JAWA
ISBN 978-979-16061-1-0
YOGYAKARTA
PENERBIT TANAH AIR
KATA PENGANTAR
Buku ajar ini digunakan untuk memperlancar proses belajar mengajar mata
kuliah Pranata Sosial Jawa. Keberadaan struktur sosial Jawa telah didukung oleh
lembaga-lembaga adat yang telah mengakar di lingkungan masyarakat. Nilai-nilai
etis filosofis yang terkandung dalam kesusastraan dan kesenian semakin
memperkokoh jati diri budaya Jawa. Seiring dengan perkembangan zaman, nilai
luhur budaya Jawa tetap diwariskan secara turun-temurun. Usaha pelestarian
sosial budaya yang dilakukan oleh masing-masing generasi tersebut masih
berlanjut hingga sekarang, dengan mengalami kreasi dan modifikasi baru, nuting
jaman kelakone.
Sistem penyelenggaraan upacara tradisional dilakukan demi memenuhi
kebutuhan rohani yang berkaitan erat dengan kepercayaan masyarakat Jawa.
Siklus hidup manusia yang meliputi masa kelahiran, perkawinan dan kematian
mendapat perhatian dengan melakukan upacara khusus. Tujuannya adalah
memperoleh kebahagiaan lahir batin, setelah mengetahui hakikat sangkan
paraning dumadi atau dari mana dan ke mana arah kehidupan. Dalam hal ini,
puncak pribadi manusia paripurna ditandai oleh kemampuannya dalam
mengendalikan diri sebagaimana tersirat dalam ngelmu kasampurnan yang
menghendaki hubungan selaras antara Tuhan dan alam.
Pranata sosial Jawa bersifat spiritual religius dengan titik orientasi
manunggaling kawula Gusti. Keutamaan hidup dalam bidang keruhanian
tercermin dalam sesanti agama ageming aji, bahwa agama merupakan sarana
pokok untuk memperoleh kemuliaan tertinggi. Sedangkan hubungannya dengan
tertib kosmis berpangkal tolak dari idiom mangasah mingising budi, memasuh
malaning bumi. Penajaman akal budi yang berintegritas dan menghindari polusi
yang destruktif menjadi sarat mutlak dalam pengelolaan alam sekitar. Dengan
demikian pranata sosial Jawa dapat membuat tata laksana hubungan manusia
dengan Tuhan serta alam berlangsung secara harmonis.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
BIOGRAFI PENULIS
3
BAB I
SISTEM KEPERCAYAAN
MASYARAKAT JAWA
akan kebudayan kejawen, dan bahwa ”..... at least part of the Abangan cultural
awakening has been brough about by the vehement pursuit of organized Islam to
push its views and ways of life upon the syncretism mojority of the Javanese
gerakan kebatinan di Jawa. Hal itu tentu saja tidak benar. Paling sedikit empat
macam gerakan kebatinan di Jawa, yaitu : 1). Yang berpokok pada mistik 2).
Yang berpokok pada teosofi 3). Gerakan-gerakan moralistik dan etik yang
berpokok pada pemurnian jiwa, dan 4). Gerakan-gerakan yang berpokok pada
praktek-praktek ilmu gaib dan ilmu dukun (Subagya, 1973:39-45). Semua itu,
kecuali jenis gerakan kebatinan yang berpokok pada teosofi akan kita bicarakan
Banyak dari gerakan mesianik timbul dalam suatu suasana sosial budaya,
pada mereka oleh pemerintah kolonial setempat, dan di mana rusaknya tradisi
4
sebagai akibat dari perubahan kebudayaan yang berlangsung terlalu cepat itu telah
seorang pemimpin karismatik yang telah memiliki kekuatan gaib untuk dapat
banyaknya.
Sifat dari hampir semua gerakan mesianik Jawa pada umumnya adalah
seperti itu sering dianggap telah dilanggar oleh orang-orang yang berpikiran
menurut jaman masa kini, yang terpengaruh oleh pendidikan Belanda dan
kebudayaan masing, dan juga oleh para pegawai pemerintah setempat yang
mendapat tekanan dari pemerintah kolonial, maka keinginan utama, atau harapan
itu adalah kebangkitan kembali dari kebudayaan tradisional nenek moyang dan
didirikannya kembali suatu kerajaan yang dipimpin oleh seorang Ratu Adil.
Mereka yakin bahwa akan terjadi suatu bencana yang didahului oleh kelaparan,
Sifat gerakan mesianik Jawa ini mirip dengan gerakan cargo yang terjadi
di Irian Jaya, Papua Nuigini dan Melanesia, selama hampir satu setengah abad
yang lalu. Seperti apa yang kita ketahui, banyak dari gerakan cargo ini meledak
dan anti orang asing. Di Jawa gerakan-gerakan itu juga mulai melakukan
5
kekerasan ketika para pemimpinnya berperan sebagai Ratu Adil dan
Dalam agama Islam mistik juga diakui, dan telah menjadi pranata keramat
yang resmi, dengan sebutan thasawuf. Para ahli mistik Islam disebut sufi, dan
Islam, berasal dari istilah itu. Orang-orang yang menganut aliran itu di Indonesia,
tarekat, di bawah pimpinan seorang guru (mursyid) yang disegani, yang oleh
latihan dalam sebuah pesantren atau dalam tarekat lain, dan telah mendapat suatu
ijazah atau sertifikat. Dengan ijazah itu ia dapat mendirikan pesantren atau tarekat
baru. Namun biasannya ia hanya meneruskan pesantren atau tarekat yang diwarisi
dari ayahnya. Walaupun banyak yang benar-benar telah menjalani latihan untuk
menjadi guru dan ahli mistik, banyak juga yang sebenarnya bukan guru yang
yang panjang mereka biasanya mulai belajar ilmu mistik pada guru-guru terkenal
pesantren dan sekolah tarekat. Baru setelah mereka merasa cukup pengalaman,
mereka mulai mendirikan tarekat sendiri. Di Pulau Jawa ada beberapa aliran
6
menganut aliran mistik yang sesuai dengan latar belakang pendidikan serta
adalah aliran-aliranya sudah masuk ke Indonesia sejak awal abad ke-17 dan
(Soebardi, 1978: 76). Aliran yang lain lebih banyak terdapat di Jawa Timur.
Tarekat Syaththariyyah juga sudah tua umurnya, tetapi tarekat Shiddiqiyyah dan
Wahidiyyah masih relatif muda, dan umumnya terdapat di sepanjang aliran sungai
Seringkali rasa solidaritas para siswa, para penganut, dan para pengikut
halaman pesantren. Makam ini oleh para siswa, penganut dan pengikut pesantren
tarekat itu dipuja-puja sebgai sesuatu pepundhen , tetapi juga oleh penduduk desa-
desa sekelilingnya, yang bahkan tidak dapat kita kategorikan sebagai santri.
ilmu pengetahuan agama Islam, yaitu ilmu fiqh (hukum Islam), ilmu kalam
(teologi), dan ilmu tasawuf (ilmu mistik) seperti dalam sekolah-sekolah pesantren
biasa, tetapi mereka didik untuk menjalankan kewajiban agama dengan lebih
ketat, taat sepenuhnya kepada guru, dan diharuskan membaca zikir. Zikir
merupakan kegiatan keagamaan yang terpenting dalam suatu tarekat, dan jenis
7
zikir yang dilakukan, yaitu zikir jahar, atau zikir kapi, atau suatu kombinasi dari
berbeda dengan pesantren biasa, tarekat juga mempunyai siswa serta penganut
yang sudah lebih tua usianya, yang bergabung karena merasakan tekanan ekonomi
yang terlalu berat, tetapi mungkin juga karena mereka merasa tidak cocok untuk
hidup dalam masyarakat yang mereka anggap telah bobrok itu. Banyak juga di
Para siswa serta para anggota dari suatu pesantren tarekat tidak selamanya
kehidupan yang ketat dan berdisplin seperti para sufi yang memilih tinggal di
puasa dari pada orang Islam lainnya. Kecuali itu mereka juga harus turut latihan
zikir dengan ketat. Sewaktu melakukannya mereka harus mengunakan jubah sufi
berwarna putih.
banyak pengikut orang biasa, yang tak turut menjalankan latihan-latihan zikir.
yang telah lama meneliti beberapa gerakan tarekat dan sekolah tarekat di Jawa
Barat dan daerah Cirebon di Jawa Tengah, melaporkan bahwa banyak pesantren
tarekat itu bersifat tertutup dan menyendiri. Para anggotanya umumnya sangat
8
mencurigai orang luar, dan menolak untuk menerima segala bentuk perubahan
sosial budaya maupun penemuan baru. Tetapi para pengamat pesantren tarekat
juga melaporkan bahwa banyak pesantren tarekat lain yang bersifat lebih terbuka
pemimpin dari suatu gerakan Islam santri dengan para pengikutnya itu dalam
banyak hal mirip dengan hubungan antara pemimpin suatu pesantren tarekat
dengan para pengikutnya. Bedanya, dalam gerakan Islam santri yang puritan itu
Salah satu gerakan puritan yang ada adalah Sekte Budiah, yang didirikan
pada petengahan abad ke-19 oleh Haji Mohammad Rifangi dari desa Kalisalak.
Ahli sejarah Sartono Kartodirdjo yang meneliti sejarah gerakan ini (1973: 118-
127) melaporkan bahwa para penganut gerakan itu sekarang. Masih ada di
berkembang di sini. Hal ini sangat bertentangan dengan prinsip gerakan tarekat,
yang seperti apa telah terbukti dalam sejarah, seringkali merupakan sumber
kegitan pemberontakan.
Juga gerakan Imam Mahdi mempunyai potensi yang lebih besar untuk
9
kesadaran orang akan datangnya seorang Ratu Adil. Lagi pula, gerakan mesianik
yang ada dengan dasar melakukan jihad, tetapi dengan menggunakan teror,
pelukisan dari sejarah dari suatu gerkan semacam itu yang ada di daerah Priangan
dan Banten dalam tahun-tahun sekitar 1920, tetapi ia juga menyebutkan berbagai
gerakan yang mirip, yang terjadi di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dalam usaha
kepada bentuknya yang asli, dapat dimengerti bahwa upacara dan tindakan-
tindakan ilmu gaib malahan banyak sekali digunakan. Ilmu gaib memang
kebudayaan priyayi.
misalnya saja kehadiran para dhukun. Kata dhukun mempunyai arti yang sangat
luas. Bukan hanya orang yang ahli dalam ilmu petangan saja yang mendapat
sebutan seperti itu, tetapi juga orang yang menjalankan praktek penyembuhan
tradisional, ilmu gaib dan ilmu sihir. Sebutan dhukun bahkan tidak hanya untuk
orang yang melakukan aktifitas ilmu gaib saja, melainkan juga untuk orang yang
ahli dalam membantu wanita pada waktu melahirkan, yaitu seorang dhukun bayi,
ahli pijat yang disebut dukun pijet, ahli sunat yang dinamakan dhukun calak, atau
ahli merias pengantin yaitu dhukun paes. Sebutan dhukun mungkin mereka
10
peroleh karena mereka dianggap memiliki pengetahuan yang mendetail mengenai
dhukun bayi tahu semua upacara adat yang harus dilakukan pada waktu seorang
bayi dilahirkan, dhukun pijet mempunyai pengetahuan yang luas mengenai jamu-
mengetahui dengan tepat upacara adat apa yang harus dilakukan berhubungan
dengan khitanan, demikian juga seorang dukun paes mengetahui segala seluk
beluk yang berhubungan dengan upacara dan persyaratan upacara adat serta
Berbagai macam dhukun yang dikenal oleh orang Jawa dapat kita bagi ke
dalam empat kategori berdasarkan keempat jenis tindakan ilmu gaib yang telah
kita sebutkan di atas. Para dhukun yang melakukan ilmu gaib produktif sering kali
termasuk golongan sosial yang dihormati dan disegani dalam masyarakat mereka,
dan biasanya melaksanakan tugas mereka pada upacara umum. Seperti pada
upacara bersih dhusun, atau mereka kerap kali juga minta untuk melakukan
dianggap mampu mendatangkan hujan, dan mereka sering kali diminta untuk
mencegah suatu bencana yang diduga akan datang, dan bahkan untuk mencarikan
benda-benda atau orang yang hilang. Dhukun seperti ini tidak merupakan ahli
Para dhukun yang melakukan ilmu gaib agresif atau destruktif adalah para
dhukun sihir atau dhukun tenung. Mereka merupakan suatu kategori khusus dalam
11
suatu masyarakat: orang-orang yang mempunyai maksud baik tidak akan pergi
kepada seorang dhukun tenung, dan para dukun yang melakukan ilmu gaib
produktif dan protektif tidak melakukan ilmu hitam. Para dukun ilmu hitam
biasanya melayani orang-orang yang mempunyai maksud yang tidak baik, seperti
misalnya penjahat. Namun adakalanya orang biasa pun ingin agar musuh atau
saingannya disakiti atau dirugikan, dan untuk tujuan itu mereka pergi ke seorang
dukun sihir.
