaitu yang diajukan Geertz, dan ditulis oleh Mark
Boda sebuah sebutan bagi penduduk asli Woodward. Namun menyebutan Islam
Lombok. Islam sejak awal kemunculanya Wetu Telu ini disangkal oleh Raden
dan akan berlanjut hingga akhir zaman, Gedarip. Seorang pemangku adat
telah menghadapi beberapa perbedaan nilai Karangsalah. Menurutnya, Islam hanya
yang contradictive dengan tradisi lokal satu, tidak ada polarisasi antara waktu
dan budaya. Hal tersebut menyebabkan tiga (Wetu Telu) dan Waktu Lima.
sebuah proses dialektika dan menghasilkan “Sebenarnya Wetu Telu bukan agama,
warna lokal Islam yang disebut Islam Wetu tetapi adat”.
Telu di Bayan, Lombok Barat.
Bagi komunitas Wetu Telu di
Penelitian sosiologis ilmuan Barat Bayan, salah satu daerah konsentrasi
abad ke-20, seperti Van Eerde dan penganut Wetu Telu, paling tidak ada
Profesor Bousquet, menunjukkan bahwa empat konsepsi mengenai Wetu Telu.
di kalangan masyarakat Sasak terdapat Pertama, pendangan yang menyatakan
tiga kelompok keagamaan, Sasak Boda, bahwa Wetu Telu berarti tiga sistem
Waktu Lima dan Wetu Telu. Sasak Boda reproduksi, dengan ansumsi kata Wetu
disebut-sebut sebagai agama asli berasal dari kata Metu, yang berarti
masyarakat Lombok. Kendati dari muncul atau datang dari, sedangkan Telu
penyebutannya mirip dengan kata Budha, berarti tiga. Secara simbolis hal ini
mereka bukanlah penganut Budhisme, mengungkapkan bahwa semua mahkluk
karena mereka tidak mengakui Siddharta hidup muncul (metu) melalui tiga macam
Gautama sebagai figure utama sistem reproduksi: (1) Melahirkan
pemujaannya maupun terhadap ajaran (Menganak), (2) Bertelur (Menteluk), (3)
pencerahannya. Penganut boda merupakan Berkembang biak dari benih atau buah
komunitas kecil dan masih ditemukan pada (Mentiuk). Kedua, persepsi yang
awal abad ke-20, tinggal di bagian utara mengatakan bahwa Wetu Telu
Gunung Rinjani (Kecamatan Bayan dan melambangkan ketergantungan makhluk
Tanjung) dan di beberapa desa di hidup satu sama lain. Menurut konsepsi ini,
sebelah selatan Gunung Rinjani. wilayah kosmologis itu terbagi menjadi
jagad kecil dan jagad Besar. Jagad Besar
Beberapa kalangan melihat
disebut alam raya atau maya pada yang
fenomena Wetu Telu dalam makna yang
terdiri atas Dunia, Matahari, Bulan, Bintang
sama dengan penganut Islam abangan atau

46 | SOCIETY- Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.


