Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidaklah lepas

dari kehidupan atau hubungan satu dengan yang lain. Ia selalu

menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sehingga kepribadian

individu, kecakapannya, ciri-ciri kegiatannya baru menjadi

undividu yang sebenarnya apabila seluruh sistem tersebut

berhubungan dengan lingkungannya. Dalam menghadapi dunia

sekitar individu tidak bersifat pasif, tetapi bersifat aktif artinya

berusaha mempengaruhi, menguasai, mengubah dalam batas-

batas kemungkinannya.Dengan demikian kehidupan manusia

dalam masyarakat mempunyai dua fungsi yaitu berfungsi

sebagai obyek dan sebagai subjek.Hal ini merupakan suatu

keuntungan besar bagi kehidupan manusia, sebab dengan

adanya dua macam fungsi yang dimiliki itu timbullah

kemajuan-kemajuan dalam kehidupan bermasyarakat.Jika

manusia itu hanya sebagai objek semata-mata maka hidupnya

tidak mungkin lebih tinggi daripada kehidupan benda-bendsa

mati1.

Wilayah perdesaan pada umumnya masih diasosiasikan

sebagai daerah yang berlokasi di daerah pedalaman, jauh dari

1
Abu Hamadi, Psikologi Sosial, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2002, hlm. 53-54

1
lingkungan perkotaan, dan memiliki keterikatan yang kuat

terhadap kehidupan tradisional. Dalam masyarakat desa

berlaku keteraturan kehidupan sosial yang mencakup kegiatan-

kegiatan ekonomi, keagamaan, politik, dan hukum yang sesuai

dengan lingkungan hidup setempat.

Dilihat dari karakteristik wilayahnya, kawasan pedesaan

masih lebih bersifat alamiah, belum banyak tersentuh oleh

teknologi modern dan perkembangan pembangunan. Selain

sebagai lahan permukiman penduduk, sebagian wilayah desa

terdiri atas lahan pertanian, perkebunan, atau tertutup oleh

hutan alami, baik itu wilayah desa yang terletak di wilayah

pantai, dataran rendah, maupun dataran tinggi. Adapun kota

sebagian besar wilayahnya tertutup oleh kawasan permukiman

penduduk, gedung-gedung perkantoran, fasilitas sosial,

kawasan industri, dan kawasan lainnya.

Kampung Maribu merupakan salah satu dari 5 (lima)

kampung yang termasuk dalam wilayah administratif Distrik

Sentani Barat Kabupaten Jayapura. Luas wilayah Kampung

Maribu secara keseluruhan mencapai 36,21 Kilometer, dimana

luas daratan sebesar 14.000 Hektar dan luas perairan sebessar

1000 Hektar. Kampung Maribu terletak disebelah barat kota

Sentani dengan jarak sekitar 30 km yang dapat dicapai dengan

2
mempergunakan kendaraan roda dua maupun roda empat.

Sedangkan dari ibu kota distrik berjarak kurang lebih 3 km.

Luas daerah dataran cukup besar, dan letak geografis

yang berada di urat gunung Cycloop ,menjadikan sektor

pertanian dan perkebunan sebagai unggulan ekonomi

masyarakat Kampung Maribu. kampung Maribu sangat

strategis untuk pengembangan beberapa komoditi unggulan di

bidang perkebunan, seperti kakao, rambutan, jeruk manis,

pinang dan sagu. Selain itu masyarakat mengembangkan

peternakan seperti; sapi, kamping, babi, dan ayam.Kampung.

Maribu memiliki kondisi aliran air tawar yang cukup, sehingga

sektor usaha perikanan; ikan air tawar juga dikembangkan.

Berdasarkan latarbelakang di atas, maka penulis tertarik

untuk mengkaji perkembangan Kampung Maribu, sebagai

kampung Agraria di Distrik Sentani Barat, Kabupaten Jayapura.

Maka judul dari tulisan ini adalah: “MARIBU; Kampung

Agraria di Kaki Gunung Cycloop, Distrik Sentani Barat,

Kabupaten Jayapura.”

B. Rumusan Masalah

3
Adapun permasalahan dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana kondisi spasial kampung maribu?

2. Bagaimana Asal-usul Kampung Maribu?

3. Bagaimana Perkembangan Sektor Agraria sebagai sumber

Ekonomi masyarakat kampung Maribu?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

a. Mendeskripsikan asal-usul Kampung Maribu dan kondisi

spasial Kampung Maribu.

b. Medeskripsikan kehidupan sosial-ekonomi Masyarakat

Kampung Maribu yang bertumpuh pada sektor Agraria.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat dipetik dari penelitian ini antara lain :

a. Memperkaya khasana penulisan sejarah lokal di Papua,

khususnya tentang kehidupan sosial-ekonomi masyarakat

kampung maribu sebagai salah satu kampung Agraria.

b. Dapat menjadi referensi bagi berbagai pihak yang

membutuhkan informasi tentang kehidupan sosial-ekonomi

masyarakat kampung maribu.

D.Tinjauan Pustaka

4
Beberapa buku yang dijadikan acuan oleh penulis, antara lain :

Buku Pertama adalah Kehidupan sosial ekonomi

keluaraga oleh Andi Saribulan, buku menjelaskan tentang

kehidupan sosial ekonomi dalam setiap masyarakat tidak lepas

dari peranan keluarga.

Buku ketiga, Pembangunan adat dalam perspektif

masyarakat kabupaten Jayapura oleh Agus Giay. Buku ini

menjelaskan tentang pembangunan kampung dan masyarakat

adat mulai dari zaman Hindia-Belanda sampai sekarang yang

berada di Kabupaten Jayapura.