Akhirnya ada segolongan dukun yang ahli dalam hal meramal dan dalam
hal menghitung-hitung tanggal dan hari yang baik, yaitu para dukun petangan
tersebut di atas. Jasa-jasa mereka tidak hanya diperlukan oleh para petani yang
ingin mengetahui saat yang paling baik untuk memulai menanam benih padi, atau
oleh para pedagang yang ingin mengatahui pada hari apa mereka sebaiknya
oleh orang-orang yang minta dicarikan hari yang cocok untuk melangsungkan
pernikahan anaknya, tetapi juga oleh seorang kepala polisi yang ingin mengetahui
Dalam ilmu gaib Jawa ada dukun yang memiliki kepandaian yang khusus,
Jawa harus mempelajari berbagai teknik meramal yang bersifat universal, seperti
12
suara burung (ornithomancy) dll. Seperti kita lihat dalam buku-buku pegangan
mengenai ilmu gaib dan ilmu meramal, yaitu dalam buku-buku Primbon, ilmu
meramal penting dan banyak sekali digunakan dalam ilmu gaib dan ilmu meramal
oleh orang Jawa untuk berbagai tujuan. Seperti telah kita lihat di atas, kelima hari
oleh sitem klasifikasi prelogik orang Jawa, dan karena itu merupakan perantara
orang Jawa juga mengenal paling sedikit tiga jenis pekan, yaitu yang terdiri dari
Kuno, yang terdiri dari enam hari (sadwara), dan yang terdiri dari tujuh hari
tujuan tertentu. Penanggalan Islam Jawa yang berdasarkan peredaran bulan terdiri
dari 12 bulan, juga digunakan. Bulan-bulan yang ganjil terdiri dari 30 hari, dan
yang genap 29 hari, kecuali dalam tahun yang ke-12, di mana bulan yang ke-12
juga terdiri dari 30 hari. Tahun-tahun kabisat dalam penanggalan Muslim-Jawa ini
terjadi setiap dua, empat dan delapan tahun dalam setiap windu. Kecuali windu,
orang Jawa juga menganggap selapan sebagi kesatuan waktu, yang terdiri dari 35
13
hari, dan wiku yang terdiri dari 30 pekan tujuh hari (jadi 210 hari). Sistem yang
bepergian jauh, menikah, atau untuk dapat mujur dalam berjudi, seorang ahli ilmu
sistem kalender yang ada, dan berdasarkan angka-angka keramat (neptu) yang ada
dalam tiap penanggalan itu, tetapi ia juga harus berusaha mengetahui posisi dari
dewa-dewa dan mahluk-mahluk gaib lainnya di berbagai penjuru mata angin pada
tanggal tertentu, dan arah gerak dari dewa-dewa serta mahluk-mahluk gaib itu.
Kehadiran dan arah gerak mereka tentu sangat penting dan besar pengaruhnya
Sampai sekarang pun hampir semua orang Jawa, juga yang hidupnya
sudah sangat terpengaruh oleh gaya hidup masa kini, masih memerlukan seorang
dhukun petangan paling sedikit sekali dalam hidupnya, yaitu apabila ia harus
Para dukun, termasuk mereka yang melakukan praktek ilmu hitam, dalam
kehidupan sehari-hari biasanya adalah orang biasa, yang hidup bergaul dengan
warga desa lainnya. Beberapa di antara mereka bahkan tidak khusus bekerja
sebagai dhukun. Namun jelas bahwa aktifitas sebagai dukun yang berhubungan
14
dengan penyembuhan, peramalan, serta yang dapat berperan sebagai medium dan
Untuk menjadi dukun tentu tidak ada sekolah formal. Para calon dukun
mula-mula bekerja sebagai pembantu dari seorang dukun, yang biasanya adalah
orang tua mereka sendiri. Dengan demikian ada kesan seakan-akan keahlian itu
mengobati orang sakit, yaitu keahlianya diangap sudah ada dalam diri seorang
dukun, orang yang ingin menjadi dukun harus belajar berbagai teknik khusus
mereka yang ingin memiliki kepandaian ilmu gaib petangan, mereka yang ingin
dan sebagainya.
dimiliki oleh seorang dukun hanya dapat diperoleh dengan melakukan disiplin
yang ketat dan bertapa. Karena itu orang yang menjadi dukun sering menjalankan
inilah yang terutama membuat orang percaya bahwa seorang dukun memiliki
kekuatan yang luar biasa. Berbagai cerita yang kemudian beredar mengenai
15
Geertz agaknya benar bila ia mengatakan bahwa para dukun ilmu gaib
memberikan jamu tradisional, tetapi yang terpenting adalah kondisi dari para
pelakunya sendiri. Baik pria maupun wanita dapat menjadi dukun. Walaupun
demikian upacara umum yang bersifat religio magic selalu dilakukan oleh seorang
dukun pria. Demikian khitanan selalu dilakukan seorang dukun pria. Sebaliknya,
seorang dukun bayi dan seorang dukun yang bertindak sebagai medium adalah
yang menjadi dukun pada umumnya adalah orang dewasa yang sudah setengah
tua. Tetapi ada kalanya kita juga melihat dukun yang masih kanak-kanak, yang
konon memiliki kemampuan untuk mengobati dan meramal, dan ada anak-anak
gadis yang menjadi dukun prewangan, yang dapat mengundang roh ke dalam
tubuhnya.
tersendiri. Mereka pada umumnya tinggal di daerah pedesaan, dan karena itu
termasuk golongan sosial petani dan tiyang alit. Mereka pada umumnya tidak
tergolong yang paling miskin, bahkan banyak yang termasuk orang-orang yang
disegani di desa, yang pekerjaannya sehari-hari adalah sebagai tukang pandai besi,
dalang, guru agama dan pegawai pemerintah daerah. Di kota-kota pun banyak
kali bekerja sebagai pegawai negeri sehingga dapat dimasukkan ke dalam kategori
orang priyayi. Bekerja sebagai dukun merupakan pekerjaan mereka yang kedua.
Akhirnya ada dukun yang lebih banyak berorientasi kepada agama Islam, dan
16
mereka ini dinamakan dukun santri. Mereka pada umumnya melakukan praktik
ayat-ayat suci dan mantra-mantra dalam bahasa arab untuk kegiatan mereka.
Seperti pada banyak kebudayaan di dunia, ilmu gaib (ngelmi) dan tenung
pada orang Jawa merupakan sub sistem dari religi, karena mengenai manusia yang
keramat. Orang Jawa menganggap ngelmi itu bagian dari religi. Walaupun
demikian, ia dapat dibedakan dari religi, karena dari orang yang melakukannya
yang melakukan praktek ilmu gaib berusaha mencapai suatu tujuan dengan cara
kepada mahluk-mahluk gaib yang lain, dan berdoa agar permintaannya bisa
terkabul (nyenyuwun).
hubungan jalin menjalin antara segala unsur serta aspek alam semesta ini dan
antara lingkungan sosial serta spiritual manusia. Untuk berhubungan dengan alam
semesta dan lingkungannya itu seseorang yang melakukan upacara gaib oleh
karena itu berpegangan pada suatu sistem klasifikasi simbolik yang dimilikinya
17
berdasarkan asas-asas “pikiran asosiasi prelogik”. Berdasarkan sistem ini berbagai
hal yang terdapat dalam lingkungan alam serta kehidupan sosial budaya
kategori pokok. Seorang ahli hukum Van Ossenbruggen, adalah orang yang
suatu hipotesa yang diajukan ole E. Durkheim dan M. Mauss bahwa pikiran
mana harus diklasifikasikan semua konsep yang dikenalnya dan semua gejala
ditentukan oleh keempat arah mata angin dan titik pusatnya. Kelima bagian itu
memang merupakan kelima ketegori pokok tersebut di atas, ke dalam mana alam
asosiasi prelogik. Hal ini menyebabkan bahwa orang yang menyangka ada suatu
kaitan yang erat antara gejala-gejala yang seringkali berbeda sama sekali dalam
prinsip dan fungsinya, tetapi yang kebetulan mirip dalam hal bentuk atau
warnanya, yang terjadi bersamaan, berurutan, dan saling tumpang tindih, yang
18
terjadi di tempat yang sama, atau yang disebut dengan istilah–istilah yang mirip
bunyinya.
Orang Jawa yang sedang melakukan tindakan ilmu gaib, misalnya, yakin
bahwa sebuah nasi tumpeng dan sebuah gunung mempunyai kaitan yang
warnanya juga saling berkaitan. Orang Jawa yang condong untuk percaya kepada
ilmu gaib juga yakin bahwa dapur adalah bagian rumah yang paling lemah, karena
dapur merupakan tempat para wanita, dan wanita dianggap mahluk paling lemah
pedagang wanita Jawa acap kali memakai rambut palsu (cemara) untuk menarik
pembeli, kebiasaan yang merupakan bagian dari tindakan ilmu gaib itu didasari
keyakinan bahwa cemaranya akan membuat para pembeli itu datang kepadanya
(mara). Di sini terlihat bahwa dua gejala berbeda, yang istilah sebutnya hampir
menyebabkan bahwa banyak orang Jawa yang buta huruf yakin bahwa tindakan-
tindakan yang hampir serupa mempunyai kaitan sebab-akibat. Oleh karena itu
tindakan meniru sesuatu keadaan konon dapat memaksa agar keadaan itu benar-
benar terjadi. Upacara-upacara ilmu gaib yang menggunakan keyakinan seperti itu
sering kali disebut ilmu gaib imitatif dan orang Jawa memang sering kali
19
BAB II
diganti dengan kalender Jawa atau kalender Sultan Agung yang berlaku sampai
sekarang. Banyak orang dan banyak kalender yang beredar membuat kesalahan,
dengan keterangannya, bahwa kalender Jawa sama dengan kalender Saka, padahal
amat berbeda. Oleh karena itu perlu diberikan penjelasan sebagai berikut:
kalender itu konon pada saat mendaratnya Ajisaka di pulau Jawa. Adapula yang
mengabarkan, bahwa permulaan adalah saat Raja Sariwahana Ajisaka naik tahta
di India. Aji saka adalah tokoh mitologi yang konon mencipta abjad huruf Jawa:
Maret tahun Masehi 78. Tahun Masehi dan tahun Saka, dua–duanya berdasarkan
kalender sendiri yang kita kenal sekarang sebagai Petangan Jawi, yaitu
Pranata Mangsa itu adalah solair (Syamsiyah) seperti halnya kalender Saka dan
Masehi.
20
Ketiga, berikut ini penjelasan tentang kalender Saka dan Pranata Mangsa.
Kalender Saka membagi satu tahun dalam 12 bulan dan Pranata Mangsa
membagi satu tahun dalam 12 mangsa (Kamajaya, 1995). Nama-nama bulan dan
umurnya.
21
7. Kapitu (Palguna): (22 Desember- 22 Februari) 43 hari
Hindu datang di Pulau Jawa. Kalender atau perhitungan Pranata Mangsa itu dapat
yang pertama (Kasa atau Kartika), yaitu pada tanggal 22 Juni. Masa menunggu itu
cukup lama sehingga akhirnya ditetapkan mangsa yang kesebelas (Destha atau
Padrawana) dan mangsa kedua belas (Sadha atau Asuji). Maka genaplah satu
tahun menjadi 12 mangsa dan dimulainya hari pertama mangsa kesatu pada 22
Meskipun Pranata Mangsa sudah berlaku sejak dahulu milik orang Jawa,
Surakarta Sri Paku Buwana VII, yaitu tepatnya tahun 1855 masehi. Kecuali untuk
22
Mangsa Kasa. Kadang mangsa ini disebut pula mangsa Kaso yang berawal
23 Juni sampai 2 Agustus. Mangsa ini dalam pengaruh kuat Batara Antaboga dan
Nagagini. Pancaran pengaruh kuat kedua dewa ini terhadap alam diibaratkan
sebagai Sotya murca ing embanan. Artinya Permata yang terlepas dari cincin
pengikatnya. Musimnya jatuh musim kemarau. Batu mulia yang memiliki efek
baik bagi kelompok masyarakat Kasa adalah Aquamarine, jamrud, mutiara, Mata
Kucing, Kristal dan Biduri Bulan. Semua ini diharapkan bisa mencegah atau
menutupi kelemahan kelompok ini yang lemah pada lever dan pencernaannya.
Warna serasi bagi kelompok ini kuning, biru, hijau, coklat dan merah anggur.
Lambang bunganya Melati, Sedap Malam, dan Gardena. Hari baik: Semua hari
pada bulan Jumadilawal baik, kecuali tanggal Jawa 1, 5, 10, 11, 16, 26, 28 dengan
kuat Batara Sakri. Musimnya musim kemarau. Pengaruh kuat Batara Sakri
mempengaruhi alam dan manusia. Pengaruh ini begitu kuat sehingga diibaratkan
seperti Bantala Rengka atau tanah retak. Batu mulia yang selaras dengan
kelompok Karo adalah Berlian, Ruby, Topas dan Tourmalin. Semua itu
ilmu sihir, menambah kekuatan tubuh. Ruby berdaya menolak impotensi. Topas
pemakai sebagai penolak rasa takut. Hari baik: Untuk Rejeb semua hari baik,
kecuali tanggal 2, 11, 12, 13, 14, 18, 22, 27 dengan Tali Wangke Rabu Pahing.
23
Mangsa Katelu dengan candra Suta manut ing bapa. Artinya anak patuh
pada ayahnya. Mangsa Ketiga atau Katelu berorbit selama 24 hari dan berada di
langit belahan Tenggara. Mangsa katelu ini candranya Suta manut ing bapa atau
„anak patuh pada ayah‟. Penjabarannya adalah semua nasehat orang tua diturut
oleh anak-anaknya. Ini berkat pengaruh kedua pasangan serasi batara-batari yang
menjadi simbol asmara itu. Hari baik: Untuk bulan Jumadilakir semua hari baik,
kecuali tanggal 4, 12, 13, 14, 19, 26, 28 dengan hari naas atau tali Wangke Kamis
Pon.
Warna ideal bagi mangsa ini adalah kuning dan hijau. Sementara untuk batu
mulia yang sesuai untuk orang yang lahir mangsa ini adalah Batu Giok, Lapis
Lazuli, Cornelian, Yasper. Batu-batu ini untuk menolak sakit mata, pencernaan,
keracunan, penawar sakit paru-paru, dan sakit perut. Bunga yang menjadi
hati sedih. Mangsa Kapat ini banyak terpengaruh oleh Wisnu yang berorbit 25
Hari baik: Semua hari pada bulan Rejeb baik, kecuali tanggal 7, 9, 10, 15, 20, 21,
24, 25 dengan hari naas, atau Tali Wangke Jumat Wage. Sementara batu mulia
yang sesuai dengan orang yang lahir mangsa ini adalah Batu Opal, Berlian yang
diharapkan menetramkan pikiran, Merjan atau Coraal yang membebaskan diri dari
flu berat serta Mirah yang menolak infeksi. Warna ideal untuk kelompok ini biru
dan merah anggur. Sementara bunga idamannya adalah Wijaya Kusuma dan
Gradiol.