Penulis dkk / SOCIETY Volume 11, Nomor 2 Halaman 47-54

dan Planet lain, sedangkan manusia dan diperbolehkan datangan untuk mengikuti
makhluk lainnya merupakan jagad Kecil upacara Adat Maulid Suku Sasak Bayan
yang selaku makhluk sepenuhnya karena Maulid Adat Suku Sasak Bayan
tergantung pada alam semesta. Ketiga, terbuka untuk umum dengan
konsepsi yang menyatakan bahwa Wetu menggunakan Baju Adat Bayan yang
Telu sebagai sebuah sistem agama ditenun sendiri oleh masyarakat Suku Sasak
Termanifestasi dalam kepercayaan bahwa Bayan. Maulid Adat Suku Sasak Bayan
semua makhluk melewati tiga tahap dirayakan dalam waktu dua hari dimana
rangkain siklus; Dilahirkan (Menganak), hari pertama dikenal dengan Kayu Aiq,
Hidup (Urip) dan Mati (Mate). Keempat, dimana Kayu Aiq ini diadakan beberapa
konsepsi yang menyatakan bahwa pusat Ritual Adat yaitu upacara Adat Balen
kepercayaan Wetu Telu adalah iman Unggun, Bisok Rantok, Ngalu Gerantung,
Kepada Allah, Adam dan Hawa. juga Menutu, Tunggul, Penjemputan Gong,
beragam kegiatan upacara ritual dan Ngengelat, Umbul-umbul dan peresean, dan
kegiatan sosial lainnya dilangsungkan pada hari keduanya disebut dengan Gawe
selalu dengan semangat kebersamaan, dimana Gawe ini dilaksanakan
gontong-royong. Seperti budaya Maulid Menyembelih, Bisoq Meniq, Pengaluan
Suku Sasak Bayan Dimana masyarakat Payung Agung Ancak, Mengangeq, Praja
berkumpul untuk melaksanakan Mulud Mulud, Bisoq Berugaq Agung dan
Adat yang menjadi suatau Budaya khas sebagaianya.
yang dimiliki oleh komunitas Suku Sasak
Fokus Penelitian
Bayan.
Untuk mendapatkan penelitian
Dari konteks penelitian tersebut
yang terarah, maka diperlukan fokus
peneliti tertarik untuk mengangkat Judul
penelitian, adapun fokus penelitian dalam
tentang Nilai-nilai Sosial dalam Budaya
penelitian ini adalah:
Maulidan Suku Sasak Bayan Desa Karang
Bajo Kecamatan Bayan Kabupaten 1. Bagaimana jenis-jenis nilai sosial yang
Lombok Utara Tahun 2017. Dimana terkandung dalam budaya maulidan
Maulid merupakan hari besar umat Islam Suku Sasak Bayan di Desa Karang
yang pelaksanaanya yakni Rabi’ul Awal Bajo ?
dalam perayaan Maulidnya diadakan
2. Apa saja fungsi perayaan maulidan
dirumah Adat Karang Bajo dan Masjid
Suku Sasak Bayan Desa Karang
Kuno Bayan, dari berbagai desa
Bajo?

47 | SOCIETY- Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.


Penulis dkk / SOCIETY Volume 11, Nomor 2 Halaman 47-54

Tujuan dari penelitian ini adalah penelitian adalah penerapan pendekatan


untuk mengetahui nilai-nilai sosial yang ilmiah pada pengkajian suatu masalah.
terdapat dalam budaya maulidan Suku Tujuannya yaitu untuk menemukan
Sasak Bayan dan fungsi perayaan maulid jawaban terhadap persoalan yang
Suku Saak Bayan dan memperkenalkan signifikan, melalui penerapan prosedur-
budaya maulid tersebut kepada para prosedur ilmiah.
pembaca penelitian ini.
1. Pendekatan Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian Kualitatif adalah prosedur
Untuk memberikan dan penelitian yang menghasilkan data deskritif
menghindari penafsiran yang salah pada berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
penelitian ini, maka peneliti menguraikan orang-orang dan perilaku yang dapat
ruang lingkup atau batasan penelitian diamati.
meliputi: Nilai-nilai Sosial dalam Budaya
Peneliti memilih pendekatan
Maulidan Suku Sasak Bayan Desa Karang
kualitatif jenis analisis deskriptif, karena
Bajo Kecamatan Bayan Kabupaten
data yang akan dikumpulkan adalah data-
Lombok Utara Tahun 2017.
data yang bersifat analisis deskriptif
Dimana peneliti hanya melihat dimana peneliti akan menganalisis
Nilai-nilai Sosial dalam budaya maulidan fenomena yang sedang berlangsung dan
Suku Sasak Bayan saja dan juga melihat mendeskripsikannya dalam bentuk kata-
fungsi dari perayaan maulidan itu sendir kata yang dipaparkan secara sistematis,
akurat serta jelas tentang sifat-sifat dan
Setting Penelitian
objek yang diteliti. Sehingga peneliti dapat
Adapun tempat yang di jadikan memperoleh keterangan yang lebih luas dan
objek penelitian ini adalah Desa Karang mendalam mengenai hal- hal yang
Bajo Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok menjadi pokok pembahasan yang harus
Utara Jalan Raya Tanjung-Bayan Kode Pos ditemukan jawabannya sesuai dengan fakta
83354. yang ada.

a. Metode Penelitian Dengan penelitian kualitatif peneliti


mengharapkan akan mendapatkan data-
Metode adalah suatu cara untuk
data dengan fakta dan sumber yang jelas
mengetahui sesuatu, mempunyai
serta bermakna, sehingga peneliti mencapai
langkah- langkah sistematis. Sedangkan
tujuannya untuk menemukan Nilai-Nilai

48 | SOCIETY- Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.