Buku keempat, Diktat Bahan Ajar Metodologi Sejarah

oleh Ester Yambeyapdi S.Pd, M.Hum, penerbit prodik sejarah.

Buku ini membahas metode dalam penelitian sejarah serta

tahap-tahap penelitian sejarah.

Buku kelima, Diktat Bahan Ajar Teknik Penulisan Ilmiah

oleh Ester Yambeyapdi S.pd, M.Hum, penerbit prodik sejarah.

Buku ini membahas cara dan prosedur menulis karya ilmiah

dengan baik.

E. Metode Penelitian

5
Penelitian ini menggunakan metode sejarah, yang

mengacu kepada langkah-langkah penelitian sejarah. Proses

penelitian sejarah, menempuh 4 langkah yaitu : Heuristik, Kritik

Sumber, Interpretasi, dan historiografi2.

1. Heuristik

Heuristik atau langkah awal yaitu proses dimana penulis

mencari dan menemukan sumber-sumber atau bukti sejarah.

Penulis melakukan proses mencari dan menemukan sumber-

sumber yang dibutuhkan yang menyangkut atau sesuai

dengan topik (judul) yang penulis kaji. Melacak dan

mengumpulkan berbagai sumber yang diperlukan berkenaan

dengan kehidupan sosial-ekonomi masyarakat kampung

maribu. Sumber-sumber tersebut akan diperoleh dari

pelacakan ke berbagai tempat seperti : Perpustakaan Program

Studi Pendidikan Sejarah FIKP Uncen di Abepura,

Perpustakaan Universitas Cenderawasih di Waena,

Perpustakaan Wilayah Provinsi Papua di Kotaraja, lembaga

permasyarakatan di kampung maribu, situs web internet,

maupun buku-buku koleksi pribadi penulis sendiri.

Teknik yang dipakai dalam menunjang pelaksanaan

observasi historis adalah :

a. Studi Kepustakaan
2
Nugroho Notosusanto, masalah penelitian sejarah kontenporer: suatu pengalaman.
(Jakarta: Yayasan Idayu, 1978), hlm.35-43

6
Studi kepustakaan didahului dengan langkah penulis

dalam mencari informasi atau data dan sejumlah literatur

yang ada relevansi dengan objek penelitian yang

dimaksudkan yaitu dengan mendatangi perpustakaan

Daerah, wawancara yang dilakukan oleh penulis yang

bertempat di Kampung Maribu, serta mendatangi toko

buku gramedia.

b. Wawancara

Teknik ini dilakukan ketika penulis meminta informasi

dari informan melalui komunikasi dengan para narasumber

secara perorangan atau kelompok untuk mencari informasi

atau data yang akurat/relevan dengan topik penulis.

Teknik pencatatan data dengan dilakukan cara wawancara

langsung kepada pihak Hondoafi bapak Zakarias

Bonyadone, Sekertaris kampung bapak Edison Nasendi dan

kepala suku Hans Luter Elbe Andatu.

c. Observasi

Untuk menentukan masyarakat lokal sebagai

informan dan meninjau secara langsung lokasi penelitian.

2. Kritik Sumber

7
Langkah kedua selanjutnya adalah kritik. Setelah

sumber-sumber di atas ditemukan maka sumber itu harus

diuji kelayakannya dengan kritik, yakni atas melalui kritik

ekstern dan kritik intern. Penulis melakukan kritik sumber,

yaitu meliputi kritik kritik ekstern yang menyangkut otensitas

(keaslian) dokumen yang ditemukan dan kritik intern penulis

lakukan dengan membaca isi dokumen, terutama dokumen

yang berhubungann dengan formalitas, tulisan tangan, gaya

bahasa, dan isi. Hal ini dilakukan dengan maksud untuk

mengetahui korelasi isi sumber yang diperoleh dengan

masalah yang dikaji penulis .

3. Interpretasi

Dalam tahap ini dilakukan penafsiran terhadap fakta-

fakta sejarah guna memperoleh hasil yang akurat. Kemudian

dikelompokkan sesuai dengan pembagian sistematika

penulisan yang telah dibuat sebelumnya. Interpretasi

dilakukan untuk menetapkan saling hubungan antar fakta

sejarah, yang kemudian dianalisis dan dirangkaikan menjadi

satu kesatuan fakta yang logis dan harmonis. pada proses ini

penulis berusaha untuk mencari dan menyusun suatu

hubungan kasaulitas (sebab-akibat) sesuai dengan urutan

kajian masalah.

4. Historiografi

8
Proses terakhir dari suatu sejarah yakni penulisan hasil

penelitian sejarah. Tujuan kegiatan ini adalah untuk

merangkaikan fakta-fakta sejarah menjadi kisah sejarah yang

melahirkan sebuah karya ilmiah yang disebut historiografi.

Penulisan sejarah (historiografi), yaitu penyusunan fakta-

fakta dalam suatu sintesis yang utuh sebagai suatu kesatuan,

sehingga menjadi suatu cerita/laporan sejarah yang utuh.

Pada tahapan penulisan ini menyangkut pula proses seleksi

fakta, karena tidak semua fakta sejarah dimasukkan (dipilih

sesuai relevansinya dengan topik). Dalam proses penulisan ini

karya-karya para sejarawan ( termasuk juga para ilmuwan

sosial) banyak membantu dalam menyusun laporan dan

memberikan eksplanasi yang bersifat kausal terhadap cerita

yang ditulis.

