SOCIETY
JURNAL PRODI TADRIS IPS
Volume 12, Nomor 1 Juni 2021
ISSN (p) : 2087-0493, ISSN (e) : 2715-5994
Suhartini1), Baharuddin2)
1,2)
Universitas Islam Negeri Mataram, Jalan Gajah Mada No. 100, Kota Mataram, Nusa Tenggara
Barat, Indonesia
ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang Nilai-nilai Sosial Dalam Budaya Maulidan Suku Sasak Bayan
Desa Karang Bajo Kecamatan Bayan kabupaten Lombok Utara Tahun 2017 dimana yang menjadi
tujuan penelitian ini adalah menemukan Nilai-nilai Sosial yang terdapat dalam Budaya Maulidan Suku
Sasak Bayan.
penelitin ini merupakan penelitian Kulaitatif jenis analisis Deskriftif. Subjek penenlitian ini
adalah Tokoh-tokoh Adat, Aparat Desa, masyarakat dan Budaya-budayawan yang merupakan orang-
orang yang ikut berperan dalam perayaan Maulid dan mengetahui sejarah dan prosesi Budaya
Maulidan Suku Sasak Bayan. Tekhnik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,
Wawancara, Dokumentasi. Adapun tekhnik analisis data digunakan yaitu melalui reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan (Verifikasi). Pengecekan keabsahan data dengan peningkatan
ketekunan dan menggunkan Triangulasi sumber.
Hasil penelitian menujukkan Nilai-nilai sosial yang terdapat dalam Budaya Maulidan Suku
Sasak bayan yaitu: (a) Nilai keindahan yang terdapat dalam Musik Gong Gamelan, Menutu, (b)
Nilai Religius atau Nilai Kepercayaan terdapat pada prosesi membelonyo, (c) Nilai Moral atau
Kebaikan terlihat pada prosesi Mentambeq, Bernazar, (d) Nilai Vital atau Kegunaan terlihat pada
bambu, Rantok, dan Gong Gamelan yang mempunyai kegunaan dalam melakukan segala aktivitas
pada saat ritual Maulid Adat, (e) Nilai hiburan terlihat pada permainan Peresean sebagai hiburan
malam didepan halaman Masjid Kuno Bayan dan juga nilai hiburan terdapat pada prosesi Praja
Mulud, (f) Nilai Kerja sama atau Gontong royong terlihat pada saat masyarakat bekerja sama untuk
membuat Balen Unggun, Menutu, Menaganggek dan lain sebagainnya, (g) Nilai Kekeluargaan terlihat
pada berkumpulnya masyarakat disatu tempat yang disebut dengan Kampu Karang Bajo, (h) Nilai
Kedisplinan terlihat bagaimana masyarakat mematuhi segala peraturan-pertauran adat yang sudah di
tetapkan oleh peranta adat seperti berpakian sesuai adat dan mengikuti ritual Bisoq Meniq yang
memperlihatkan displin masyarakat bayan. Adapun fungsi perayaan Maulid Suku Sasak Bayan
yaitu kecintaan terhadap Nabi Muhammad SAW serta rasa syukur kepada Allah SWT dan
menghormati warisan budaya yang telah ada.
Islam masuk kepulau ini, penduduk asli Islam di Jawa, sebagaimana trikotomi
Sasak mempunyai agama tradisional yaitu yang diajukan Geertz, dan ditulis oleh Mark
Boda sebuah sebutan bagi penduduk asli Woodward. Namun menyebutan Islam
Lombok. Islam sejak awal kemunculanya Wetu Telu ini disangkal oleh Raden
dan akan berlanjut hingga akhir zaman, Gedarip. Seorang pemangku adat
telah menghadapi beberapa perbedaan nilai Karangsalah. Menurutnya, Islam hanya
yang contradictive dengan tradisi lokal satu, tidak ada polarisasi antara waktu
dan budaya. Hal tersebut menyebabkan tiga (Wetu Telu) dan Waktu Lima.
sebuah proses dialektika dan menghasilkan “Sebenarnya Wetu Telu bukan agama,
warna lokal Islam yang disebut Islam Wetu tetapi adat”.
Telu di Bayan, Lombok Barat.
Bagi komunitas Wetu Telu di
Penelitian sosiologis ilmuan Barat Bayan, salah satu daerah konsentrasi
abad ke-20, seperti Van Eerde dan penganut Wetu Telu, paling tidak ada
Profesor Bousquet, menunjukkan bahwa empat konsepsi mengenai Wetu Telu.