Penulis dkk / SOCIETY Volume 11, Nomor 2 Halaman 47-54

Sosial Dalam Budaya Maulidan Suku Sasak disana yang menempati desa tersebut
Bayan Desa Karang Bajo Kecamatan adalah masyarakat suku sasak bayan asli
Bayan Kabupaten Lombok Utara Tahun yang memang sudah dari dulu
2017. melaksanakan perayaan maulidan Adat
Bayan.sehingga memungkinkan
2. Kehadiran Penelitian
mempermudah peneliti untuk
Peneliti berperan sebagai instrument memperoleh data sesuai dengan tujuan yang
sekaligus sebagai pengumpul data sehingga ingin dicapai.
keberadaannya dilokasi penelitian mutlak
4. Sumber Data
diperlukan.26 Keberadaan seorang peneliti
sangat penting dalam mencari informasi- Sumber data adalah subjek dari
informasi yang terkait dengan mana data dapat diperoleh. Dalam
permasalahan yang telah dirumuskan. penelitian kualitatif segala sesuatu yang
Kehadiran peneliti juga sangat akan dicari dari objek penelitian belum
menentukan keabsahan dan kevalidan data jelas dan pasti masalahnya, sumber
dalam penelitian yang alamiah. datanya, dan hasil yang diharapkan
semuanya belum jelas. Rancangan
Dalam melakukan penelitian ini,
penelitian masih bersifat sementara dan
peneliti hadir langsung dalam rangka
akan berkembang setelah peneliti
menghimpun atau mengumpulkan data,
memasuki obyek penelitian.28 Peneliti
peneliti menemui secara langsung pihak-
sebagai human Instrumen, berfungsi untuk
pihak yang dapat memberikan informasi
memilih informan sebagai sumber data.
atau data seperti Kadus, Kepala Adat dan
Adapun sumber data yang digunakan dalam
beberapa masyarakat yang berada di Desa
penelitian ini antara lain:
Karang Bajo yang mengetahui sisilah dari
Maulidan Adat Suku Sasak Bayan tersebut. 5. Sumber Data Primer
Peneliti dalam hal ini bertindak sebagai
Sumber data primer yaitu sumber
pengamat penuh dan keadaan atau status
data yang diperoleh oleh peneliti sendiri
dari informan yang diketahui.
melalui wawancara dan observasi yang
3. Lokasi Penelitian merupakan hasil gabungan dari kegiatan
mendengar, melihat, dan bertanya. Yang
Adapun yang dijadikan lokasi
dijadikan sebagai sumber data primer
penelitian oleh peneliti adalah bertempat di
disini adalah: Tokoh-tokoh Adat untuk
Desa Karang Bajo dimana kebanyakan
mengetahui informasi tentang proses

49 | SOCIETY- Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.


Penulis dkk / SOCIETY Volume 11, Nomor 2 Halaman 47-54

perayaan Budaya Maulidan Suku Sasak Karang Bajo dipersetujui kepemakarannya


Bayan dari tahap persiapan sampai akhir. pada tanggal 11 Oktober 2004 dengan
Aparat Desa dan beberapa masyarakat dibuktikan dengan surat Peraturan Bupati
Desa Karang Bajo untuk mengetahui Lombok Barat Nomor 9 Tahun 2004
begaimana persiapan yang dilakukan oleh tentang pengesahan pendirian Desa
masyarakat pada saat Maulid Adat Suku persiapan Desa Karang Bajo di Kecamatan
Sasak Bayan. Bayan dengan luas wilayah 1.168 Hektar,
cakupan wilayahnya pada waktu itu terdiri
Tokoh budaya-budayawan
dari 3 Dusun: yaitu Dusun Karang Bajo,
untuk mengetahui informasi
Dusun Lokok Aur dan Dusun Dasan Baro
terkait perayaan Maulid Adat serta
dengan batas-batas wilayah diantaranya:
nilai-nilai sosial yang terdapat
didalamnya. Sebelah Utara : Berbatasan dengan
Desa Anyar
Sumber Data Sekunder
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan
6. Merupakan sumber data yang sudah
Desa Bayan dan Desa Senaru
jelas/sumber tertulis yang
diperoleh melalui dokumentasi. Sebelah Timur : Berbatasan dengan
Desa Loloan dan
Adapun tekhnik penumpulan data
yang digunakan oleh peneliti adalah Sebelah Barat : Berbatsan dengan
Wawancara (interview), Observasi Desa Senaru
(pengamatan), Dokumentasi.
Setelah pelantikan Kepala Desa
B. HASIL DAN PEMBAHASAN maka program 1 Pemerintah Desa yaitu
membeli tanah tempat membangun,
a. Hasil Penelitian
mencari dana dan membangun Kantor
Desa Karang Bajo yang pada Desa, akhirnya Pemdes Karang Bajo
awalnya merupakan bagian dari Desa dapat membeli tanah warga yang bertempat
Bayan dan Desa Senaru dengan nomor di Dusun Ancak Timur seluas 1.800 M2
urut terakhir dari 9 Desa yang ada di sementara sumber dana pembangunan
Kecamatan Bayan adapun urutanya berasal dari sumbangan masyarakat
mulai dari Desa Bayan, Anyar, Loloan, miskin, selama satu tahun berjuang bersama
Sukadana, Akar-akar, Senaru, Mumbul masyarakat untuk mewujudkan untuk
Sari, Sambi Elen dan Karang Bajo. Desa sebuah Kantor yang resmi, maka