24
Mangsa Kalima memiliki candra: Pancuran emas sumawur ing jagad. Hari
baik: Semua hari untuk bulan Ruwah adalah baik kecuali tanggal yang ditetapkan
berdasar perhitungan naga yaitu tanggal 2, 10, 17, 27, dengan Tali Wangke atau
hari naas pada Sabtu Kliwon. Batu mulia yang sesuai dengan kelompok mangsa
ini adalah Topas, Kalimaya untuk menghindarkan diri dari gangguan mata dan
sakit dada dan terbakar. Kalimaya untuk menghindarkan diri dari gangguan mata
lever dan tenaga kurang. Warna ideal bagi kelompok ini adalah merah, sementara
Mangsa Kanem bercandra: Rasa mulia kasucian. Ada pula yang mengatakan
Desember. Candra yang tersirat adalah Rasa mulia kasucian, sebagai ibarat bahwa
rasa ini akan muncul jikalau orang berbuat baik. Sebab kemurahan Tuhan
diberikan kepada siapa saja tanpa pandang bulu. Semua tanggal baik kecuali
untuk bulan Pasa tanggal 7, 8, 10, 20, 21, 24, 25, 28 dengan Tali Wangke atau
hari naas Jumat Wage. Warna ideal untuk mangsa ini adalah hijau, merah jingga
dan kuning terang. Batu mulia yang sesuai untuk yang lahir pada mangsa Kanem
mengurangi rangsangan seks. Pirus berguna mengatasi bahaya ilmu hitam. Topas
Mangsa Kapitu memiliki candra: Wisa kentas ing maruta. Mangsa kapitu
25
menular, oleh karena itu diberi candra: Wisa kentas ing maruta. Bertiupnya angin
mengandung bisa, musim timbulnya banyak penyakit. Semua hari baik pada
Syawal Mangsa Kapitu kecuali: Tanggal 2, 10, 20, 27 dengan Tali Wangke Sabtu
Kliwon. Warna ideal yang sesuai untuk wuku dan mangsa ini adalah biru laut,
hijau tua, hitam, merah darah dan biru langit. Batu mulia yang sesuai untuk orang
weton mangsa Kapitu adalah Black Onyx yang mampu mengusir makhluk jahat.
Batu Giok yang berkhasiat mencegah penyakit pinggang, keletihan, sakit mata
Mangsa Kawolu atau Masa Surya VIII memiliki candra: Anjrah jroning
kayun. Mangsa kawolu lamanya 27 hari, tanggal 4/5 Februari sampai dengan 1
mendirikan sesuatu. Mangsa ini adalah akhir bulan Februari hingga 15 Maret.
Pada saat itu Batara Brama sedang memancarkan berkahnya ke mayapada. Semua
hari baik dengan kekecualian Dulkangidah tanggal 2, 6, 11, 12, 13, 21, 24, 28
dengan Tali Wangsa (Naas) Senin Kliwon. Batu mulia yang sesuai untuk orang
weton mangsa ini adalah Safir Biru yang diharapkan bisa menolak berbagai
Wedharing wacana mulia. Mangsa kasanga memiliki lama orbit 25 hari antara
wacana mulia, tersiarnya kabar gembira. Mangsa ini berpengaruh besar terhadap
26
kehidupan terutama putaran cakra panggilingan. Begitu pula nasib manusia silih
berganti, ada senang, ada susah kembali ke bahagia lagi. Semua hari Besar dalam
catatan horoskop Jawa baik, kecuali tanggal 1, 6, 10, 13, 20, 23, 25, dengan Tali
Wangke Selasa Wage. Batu mulia yang sesuai untuk mangsa kasanga adalah Safir
Biru yang dipercaya melindungi mata, Amethyst, yang mendatangkan rasa kasih.
Pintu gerbang tertutup dalam hati, lama berjalan 24 hari di dalam pengaruh kuat
Resi Bisma. Disebut pula mangsa Mareng, wataknya teguh, pemberani. Tidak
mau mengalah, lantaran memiliki jiwa militer yang disiplin dan tegas. Semua hari
baik untuk bulan Sura ini kecuali tanggal 6, 11, 13, 14, 17, 18, dan 27 dengan Tali
Wangke Rabu Pahing. Batu mulia yang sesuai untuk weton mangsa kasadasa
adalah Amethyst, atau Kecubung. Dengan sinar ungunya, batu mulia ini
Di samping batu mulia ini baik untuk mencegah racun dan sakit jantung. Bila tak
ada Amethyst bisa pula Aquamarine atau sinar laut hijau yang mengesankan rasa
damai dan agung, yang dipercaya mencegah penyakit liver, dan pencernaan. Baik
April sampai 12 Mei. Mangsa ini memiliki candra Sotya Sinarawadi yang berarti
hati. Penuh kasih sayang dan kegembiraan. Hari baik: Untuk bulan Sapar semua
27
hari baik kecuali 1, 10, 12, 20, 22 dengan Tali Wangke Kamis Pon. Untuk Bulan
Mulud semua hari baik kecuali tanggal 1, 3, 8, 13, 15, 20, 23, dengan Tali
Wangke Jumat Wage. Batu mulia yang sesuai untuk kelompok masyarakat Dhesta
Jamrud atau Emerald yang diyakini bisa melindungi kepala dari penyakit.
Kemudian Safir Biru atau Blue Safir yang sangat dipercaya menolak racun dan
melindungi mata. Selain itu juga Pirus Biru yang dianggap berkhasiat mencegah
yang berorbit 41 hari. Peristiwa mangsa ini candranya Tirta sot saka sasana yang
artinya adalah Air lenyap dari tempatnya. Mangsa ini terpengaruh kuat oleh Batari
Sri dan Batara Sadana. Batu mulia yang selaras dengan kelompok masyarakat
Saddha adalah Aquamarine atau Batu Sinar Laut Hijau. Kadang berwarna hijau
kadang biru yang dipercaya mencegah sakit lever, pencernaan dan lemah badan.
Hari baik: Untuk bulan Bakda Mulud semua hari baik kecuali tanggal Jawa 10,
15, 16, 25, 28 dengan hari naas atau Tali wangke Sabtu Kliwon.
tanggal dan hari hari keagamaan seperti terdapat pada kalender Masehi. Kalender
Jawa memiliki arti dan fungsi tidak hanya sebagai petunjuk hari tanggal dan hari
libur atau hari keagamaan, tetapi menjadi dasar dan ada hubungannya dengan apa
yang disebut Petangan Jawi, yaitu perhitungan baik-buruk yang dilukiskan dalam
lambang dan watak suatu hari, tanggal, bulan, tahun, Pranata Mangsa, wuku dan
lain-lainnya. Semua itu warisan asli leluhur Jawa yang dilestarikan dalam
28
Petangan Jawi sudah ada sejak dahulu, merupakan catatan dari leluhur
berdasarkan pengalaman baik buruk yang dicatat dan dihimpun dalam Primbon.
Kata Primbon berasal dari kata: rimbu, berarti simpan atau simpanan, maka
kepada generasi penerusnya. Pada hakikatnya Primbon tidak merupakan hal yang
Yanag Maha Esa Maha Pengatur segenap makhluk dengan kodrat dan iradat-Nya
(Kamajaya, 1995: 67). Petangan Jawi memberikan pedoman atau petunjuk akan
lambang dan watak berbagai jenis hitungan sebagai petunjuk sebagi berikut:
Pawukon berasal dari perkatan Wuku, jumlah wuku ada 30 buah dengan
nama masing-masing, dari yang ke-1 Wuku Sinta hingga yang terakhir ke-30,
7 hari = 210 hari. Wuku ke-1 (Sinta) mulai hari Minggu Pahing sampai dengan
Sabtu Pon. Waktu ke-30 atau terakhir (Watugunung) mulai hari Minggu Kliwon
29
pengaruhnya kepada kehidupan manusia dan kesesuaiannya dengan alam. Adapun
dewa, air, daun, kayu dan burung, seperti terdapat dalam kutipan dua wuku (ke-1
dan ke-30).
a. Wuku Sinta
cemburu, besar nafsunya, tidak sabar, sering kecelakaan, lembut budinya, enak
30
bicaranya, tidak percaya, tetapi banyak rejekinya, kaya harta benda. Memanggul
kekayaannya, rela pada lahirnya, tetapi dalam hatinya tak setuju. Kayunya
Kendayakan: menjadi tempat bernaung orang sakit, orang sengsara dan melarikan
diri. Burungnya Gagak: tahu akan gelagat, cepat dalam segala pakaryan.
tinggi dan suka ulah kependetaan. Selamatan penolakan: Nasi pulen masakan
beras sapitrah (satu takaran: dua tangan digabung dan dikerungkan kurang lebih ¼
kg), daging kerbau seharga 21 ketheng (mata uang Jawa jaman lampau nilainya
Doanya Tolak bencana, jabungkala jaya bumi (ancaman bahayanya) di timur laut:
b. Wuku Watugunung
kemauannya, selalu prihatin, menantang adu kepandaian, tak mau diatasi. Naga
gini: Mendua kasih, mengharapkan kesalahan orang lain, percaya kepada tahayul,
menurut. Mengahadap candi: gemar sepi, bila ia pendeta ada derajatnya, senang
31
ikan kali, binatang darat, binatang terbang dan binatang hidup di liang, semuanya
Jabungkala jaya bumi (ancaman bahayanya) di timur; 7 hari jangan pergi ke arah
timur.
Paringkelan, dari asal kata ringkel, artinya lemah, kelemahan. Ada 6 jenis
Tahun dalam kalender Jawa atau Kalender Sultan Agungan ada 8, nama-
Satu tahun Jawa berumur 354 hari. Tahunini disebut tahun wastu (pendek).
Tahun yang panjang berumur 355 hari disebut tahun wuntu (panjang). Dalam
32
tahun panjang ini umur bulan besar ditambah 1 menjadi 30 hari. Watak bawaan
1. Bilamana tanggal 1 Sura jatuh pada hari Minggu, tahun ini disebut tahun
2. tanggal 1 Sura jatuh pada hari Senin, tahun Soma Wrejita, tahun cacing.
3. Tanggal 1 Sura jatuh pada hari selasa, tahun Anggara Wrestija, tahun
4. tanggal 1 Sura jatuh pada hari Rabu, tahun Buda Wisaba, tahun kerbau,
5. Tanggal 1 Sura jatuh pada hari Kemis, tahun Respati Mintuna, tahun
6. Tanggal 1 Sura jatuh pada hari Jumaat, tahun Sukra Minangkara, tahun
7. Tanggal 1 Sura jatuh pada hari Sabtu, tahun Tumpak Menda, tahun
Satu windu berumur 8 tahun, satu siklus ada 4 windu. Nama-nama dan watak
bawaannya:
33
d. Adi, artinya unggul. Wataknya: banyak bangunan baru yang indah
dari perhitungan ini memiliki watak bawaannya, antara lain sebagai berikut:
a. Sri, yaitu Batari Sri. Wataknya: Asih, cinta, belas kasihan. Manfaatnya:
c. Kala, yaitu batara kala. Wataknya: jahat, serakah, bohong dan berpura-
d. Uma, yaitu Batari Uma. Wataknya: Belas kasihan pada penderita, jahil,.
Wogan (ulat), 7. Tulus (air) 8. Wurung (api), Dadi (kayu). Watak masing-masing
antara lain: Dangu, wataknya: diam saja. Manfaatnya: membuat tugu, tutup atau
wadah. Dadi, wataknya: tak mau kalah. Manfaatnya: menanam tanaman di kebun.
34
BAB III
Sesuai dengan namanya, slametan adalah ritual Jawa yang bertujuan untuk
yang telah menguras tenaga dan pikiran, maka slametan mendapat perhatian
utama. Sedangkan makna among tuwuh adalah sarana untuk mengemban sejarah
keluarga. Among berarti mengemban dan tuwuh berarti tumbuh atau berkembang.
Dengan adanya upacara pernikahan itu diharapkan akan lahir generasi atau
yang lahir adalah karunia Tuhan yang selalu diharap-harap oleh semua pihak.
dan kehidupan yang baik untuk pribadi seseorang atau sekelompok orang seperti
keluarga, penduduk desa, penduduk negeri, keselamatan dan berkah untuk suatu
tempat, misalnya rumah atau rumah peribadatan, desa, negeri dan sebagainya.
Selanjutnya menurut Suryo S. Negoro (2001: 43), ritual bisa dibagi menjadi tiga
kelompok :
35
beban penderitaan yang berat. Upacara seperti ini disebut sukuran
mengungkapkan rasa syukur atau slametan, permohonan supaya hidup
selamat dan mapan.
Ritual yang berhubungan dengan siklus kehidupan seseorang
seperti upacara-upacara: Perkawinan tradisional, Mitoni - kehamilan tujuh
bulan pertama dan Ruwatan Murwakala, ritual untuk keselamatan dan
hidup yang baik, supaya terbebas dari ancaman Batara Kala yang jahat,
salah satu putra Batata Guru. Ruwatan ini bisa dilakukan untuk seseorang
atau sekelompok orang sekaligus.