di kalangan masyarakat Sasak terdapat Pertama, pendangan yang menyatakan
tiga kelompok keagamaan, Sasak Boda, bahwa Wetu Telu berarti tiga sistem
Waktu Lima dan Wetu Telu. Sasak Boda reproduksi, dengan ansumsi kata Wetu
disebut-sebut sebagai agama asli berasal dari kata Metu, yang berarti
masyarakat Lombok. Kendati dari muncul atau datang dari, sedangkan Telu
penyebutannya mirip dengan kata Budha, berarti tiga. Secara simbolis hal ini
mereka bukanlah penganut Budhisme, mengungkapkan bahwa semua mahkluk
karena mereka tidak mengakui Siddharta hidup muncul (metu) melalui tiga macam
Gautama sebagai figure utama sistem reproduksi: (1) Melahirkan
pemujaannya maupun terhadap ajaran (Menganak), (2) Bertelur (Menteluk), (3)
pencerahannya. Penganut boda merupakan Berkembang biak dari benih atau buah
komunitas kecil dan masih ditemukan pada (Mentiuk). Kedua, persepsi yang
awal abad ke-20, tinggal di bagian utara mengatakan bahwa Wetu Telu
Gunung Rinjani (Kecamatan Bayan dan melambangkan ketergantungan makhluk
Tanjung) dan di beberapa desa di hidup satu sama lain. Menurut konsepsi ini,
sebelah selatan Gunung Rinjani. wilayah kosmologis itu terbagi menjadi
jagad kecil dan jagad Besar. Jagad Besar
Beberapa kalangan melihat
disebut alam raya atau maya pada yang
fenomena Wetu Telu dalam makna yang
terdiri atas Dunia, Matahari, Bulan, Bintang
sama dengan penganut Islam abangan atau
dan Planet lain, sedangkan manusia dan diperbolehkan datangan untuk mengikuti
makhluk lainnya merupakan jagad Kecil upacara Adat Maulid Suku Sasak Bayan
yang selaku makhluk sepenuhnya karena Maulid Adat Suku Sasak Bayan
tergantung pada alam semesta. Ketiga, terbuka untuk umum dengan
konsepsi yang menyatakan bahwa Wetu menggunakan Baju Adat Bayan yang
Telu sebagai sebuah sistem agama ditenun sendiri oleh masyarakat Suku Sasak
Termanifestasi dalam kepercayaan bahwa Bayan. Maulid Adat Suku Sasak Bayan
semua makhluk melewati tiga tahap dirayakan dalam waktu dua hari dimana
rangkain siklus; Dilahirkan (Menganak), hari pertama dikenal dengan Kayu Aiq,
Hidup (Urip) dan Mati (Mate). Keempat, dimana Kayu Aiq ini diadakan beberapa
konsepsi yang menyatakan bahwa pusat Ritual Adat yaitu upacara Adat Balen
kepercayaan Wetu Telu adalah iman Unggun, Bisok Rantok, Ngalu Gerantung,
Kepada Allah, Adam dan Hawa. juga Menutu, Tunggul, Penjemputan Gong,
beragam kegiatan upacara ritual dan Ngengelat, Umbul-umbul dan peresean, dan
kegiatan sosial lainnya dilangsungkan pada hari keduanya disebut dengan Gawe
selalu dengan semangat kebersamaan, dimana Gawe ini dilaksanakan
gontong-royong. Seperti budaya Maulid Menyembelih, Bisoq Meniq, Pengaluan
Suku Sasak Bayan Dimana masyarakat Payung Agung Ancak, Mengangeq, Praja
berkumpul untuk melaksanakan Mulud Mulud, Bisoq Berugaq Agung dan
Adat yang menjadi suatau Budaya khas sebagaianya.
yang dimiliki oleh komunitas Suku Sasak
Fokus Penelitian
Bayan.
Untuk mendapatkan penelitian
Dari konteks penelitian tersebut
yang terarah, maka diperlukan fokus
peneliti tertarik untuk mengangkat Judul
penelitian, adapun fokus penelitian dalam
tentang Nilai-nilai Sosial dalam Budaya
penelitian ini adalah:
Maulidan Suku Sasak Bayan Desa Karang
Bajo Kecamatan Bayan Kabupaten 1. Bagaimana jenis-jenis nilai sosial yang
Lombok Utara Tahun 2017. Dimana terkandung dalam budaya maulidan
Maulid merupakan hari besar umat Islam Suku Sasak Bayan di Desa Karang
yang pelaksanaanya yakni Rabi’ul Awal Bajo ?
dalam perayaan Maulidnya diadakan
2. Apa saja fungsi perayaan maulidan
dirumah Adat Karang Bajo dan Masjid
Suku Sasak Bayan Desa Karang
Kuno Bayan, dari berbagai desa
Bajo?