50 | SOCIETY- Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.


Penulis dkk / SOCIETY Volume 11, Nomor 2 Halaman 47-54

Alhamdulillah pada tanggal 8 Agustus 2008 Bajo) “Adapun Maulid Nabi dilaksanakan
Kantor Desa yang ditempati sampai pada tanggal 14-15 Rabi’ul Awal menurut
sekarang. sejarah bahwa dimana pada saat Lombok
khususnya di Bayan ini di Jajah oleh
1) Sejarah Maulidan Suku Sasak
orang-orang pembenci Isalam (Non-
Bayan
Isalam), penduduk asli Suku Sasak Bayan
Maulid dirayakan di Lombok tidak diperbolehkan untuk melaksanakan
seiring dengan masuknya Islam KeLombok kegiatan keagamaan seperti Maulid Nabi,
pada Abad ke-16, Maulid merupakan bagi orang- orang yang melaksanakannya
upacara keagamaan yang diadakan pada saat itu akan ditembak mati oleh
muslimin untuk memperingati kelahiran para penjajah, sehingga Maulid Adat di
manusia paling mulia dan sempurna, beliau palingkan atau diganti untuk mengelabui
adalah Rasulullah SAW. Bulan Rabi’ul penajajah, masyarakat Suku Sasak Bayan
Awal khususnya bagi umat Islam, memperingati Maulid Nabi secara diam-
diperingati sebagai bulan kelahiran Nabi diam agar tidak diketahui oleh para
Muhammad SAW, atau dikenal dengan penajajah sehingga maulid dilaksankan dua
Maulid Nabi. Susana berbeda dalam hari setelah Ketetapan Kalender Isalam”.
peringatan ini adalah yang dilakukan oleh
Penjelasan lebih lanjut Bapak
komunitas Adat Suku Sasak Bayan
Budianom (Amaq Lokaq Walin Gumi
Kabupaten Lombok Utara, dimana
Karang Bajo) menjelaskan “Tidak diketahui
Budaya Maulidan dilaksanakan dua hari
persis bagaimana sejarah Maulid Adat
setelah ketetapan Kalender Islam Maulid
dikarenakan seluruh bukti-bukti sejarah
Nabi dilaksankan oleh Komunitas Suku
berupa tulisan dibakar oleh para penajajah
Sasak Bayan berjalan selama dua hari yaitu
pada waktu itu, namun beginilah Maulid
tanggal 14-15 Rabi’ul Awal berdasarkan
Nabi Muhammad dilaksanakan oleh
Sareat (Syari’at Islam) Adat Gema Bayan
Masyarakat Bayan semua tidak berubah
bertepatan dengan tanggal 3-4 Desember
sesuai dengan keadaan waktu itu dimana
2017.
semua kegiatan seperi memasak
Adapun Budaya Maulidan ini menumbuk padi sebagiannya dilakukan
dilaksanakan dua hari setelah ketetapan dengan tradisional sebagai rasa syukur
Kalender Isalam di dasarkan pada Sejarah masyarakat dan menghargai warisan orang
sebagaimana dijelaskan oleh Renadi tua terdahulu”
(Sekertaris Peranata Adat Desa Karang

51 | SOCIETY- Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.