Peringatan 1 Suro, bisa merupakan ritual negeri atau umum atau gabungan
dari keduanya. Upacara slametan among tuwuh bahannya lebih didominasi oleh
hasil bumi dari daerah setempat. Dari segi finansial tentu biayanya sangat murah
dan bisa dijangkau oleh segala lapisan masyarakat. Bahan-bahannya yaitu nasi
tumpeng, yang disertai dengan lauk-pauk ala kadarnya. Biasanya panggang ayam
turut serta berbagi kebahagiaan atas akan datangnya hari yang dinanti-nanti.
Dengan dipimpin oleh para sesepuh desa, mereka akan serempak memberi doa
yang tulus ikhlas. Mereka kemudian makan nasi tumpeng yang dibagikan dengan
suka cita.
lekan. Para sesepuh, pinisepuh dan orang tua sering semalam suntuk tidak tidur.
Hampir di tiap-tiap desa ritual lek-lekan yang tidak tidur semalam ini selalu
mempunyai gawe besar itu biasanya jauh dari mara bahaya, sehingga pelaksanaan
36
Paku Buwana IV telah menyusun petuah luhur, agar manusia sering mencegah
dari kata widodari artinya Dewi (Suryo S. Negoro, 2001: 41). Calon pengantin
putri malam ini menjadi sangat cantik bak seorang dewi dan dia akan dikunjungi
oleh beberapa dewi kahyangan sesuai dengan kepercayaan kuno. Dia harus tinggal
di kamar malam itu dari jam enam sore hingga tengah malam ditemani oleh
Keluarga dari calon mempelai pria dan teman-teman dekatnya yang semuanya
untuk yang terakhir kalinya, karena mulai besok dia sudah berada di bawah
tanggung jawab suaminya. Sesaji untuk midodareni, meliputi : nasi gurih, ingkung
ayam, beberapa sayuran masak, kembang telon, teh dan kopi pahit, minuman dari
air kelapa dengan gula kelapa, lampu minyak yang dinyalakan, pisang raja,
kembang setaman, jadah ketan, serutu dan pipa yang dibuat dari daun pepaya.
kembar mayang, dua pot tanah diisi dengan bumbu-bumbu, jamu, beras, kacang
dan lain-lain ditutupi dengan kain bermotif banguntulak, dua kendi diisi air suci
dihit' :p dengan daun dadap srep, ukub yaitu nampan yang di atasnya ditaruh
beberapa dedaunan dan bunga wangi dan ditaruh dibawah tempat tidur, suruh ayu,
daun sirih dengan seperangkatnya, buah pinang, dan tujuh macam kain dengan
37
pola lorek. Sesaji ini bisa dikeluarkan dari kamar pada waktu tengah malam,
siraman untuk calon pengantin putri. Siraman ini menggunakan air khusus yang
dinamakan tirta perwita sari. Siraman artinya mandi. Siraman dalam upacara
dan batin. Upacara siraman diselenggarakan satu hari sebelum ritual ijab dan
panggih. Siraman untuk calon pengantin putri dilakukan di rumah orang tuanya
demikian juga calon pengantin pria dimandikan di rumah orang tuanya. Upacara
qabul itu menduduki derajat yang paling utama. Dikatakan utama karena
menyangkut hukum agama dan hukum negara. Upacara ijab qabul pasti
Biasanya petugas berasal dari KUA yang menjadi urusan Departemen Agama RI.
Petugas dari KUA di samping ahli dalam tata administrasi juga pasti menguasai
seorang wanita dari tangan wali ke pihak pengantin pria. Setelah syah dinikahkan
dalam upacara ijab qabul, berarti wanita itu telah menjadi wewenang suaminya.
Adapun suaminya juga dituntut untuk bertanggung jawab penuh terhadap istrinya.
Upacara ijab adalah hal yang paling penting untuk melegalisir sebuah perkawinan,
ijab dilaksanakan sesuai dengan agama dari pengantin tersebut yaitu : Islam,
38
Kristen, Katolik, Hindu dan Budha. Apapun agama yang mereka peluk, pada
ijab itu dilaksanakan sebuah sesaji yang berupa sanggan ditempatkan. Sesudah
ijab upacara tradisional panggih dan lain-lain serta resepsi dilaksanakan untuk
Persiapan ijab qabul di rumah calon pengantin wanita. Para petugas among
Petugas menjemput penghulu beserta pejabat pencatat nikah dari KUA. Para saksi
diharapkan sudah hadir di tempat upacara setengah jam sebelum acara ijab qabul
dimulai. Penghulu dan 2 (dua) orang saksi dari kalangan keluarga maupun teman
sungkeman. Sungkeman ini ditujukan kepada dua pasang orang tua pengantin.
Maksudnya adalah untuk menunjukkan darma bakti si anak kepada dua pasang
orang tuanya. Kedua pasang orang tua itu harus diperlakukan secara sama tanpa
ada perbedaan. Acara sungkeman ini akan membuat hati orang tua menjadi
terlalu haru, maka tak jarang ada orang tua yang mbrebes mili air matanya. Itulah
puncak dari kegembiraan. Malah yang tak kuat membendung air mata biasanya
seorang bapak dan ayah mempelai wanita. Sang bapak merasa berhasil
39
Sepasang pengantin tersebut siap untuk melaksanakan sungkeman, mereka
dengan sikap hormat berjongkok dan menghaturkan sembah kepada kedua orang
tuanya untuk memohon restu. Pertama kepada kedua orang tua pengantin wanita,
kemudian kepada kedua orang tua pengantin pria. Menurut Suryo S. Negoro
(2001: 89), masih ada ritual tambahan yakni sebagai berikut : Sindur Binayang.
Sesudah ritual Wiji Dadi, ayah dari pengantin putri berjalan di depan pengantin
40
BAB IV
PANDANGAN TERHADAP
bernama Nyai Roro Kidul. Dialah ratu para lelembut di tanah Jawa. Kala itu, Nyai
Roro Kidul sedang bercengkerama di tilam emas, dalam istananya yang megah
berhiaskan intan mutiara. Di sampingnya jin setan peri prayangan siap melayani
segala kebutuhannya. Dalam suasana yang tenang itu, tiba-tiba terdengar huru-
hara. Ikan-ikan di lautan pingsan karena air laut mendidih dan bergejolak. Ombak
Nyai Roro Kidul terkejut, “Ada apa ini? Mengapa air laut tiba-tiba panas
lautan yang luas, ia melihat alam terang benderang. Tidak ada hal apapun yang
pantai. Pemuda itu tampaknya sedang bersemedi memohon sesuatu kepada Tuhan.
“Mungkin itulah yang membuat laut kidul menjadi geger”, batin Nyai Rara. Nyai
Nyai Roro Kidul kemudian berkata pelan, “Hilangkanlah gundah hati tuan.
Hamba mohon hentikan perbuatan tuan ini, karena gara-gara perbuatan tuan, laut
kidul menjadi gerah. Hamba menginginkan laut menjadi tenang kembali seperti
41
sedia kala. Kasihanilah hamba, karena laut kidul itu hamba yang menjaga.
Adapun permohonan tuan kepada Tuhan, sudah terkabul. Tuan dan anak cucu
tuan akan menjadi raja diraja tanah Jawa. Jin peri prayangan dan seluruh makhluk
halus akan tunduk di bawah duli tuan. Pabila kelak tuan berperang, maka mereka
pun akan membantu pasukan tuan. Mereka akan menuruti apa kehendak tuan,
Tak lama kemudian ia lantas membalikkan tubuh dan kembali menuju lautan.
Senapati Ingalaga sangat terkesima dengan ratu yang cantik itu. Sekonyong-
konyong ia ikuti langkah wanita itu hingga masuk ke arah lautan. Namun
Senopati merasakan seperti berjalan di atas jalan yang mulus menuju sebuah
istana yang megah. Setibanya wanita itu di dalam istana, ia duduk di sebuah
Ratu. Senopati takjub dan terheran-heran melihat sekeliling. Semua hiasan rumah
perhatian.
waspada karena ratu cantik rupawan ini bukan jenis manusia. Senopati selalu
melempar lirikan kepada Sang Ratu. Demikian pula Sang Ratu menangkap
pasemon yang dari Senopati dan senyumnya semakin menawan. Sang Ratu
42
mengajak Senopati berjalan-jalan melihat-lihat isi istana. Senopati Ingalaga
“Boleh saja tuan, jangan malu-malu. Semua adalah milik tuan, hamba
hanya menunggu”. Nyai Roro Kidul segera menggamit tangan Senopati masuk ke
surga saja. Aku belum pernah melihat ruangan seindah ini. Bagaikan mimpi, aku
dapat melihat kamar yang demikian elok. Sangat cocok dengan pemiliknya, yang
cantik dan pandai merawat. Aku menjadi malas untuk pulang ke Mataram. Betah
rasanya di sini. Tapi sayangnya, kamar seindah ini tidak ada lelakinya. Kalau ada
“Ah Tuan ini. Enak juga kok menjadi ratu sendirian. Tidak ada yang
yang tipis.
memberi obat, sebab hamba bukan dukun. Tuan raja besar, tidak akan kekurangan
selama tiga hari tiga malam. Ia selalu berkasih-kasihan dengan Roro Kidul. Setiap
43
hari, Senapati diwejang tata cara menjadi raja, yang memimpin semua manungsa
petunjukmu. Aku percaya. Sebaliknya jika kelak, aku mendapati musuh, siapa
yang aku suruh memanggil kamu? Orang Mataram pasti tidak ada yang tahu akan
kamu?”
Roro Kidul berkata, “Hal itu mudah saja. Apabila tuan hendak memanggil
Hamba pasti segera datang membawa pasukan jin, peri prayangan dan
persenjataan perang”.
Senopati lalu berangkat, berjalan di atas air seperti di daratan saja. Setelah
duduk tafakur di pantai. Senapati lalu menghaturkan sembah dan memohon maaf,
kesaktianmu itu. Yang demikian namanya orang congkak. Para wali tidak mau
berbuat demikian. Mesti akan terkena murka Allah. Jika kamu ingin tetap menjadi
raja, bersyukurlah kepada Allah. Ayo sekarang ke Mataram, aku ingin tahu
rumahmu”.
kidul ngriku wonten ingkang jumeneng ratu wanudya, nglangkungi ayunipun. Ing
44
sajagad mboten wonten ingkang nyameni. Anama Roro Kidul. Angreh sawernine
lelembut tanah Jawi sedaya. Kala semanten Roro Kidul pinuju wonten ing dalem.
Pinarak ing Katil Mas, tinaretes ing sesotya, ingadhep para jim, setan, peri,
prayangan. Ratu Kidul kaget ningali gegeripun ulam ing seganten. Toyanipun
salebeting galih. “Salawasku urip aku urip durung ndeleng segara kaya iki. Kiye
geneya? Apa kena ing gara-gara, apa srengenge runtuh bakal kiamat?”
Nyai Kidul lajeng medal ing Jawi, jumeneng ing sanginggiling toya.
Allah. Nyai Kidul wicanten piyambak, “Iku layake kang gawe gara-gara ing
segara‟. Sarta lajeng sumerep ing saciptanipun Senopati. Roro Kidul enggal
“Mugi sampeyan icalaken susah ing galih sampeyan, supados sirna gara-gara
punika. Tumunten mulyaa saisining seganten kang sami risak, kenging ing gara-
gara. Sampeyan mugi welasa dhateng ing kula, sebab seganten punika kula kang
ngreksa. Dene anggen sampeyan nyenyuwun ing Gusti Allah, samangke sampun
angreh ing tanah Jawi tanpa timbang. Utawi jim, setan, peri, prayangan ing
tanah Jawi sedaya inggih kareh ing sampeyan. Upami ing benjing sampeyan
sedaya anut, sebab sampeyan kang minangka bapa babuning ratu para ratu ing
tanah Jawi”.
45
Senapati Ingalaga, sareng mireng ature Nyai Kidul, sakelangkung suka
ing galihipun. Sarta gara-gara wau inggih sampun sirna. Utawi ulam ingkang
Sadhatengipun ing kedhaton seganten, lajeng sami pinarak ing katil mas sekalian,
ingadhep para jim setan peri prayangan. Senapati Ingalaga eram ningali
sarta tansah nyantosakaken ing galih, emot, yen dede jinis. Wondene Nyai Kidul
mesem. Sarwi ngandika dhumateng Nyai Roro Kidul, “Nimas, ingsun arep weruh
Nimas, ingsun banget eram ningali paturonira. Layake caritaning kaswargan iya
kaya iki. Sajegku durung weruh pepajangan kaya iki. Sembada lan kang duwe.
Dhasar ayu bisa ngrerakit. Ingsun aras-arasen mulih menyang Mataram. Bakal
katrem ana kene. Nanging cacade mung siji, dene ora nana wonge lanang. Yen
46
Aturipun Nyai Kidul, “Sae lamban, jumeneng ratu estri kemawon. Ing
sira”. Roro Kidul matur sarwi mlerok, “Kula mboten saged ngaturi jejampi,
sebab kula dede dhukun. Sampeyan ratu ageng, mangsa kiranga wanudya
kidul tigang dinten tigang dalu. Tansah sih-sinisihan kaliyan Roro Kidul.
Senapati wau ing saben dinten dipunwejang ngelmunipun tiyang umadeg ratu,
“Banget panrimaningsun, Nimas, ing sakehe wurukira. Lan ingsun iya pracaya.
Balikan ing besuk, yen ingsun nemu mungsuh, kang sun kongkon ngaturi ing sira
sapa? Wong ing Mataram mesthi ora ana kang weruh marang sira?”
karsa nimbali dhateng kula, sedhakep suku setunggal, nunten tumengaa ing
awang-awang. Amesthi kula enggal dhateng, sarta kula mbekta bala jim, peri
dharatan. Sareng dumugi ing Prangtritis, kaget ningali dhateng Sang Pandhita,
47
enggal ngujungi, sarta ngrerepa, nyuwun pangapunten, amargi nggenipun
Dadi iku jenenge wong kibir. Para wali ora gelem nganggo kaya mengkono.