BAB II
KONDISI SPASIAL KAMPUNG MARIBU

9
DI KABUPATEN JAYAPURA

A. Letak Geografis

Kabupaten Jayapura yang terdiri dari 19 distrik

terletak diantara 139o -140o Bujur Timur dan diantara 2o-3o

Lintang Selatan. Distrik Kaureh dengan luas 4.537,9 Km2

merupakan distrik terluas di Kabupaten Jayapura atau sekitar

24,88 persen dari luas keseluruhan Kabupaten Jayapura dan

distrik Sentani Barat merupakan distrik yang luasnya terkecil

dengan sekitar 129,2 Km2 atau sekitar 0,74 persen dari luas

Kabupaten Jayapura

Kampung Maribu merupakan salah satu dari 5 (lima)

kampung yang termasuk dalam wilayah administratif Distrik

Sentani Barat - Kabupaten Jayapura, dengan batas-batas

wilayah sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kampung Dormena Distrik

Depapre

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kampung Bonggrang

Distrik Kemtuk

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kampung Kendate

 Sebelah Timur berbatasan Kampung Waibron

Pemerintah Kampung Maribu, Frofil KampungMaribu

10
Kampung Maribu terletak di bagian barat kota Sentani

dengan jarak sekitar 30 km yang dapat dicapai dengan

kendaraan roda dua atau roda empat. Sedangkan dari ibu kota

distrik berjarak kurang lebih 3 km. Wilayah Sentani memiliki

iklim dengan suhu udara rata-rata minimum berkisar antara

23,6o – 24,90Celcius. Kelembapan udara rata-rata pada 75 dan 86

persen. Curah hujan ternggi terjadi pada bulan Januari, 238

mm dan terendah pada bulan maret 59 mm untuk Sentani.

Luas wilayah Kampung Maribu secara keseluruhan

mencapai KM 36,21 kilometer dimana luas daratan sebesar

14.000 hektar dan luas perairan 1000 hektar. Kampung Maribu

merupakan salah satu dari 5 (lima) kampung yang termasuk

dalam wilayaha dministratif Distrik Sentani Barat Kabupaten

Jayapura, dengan batas-batas wilayaha ntara lain Sebelah Utara

berbatasan dengan Kampung Dormena Distrik Depapre, sebelah

Selatan berbatasan dengan Kampung Bonggrang Distrik Kemtuk,

sebelah Barat berbatasan dengan Kampung, sebelah Timur

berbatasan Kampung Waibron. Kampung Maribu terletak

disebelah barat kota Sentani dengan jarak tempuh sekitar 30 km

bila menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat.

Sedangkan dari ibu kota distrik berjarak kurang lebih 3 km.

11
B. Kependudukan

Jumlah penduduk Kampung Maribu pada tahun 2015

tercatat sebanyak 1.215 jiwa yang terdiri dari 627 laki-laki dan

588 perempuan. Sebaran jumlah penduduk kampung Maribu

dibagi dalam 2 (dua) Rukun Warga (RW) dan 4 (empat) Rukun

Tetangga (RT) dengan keseluruhan 268 kepala keluarga (KK).

Keseluruhan jumlah antara laki-laki dan perempuan dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.1
Data Penduduk Kampung Maribu bersadarkan RW dan RT
Penduduk
N Juml
RW Laki- Peremp Juml
O ah
laki uan ah KK
RW I/ RT.01 dan 118 117 235 53
1
02
RW II/ RT.01 75 91 166 35
2
dan 02
RW III/ RT.01 78 62 140 29
3.
dan 02
RW.IV/RT.01 90 86 176 39
4.
dan 02
RW.V/RT.01 dan 62 75 137 27
5.
02
Jumlah 451 456 907 183
Sumber : Data Kantor Kampung Maribu, Tahun 2017

Pada tabel berikut ini akan menjelaskan data jumlah

pendudukan Kampung Maribu berdasarkan jenis kelamin:

12
Tabel 2.2
Jumlah Penduduk berdasarkan Kelompok umur dan Jenis
Kelamin
Kelompok
No Laki-Laki Perempuan Jiwa
Umur
1 0 - 5 tahun 75 55 130
2 6 - 12 tahun 69 78 147
3 13 - 15 tahun 34 27 61
4 16 - 18 tahun 26 41 67
5 19 - 24 tahun 47 57 104
6 25 - 60 tahun 174 175 349
7 > 60 tahun 26 23 49
JUMLAH 451 456 907
Sumber : Data HasilsensusPendudukKampungMaributahun 2016

Penduduk Kampung Maribu bermata pencaharian

Bertani, PNS, POLRI, TNI, Wiraswasta, Beternak dan

Berdagang. Sistim mata pencaharian penduduk asli Maribu

kebanyakan adalah bercocok tanam menerapkan pola-pola

tradisional karena pola garab lahan masih berpindah-pindah.

Lahan dibabat dibiarkan beberapa waktu kemudian menjadi

kering lalu dibakar, setelah dibakar barulah mulai ditanami

berbagai jenis tanaman. Tanaman yang ditanam juga

kebanyakan tanaman tradisional sehingga setelah dipanen

beberapa kali, hasilnya juga kebanyakan dikonsumsi sendiri

kalaupun ada yang dijual ke pasar hanya berapa sayur-

sayuran dan umbi-umbian.

Kenyataan bahwa usaha-usaha masyarakat yang

dikelola secara tradisional ini belum memberikan dampak

menguntukan karena berpindah-pindah karena tidak

13
didukung oleh pengetahuan pola pertanian dan perkebunan

yang baik. Biasanya lahan yang dibuka digarap kurang lebih

selama enam bulan kemudian dibiarkan dan membuka lahan

di tempat lain. Setelah kurang lebih enam bulan kemudian

mereka kembali mengolah lahan bekas kebun tadi. Proses ini

secara alamiah dilakukan untuk mengembalikan kondisi

ekologi, ekosistem dan kesuburan tanah.