Penulis dkk / SOCIETY Volume 11, Nomor 2 Halaman 47-54

Cara berpakain masyarakat adat pada perayaannya itupun akan


bagi laki-laki mengenakan pakaian adat terlihat bagaimana tradisi-tradisi
berupa Sapuq (Ikat Kepala), Kereng Belo kala itu berpengaruh terhadap
dan Keben, sedangkan untuk perempuan maulid, ada pelajaran-pelajaran
adat pakaian mengenakan Jong (Penutup yang dikerjakan tokoh-tokoh adat
Kepala), Kereng Belo (Kain Tenun), yang diperaktikkan didalam sebuah
Kemben dan lempot (Selendang). Karena masyarakat itu kemudian dari tradisi
memasuki wilayah Kampu Karang Bajo maulid ada hal-hal yang disakralkan
yang disakralkan oleh Masyarakat Adat yang merupakan warisan budaya
untuk tidak mengenakan perhiasan dan lain kemudian buka pada tradisi maulid
sebagaiannya. itu bagaimana masyarakat
membawanya dan membukannya
Dimana awalnya Maulid merupakan
dan sebagaiannya itulah kemudian
suatau Budaya agama yang diadakan oleh
mengapa maulid itu menjadi tradisi
umat muslim diseluruh dunia sebagai
adat”.
ungkapan rasa cinta mereka kepada
Rasulullah. Namun seiring berjalannya Seperti yang terjadi di Komunitas
waktu disuatu komunitas tertentu Perayaan Suku Sasak Bayan yang merayakan
Maulid Nabi berubah menjadi suatau maulid Nabi menjadi Maulid adat, hal
Budaya Adat karena adanya akulturisme tersebut didasarkan atas kecintaan mereka
budaya Agama menjadi suatau Budaya kepada Rasulullah diberangi sebagai
adat yang tidak ada dikomunitas lain ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT,
seperti yang diungkapkan oleh Dosen UIN sebagaimana yang diungkapkan Dosen
Mataram yang mengatakan: UIN Mataram yang mengatakan:

“Karena memang dulu awal- “Maulid awalnya merupakan


awalnya merupakan wujud ungkapan rasa cinta kita kepada
kecintaan kepada Rasulullah tetapi rasulullah SAW kemudian berubah
ketika sudah masuk kesuatu atas rasa syukur atas hasil bumi,
komunitas maka yang memegang keberkahan dan lain sebagaiannya
tanggung jawab suatau kegiatan suatau kebiasaan, budaya yang
maulid dimasyarakt dan dilakukan bersama dengan
sebagiannya itu adalah tokoh-tokoh peringatan keagamaan
adat dan itu kemudian menjadi kemungkinan disitu orientasinnya
suatau hal yang berbeda sehingga

52 | SOCIETY- Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.


Penulis dkk / SOCIETY Volume 11, Nomor 2 Halaman 47-54

dari budaya keagamaan menjadi dalam Kampu Karang Bajo sambil


budaya adat”. memukul Gong tersebut yang
menandakan bahwa seluruh masyarakat
Prosesi Maulidan Suku Sasak Bayan Desa
adat diundang untuk mengikuti Maulid
Karang Bajo
Adat, setibanya Ngalu Gerantung
Masyarakat Suku Sasak Bayan ditempatkan di tempat yang sudah
memilki Wariga Saret (Kalender Adat disediakan yaitu Berugak Agung yang
Suku Sasak Bayan) sehingga pada setiap berada di dalam Kampu Karang Bajo
kegiatan Adat masyarakat adat sudah dilakukan acara ritual serah terima dengan
mengetahui kapan akan dilaksanakan mengaturkan Lekesan Buaq (Sirih dan
peringatan perayan adat tersebut meskipun Pinang), kemudian acara Ritual “Taikan
perayaan tersebut dilaksankan satu atau Mulud” (Rangkaian Adat Maulid dimulai).
dua tahun yang akan datang dimana hari
Perkiraan waktu “Gugur Kembang
untuk melaksanakan suatu Ritual Adat
Waru” (Sekitar Jam 15;30 waktu
sehingga masyarakat adat sendiri
setempat) sambil diiringi Gamelan
Selanjutnnya masyarakat Adat Bayan
Gendang Gerantung para wanita memulai
bahu membahu membersihkan tempat
“Menutu Pare” (Menumbuk Padi menjadi
yang disebut Balen Unggun (Tempat
beras) bersama-sama secara berirama
Sekam atau Dedak), Balen Tempan
dengan menggunakan Tempan yang
(Tempat Alat-alat penumbuk padi),
terbuat dari bambu panjang ditempat
membersihkan Rantok (Tempat/alat
menumbuk padi yang terbentuk seperti
penumbuk padi), membersihkan tempat
Lesung perahu yang disebut dengan
Naglu Gerantung oleh Laki-laki Adat,
“Menutu” (Menumbuk), menumbuk padi
segala peralatan yang digunakan untuk
ini dilakukan sampai malam hari sampai
keperluan Maulid Adat dibersihkan
padi-padi habis di rontokkan, Hal ini
dikarenakan Maulid merupakan hari
menggambarkan bagimana merontokkan
kelahiran Nabi Muhammad SAW jadi
Padi menjadi beras yang dilakukan oleh
semuanya harus bersih karena semua
Nenek Moyang mereka sebelum adanya
peralatan yang digunakan untuk sekali
penggiling pada saat ini, Selanjutnya para
setahun hanya pada saat Maulid Adat saja.
laki-laki adat membuang sisa dari padi
Selanjutnya sebagian dari yang disebut dengan Sekam/Sese yang
masyarakat adat menjemput Gamelan dikumpulkan diatas Balen Unggun tersebut
Ngalu Gerantung dari Bat Orong menuju dibuang ke Sungai Masan Senggah yang