Mesthi bakal kesiku marang ing Allah. Yen sira bakal sumedya tulus jumeneng
ratu, nganggoa syukur ing satitahe bae. Ayo marang Mataram, ingsun arsa weruh
ing omahira”.
kacarita, ing kenya puri Ngastina, gegununganipun para putri, Sri Narendra
garini kusumanig ayu Dewi Banowati. Putri Nata saking Mandaraka, ginarwa
Narendra dahat dahing warnikarengga ing busana widagda ngadi sarira. Galak
ulat tur raga karana. Gonas ganes merak ati, mbesengut saya patut, ambombrong
saya mencorong. Yen cinandra citrane sang putri, pranyata kurang candra luwih
warna saking endahing sarira. Rema anyekar bakung ameles wilis tur panjang.
Athi-athi ngudup turi, larapan nila cendhani imba nanggal sapisan, netra lindri
anjait, idep tumengeng tawang, grana ngrungih, lathi manggis karengat, uwang
kemit, suku amukang gangsir. Lamun tindak, kicating pada gumebyaring wentis
kang kengis pindha thathit sasanderan, karya kumesare kang mulat. Sinten
ingkang marek ing ngarsa, apan punika putrine sang Nata dwita, akekasih
48
kusumaning ayu Dewi Lesmanawati. Dhasar wanodya sulistya ing warna, kaduk
ruruh tur ta ambeg ngumala rum, marma anggung dadi kondhanging kidung
Sejak jaman dahulu gunung api telah menarik perhatian nenek moyang
kita, teristimewa yang berkait erat dengan kepercayaan mereka sehari-hari. Pada
di gunung dan dianggap sebagai pelindung kuat yang dapat dimintai pertolongan.
Dalam pertunjukan wayang kulit media komunikasi dengan roh nenek moyang
yang timbul pertama kali pada jaman Neolithicum atau lebih kurang 1.500 SM
sebelum ada manusia kecuali tetumbuhan dan binatang seperti yang tergambar
dalam gunungan. Kemudian gunungan ditarik ke bawah dan berhenti tiga kali;
melambangkan adanya cipta, rasa dan karsa, yang mempunyai arti akan ada
batiniah di mana Tuhan Yang Maha Esa menentukan segala kegiatan di alam
lidahnya yang merah panjang, kera memanjat pohon bertarung dengan hewan
49
dan bunga-bungaan. Kesemuanya itu melambangkan pohon kehidupan duniawi
rumah Jawa dengan dua pintunya terkunci rapat dan masing-masing sisinya dijaga
oleh seorang raksasa bersenjata gada. Ini melambangkan hukuman bagi orang
yang berbuat salah satu jahat. Dua pintu yang terkunci rapat dalam lukisan itu
roh orang mati bertempat tinggal di atas dunia atau di gunung. Kepercayaan
Acapkali pula, roh nenek moyang dinyatakan dalam bentuk patung-patung yang
Realitas mitos diyakini sebagai sesuatu Yang Sakral. Dan Yang Sakral
adalah Yang Maha lain. Pengkudusan terhadap sesuatu terjadi pertama kali karena
suatu peristiwa dianggap sebagai hierofani atau peristiwa suci. Menurut Mircea
Eliade manusia agama menjadi semakin yakin akan adanya Yang Suci, karena
Yang Suci sudi menampakkan diri kepada manusia lewat peristiwa hierofani.
Hierofani secara etimologis berasal dari hieros berasal dari kata phainomai, yang
berarti menampakkan diri. Penampakan yang suci ini dapat terjadi kapan saja,
siang, sore, malam atau pagi hari. Dan lewat apa saja, manusia, binatang, tumbuh-
50
tumbuhan, tempat di bumi seperti gua, sungai, gunung, hutan. Dalam peristiwa
hierofani ini sesuatu yang bukan bagian dunia, bukan berasal dari dunia, tampak
pada benda-benda dan makhluk-makhluk yang menjadi bagian dari dunia. Dalam
peristiwa ini manusia bertemu dengan Yang sama sekali lain. Dengan
menampakkan diri itu Yang Suci menjadi tidak absolut lagi, melainkan terbatas
pada benda atau makhluk yang menjadi alat hierofani itu. Peristiwa-peristiwa
hierofani diperingati setiap kali, agar supaya penampakan suci itu bisa dialami
lagi dan manusia dapat ikut mengambil bagian dalam Yang Suci yang sudi
tak pernah ada dalam keadaan yang murni. Manusia tidak pernah berhasil secara
penuh untuk memisahkan dirinya sama sekali dari sikap religius. Bahkan
memiliki nilai kekhususan yang homogen begitu saja seperti halnya religius
berbeda dengan yang lain, misalnya saja tempat-tempat tertentu di daerah asing
yang dia kunjungi untuk pertama kalinya, dan sebagainya. Bahkan bagi manusia
yang dianggap sangat tidak religius sekalipun, semua tempat tersebut tetap
yang lain dari kenyataan yang biasanya dijumpai dalam hidupnya sehari-hari.
51
Lawan Yang Sakral adalah yang profan. Antara Yang Sakral dan yang
adalah sama, karena yang membedakan antara Yang Sakral dari yang profan,
bukan terletak pada wujud kongkrit benda, tetapi pada sikap dan perasaan
manusia yang meyakini keprofanan suatu benda karena dari satu benda dapat
terbentuk dua sikap dan perasaan yang berbeda. Sebagai contoh salib di atas altar,
itu mempunyai nilai sakral bagi umat Kristiani, tetapi tidak bagi umat yang lain.
Dengan demikian kesakralan terwujud dari sikap dan perasaan manusia dari sikap
Mitos tentang letusan Gunung Merapi diyakini berasal dari dua sumber
kekuatan manusia yaitu Nyai Roro Kidul (sebagai wanita) penguasa dan penjaga
Laut Selatan dan Kyai Sapu Jagad sebagai penguasa Gunung Merapi (sebagai
persatuan laki-laki dan perempuan. Mitos ini benar karna keberadaan alam
hari-hari baik. Contohnya orang Jawa mengenal adanya perputaran musim yaitu
waktu selama lima hari yang disebut pasaran yaitu: Legi, Pahing, Pon, Wage,
Kliwon, kemudian perputaran waktu selama tujuh hari yang disebut Saptawaca
52
yaitu : Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum'at, Sabtu dan Minggu. Sistem yang
Mitologi Hindu yang mengatakan bahwa Batara Guru sewaktu memerintah dunia
untuk pertama kalinya telah membagi dunia menjadi lima bagian yaitu: Timur,
Barat, Utara, Selatan dan Tengah. Bagi orang Jawa hari Selasan Kliwon dan
Jum'at Kliwon dianggap sebagai hari sakral, karena pada hari-hari itu banyak
makhluk halus yang keluar mencari makan atau sesaji yang disediakan manusia.
Orang Jawa yang tinggal di lereng Gunung Merapi agaknya tidak bisa
lugas seperti istilah fertilitas tanah kaitannya dengan abu vulkanik letusan Gunung
Merapi. Akan tetapi secara masuk akal mereka memiliki pengalaman dan
pengetahuan fertilitas itu, yang disediakan dari mitos dan ritua adat, seperti mitos
tentang terjadinya letusan Gunung Merapi yang menurut anggapan mereka selalu
itu terlihat dengan jelas pada kedudukan letak mitis geografi kerajaan Mataram,
yang membagi dunia menjadi lima bagian yaitu bagian Utara ditempati oleh
Gunung Merapi yang dihuni oleh Kanjeng Ratu Sekar Kedaton (Kyai Sapu
Jagad), bagian Selatan yang dihuni oleh Kanjeng Ratu Kidul, bagian Barat adalah
Khayangan Dlepih yang dihuni oleh Sang Hyang Pramoni, bagian Timur Gunung
Lawu yang dihuni oleh Kanjeng Sunan Lawu, dan letak Keraton Mataram yang
penduduk sekitar lereng Merapi ataupun kalangan orang Jawa terutama yang
53
Letak Mitis Geografis Keraton Mataram
Gunung Merapi
Kanjeng Ratu Sekar Kedaton
Kyai Sapu Jagad
Khayangan, Dlepih KERATON Gunung Lawu
Sang Hyang Pramoni MATARAM Kanjeng Sunan Lawu
Laut Selatan
Kanjeng Ratu Kidul
harus berhadapan dengan Adipati Jipang, Arya Penangsang, putra Sinuwun Sekar
Seda Lepen yang tidak rela tahta Demak diambil oleh Sultan Hadiwijaya, karena
walaupun pasti tidak mudah. Arya Penangsang, terkenal memiliki senjata ampuh,
yakni Keris Kyai Setan Kober, yang selalu menggetarkan dan mempecundangi
tanah tersebut kepada mereka berdua. Penjawi mendapatkan tanah Pati, sebuah
54
tanah Mataram yang masih berupa hutan Mentaok. Menurut silsilah, Pemanahan
adalah putra dari Ki Ageng Enis, cucu Ki Ageng Sela. Alas Mentaok tersebut
berada saat ini tepatnya di sekitar Kota Gede, Yogyakarta. Pemanahan kemudian
Giri, diprediksikan Mataram kelak akan menjadi sebuah kekuatan yang besar yang
menjadi pusat politik di tanah Jawa. Hal ini jika terjadi kelak akan mengancam
keutuhan eksistensi Pajang. Karena itu, Sultan Pajang mengulur-ulur waktu untuk
Dari apa yang telah diuraikan di atas, jelas sekali bahwa kedudukan
sebagai raja dapat diperoleh oleh orang yang berjuang dengan penuh ketekunan.
Jaka Tingkir telah melakukan daya dan upaya, penuh rintangan dan tantangan,
tidak kenal menyerah, tekun dan ulet, tidak mengenal waktu sehingga ia dapat
ceritera tentang dirinya, wajarlah bahwa ia merupakan salah satu unsur asal
Alas Mentaok sebagai hadiah dari Sultan Hadiwijaya, raja Pajang. Setelah Pajang
berhubung Sutawijaya itu juga anak angkat Sultan Pajang yang telah berhasil
55
Dari ceritera tentang Ken Arok ada beberapa hal yang perlu dicatat yaitu:
Ken Arok sebenarnya bukan anak orang biasa tetapi anak Dewa Brahma. Ken
Arok sudah hampir tertangkap oleh para pendeta dan rakyat di desa Kabalon,
terdengarlah suara Dewa Brahma di langut yang mencegah mereka, karena Ken
wangsit atau suara gaib untuk memelihara anak bernama Ken Arok yang nantinya
menetapkan siapa yang akan menjadi raja dan menurunkan raja-raja di Jawa, Ken
Arok mendengarkan dengan cara bersembunyi di tempat sampah. Ken Arok telah
terkepung oleh tentara Kediri dan tidak ada alternatif lain kecuali haru memanjat
pohon enau dan bersembunyi di atasnya. Namun ia diketahui oleh para prajurit
yang kemudian memotong pohon tersebut. Dalam keadaan yang sangat berbahaya
itu ia menerima wangsit atau suara gaib agar segera memotong dahan enau,
mempunyai kemauan keras, dan dengan segala upaya serta kegigihannya ia dapat
mencapai cita-citanya. Perjuangan yang hebat ini disyahkan lebih lanjut dengan
berbagai ceritera tentang dirinya. Dengan legitimasi ini berarti tidak mustahillah
Bagi masyarakat Jawa, yang tinggal di sekitar lereng Gunung Merapi dan
masyarakat lainnya, dikenal ada tiga simbol kekuasaan Jawa yaitu : Gunung
Merapi (api), Keraton Mataram (udara) dan Laut Selatan (air). Gunung Merapi
56
Mataram melambangkan keseimbangan. Ketiga simbol kekuasaan Jawa ini
dihubungkan dengan adanya Kali Opak yang diyakini juru kunci Merapi Mbah
Marijan. Kali Opak ini penting bagi kehidupan keraton Mataram dan Kasultanan
dipisahkan dengan Segara Kidul (Laut Selatan), kemudian antara Gunung Merapi
dan Laut Selatan disambungkan oleh aliran Kali Opak (Minsarwati, 2002: 14).
mempunyai hubungan khusus dengan Kanjeng Ratu Kidul penguasa Laut Selatan.
Kanjeng Ratu Kidul sendiri adalah "Permaisuri Halus" dari Senopati. Penguasa
Laut Selatan itu berjanji akan selalu melindungi Senopati turun-temurun. Dan
pertemuan antara mereka berdua terjadi di desa Wonokromo, di tepi Kali Opak.
Menurut versi mitos lain, Kali Opak juga berperan dalam pertemuan antara
Senopati menyelam di Kali Opak. Di Kali Opak ia melihat ikan "Olor". Indah
Laut Selatan. Di sanalah ia berjumpa dengan seorang wanita cantik jelita. Wanita
itu jatuh cinta pada Senopati. Dialah penguasa Laut Selatan, Kanjeng Ratu Kidul
yang akhirnya menjadi permaisuri Senopati. Pada waktu bulan purnama Ki Juru
Sutawijaya pintu sudah tertutup sedang penjaga rumah tidak tahu mana tuannya.