Tabel 2.3.; Data Penduduk berdasarkan Pekerjaan


Peringkat Kesejahteraan
Jenis
LK PR Sangat Jiwa
Pekerjaan Miskin Sedang Kaya
Miskin
Belum / tidak
197 175 34 157 131 17 372
bekerja
Mengurus
2 131 15 66 38 5 133
rumah tangga
Pelajar /
81 101 19 101 35 27 182
Mahasiswa
Pensiunan 9 1 0 3 5 2 10
PNS 20 24 1 10 20 12 44
TNI 9 0 0 4 3 2 9
Kepolisian RI 13 2 0 4 8 1 15
Pedagang 1 4 1 2 1 1 5
Petani /
74 8 7 53 18 1 82
Pekebun
Peternak 1 0 0 0 0 0 1
Nelayan /
0 0 0 0 0 0 0
Perikanan
Industri 1 0 0 0 0 1 1
Sopir 11 0 1 4 4 2 11
Karyawan
1 2 0 1 2 0 3
/BUMN
Tukang batu 1 0 0 1 0 0 1
Tukang listrik 1 0 0 1 0 0 1
Tukang kayu 1 0 0 1 0 0 1
Mekanik 1 0 0 0 0 0 1
Seniman 0 0 0 0 0 0 0
Wiraswasta 20 4 4 10 6 3 24
Tenaga
3 4 0 5 2 0 7
Honorer
Tukang Ojek 1 0 0 0 1 0 1
Buruh
3 0 0 2 1 0 3
Bangunan
JUMLAH 451 456 82 425 275 74 907

14
C.SistemPemerintahan Kampung Maribu
a) Pemerintahan Formal
Terdapat sejumlah organisasi dan lembaga di
Kampung Maribu, baik formal maupun non-formal, yang
mempunyai peran dan fungsi untuk kepentingan dan
kebutuhan masyarakat.Pembentukan masing-masing organisasi
atau lembaga tersebut dibedakan atas : (i) organisasi/lembaga
yang dibentuk atas inisiatif murni masyarakat guna memenuhi
kepentingan masyarakat, (ii) organisasi/lembaga yang muncul
dan tumbuh atas inisiatif masyarakat dan didukung secara
operasional dan finansial oleh ‘pihak luar’, dan (iii)
organisasi/lembaga yang merupakan bentukan ‘pihak luar’ yang
inisiatif pembentukan tidak berasal dari masyarakat.
Bagan hubungan kelembagaan yang ada di Kampung
Maribu digambarkan dalam diagram Venn berikut, yang
difokuskan pada kajian hubungan antar lembaga tingkat lokal
(kampung/kelurahan) untuk menunjukan besarnya manfaat,
pengaruh dan dekatnya hubungan masing-masing
organisasi/lembaga tersebut dengan masyarakat. Terdapat
kurang lebih 11 lembaga/organisasi di Kampung Maribu antara
lain: Pemerintah Kampung, Badan Musyawarah Kampung
(BAMUSKAM), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kampung
(LPMK), Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), AGAMA
(Gereja Kristen Injili GKI dan gereja dedominasi) dan MASJID,
Lembaga ADAT, Posyandu, Pendidikan : SD YPK MARIBU, SLTA,
Kelompok Tani, Koperasi, PNPM.
Berikut dibawah ini adalah struktur pemerintahan Kampung
Maribu:

15
Gambar 2.1. Bagan Struktur Organisasi Pemerintahan Kampung Maribu

BASMUKAM
KEPALA KAMPUNG KETUA : YUSUF BANUNDI
NAPOLION TONGGROITOU WAKET : TOMAS NASENDI
SEKERT : POPY YARUSABRA
ANGGOTA
1 ISAI NASENDI
2. MESAK SATTO

SEKERTARIS
EDISON NASENDI

KAUR PEMERINTAHAN KAUR PEMBANGUNAN KAUR KESRA KAUR UMUM


SIMON NYARO
MATIAS SAMTAI DANIEL NASENDI OKTOVINA YABANSABRA

KETUA RW. 01 KETUA RW. 02 KETUA RW.03 KETUA RW.04 KETUA RW.05
BOAS NASENDI KOSTAND TARMADI AGUSTINUS. N TOPILUS
BONYADONE KLEMBIAB

MASYARAKAT

16
b) Sistem Kepemimpinan Adat

Sistim kepemimpinan Adat Kampung Maribu

merupakan sistim kepemimpinan kolektif yang dipimpin

oleh seorang Ondoafi dari garis keturunan yang tertua.

Secara umum sistim kepemimpinan Ondoafi sebagaimana

dimaksud didasarkan pada garis keturunan dengan hak

utama melekat pada hak kesulungan. Karena itu setiap

anak tertua dalam garis keturunan memiliki hak waris

atas jabatan keondoafian pada tatanan masyarakat adat

di kampung Maribu.

Sebagaimana dikatakan bahwa kepemimpinan

kepala suku keondoafian memiliki hak veto terhadap

segala hal, baik politik, ekonomi, sosial budaya maupun

keamanan dan kesejahteraan kampung. Karena itu akan

menjadi semakin strategis apabila dalam segala hal peran

para tokoh adat harus dilibatkan atau difungsikan karena

konsep tiga tungku yang selama ini juga belum berjalan

secara efektif. Dari kenyataan yang ada para tokoh adat

belum berperan secara aktif karena mereka kurang diajak

untuk duduk dalam satu wadah dan memberikan ruang

bagi mereka untuk bicara tentang apa yang mereka

harapkan. Hampir di semua kampung terjadi dualisme

kepemimpinan yang mengakibatkan terjadinya konflik


17
internal karena kurang adanya kesepahaman diantara

kedua belah pihak, adat dan pemerintah dengan

(pengelola) program/proyek.