53 | SOCIETY- Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.


Penulis dkk / SOCIETY Volume 11, Nomor 2 Halaman 47-54

letaknya sekitar 400 Meter dari kampu 1. Nilai Keindahaan


Karang Bajo.
2. Nilai Religius atau
Nilai sosial adalah segala sesuatu Kepercayaan
yang dianggap baik dan benar, yang
3. Nilai Vital atau Nilai
diidam-idamkan masyarakat. Dengan
Kegunaan
berbagai aktivitas sosial yaitu
terbentuknya Nilai-nilai sosial dalam 4. Nilai Moral atau Kebaikan
Budaya Maulidan Suku Sasak Bayan Desa
5. Nilai Hiburan
Karang Bajo Kecamatan Bayan Kabupaten
Lombok Utara. Nilai sosial terbentuk 6. Nilai Kerja sama dan
karena adanya interaksi antara masyarakat Gontong Royong
terhadap suatau budaya yang masih
7. Nilai Kekeluargaan
dijalankan atau dilestarikan dan menjadi
warisan daerah Kabupaten Lonbok Utara. 8. Nilai Kedisplinan
Nilai sosial merupakan seustau yang
Adapun terkait informasi yang
dianggap benar oleh masyarakat, yaitu
didapatkan oleh peneliti fungsi dari
anggapan benar tentang sesuatu yang
perayaan Budaya Maulidan Suku Sasak
diharapkan, indah dan benar.
Bayan berdasarkan observasi dan
Sebagaimana pendapat Sekertarus lembaga
wawancara yang dilakukan oleh peneliti
peranata adat mengatakan:
dari bebrapa tokoh didapatkan bahwa
“Nilai Sosial yaitu suatu nilai yang fungsi merayakan Maulid Adat yakni:
benar dan baik yang diterima oleh
1. Sebagai peringatan kelahiran Nabi
kelompok masyarakat tertentu yang
Muhammad SAW serta rasa cinta
mempunyai nilai guna untuk
masyarakat adat kepada Nabi
berkembangan hidup masyarakat”.
Muhammad SAW yang diwujudkan
Adapun informasi-informasi yang dengan perayaan Mulud Adat Bayan
terkait dengan Nilai-nilai sosial yang yang diadakan dengan pesta
terdapat dalam Budaya Maulidan Suku rakyat yang diadakan di Kampu
Sasak Bayan yaitu: Karang Bajo setiap tahunnya
berdasarkan adat setempat.

2. Sebagai sarana untuk bersyukur


kepada Tuhan atas nikmat

54 | SOCIETY- Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.