57
Ki Juru mengingatkan agar Sutawijaya selalu berprihatin dan bersamaan dengan
melakukan tapa ngeli artinya masuk di dalam sungai Opak dan terus berenang
mengikuti arus air sungai itu. Dengan bantuan seekor ikan olor, ia sampai di tepi
laut selatan dan bersemadi di situ, mengakibatkan angin laut dan gelombang
menjadi besar. Kanjeng Nyai Roro Kidul tidak ragu-ragu lagi apa yang terjadi dan
dan bersama-sama memasuki kraton laut selatan yang indah. Setelah segala
sesuatunya berjalan baik, dan mendapat kesanggupan dari Nyai Roro Kidul untuk
dan sesampainya di sana karena Sunan Kalijaga melihat bahwa rumah Sutawijaya
belum mempunyai pagar, lalu dinasehati agar dilengkapi dengan pagar tersebut,
juga diceritakan bahwa saat letusan berlangsung, hal itu adalah pertanda terjadi
perkawinan antara dewa laki-laki yaitu Kyai Sapu Jagad dengan perempuan Nyai
kekuatan laki-laki, sedang lautan yang dikuasai Nyai Roro Kidul (dewi)
58
dengan keluarnya lava diasosiasikan dengan keluarnya benih laki-laki pada saat
gunungapi menuju laut melalui Kali Opak melambangkan wiji (sperma) calon raja
Senopati. Konsepsi perbedaan ini juga bermakna kesuburan yang dalam bahasa
bahwa gunung yang diasosiasikan dengan lingga yaitu simbol dari Siwa atau
Batara Guru, sedang laut diasosiasikan dengan Yoni simbol dari isteri Siwa yaitu
Umo.
Seperti halnya perkawinan yang seolah-olah tidak bisa dicegah, tetapi bisa
ditata, maka "perkawinan dua kekuatan alam" atau letusan Gunung Merapi juga
tidak bisa dicegah dan perlu ditata. Oleh karena itu untuk mendapatkan selamat,
penduduk tidak menolak Nyai Roro Kidul berhubungan dengan Merapi, tetapi
mereka meminta agar jika Nyai Roro Kidul mengutus atau menginginkan sesuatu
dari Gunung Merapi (yaitu benih laki-laki) jangan melalui desa mereka, tetapi
cukup di kiri kanan desa saja. Untuk itu mereka memberikan sesaji kepada
terjadinya Kali Opak dan gempa bumi. Berdasarkan dari cerita mitos itu maka
Mbah Marijan juga menuturkan bahwa terjadinya Kali Opak sampai sekarang
masih ada hubungannya dengan jalan untuk menuju ke Laut Selatan dan Gunung
Merapi. Di Kali Opak inilah berjalan Kyai Antoboga, seekor naga, tokoh ini
bertugas memimpin segenap makhluk halus yang berada di dasar Merapi untuk
59
menjaga keseimbangan berat Gunung Merapi, berniat mencari ayahnya. Dia
merayapi Kali Opak, dan sepanjang jalan merayap sambil berteriak "O Pak, O
Pak, O Pak", karena itulah jalan yang dilalui tadi diberi nama Kali Opak.
Antoboga sebagai anak, jika ia dapat melingkari Gunung Merapi dalam semalam.
Matahari hampir terbit, ketika kurang sejari saja jarak antara kepala dan ekornya
Antoboga lalu menjulurkan lidahnya. Tapi tiba-tiba lidah itu dipotong oleh
ayahnya. Dan jadilah dari lidah itu pusaka Kyai Baru Klinting. Antoboga lalu
goyah (terjadi gempa bumi). Dalam mitos tentang terjadinya gempa bumi yang
ini ditimbulkan oleh ulah Kyai Antoboga yang menggerakkan ekor atau kepalanya
Mataram dicapai olehnya dengan segala liku-liku perjuangan yang cukup berat.
Keberhasilan itu tidak lain adalah akibat jerih payahnya sendiri. Apa yang dicapai
bukanlah sekedar pemberian yang datang sendiri tanpa usaha. Meskipun ia sudah
diberi tahu bahwa kelak akan menjadi raja, namun ia mematuhi nasehat ayahnya
Karena itu setelah menjadi raja dan memegang seluruh kekuasaan negara,
harus diartikan bahwa kekuasaan tersebut antara lain berasal dari dirinya yang
berpribadi luhur. Seseorang yang telah mendapat wahyu kraton atau pulung
60
seorang raja yang kehilangan wahyu kraton berarti akan turun dari tahta. Karena
itu barang siapa telah mendapat wahyu kraton atau pulung tidak dapat diganggu
gugat, sebab pasti akan gagal. Wahyu kraton atau pulung dilukiskan dengan
berbagai bentuk antara lain berupa sinar atau cahaya yang terang benderang dan
Misalnya ada yang baru lahir sudah mendapat pulung, ada pula pulung
baru datang setelah yang bersangkutan melakukan tapa brata dan perjuangan
hebat. Berikut ini akan disajikan beberapa contohnya. Peristiwa tentang bayi lahir
dan mengandung cahaya. Bayi ini kelak kalau sudah dewasa akan mempunyai
Setelah Ken Endok melahirkan anak laki-laki dan diberi nama Ken Arok,
melihat ada benda menyala. Setelah didekati ternyata yang menyala itu ialah
seorang anak bayi laki-laki, yang olehnya diambil dan dibawa pulang dan
61
tampak bernyala pada waktu malam hari. Lalu Ken Endok datang
kepadanya, sungguhlah itu anaknya sendiri".
bagi raja-raja yang bercikal bakal membangun negara. Hal ini disebabkan oleh
kenyataan bahwa mereka dapat menjadi raja di samping sebagai hasil jerih
payahnya sendiri, tetapi juga karena dukungan rakyat dan karunia Tuhan. Jelaslah
bahwa Raja bukanlah manusia yang lepas dari masyarakat, tetapi justru
telah dipilih dan ditetapkan oleh Tuhan, maka unsur ketuhanan ini lalu ikut
berperanan dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu unsur asal kekuasaan
dari Raja bukanlah satu-satunya. Kecuali itu ada unsur-unsur lain yang akan
dibicarakan lebih lanjut. Unsur inilah yang mencegah atau membatasi raja untuk
tidak berlaku totaliter, sebaliknya yang membimbing agar raja berlaku bijaksana.
Unsur lain itulah yang mendorong agar perbuatan raja juga memperhatikan
kepentingan rakyat banyak, tetapi sekaligus juga mengerem agar tidak berbuat
asal mula alam semesta, dan tujuan alam semesta, maka akan diperoleh makna
kosmologis tentang bagaimana hubungan dari sudut keseluruhan dan dari sudut
unsur-unsurnya. Kesemuanya ini bisa dijawab melalui suatu bentuk fisik dari
62
Gunung merapi (api) - Keraton Yogyakarta (udara) – Laut Selatan (air). Hal ini
ciptaan Sang Pencipta. Oleh karena itu lebih condong pada wujud masyarakat
kerucut menyatu ke atas, berkesan kokoh, kuat, sejuk bila berada di sekitarnya,
Gunung Merapi adalah simbolisasi dari keteguhan masyarakat dalam iman dan
takwa kepada Allah yang satu, merupakan kekuasaan besar masyarakat melawan
dan kemiskinan akibat ulah nafsu duniawi, dalam kapasitas dirinya sebagai hamba
63
Allah yang senantiasa tunduk akan perintah Allah, dan menjauhkan larangan-Nya.
tak terhingga, deburan ombak yang kadang deras, keras dan besar, diiringi angin
yang kencang, namun kadang pelan, lembut dan nyaman diiringi angin yang sepoi
basah, ibarat kehidupan masyarakat yang keras, brutal namun juga lembut, sejuk,
tenteram, damai, penuh dengan kreasi, apresiasi, dinamika, dan aspirasi yang
dilindungi oleh Sang Pemimpin. Oleh karena itu Sang Pemimpin harus manjing
ajur ajer dengan yang dipimpin, menjadikan hati nurani rakyat sebagai isteri
pertama dan utama, itulah makna Kanjeng Ratu Kidul sebagai personifikasi Sultan
Ngayogyakarta Hadiningrat.
Berdasarkan pada uraian tentang tiga makna simbol dari Gunung Merapi,
Keraton Yogyakarta dan Laut Selatan di atas, dapat disimpulkan tentang makna
kosmologi yang ada pada mitos letusan Gunung Merapi, yaitu terjadinya "dua
kekuatan alam", yaitu antara Gunung Merapi sebagai kekuatan api dan Laut
Selatan sebagai kekuatan air. Hasil perpaduan dua kekuatan alam ini berupa calon
raja Senopati yang berada di Keraton Yogyakarta, yaitu berupa Keraton sebagai
unsur udara.
Perlu kita sadari bahwa contoh-contoh yang telah kita uraikan sebenarnya
merupakan sejarah, hanya bentuk penyampaiannya yang perlu kita pelajari secara
saksama. Jika kita baca sepintas lalu saja seolah-olah hanya merupakan ceritera
64
atau dongeng belaka tidak ada bedanya dengan ceritera atau dongeng yang lain.
Lebih-lebih jika kita perhatikan isinya, seolah-olah banyak yang tidak masuk akal.
Misalnya raja Dhandhang Gendhis yang dikalahkan Ken Arok lalu naik ke langit
dengan istananya; Ken Arok mendengarkan Dewa yang sedang berapat; R. Paku
yang waktu lahir dimasukkan di dalam kendhaga; Jaka Tingkir yang berperang
melawan buaya; Sutawijaya dengan Nyai Roro Kidul; Sutawijaya bertemu dengan
legitimasi terhadap diri orang yang bersangkutan, agar syah dalam melakukan
setunggal Kanjeng Ratu Mas, putrinipun Ki Ageng Penjawi ing Pathi. Peputra :
Putra Dalem nomer 3 Adipati Puger ing Demak, peputra Adipati Pragola
ing Jambean, peputra Tumenggung Aria Mataun, Patih ing Jipang. Adipati
Pragola ing Pathi, kaleres naksederek kaliyan Ingkang Sinuwun Sultan Agung,
mengsah perang kaliyan Mataram, dipun lawan Ingkang Sinuwun Sultan Agung
piyambak, awit mangertos manawi Adipati Pragola pancen sekti. Namung gugur
kenging Kyai Tumbak Kyai Pleret. Sumare wonten Makam Pragola ing kota Solo.
65
Saben dinten malem Jumah pasareanipun Adipati Pragola wonten rah teles
ateges inggal. Namung bibar perang Jepang sapriki sampun boten wonten.
1990: 58).
anyaman mistik dan politik yang keteladanannya memandu alam pikiran Jawa.
yang dikenal sebagai jangka. Itulah makna jangka jangkah jangkaning jaman
66
BAB V
kebahagiaan dan dalam hal ini ujudnya antara lain adalah selamat tidak ada
diadakan selamatan menurut pola atau kebiasaan yang berlaku. Kecuali sarana
yang berbentuk fisik dalam upacara selamatan itu disampaikan pula doa-doa
sebagai upacara kecil di dalam sistem religius Jawa. Bagi sebagian penduduk
Jawa, slametan masih tetap menarik. Berbagai upacara dalam keluarga yang
67
Di dalam upacara ini antara lain digunakan cengkir (kelapa muda)
memperoleh anak yang cantik, suci, bersih lahir batinnya. Di samping itu
disediakan pula rujak yang terdiri atas bermacam - macam buah-buahan. Rujak
disajikan tiga macam nasi yaitu nasi putih, nasi merah dan bubur. Nasi putih
melambangkan air dari ibu, nasi merah melambangkan air dari bapak dan bubur
untuk menjaga terhadap gangguan makhluk jahat. Dalam hal nasi, Clifford Geertz
menulis bahwa ada tiga macam yaitu putih mulus, merah dan gabungan keduanya,
melukiskan pemuas ibu, merah air bagi ayah, dan campuran keduanya dipandang
Dalam hal rujak ia menulis : bahwa rujak legi merupakan ramuan berbagai
buah-buahan yang sangat pedas, cabai penyedap dan gula. Dikatakan bahwa
apabila rujak rasanya pedas atau sedap bagi calon ibu, maka ia akan mempunyai
seorang anak perempuan, tetapi jika rujak rasanya hambar baginya, ia akan
menulis bahwa sebelum melahiran seorang anak, calon ibu memperoleh berbagai.
68
mitoni. Upacara itu dipandang menjamin persalinan yang berhasil dan membawa
slamet (selamat) kepada anak yang belum dilahirkan dan kepada keluarganya.
pula berbagai upacara lain yang disebabkan oleh kasus tertentu. Tujuannya tidak
lain untuk memperoleh keselamatan bagi orang yang bersangkutan khu susnya
dan bagi keluarga pada umumnya. Kasus-kasus tersebut antara lain ialah:
terbenamnya matahari.
Anak sendhang kapit pancuran yaitu tiga orang anak yang nomor dua
perempuan.
Anak pancuran kapit sen .dhang ya.itu tiga orang anak yang nomor dua
laki-laki.
atas selalu dibayangi oleh bahaya yang datang dari seorang raksasa yaitu
Bethara Kala. Dewa Kala akan memangsa anak-anak tersebut karena mereka
akan terhindar dari mara bahaya dan anak yang bersangkutan akan selamat.
Tujuan pokok dari upacara ini tidak lain adalah untuk mencari selamat.
69
Di samping kasus di atas ada pula jenis yang lain misalnya upacara
penggantian nama. Jika ada seseorang yang sering menderita sakit, dianggap
bahwa nama orang tersebut tidak cocok. Sakit dihubungkan dengan nama
misalnya semula bernama Supardi lalu diganti dengan nama Slamet atau Basuki
atau Beja atau Untung. Nama pengganti tersebut dipilih yang mempunyai arti
baik.
bertujuan untuk memohon keselamatan dan ketentraman untuk ahli keluarga yang
keberangkatan anak yang mau sekolah ke luar daerah, pendirian sebuah rumah
baru, dan sebagainya. Harapan pada masa depan yang lebih cemerlang, di
samping harus dilakukan dengan pendekatan yang ilmiah rasional dan yang serba
kasat mata, perlu juga dilakukan pendekatan adikodrati atau supranatural yang
pedusunan Jawa. Ada bahkan yang meyakini bahwa slametan adalah syarat
spiritual yang wajib dan jika dilanggar akan mendapatkan ketidakberkahan atau
kecelakaan.