Kampung Maribu dibentuk oleh orang-orang yang

berasal dari silsilah keturunan dan ceritera sejarah yang

dapat digali bersama warga Kampung Maribu, dapat

ditemukan bahwa beberapa marga atau keret yang

mendiami Kampung Maribu berasal dari beberapa

Kampung-Kampung tradisional yakni; Kampung

Kwantemei, Kampung Bonya dan Kampung Maribu,

dimana penyebaran sub-sub suku dan marga atau keret

ini mengikuti asal-usul Kampung tersebut. Masing-

masing sub suku dengan kelompok marga menurut

kampung tradisional dapat digambarkan berikut ini.

1) Kampung Maribu

Sub suku dan marga-marga yang mendiami kampung

Maribu adalah; sub suku Nya Bano dengan marga atau

keret-keret yaitu : Yansema (sebagai Done/Ondoafi),

Utbete (Kosye/Kepala Suku), Samtai, Yeuw dan

Wasanggai, kemudian sub suku Nya Baib K’tu dengan

marga atau keret yaitu; Andatu dan Banundi.

18
2) Kampung Kwantemey

Sub suku dan marga atau keret yang mendiami

kampung Kwantemey adalah sub suku; Nya babay,

dengan marga atau keret yang terdiri dari : Yarusabra

(sebagai Done/Ondoafi), Klembiab (Kosye/Kepala Suku)

dan Temeitu, kemudian sub suku Nya Bayu hanya satu

marga atau keret yaitu Yabansabra, serta sub suku Nya

Baib K’tu (orang yang berasal dari pesisir kemudian

naik ke darat) yaitu Nasendi dan Tonggroitu.

3) Kampung Bonya

Sub-sub suku dan marga atau keret yang mendiami

kampung Bonya adalah sub suku ............ ; dengan

marga atau keret : Atatu, Bonyadone, Satto dan Nyaro.

Kepemimpinan Komunitas adat (Dewan Adat) di

pegang oleh Suku Bonya dan marga atau keret oleh

Bonyadone. Sedangkan ditinjau dari sisi bahasa dan

penuturnya maka orang Maribu menuturkan bahasa

Moy sebagai bahasa ibu dan bahasa Indonesia sebagai

bahasa pergaulan.

19
Bagan 2. 2 :
Struktur Organisasi Kepemimpinan Adat Kampung Maribu
ONDOAFI/ DONE
ELYAKIM D. ANDATU

KEPALA SUKU/ KOSYE


YERMIAS BANUNDI.

PESURU / KOSYE

YARLUNA YARLUNA YARLUNA YARLUNA


LUKAS. T MANUEL. Y SIUS. N ORGENES. N

IMBIO ANDO (MASYARAKAT)

D. Sejarah Kampung Maribu.

Asal mula penamaan sebuah daerah atau tempat

dimanapun memiliki latar belakang peristiwa yang berbeda-

beda. Latar belakang peristiwa, ketokohan, keunikan dan

20
kekuatan yang melekat pada hewan, tumbuhan serta misteri.

Adakalanya kronologi cerita dan pemaknaan nama tempat

dibangunn dengan kesan cerita yang tidak dapat diterima oleh

logika dan akal sehat. Meski secara ilmiah sulit untuk

diinterpretasikan secara sistematis.Penelusuran pemaknaan

sebuah nama tempat dapat dihimpun berdasarkan persepsi dan

pengetahuan masyarakat setempat. Kampung Maribu terbentuk

dari serangkaian kejadian dan peristiwa-peristiwa masalalu

seperti tercatat dalam dokumen kampong maupun berdasarkan

informasi atau catatan dari sejumlah tokoh masyarakat

setempat.Rincian kejadian dan/atau peristiwa seputar

terbentuknya Kampung Maribu secara lengkap seperti disajikan

pada table berikut yang memuatrekaman kejadian dan/atau

peristiwa dimaksud3.

Menurut cerita orang tua, bahwa sekitar tahun 1400

s/d 1600, Manusia “Nya/Maribu masih sebagai pengembara

(nomaden) dan belum diketahui dengan pasti struktur

masyarakatnya. Masa dimana terjadi proses evolusi dan migrasi

Suku-suku. “Nya” Adalah sebutan lain dari istilah Kampung

Maribu. Sekitan tahun 1600-1855, Manusia (Nya/Maribu) mulai

hidup berkelompok kecil-kecil pada daerah warisannya, mereka

hidup berburu dan meramu sagu sebagai sumber kehidupan

3
Hans Luter Andatu,, wawancara di Kampung Maribu pada tanggal 17 Februari 2019.
21
mereka.Antara tahun 1855 – 1911 ketika Injil masuk di

Mansinam, para Zending terus berusaha menjangkau daerah-

daerah dipesisir utara sampai ke Timur Papua, maka J.L. dan

F.J.F. Van

HansseltmulaimengarahkanperhatiannyakearahbagianTimurPa

ntai Utara; Yamna, Wakde, Sarmi dan sekitarnya. Dengan

hadirnya Zending disekitar pantai Timur, maka pemerintah

Belanda mulai memperkenalkan pemerintahan formal dan

menata pola kehidupan kampung.