Penulis dkk / SOCIETY Volume 11, Nomor 2 Halaman 47-54

limpahan hasil bumi masyarakat sebagai alat musik tradisonal yang


adat bayan sehingga masyarakatpun dimainkan pada saat perayaan Budaya
berantusias membawa hasil bumi Maulidan Suku Sasak Bayan, nilai
kerumah dalam kampu Karang keindahan juga terdapat pada prosesi
Bajo untuk dinikmati bersama- Menutu, (b) Nilai Religius atau Nilai
sama. Kepercayaan terdapat pada prosesi
membelonyo, yaitu percaya bahwa minyak
3. Sebagai sarana hiburan untuk
belonyo dapat menyembuhkan berbagai
masyarakat dan tidak melupakan
macam penyakit, (c) Nilai Moral atau
warisan budaya yang sudah
Kebaikan terlihat pada prosesi Mentambeq
melekat pada diri Masyarakat
dimana masyarakat memberikan hormat
Suku Sasak Bayan sendiri sehingga
atau meminta izin kepada isin sungai dan
kegiatannya dilakukan secara adat
permisi kepada bambu yang akan
tanpa menambah maupun
ditebang, nilai moral kebaikan juga
melebihkan kegiatan-kegiatan adat
terdapat pada prosesi Bernazar dengan
yang terdapat didalam Maulid Adat
mengumpulkan makaknan berbagi kepada
Suku Sasak Bayan.
sesama, (d) Nilai Vital atau Kegunaan
C. KESIMPULAN DAN SARAN terlihat pada bambu, Rantok, yang
mempunyai kegunaan dalam melakukan
Nilai sosial merupakan sesuatu yang
segala aktivitas pada saat ritual Maulid
dianggap baik dan benar diidam-idamkan
Adat, (e) Nilai hiburan terlihat pada
masyarakat. Dengan berbagai aktivitas
permainan Peresean, Menutu dan Praja
sosial yang terbentuknya Nilai-nilai sosial
Mulud, (f) Nilai Kerja sama atau Gontong
dalam Budaya Maulidan Suku Sasak
royong terlihat pada saat masyarakat
Bayan Desa Karang Bajo Kecamatan Bayan
bekerja sama untuk menyiapkan keperluan
Kabupaten Lombok Utara. Nilai sosial
Maulid Adat seperti membuat Balen
terbentuk karena adanya interaksi antara
Unggun, Menutu, Menaganggek dan lain
masyarakat terhadap suatu budaya yang
sebagainnya, (g) Nilai Kekeluargaan
masih dijalankan (dilestarikan) dan
terlihat pada berkumpulnya masyarakat
menjadi warisan di daerah Kabupaten
disatu tempat yang disebut dengan Kampu
Lombok Utara. Adapun nilai-nilai sosial
Karang Bajo untuk mengikut Maulid adat
yang terdapat dalam Budaya Maulidan
bayan disana masyarakat berinteraksi dan
Suku Sasak Bayan (a) Nilai keindahan
bertegur sapa sehingga semua menjadi
yang terdapat dalam Musik Gong Gamelan
satu keluarga, (h) Nilai Kedisplinan

55 | SOCIETY- Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.


Penulis dkk / SOCIETY Volume 11, Nomor 2 Halaman 47-54

terlihat bagaimana masyarakat mematuhi untuk mempelajari dan melestarikan


segala peraturan-pertauran adat yang sudah budaya daerah yang ada diaerah
di tetapkan oleh peranta adat yang dapat masing-masing agar tidak hilang
dilihat pada kekompakan pakian digunakan oleh bebasnya budaya asing yang
berupa pakaian adat dan juga barisan masuk kedaerah-daerah seperti saat
untuk bisoq meniq yang berbaris rapi. sekarang ini.
Adapun fungsi dari perayaan Maulid Adat
2. Bagi masyarakat Karang Bajo
itu sendiri merupakan wujud rasa cinta
untuk selalu menjaga budaya
masyarakat adat kepada Rasulullah SAW
yang sudah diwarisakan oleh Nenek
serta rasa syukur atas hasil limpahan rizki
Moyang kita khususnya para
dan perlindungan yang diberikan Allah
Pemuda- pemudi untuk selalu ikut
SWT kepada masyarakat dan melestarikan
berperan dalam kegiatan budaya
budaya adat yang menjadi warisan dari
agar budaya tersebut tidak hilang
nenek moyang mereka.
dan dapat diwarisakan dari generasi-
Budaya mempunyai fungsi yang kegenerasi.
sangat besar bagi manusia dan masyarakat.
3. Bagi Mahasiswa menjadikan sebuah
Budaya mengatur agar manusia dapat
refrensi dan bahan pertimbangan
mengerti bagaimana seharusnya bertindak,
untuk peneliti selanjutnnya.
berbuat, menentukkan sikapnya kalau
mereka berhubungan dengan orang lani. D. UCAPAN TERIMA KASIH
Apabila manusia hidup sendiri, maka tak
1. Dr. Baharudin M.Ag. Sebagai
akan ada manusia lain yang merasa
pembimbing I dan Rahmat Akbar
terganggu oleh tindakan-tindakannya
Kurniawan M.Sc. sebagai
namunya sejatinya masyarakat tidak bisa
pembimbing II yang memberikan
hidup sendiri namun saling ketergantungan
bimbingan, motivasi, dan koreksi
antara manusia yang satu dengan manusia
mendetail, terus-menerus, dan tanpa
yang lain.
bosan di tengah kesibukannya
SARAN dalam suasana keakraban
menjadikan skripsi ini lebih matang
1. Bagi pembaca agar menyadari
dan cepat selesai.
pentingya budaya saat ini sebagi
identitas dan citra suatu masyarakat 2. Dr. Hj. Lubna M.Pd. Selaku Dekan
sangat penting bagi masyarakat Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan

56 | SOCIETY- Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.