70
yang disebabkan oleh pembagian yang tidak adil. Upacara bancakan sering
digunakan dalam acara bagi waris, sisa hasil usaha dan keuntungan perusahaan.
Harapannya agar masing-masing pihak merasa dihargai hak dan jerih payahnya
dalam suasana terjepit. Akan tetapi sulit dicapai dalam masa pembagian
keuntungan karena orang cepat lupa diri, ingin saling jegal dan cenderung menang
karena seseorang telah memperoleh anugrah atau kesuksesan sesuai dengan apa
yang dicita-citakan. Dalam hal ini kenduren mirip dengan cara tasyakuran.Acara
sejawat, dan tetangga. Mereka berkumpul untuk berbagi suka. Suasananya santai,
sambil membicarakan tauladan yang bisa ditiru misalnya kenaikan pangkat, lulus
ujian, terpilih untuk mengemban amanat jabatan dan sukses-sukses lain yang
perlu dan pantas ditiru. Hidangan sedekah kenduren menunya lebih bebas. Hampir
tidak ada kewajiban menu tertentu sehingga terbangun suasana suka dan meriah.
Pengertian slamet adalah selamat dan terbebas dari segala aral rintangan. Begitu
populernya sehingga banyak orang Jawa memberi nama anaknya dengan kata
71
Secara umum kata slamet digunakan untuk melukiskan keadaan,
pemberian nama anak, menanyakan kabar seseorang dan menyebut suatu jenis
upacara. Karena keselamatan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi
manusia baik di dunia apalagi di akhirat. Apabila ada sebuah resepsi pada
keluarga Jawa, dengan mudah di sana ditemukan jajaran kata "Sugeng Rawuh",
yang berarti selamat datang yang ditujukan kepada para tamu. Kata sugeng itu
merupakan bentuk krama dari akad slamet sehingga terkesan lebih halus.
"Sugeng rawuhipun, Pak." Dan pihak yang disapa akan menjawab singkat, "Injih,
dan hikmat. Kata sugeng untuk memberi nama orang misalnya Sugeng Santosa,
digunakan dalam suasana yang formal keistanaan serta lebih estetis dan puitis
(bahasa Kawi). Kata widada yang bernilai estetis dan puitis lantas digunakan
untuk memberi nama anak laki-laki, misalnya Jatmika Widada, Budi Widada,
percakapan resmi dalam istana serta upacara, kata widada tidak digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Untuk kata keseharian orang lebih biasa dengan istilah
72
untuk memperoleh kesejahteraan pasti memerlukan biaya. Biaya di sini bisa
memuji: manggiha basuki, mugi kalis ing sambikala. Artinya saling mendoakan
selalu bertemu dalam keselamatan. Rahayu di sini juga mengandung makna doa
sering diberi nama rahayu. Misalnya Nanik Rahayu, Sulastri Rahayu, Prapti
Rahayu dan Sulistya Rahayu. Harapannya agar si anak mendapat kecantikan fisik
kedamaian.
ladrang wilujeng. Lagu ini memberi suasana damai, ayem, tentrem, dan tenang.
Ladrang wilujeng ini cocok untuk mengisi suasana santai namun agung dan
hikmat. Kata wilujeng juga dapat digunakan untuk sapaan hangat bernada halus,
73
"Kepripun Mas kabaripun?" Maka akan dijawab, "Pangestunipun, dhawah
wilujeng."
Secara umum kata wilujeng bermakna selamat juga. Hanya saja kata ini
jarang digunakan untuk memberi nama anak. Wilujengan berarti selamatan, yang
mereka berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar dalam kehidupannya diberikan
yang menjebak mereka sehingga gagal meraih kebahagiaan hidup dunia dan
akherat.
74
BAB VI
mengandung nilai religius khuusnya nilai yang terkandung di dalam agama Islam
setiap setahun sekali yaitu pada bulan Maulud. Oleh karena itu paca.ra ini
dinamakan garebeg Maulud. Yaitu upacara selmatan atau hajad Dalem berupa
tumpeng yang besar atau inungan yang dibawa dari kraton ke mesjid besar pada
aktu dan hari-yang telah ditetapkan. Pada hari tersebut digarebeg atau diikuti oleh
sama dengan para penghulu kraton, ulama, pembesar lain dan rakyat pada
umumnya. Oleh karena diadakan pada bulan Maulud lalu dinamakan garebeq
mulud. Di samping garebeg Mulud masih ada garebeg lain yang diadakan pada
bulan Sawal dan Besar. Karena itu upacara tersebut juga dinaman Garebeg Besar.
Ketiga macam upacara itu hampir sama bentuknya dan nilai yang terkandung di
nama tersebut diambil dari kata sekati yaitu nama gamelan yang ditabuh di muka
masjid besar selama perayaan sekaten itu berlangsung. Ada pula yang
mengartikan lain yaitu diambil dari kata sahadatain atau dua kalimah sahadat
atau pengakuan setiap orang Islam bahwa tidak ada Tuhan lain kecuali Allah
75
pengejawantahan pelaksanaan nilai yang terkandung di dalam agama Islam.
Pada waktu para wali menyebarkan agama Islam di Jawa mereka secara
bijaksana menggunakan cara yang sangat baik yaitu bagaimana agar agama
Islam dapat diterima oleh rakyat dengan baik, dengan penuh kesadaran. Salah
satu cara yang mereka gunakan adalah dengan memakai alat berupa gamelan.
dikumpulkan dengan mudah maka cara yang paling baik adalah melalui
pertunjukan berupa nyanyian yang diiringi oleh gamelan yang dipukul di muka
tentang agama Islam kepada mereka. Dengan cara demikian maka rakyat secara
sadar mengetahui tentang agama Islam dan kemudian memeluk agama tersebut
dengan senang dan penuh tanggung jawab. Sesuai dengan ajaran agama Islam
bahwa tidak ada paksaan dalam agama maka penyebaran dan perkembangan
agama Islam di Jawa berjalan secara tertib dan damai. Demikianlah tradisi ini
dengan tuntutan waktu dan jaman. Berikut ini adalah sekelumit contoh tentang
Sekaten di Yogyakarta.
Yogyakarta. Pada hari dan jam yang telah ditentukan gamelan nyahi dan kyahi
76
Sekati dibawa dari kraton ke mesjid besar untuk ditabuh selama perayaan
kraton ke mesjid besar. Upacara ini dilakukan dengan penuh kebesaran dan
khidmat.
Sebagaimana disebutkan di atas maka pada puncak acara ini Sri Sultan
yang mempunyai hajad dengan diiringkan oleh pembesar kraton dan kerabat
pergi dari kraton ke mesjid besar untuk melakukan selamatan bersama para
gamelan yang selama perayaan itu dibunyikan lalu dibawa kembali ke kraton.
Upacara sekaten secara resmi telah selesai. Gunungan sebenarnya adalah sebuah
mempunyai hajad adalah raja. Ada dua jenis gunungan yaitu laki-laki dan
perempuan.
nampak dengan jelas bagaimana bentuk filsafat hidup masyarakat Jawa. Sekaten
penuh diliputi oleh nilai religius khususnya nilai agama yang terkandung di
dalam Islam. Lagu-lagu telah dipilih sedemikian rupa agar mempunyai nilai
waktu membawa gunungan telah ditetapkan harinya, jamnya dan siapa yang
mengangkat. Nilai moral dan keindahan jelas nampak dalam upacara sekaten.
Terlihat dalam hal hubungannya dengan tujuan upacara, kepada siapa tumpeng
harus dibagikan, pakaian yang bagaimana harus dipakai pada waktu melakukan
upacara itu agar semuanya tampak susila dan indah. Upacara sekaten
77
menunjukkan bagaimana hubungan antara raja dengan para ulama dan rakyat
yaitu berbakti kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar mendapat rahmat dan
keselamatan dari-Nya.
upacara.Karena itu nilai pertanian ikut pula berperanan di dalam upacara ini.
Dalem adalah bagian rumah yang ditempati untuk tidur terdiri atas tiga
ruangan atau senthong, yaitu senthong kiri, senthong kanan dan senthong
tengah. Senthong kiri dan kanan ditempati untuk tidur sedangkan senthong tengah
dianggap sebagai ruangan yang suci digunakan jika ada upacara-upacara yang
suci misalnya perkawinan. Di dalam ruangan ini terdapat berbagai benda misalnya
kendhi, tempat sirih, pengidon dan lain-lain. Ruangan ini dihubungkan dengan
suatu anggapan sebagai tempat Dewi Sri. Dari uraian tersebut di atas dapat
dibuktikan betapa peranan unsur pertanian. Sebagai peran utama dalam hal ini
adalah Dewi Sri, bahkan sering disebut bersama dengan adik yang kemudian
lambang mengenai pertanian. Di dalam ceritera tersebut Dewi Sri dilukiskan seba-
gai puteri seorang raja yang diusir dari kerajaan karena menolak pinangan seorang
raja raksasa. Kemudian ia dikejar-kejar oleh utusan raja dan dilindungi oleh siapa
78
saja yang didatangi olehnya. Akhirnya ia selamat, para pengejarnya dihancurkan
dan Dewi Sri menjadi isteri adiknya sendiri. Karena Dewi Sri adalah lambang
rangan dari hama dan bagaimana dapat terhindar dari hama tersebut.
masyarakat Jawa.
waban yang diberikan oleh mereka yang intinya adalah halhal yang bersangkut
paut dengan laut misalnya nyai Roro Kidul sebagai Dewi lautan.
Senapati berhubungan dengan Nyai Rara Kidul. Upacara labuhan diadakan pada
bekas dari raja ke laut. Untuk kraton Surakarta pakaian tersebut dilabuh di pantai
Upacara labuhan disertai dengan sarana-sarana dan prosedur yang bersifat sakral
antara lain mengenai alat-alat sajian, pakaian, pembawa pakaian yang akan
dilabuh.
labuhan sebagai berikut: Pada saat persiapan upacara labuhan bersifat tertutup
79
artinya hanya dilakukan di dalam Kraton Yogyakarta. Adapun yang terlibat dalam
menyelenggarakan persiapan upacara ini adalah para puteri kerabat kraton yang
sudah tua usianya, abdi dalem Keparak, abdi dalem Kawedanan Ageng
Punakawan Widyabudaya dan Kyai Penghulu. Pada saat persiapan ini yang boleh
menyaksikan adalah Sri Sultan Hamengku Buwana IX dan keluarganya serta para
abdi dalem Kraton Yogyakarta. Pada saat persiapan ini kecuali menyiapkan
Demikian juga pada saat upacara ulang tahun (tingalan dalem) ini masih
yang terlibat dalam upacara ini yaitu abdi dalem Kawedanan Ageng Punakawan
Hindia Belanda. Para pejabat itu semua menjadi saksi resmi bahwa upacara
Belanda, menjadi bukti bahwa upacara labuhan merupakan suatu upacara resmi
80
penghormatan kepada benda-benda labuhan yang dibawa oleh para petugas.
tempat di mana upacara labuhan dilaksanakan oleh juru kunci. Juru kunci boleh
tersebut. Kecuali itu juru kunci juga mempunyai hak untuk memiliki benda-benda
mendapat ijin dari Nyai Rara Kidul. Mereka harus mematuhi larangan-larangan
memakai baju, kain dan selendang yang berwarna seperti pakaian Nyai Rara
Kidul. Selamatan dan berbagai pertunjukan misalnya wayang, tarub, kuda kepang,
topeng.
Upacara laut di Pantai Popoh. Upacara tersebut dahulu belum pernah ada.
Upacara diadakan pada hari Raya Idul Fitri, Tahun Baru dan Maulud Nabi.
Upacara pada waktu Maulud Nabi isinya menyerupai upacara gunungan. Ada pula
diadakan pada hari malam Rebo terakhir yang ada di bulan Sapar. Keramaian atau
adat-istiadat berupa Rebo Wekasan mengandung nilai alam, khususnya laut. Nilai
alam nampak pada hubungan antara keramaian dan idat istiadat berupa
81
tersebut dahulu juga merupakan pertemuan antara Nyai Rara Kidul dengan Sultan
Agung.
Sebenarnya upacara laut tidak hanya terdapat di pantai Selatan, akan tetapi
juga dilakukan oleh Masyarakat Jawa yang bertempat tinggal di pesisir Utara dan
Timur. Upacara ini biasanya dikerjakan oleh masyarakat nelayan misalnya yang
bertempat tinggal di Tegal, Tuban dan Banyuwangi. Sudah barang tentu mereka
tidak berhubungan dengan Nyai Rara Kidul, akan tetapi makhluk halus yang
gunung sebagai sesuatu yang memegang peranan penting di dalam tata kehidupan
mereka. Pada waktu sekarang inipun masih ada anggapan bahwa gunung-gunung
tertentu dihuni oleh para makhluk halus, masih angker atau gawat. Misalnya
gunung Semeru, gunung Brama, gunung KElut, gunung Liman, gunung Lawu,
mengandung pula filsafat gunung. Hal ini nampak dalam bentuk gunungan, yang
82
hirarki hubungan antara raja dengan rakyatnya. Hubungan-hubungan tersebut
bila berjalan baik akan membawa kemakmuran dan kebahagiaan hidup. Istilah
gunungan juga dipakai untuk sebutan dalam wayang yaitu lukisan gunung yang
mempunyai multi fungsi antara lain untuk memulai dan menutup pertunjukan.
khitanan, perkawinan, hari ulang tahun, membuat rumah atau gedung baru,
menempati rumah baru, ulang tahun kantor atau lembaga, ulang tahun
Salah satu alat yang digunakan dalam upacara ini adalah tumpeng.