Tahun 1911 – 1920, Injil mulai masuk dari Kampung

Tabla Nusu sebelah Barat Distrik Depapre, dengan masuknnya

Injil Kepercayaan tradisional mulai hilang. Maka pada 1920 –

1927, Orang Maribu mendengar Injil dan mulai mengenal

system pendidikan formal, yaitu sekolah rendahan atau sekolah

Rakyat (SR) 3 tahun yang dibuka di Kampung Waibron,

sehingga Orang Maribu, Dosai, semua dikumpulkan di

Kampung Waibron untuk bersekolah. Sekitar tahun 1927-

1936, Orang Maribu mendapat seorang Guru Jemaat, yakni

Bapak. Simon Somisu dari Kampung Tablasupa, guru jemaat

Simon Somisu mulai bekerja memperkenalkan injil kabar

keselamatan diantar orang Maribu. Perkembangan selanjutnya

antara tahun 1936-1942, dibukalah Sekolah Rakyat (SR) di

Kampung di Bareibu, dengan dua orang tenaga pengajar yaitu


22
Bapak Abraham Tunya dari Distrik Demta dan Elisa Pumoko

dari Sentani. Ketika pendidikan formal mulai berjalan, timbula

haliran Simson (Bamai) menentang kehadiran Jepang pada

1942 – 1945, tentara Jepang memaksa rakyat untuk membuat

kebun petatas, kacang tanah dan kacang hijau untuk

kepentingan Jepang. Perang dunia ke II pecah di Tanah Papua

(perang Asia Timur Raya dan perang Pasifik). Desa Waibron

dijabat oleh kepala Desa Jacob Done, dan masyarakat lari

sembunyi di Goa/hutan. Kegiatan belajar di Sekolah Rakyat

(SR) dan penginjilan, pemerintahan Kampung terhenti, sekolah

rakya tditutup,karena dilarang olehtentaraJepang. Setelah

perang dunia kedua yang berlangsung di wilayah Jayapura

pada tahun 1942-1944 usai, maka pada 1945 – 1950, Gereja,

dan pemerintahan, mulai membuka kembali Sekolah rakyat dan

pembangunan kembali pekerjaan pelayanan gereja dan

kehidupan masyarakat di kampung-kampung. Tahun 1950 –

1958, Anak-anakdidikanpertamadariMaribu, Waibron,

DosaidanSabronsebanyak 16 orang di kirimke JVVS di Yokadan

di Genyem. Orang-orang di lembah Moi mulai kenal pendidikan

tingkat JVVS. Antara tahun 1958 – 1961, sengketa antara

Belanda dan Indonesia, mengakhiri sistem

pemerintahanBelanda di Papua dan terjadi peralihan Papua

ketangan RI. Sengketa tentang status Papua dialihan ke RI.


23
1961 – 1964, maka terjadilah Perubahan sistem

pemerintahanKoranomenjadi KPK

(kepalapemerintahanKampung).

Antara tahun 1964-1967, dibukalah pemukiman baru

di Depau/Maribu, dibangunlah rumah-rumah panggung di

Maribu, dibangun pula SD YPK Maribu semi permanen. Pada

Tahun 1967-1970 Pemerintahan Kepala Kampung berubah

menjadi Desa mengikuti sistem pemerintahan RI, maka

pembangunan dan pendidikan mulai di tata menurut tabel

pembangunan nasional RI. Dalam tahun ini pula transmigrasi

pertama di Papua sebanyak 25 KK tiba di Maribu.Maka

datanglah Guru-Guru Indonesia di Maribu, Masing-masing

diantaranya; Susanto, Mino Subroto, Sarwoto, Yahanis Malo,

Yulius Rumbekwan dan Sitinjak. 1970 – 1980, Gereja Bethesda

secaraableent di bangun. SMP N Moi di bangun di Maribu. Pada

1980-1985, dibangunlah rumah bantuan sosial oleh

Departemen Sosil Irian Jaya untuk para penduduk di kampung

Maribu dan kampung-kampung lain, yang diresmikan oleh

MenteriSosial, IbuNani Sudarsono, pada tahun itu pulah

diresmikan pula Listrik Masuk Desa.

24
BAB III
POTENSI ARGRARIA DI KAMPUNG MARIBU
DISTRIK SENTANI BARAT

A. Potensi Argraria di Kampung Maribu

Secara Geografis Distrik Sentani Barat memiliki luas

128,6 Km² dan berbatasan dengan sebelah Utara Distrik

Nimbokrang, sebelah selatan Gresi Selatan, sebelah barat

Distrik Depapre dan sebelah Timur Distrik Waibu. Kampung

Maribu merupakan daerah terluas yaitu 44,85 Km² atau

sebesar 34% dari total luas Distrik Sentani Barat. Sedangkan

Kampung Sabron Sari merupakan daerah terkecil dengan luas

11,34 Km² atau sebesar 9% dari total luas Distrik Sentani

Barat4. Khususnya Luas Wilayah Kampung Maribu, secara

keseluruhan KM 36,21 kilometer dengan Luas Daratan

14.000 Hektar dan Luas Perairan 1000 Hektar. Proporsi luas

wilayah di Distrik Sentani Barat dapat dilihat pada grafik

berikut:

4
https://jayapurangka 2018, Distrik Sentani Barat dalam Angka, hal.2
25
Gambar Grafik 3.1 :
Luas Wilayah menurut Kampung di Distrik Sentani Barat

Sumber: Distrik Sentani Barat Dalam Angka Tahun 2018, Hal. 3

Dengan luas wilayah pertanian Kampung Maribu yang

mencapai 34 %, menjadi potensi besar dalam pengelolahan

sumber daya pertanian. Seperti yang dilaporkan dalam Distrik

Sentani Barat dalam Angka 2017 dan 2019, dapat kita lihat

bahwa produk unggulan adalah berasal dari produksi

komoditas tanaman pangan. Selama tahun 2017, sector

pertanian yang dihasilkan antara lain; Jagung, kedelai, kacang

tanah,Ubi Kayu dan Ubi jalar. Dari komuditas tersebut yang

produksi terbanyak adalah ubi jalar sebesar 172 ton,

sedangkan yang paling sedikit adalah jagung yaitu 5 Ton.