Penulis dkk / SOCIETY Volume 11, Nomor 2 Halaman 47-54

3. H. Ibnu Hizam M.Pd. sebagai ketua Buchari, dkk. Mustasyar MWC NU


jurusan dan Rahmat Akbar Menggugat Maulid Nabi Saw, Jawa
Kurniawan M.Sc. selaku sekertaris Tengah: Laa Tasyuki, 2013.
jurusan Pendidikan IPS (Ekonomi).

4. Bapak Kepala Desa Karang Bajo


Derani Saidun, “Al-Turas “Maulid Dalam
Ketamalip yang membantu dan
Perspektif Sosiologi Agama”. Vol.
memberikan izin dalam penelitian
20, Nomor 1, Januari 2014.
skripsi ini.
Emzir, Analisis Data: Metodelogi
5. Serta masyarakat-masyarakat Desa
penelitian Kualitatif, Jakarta:
Karang Bajo yang membantu
Rajawali Pers, 2010.
peneliti menyelesaikan skripsi ini
yang tidak bisa saya sebutkan satu Fawaizul Umam, Zaki M, dkk, Membangun
persatu. Resistensi, Merawat Tradisi: Modal
Sosial Komunitas Wetu Telu,
DAFTAR PUSTAKA
Mataram: LKIM, 2006.
Afifudin, Saebani Beni Ahmad,
Fitri shobihah Ida, KEBERSYUKURAN
Metodelogi Penelitian Kualittatif,
(Upaya Membangun Karakter Bangsa
Bandung: Pustaka Setia, 2012.
Melalui Figur Ulama), Jurnal
Alfan Muhammad, Pengantar Filasafah Dakwah, Vol, XV, No. 2 Tahun 2014.
Nilai, Bandung: Pustaka Setia, 2013.
Idrus Ramli Muhammad, MEMBEDAH
Alfan Muhammad, Filasafat Kebudayaan, BID’AH DAN TRADISI Dalam
Bandung: Pustaka Seti Bandung, Prespektif Ahli Hadis dan Ulama
2013. Salafi, Surabaya: Khalista, 2010.

Arikunto Suharsimi, Prosedur Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian


Penelitian (Suatu pendekatan Kualitatif, Bandung: Remaja
Praktik), Jakarta : Rineka Cipta, 2010. Rosdakarya, 2011.

Bartholomew, Ryan Jhon, Alif Lam Mahmud, Metodelogi Penelitian


Mim: Kearifan Masyarakat Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia,
Sasak,Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 2010.
2001.
Pedoman Penulisan Skripsi, IAIN Mataram

57 | SOCIETY- Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.


Penulis dkk / SOCIETY Volume 11, Nomor 2 Halaman 47-54

Dedy Prasetiawan, “Ekoleksikon Maulid Zuriah Nurul, Metodelogi Penelitian Social


Adat Bayan Lombok Utara Sebagai dan Pendidikan, Jakarta: PT.Bumi
Bahan Pembelajaran Bahasa Aksara, 2009.
Indonesia Berbasis Lingkungan Di
Indonesia”. Jurnal Bahasa, Vol. 2,
Nomor 2, Universitas, Mataram 2
oktober 2016

Muhyiddin Zaki, dasar-dasar maulid nabi,


dalam artikel
nupasrujambe.blogspot.co.id./
Zaki01. Diakses tanggal 16 Desember
201, pukul 10.30.

Setiadadi M Elly, dkk, Ilmu Sosial dan


Budaya Dasar, Jakarta: Kencana,
2010.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif


Kualitatif Dan R & D, Bandung:
Alfabeta, 2010.

Sugiyono, memahami penelitian kualitatif,


Bandung: Alfabeta, 2012. Zuhdi,
Harfin Muhammad dkk, LOMBOK
MIRAH SASAK ADI Sejarah

Sosial, Islam, Budaya, Politik dan


Ekonomi, Jakarta: Lombok IMSAK
PRESS, 2011.

Zakiyah Kholidah , Pendidikan Nilai-nilai


Sosial Bagi Anak Dalam Keluarga
Muslim , Al-Hikmah Jurnal Studi
Kasus Keislaman, Vol 3, Nomor 1,
Maret 2013.

58 | SOCIETY- Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Anda mungkin juga menyukai