Karena itu selamatan semacam ini juga dinamakan tumpengan. Tumpeng terbuat
dari nasi dan berbentuk kerucut atau gunung. Selamatan dengan tumpeng
salah satu yang mempunyai nilai tinggi. Mengingatkan bahwa ada kekuasaan
tertinggi yaitu Tuhan Yang Maha Kuasa yang wajib dimintai keselamatan oleh
manusia.
puncak gunung Brama, Upacara ini jatuh pada bulan purnama sidi di bulan
kesada atau bulan kedua belas. Upacara dilakukan di laut pasir gunung Brama,
semalam suntuk dan diakhiri pagi hari setelah mereka menyaksikari terbitnya
matahari dan sudah tidak ada lagi orang yang melemparkan korban ke bawah,
83
Bangunan di pesarean Imagiri juga berbentuk gunung yaitu bertingkat-
turun temurun masih dijalankan oleh masyarakat seperti halnya upacara saparan
dilakukan pada hari Jum'at Wage pada bulan Sapar setiap tahun sekali dengan
84
BAB VII
Ada nyanyian yang menjaga di malam hari. Kukuh selamat terbebas dari
penyakit. Terbebas dari semua malapetaka. Jin setan jahat pun tidak berkenan.
Guna-guna pun tidak ada yang berani. Juga perbuatan jahat. Ilmu orang yang
bersalah. Api dan juga air. Pencuri pun jauh tak ada yang menuju padaku. Guna-
guna sakti pun lenyap. Semua penyakit pun bersama-sama kembali. Berbagai
hama sama-sama habis. Dipandang dengan kasih sayang. Semua senjata lenyap.
Seperti kapuk jatuhnya besi. Semua racun menjadi hambar. Binatang buas jinak.
Kayu ajaib dan tanah angker. Lubang landak rumah manusia tanah miring. Dan
Tempat tinggal semua badak. Walaupun arca dan lautan kering. Pada
malaikat. Semua rasul. Menyatu menjadi berbadan tunggal. Hati Adam, otaku
Baginda Sis. Bibirku Musa. Napasku Nabi Isa as. Nabi Yakub mataku. Yusuf
nyawaku. Idris di rambutku. Baginda Ali kulitku. Darah daging Abu Bakar Umar.
Tulang Baginda Usman. Sumsumku Fatimah yang mulia. Siti Aminah kekuatan
badanku. Ayub kin dalam ususku. Nabi Nuh di jantung. Nabi Yunus di ototku.
Mataku Nabi Muhammad. Wajahku rasul. Dipayungi oleh syariat Adam. Sudah
85
Kejadian berasal dari biji yang satu. Kemudian berpencar ke seluruh dunia.
Terimbas oleh zat-Nya. Yang membaca dan mendengarkan. Yang menyalin dan
dibacakan alam air. Dipakai mandi perawan tua cepat bersuami. Orang dila cepat
sembuh. Jika ada orang didenda cucuku. Atau orang yang terbelenggu keberatan
hutang. Maka bacalah dengan segera. Di malam hari. Bacalah dengan sungguh-
sungguh sebelas kali. Maka tidak akan jadi didenda. Segera terbayarkan oleh
engkau pergi berperang. Bacakan ke dalam nasi. Makanlah tiga suapan. Musuhmu
Siapa saja yang dapat melaksanakan. Puasa mutih dan minum air putih.
Selama 40 hari. Dan bangun waktu subuh. Bersabar dan bersyukur di hati. Insya
Allah tercapai. Semua cita-citamu. Dan semua sanak keluargamu. Dari daya
Dhandhanggula
86
Sakabehing lara pan samnya bali
Sakeh ngama pan sami miruda
Welas asih pandulune
Sakehing braja luput
Kadi kapuk tibaning wesi
Sakehing wisa tawa
Sato galak lulut
Kayu aeng lemah sangar
Songing landhak guwaning wong lemah miring
Myang pokiponing merak
87
Kasamadan dening date
Kang maca kang angrungu
Kang anurat kang anyimpeni
Dadi ayuning badan
Kinarya sesembur
Yen winacakna ing toya
Kinarya dus rara gelis laki
Wong edan nuli waras
88
Durma
89
Bebokongku sela ageng kumalasa
akawet wesi gilig
eboling sun karah
taiku pulut bendha
balubukan entut-mami
uyuhku wedang
dakarku Pulasani.
Durma
90
Naga Raja pangawasan manik kembang
kembang gubel abaji
tajem neng kadhutan
udhune sarwi nungsang
karangsangan angutihpil
angajak-ajak
jujul jujul anjungkir.
91
Pangresanya ayu luput ing rencana
teluh tuju lan telik
pan sirna sadaya
sanak sun elor prapta
ireng ran Ki Balesupi
kuthanya tosan
nggawa bala sakethi.
Sinom
Rumeksa inguripira
ing tindak kudu ngawruhi
aja dhemen lelemeran
bisaa nuhon janji
ujar kang wur kawijil
awasna aywa tumpang suh
mulane nora gampang lakune wong ulah ilmu
ilmu iku ngawruhi sajatinira.
92
Kita Pribadi puniki
dudu angen-angen nafas
utek lan jejantung kaki
rokh rasa lawan ati
kabeh sajatine dudu
iku mung titipan
mangka busananing dhiri
kabeh iku anglindung Zat ing Manusa.
Dhandhanggula
93
marang kawulanira
kang dosa Jin agung
kang karya purbawisesa neka-neka
karyane sawiji-wiji
sakehing malaekat.
94
tan ana kara-kara.
Dhandhanggula
Tigalana kamulanireki
Nila ening arane duk gesang duk mati
Layangsuksma-ne lan Suksma ngumbareku
ing asmara mor
raga yekti durung darbe peparab
duk anome iku
awayah bisa dedolan
aran Sang Tyasjati iya Sang Artati
iya Sang Artadaya.
95
Dadi wisa mangkya amartani
lamun marta temah amisaya
marma artajaya rane
duk lagi aneng gunung
ngalih aran Asmarajati
wayah tumekeng tuwa
emut ibunipun
tinari lunga mangelan
Ki Artati nurut gigiring Merapi
angancik ing Sundara.
96
candhi sagara wetan
ingbar karuhun
kahyanganing Sang Hyang Tunggal
sapa reke kang jumeneng mung Artati katon
tengahing tawang.
97
Dhandhanggula
98
Dudur majenge ajatu‟lkursi
ungguhe atine surah an‟am
pangleburan lara kabeh
usuk-usuk ing luhur
ingaranan telenging langit
nenggih Nabi Muhammad
kawekasan iku atunggu latri lan siyang
kinedepan ing tumuwuh wedi asih
tunduk nembah maring wang.
99
kang agething lulut memolone sifat rahman
iya rahmat rahayu pangreksaneki
sarana nganggo pethak.
Dhandhanggula
100
saking marga hina pareng samya
sadina amor anggone
kalawan kadang-ingsun
ing kang ora umijil saking
marga hina punika
kumpule lan ingsun
dadi Makdum-sarpin sira
wewayanganing Zat reke dadya kanthi
saparan datan pisah.
101
Upacara Di Makam Ki Ageng Tarub
Hastono Adipuro, seorang tokoh spiritual yang sangat peduli pada upacara
Bondan Kejawan. Bangunannya mirip Masjid Demak. Unsur Islam dan budaya
Jawa terpadu indah. Di sebelahnya terdapat kantor juru kunci. Di situ ketuanya
berasal dari sendang Widodari. Gapura masuk dengan pagar yang mengelilingi
makam tidak terlalu tinggi, tetapi cukup indah dan asri. Dari luar bisa dilihat
suasana makam. Karena pagar ini setinggi orang dewasa. Dalam kompleks
Beliau adalah cucu Prabu Brawijaya, raja Majapahit. Cungkup kedua adalah
dua bangunan masjid. Di antara kedua makam itu dipisahkan sungai, airnya
102
Bagi kalangan kejawen Ki Ageng Tarub merupakan tokoh spiritual
yang amat dihormati oleh para petani. Konon Dewi Nawangwulan mampu
mencegah masa paceklik, sehingga petani tetap kecukupan sandang dan pangan.
Perkawinan antara Joko Tarub dengan Dewi Nawangwulan ini menurunkan Dewi
Kelak Nawangsih diambil istri oleh Ki Ageng Sela. Beliau adalah tokoh
sakti mandraguna yang mampu menangkap petir. Bila ada kilat dan petir yang
menggelegar, maka diampirkan untuk bilang bahwa dirinya adalah cucu Ki Ageng
Sela. Ditanggung pasti selamat. Hanya saja, makam Ki Ageng Sela terpisah
Dalam Babad Tanah Jawi disebutkan bahwa Ki Ageng Sela termasuk figur
yang turut mengasuh Joko Tingkir. Atas petunjuk Ki Ageng Sela pula, Joko
Tingkir atau Mas Karebet bersedia mengabdi ke Kasultanan Demak Bintoro. Joko
Tingkir akhirnya diambil menantu raja Demak Sultan Trenggono. Surutnya kraton
Rajanya adalah Joko Tingkir atau Mas Karebet dengan gelar Sultan Hadiwijaya.
Menurut Babad Tanah Jawi ayah Joko Tingkir bernama Ki Kebo Kenongo
103
Brawijaya yang sulung. Dengan demikian Joko Tingkir dan istrinya, Ratu
Jalannya upacara diawali dengan kirap ampilan dari kraton Surakarta yang
dipimpin GKR Wandansari. Kali ini beliau bertindak selaku Pengageng Sasana
XII ini akrab dipanggil dengan nama GKR Koes Moertiyah atau Gusti Mung.
Kebetulan menjabat sebagai anggota DPR Pusat. Tak ketinggalan pula adalah
GKR Ayu Koes Indriyah yang menjabat sebagai anggota DPD RI. Diikuti pula
GKR Galuh Kencono, yang dulu pernah mendampingi sebagai istri Gubernur
Kalimantan Tengah.
mengikuti upacara wilujengan dengan tertib dan khusuk. Rintik-rintik hujan tak
dihiraukan. Tekad kuat untuk ngalap berkah lebih tinggi bila dibanding dengan
saja. Karena upacara ini yang hanya diselenggarakan setahun sekali, maka jelas
Ki Ageng Tarub. Tahlil, Tahmid dan Takbir dibacakan dengan dipimpin oleh
ulama kraton. Doa-doa yang dikumandangkan benar-benar khas. Islam dan irama
104
Pengageng Sasana Wilapa segera memberi kata sambutan. Rupa-rupanya
melihat kayak apa wajah para pengageng kraton tersebut. Meskipun harus berdiri
dan berhujan-hujan, namun tetap saja mereka bersemangat. Ternyata yang hadir
makam. Tiap ada upacara di makam, pihak kabupaten turut serta. Bila perlu
Bupati sendiri yang memberi kata sambutan. Masyarakat Grobogan bangga bahwa
di daerahnya terdapat makam leluhur para raja. Rakyat, pemerintah dan kraton
bersatu pada nguri-uri keagungan makam leluhur para raja di tanah Jawa.
Ingkung, jajan pasar, godhogan kacang, tela, segala pala pendhem ada. Hasil
bumi dibuat sesaji sebagai tanda syukur pada Tuhan. Masyarakat berebut brekat
untuk ngalap berkah. Doa penutup menandai acara berakhir. Masyarakat pun
prima dari Grobogan. Pada masa depan semoga berjumpa dengan jaman
keemasan. Doa-doa yang mulia ini akan dikabulkan oleh Tuhan, yakni masyarakat
adil makmur, gemah ripah loh jinawi, tata tentrem karta raharja.
105
DAFTAR PUSTAKA
Adjied Swastedi dan Tessa Theofile Prihatini, 2002, Tata Upacara Pengantin
Adat Jawa, Pustaka Raja, Yogyakarta.
Clifford Geertz, 1969, The Religion of Java, The Free Press, Glencoe
Damardjati, 1993, Nawangsari, Wangsa Manggala, Yogyakarta.
Koentjaraningrat, 1986, Kebudayaan Jawa, Jakarta, Balai Pustaka
Laksono, P.M., 1985, Tradisi dalam Struktur Masyarakat Jawa Kerajaan dan
Pedesaan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Lucas Sasongko Triyoga, 1991, Manusia Jawa dan Gunung Merapi Persepsi dan
Sistem Kepercayaannya, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Moedjanto, G. 1994, Konsep Kekuasaan Jawa, Penerapannya oleh Raja-Raja
Mataram, Yogyakarta: Kanisius.
Niels Mulder, 1973, Kepribadian Jawa dan Pembangunan Nasional, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta
Padmapuspita. 1966. Pararaton. Yogyakarta: Taman Siswa.
Sartono Kartodirdjo, A Sudewa, Suhardjo Hatmosuprobo, 1988, Beberapa Segi
Etika dan Etiket Jawa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta.
Selo Soemardjan, 1974, Perubahan Sosial Dalam Masyarakat Yogyakarta,
Jakarta, Balai Pustaka
Siswoharsoyo, 1979, Serat Gunacara lan Agama, Yogyakarya, Gondolayu
Soebardi, 1978, Serat Cabolek, Bandung, Angkasa
Soekmono. 1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia. Jakarta : Kanisius.
Sri Mulyono, 1983, Wayang dan Filsafat Nusantara, Jakarta, Masagung
Sularto, 1981. Upacara Labuhan Kasultanan Yogyakarta, Jakarta: Media
Sunoto, 1987, Menuju Filsafat Indonesia, PT. Hanindita, Yogyakarta
______, 1989. Nilai-nilai Luhur yang Terkandung dalam Ajaran Masyarakat
Jawa. Yogyakarta : Fakultas Filsafat UGM.
Suryo S. Negoro, 2001, Upacara Tradisional Dan Ritual Jawa, CV. Buana Raya,
Surakarta.
Wisnu Minsarwati, 2002, Mitos Merapi dan Kearifan Ekologi, Menguak Bahasa
Mitos dalam Kehidupan Masyarakat Jawa Pegunungan, Kreasi Wacana,
Yogyakarta.
106
BIOGRAFI PENULIS
107