Produksi komoditas sayur-sayuran yang dihasilkan selama

tahun 2017 diantaranya cabe merah, tomat kacang panjang

terung, kangkung dan bayam.Dari komoditas sayur tersebut

cabe merah merupakan komoditas yang produksinya terbanyak

yaitu 81 ton, sedangkan komoditas yang produksinya paling


26
sedikit yaitu terung sebesar 56 ton.Produksi tanaman buah-

buahan yang dihasilkan selama tahun 2017 diantaranya;

mangga, duku, durian, dan pisang. Dari komuditas tersebut

pisang merupakan produksi terbanyak yaitu sebesar 540,0 ton,

sedangkan mangga merupakan produksi yang paling sedikit

yaitu 3,7 ton Produksi komoditas spesifik lokal yang dihasilkan

selama tahun 2017 diantaranya adalah talas, keladi, syafu dan

matoa. Dari Komoditas tersebut, matoa merupakan komoditas

yang produksinya paling besar yaitu 150,0 ton dan yang paling

sedikit adalah syafu sebanyak 10 ton.

Tahun 2018, produksi komoditas tanaman pangan

seperti ubi jalar mengalami penurunan dengan hasil produksi

sebesar 66 ton, sedangkan produsi jagung yaitu 10.4 ton.

Produksi komoditas sayur-sayuran yang dihasilkan selama

tahun 2018 diantaranya cabe merah, sawi, tomat, kacang

panjang, kangkung dan bayam.Dari komoditas sayur tersebut

cabe merah merupakan komoditas yang produksinya terbanyak

yaitu 27 ton, sedangkan komoditas yang produksinya paling

sedikit yaitu sawi sebesar 6 ton.Produksi Tanaman buah-

buahan yang dihasilkan selama tahun 2018 diantaranya, jeruk,

mangga, rambutan, duku, durian, dan pisang.Dari komuditas

tersebut pisang merupakan produksi terbanyak yaitu sebesar

270 ton, sedangkan jeruk merupakan produksi yang paling


27
sedikit yaitu 3.5 ton Produksi komoditas spesifik lokal yang

dihasilkan selama tahun 2018 diantaranya adalah talas, keladi,

syafu, sayur lilin, sayur gedi, dan matoa. Dari Komoditas

tersebut, matoa merupakan komoditas yang produksinya paling

besar yaitu 60 ton dan yang paling sedikit adalah sayur lilin

dan sayur gedi yaitu sebesar 5 ton.

Berdasarkan penjelasan data di atas, wilayah Maribu

merupakan kampung yang memiliki potensi agraria yang telah

memproduksi berbagai produk pertanian bagi kebutuhan hidup

masyarakat di Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura.Saat ini

masyarakat Kampung Maribu masih terus mengembangkan

potensi pertanian sebagai sector unggulan.Perkebunan

Rambutan dan pembibitan rambutan sambung. Perkebunan

durian montik, kebun duku dan pinang. Selain itu masyarakat

petani Maribu, juga membuka lahan kakao dan pembibitannya,

penanaman, perawatan sampai dengan produksi.

Jenis-jenis tanaman lain yang dikembangkan oleh

masyarakat Maribu adalah, Pengadaan/pengembangan Padi

Sawah dan Padi Ladang. Pembudidayaan buah naga,

pengembangan tanaman pala, tanaman kemiri, dan tanaman

palawija lainnya adalah jagung, buah melon, langsat, ubi-

ubian, pisa, cabe/rica, tomat dan lainnya. Selain itu

masyarakat Maribu pada saat ini terus melakukan


28
pembudayaan sagu dan tanaman hias seperti taman bunga

anggrek. Untuk memenuhi kebutuhan pertanian seperti pupuk,

pemerintah kampung bekerjasama dengan para penyuluh dan

teknologi pertanian, melakukan pelatihan pembuatan pupuk

organic.Sektor lain yang dapat dikembangkan di Kampung

Maribu adalah peternakan sapi, perikanan air tawar seperti

kolam ikan mujair, nila, dan ikan lele dan lainnya.

Pengembangan sector ekonomi lain yang dikelolah

oleh masyarakat di Kampung Maribu, baik secara individu dan

kelompok adalah usaha kios, toko, perbengkelan, tukang

mebel. Sebagai stimulus melalui alokasi dana kampung. Selain

itu berdasarkan musyawara kampung dibentuklah Badan

Usaha milik desa (BUMD) serta pemberian modal usaha.Semua

potensi ekomoni yang dikelolah secara baik oleh masyarakat

kampung Maribu adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup

masyarakat. Agar Mewujudkan masyarakat mandiri dan

Sejahtera dengan berpacu pada Peningkatan usaha ekonomi

produktif di berbagai bidang baik pertanian,perkebunan dan

perikanan darat dan usaha mikro lainnya.Peningkatan

pendapatan melalui peningkatan hasil produksi pertanian

denganpemanfaatan saprodi secara memadai dan ketersediaan

alat-alat pertanian yang memadai.

29
B. Persoalan di sektor Pertanian kampung Maribu

Potensi sumber daya alam yang menjadi unggulan

sector pertanian bagi masyarakat di Kampung Maribu, cukup

menjanjikan itu tidak berjalan secara mulus.Terdapat beberapa

persoalan yang dihadapi oleh para petani kampung Maribu

adalah sebagai berikut.

1. untuk memenuhi Kebutuhan konsumsi masyarakat atas

beras, kacang-kacangan dan jagung belum dapat

dipenuhi oleh produksi di daerah sehingga masih

mendatangkan dari luar daerah.

2. Penggunaan bibit unggul belum ditunjang dengan teknik

budidaya yang modern serta keanekaragaman varietas

terbatas sehingga produksi tidak optimal.