Sosial Dalam Budaya Maulidan Suku Sasak disana yang menempati desa tersebut
Bayan Desa Karang Bajo Kecamatan adalah masyarakat suku sasak bayan asli
Bayan Kabupaten Lombok Utara Tahun yang memang sudah dari dulu
2017. melaksanakan perayaan maulidan Adat
Bayan.sehingga memungkinkan
2. Kehadiran Penelitian
mempermudah peneliti untuk
Peneliti berperan sebagai instrument memperoleh data sesuai dengan tujuan yang
sekaligus sebagai pengumpul data sehingga ingin dicapai.
keberadaannya dilokasi penelitian mutlak
4. Sumber Data
diperlukan.26 Keberadaan seorang peneliti
sangat penting dalam mencari informasi- Sumber data adalah subjek dari
informasi yang terkait dengan mana data dapat diperoleh. Dalam
permasalahan yang telah dirumuskan. penelitian kualitatif segala sesuatu yang
Kehadiran peneliti juga sangat akan dicari dari objek penelitian belum
menentukan keabsahan dan kevalidan data jelas dan pasti masalahnya, sumber
dalam penelitian yang alamiah. datanya, dan hasil yang diharapkan
semuanya belum jelas. Rancangan
Dalam melakukan penelitian ini,
penelitian masih bersifat sementara dan
peneliti hadir langsung dalam rangka
akan berkembang setelah peneliti
menghimpun atau mengumpulkan data,
memasuki obyek penelitian.28 Peneliti
peneliti menemui secara langsung pihak-
sebagai human Instrumen, berfungsi untuk
pihak yang dapat memberikan informasi
memilih informan sebagai sumber data.
atau data seperti Kadus, Kepala Adat dan
Adapun sumber data yang digunakan dalam
beberapa masyarakat yang berada di Desa
penelitian ini antara lain:
Karang Bajo yang mengetahui sisilah dari
Maulidan Adat Suku Sasak Bayan tersebut. 5. Sumber Data Primer
Peneliti dalam hal ini bertindak sebagai
Sumber data primer yaitu sumber
pengamat penuh dan keadaan atau status
data yang diperoleh oleh peneliti sendiri
dari informan yang diketahui.
melalui wawancara dan observasi yang
3. Lokasi Penelitian merupakan hasil gabungan dari kegiatan
mendengar, melihat, dan bertanya. Yang
Adapun yang dijadikan lokasi
dijadikan sebagai sumber data primer
penelitian oleh peneliti adalah bertempat di
disini adalah: Tokoh-tokoh Adat untuk
Desa Karang Bajo dimana kebanyakan
mengetahui informasi tentang proses
Alhamdulillah pada tanggal 8 Agustus 2008 Bajo) “Adapun Maulid Nabi dilaksanakan
Kantor Desa yang ditempati sampai pada tanggal 14-15 Rabi’ul Awal menurut
sekarang. sejarah bahwa dimana pada saat Lombok
khususnya di Bayan ini di Jajah oleh
1) Sejarah Maulidan Suku Sasak
orang-orang pembenci Isalam (Non-
Bayan
Isalam), penduduk asli Suku Sasak Bayan
Maulid dirayakan di Lombok tidak diperbolehkan untuk melaksanakan
seiring dengan masuknya Islam KeLombok kegiatan keagamaan seperti Maulid Nabi,
pada Abad ke-16, Maulid merupakan bagi orang- orang yang melaksanakannya
upacara keagamaan yang diadakan pada saat itu akan ditembak mati oleh
muslimin untuk memperingati kelahiran para penjajah, sehingga Maulid Adat di
manusia paling mulia dan sempurna, beliau palingkan atau diganti untuk mengelabui
adalah Rasulullah SAW. Bulan Rabi’ul penajajah, masyarakat Suku Sasak Bayan
Awal khususnya bagi umat Islam, memperingati Maulid Nabi secara diam-
diperingati sebagai bulan kelahiran Nabi diam agar tidak diketahui oleh para
Muhammad SAW, atau dikenal dengan penajajah sehingga maulid dilaksankan dua
Maulid Nabi. Susana berbeda dalam hari setelah Ketetapan Kalender Isalam”.
peringatan ini adalah yang dilakukan oleh
Penjelasan lebih lanjut Bapak
komunitas Adat Suku Sasak Bayan
Budianom (Amaq Lokaq Walin Gumi
Kabupaten Lombok Utara, dimana
Karang Bajo) menjelaskan “Tidak diketahui
Budaya Maulidan dilaksanakan dua hari
persis bagaimana sejarah Maulid Adat
setelah ketetapan Kalender Islam Maulid
dikarenakan seluruh bukti-bukti sejarah
Nabi dilaksankan oleh Komunitas Suku
berupa tulisan dibakar oleh para penajajah
Sasak Bayan berjalan selama dua hari yaitu
pada waktu itu, namun beginilah Maulid
tanggal 14-15 Rabi’ul Awal berdasarkan
Nabi Muhammad dilaksanakan oleh
Sareat (Syari’at Islam) Adat Gema Bayan
Masyarakat Bayan semua tidak berubah
bertepatan dengan tanggal 3-4 Desember
sesuai dengan keadaan waktu itu dimana
2017.
semua kegiatan seperi memasak
Adapun Budaya Maulidan ini menumbuk padi sebagiannya dilakukan
dilaksanakan dua hari setelah ketetapan dengan tradisional sebagai rasa syukur
Kalender Isalam di dasarkan pada Sejarah masyarakat dan menghargai warisan orang
sebagaimana dijelaskan oleh Renadi tua terdahulu”
(Sekertaris Peranata Adat Desa Karang