3. Penggunaan pupuk dan pestisida an-organik serta

pestisida hayati dalam proses penggunaannya cukup

memakan waktu lama dan memerlukan dosis yang cukup

banyak, sementara pestisida selain harganya cukup

tinggi, ketersediaan di pasaran masih sangat kurang.

4. Kesadaran petani dalam penggunaan pupuk berimbang

juga masih rendah termasuk komitmen petani untuk

mengolah lahan sesuai jadwal dan musim tanam.

30
5. Sarana produksi masih sangat terbatas seperti hand

tractor, tractor, penanam benih dan pengolahan panen dan

pasca panen.

6. Tidak bisa tercapai pola tanam serempak yang disebabkan

oleh kesadaran dan pemahaman petani akan manfaat

tanam serempak masih kurang karena kurangnya

peralatan penunjang dan hanya memanfaatkan tenaga

manusia.

7. Belum optimalnya irigasi di sentra-sentra produksi.

8. Perluasan areal belum dapat tercapai karena terkendala

oleh status tanah (tanah ulayat) Kualitas mutu produksi

masih di bawah standar,sementara prasarana balai benih

masih kurang serta belum mandiri dalam penyiapan

benih/bibit unggul.

9. Tingginya tingkat kerusakan Tanaman kakao akibat

serangan Hamah

10. Masih Rendah Pengetahun Petani, Masih lemahnya

pengendaliannya Hama Belum tersedianya Industri

pengolahan kakao yang mampu memotivasi semangat

menanam kakao dan memberikan nilai tambah

11. Kurangnya petugas penyuluh pertanian/perkebunaan’

Rendah Komoditas Perkebunan

31
Masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat

kampung Maribu adalah membuKoperasi, UKM dan Tenaga

Kerja antara lain; Lemahnya sumber daya manusia koperasi dan

pengusaha kecil menengah. Lemahnya kemampuan manajemen

informasi bisnis.Kurangnya kemampuan jiwa kewirausahaan di

dalam masyarakat.

32
BAB IV
PENGARUH AGRARIA TERADAP KEHIDUPAN SOSIAL DI
KAMPUNG MARIBU
DISTRIK SENTANI BARAT KABUPATEN JAYAPURA

A. Perkembangan Agraria Di Kampung maribu

Masyarakat kampung maribu telah mengenal agraria

sejak zaman penjajaan belanda, hal ini dibuktikan dengan

adanya pertanian dan perkebunan kakao yang di tanam oleh

lelur masyarakat kampung maribu, dan di kelolah serta

dimanfaatkan secara turun temurun. Setelah indonesia

merdeka pada tahun 1945 dan seiring dengan berjalannya

waktu, pada tahun 1962 hadirlah transmigarasi di kampung

maribu.

Masyarakat Transmigrasi yang sebagian besar berasal

dari daerah jawa, memiliki pola bercocok tanam dan berternak

yang lebih baik. Hal tersebut mempengaruhi pola pikir

masyarakat kampung maribu yang tadinya mengenal agraria

hanya dari sektor pertanian kakao, kini mulai berkembang ke

berbagai macam sektor, yaitu antara lain; sektor perikanan,

ternak ayam, persawaan dan berbagai macam tanaman

perkebunan dan pertanian.

Seiring waktu berjalan menuju era modernisasi seperti

sekarang ini, penyuluhan tentang agraria sering diadakan oleh


33
dinas/instansi terkait, sehingga dapat menambah wawasan

masyarakat tentang pengelolahan agraria di kampung maribu.

B. Jenis – Jenis Agraria Di Kampung Maribu

Beberapa jenis agraria yang telah dikembangkan oleh

masyarakat di kampung maribu yaitu antara lain :

a). Sektor Pertanian

Pada sektor pertanian terdapat tanaman jangka

pendek sperti sayur-sayuran, ubia-ubian juga tanaman jangka

menengah seperi rica, jagung, padi, buah naga, fanili dan

tanaman jangka panjang seperti rambutan, duku, langsat,

matoa, sagu, kelapa, durian dan lain-lain yang sedang

dikembangkan saat ini oleh masyarakat setempat. (lihat

gambar, hal 45)

c). Sektor Peternakan

Jenis-jenis peternakan yang terdapat di kampung

maribu antara lain :

1. Ayam potong

Perternakan ayam potong dikampung maribu telah

beberapa kali dilakukan oleh masyarakat setempat.

Saat ini usaha peternakan ayam potong sedang digeluti

oleh sala satu putra asli kampung maribu sekaligus

34
merupakan tokoh adat yaitu bapak Ondoafi Yotam

Yarusabra; (lihat gambar pada lampiran, hal 46)

2. Sapi

Peternakan sapi dikampung maribu bisa dikatakan

cukup menjanjikan, karena banyak lahan kosong yang

bisa dijadikan kandang ternak, juga terdapat padang

rumput nan luas dan berlimpah di alam, yang dapat

digunakan sebagai pakan untuk ternak. Hanya saja

sampai sejahu ini usaha peternakan sapi dikampung

maribu belum dikelolah secara baik, hal tersebut dapat

dilihat dari banyaknya sapi yang dibiarkan liar dan

tidak terurus, dengan jumlah yang mencapai puluhan

ekor.

3. Kambing

Usaha peternakan kambing di kampung maribu saat

ini sedang di geluti oleh “Mas Sani” pria asal daerah

jawa yang merupakan sala satu transmigrasi di

kampung maribu; (lihat gambar pada lampiran, hal 46)

4. Babi

Ternak babi merupakan salah satu usaha paling

potensial di kampung maribu, hal ini dikarenakan

tingkat konsumtif daging babi yang cukup tinggi di

kalangan masyarakat. Salah satu peternak babi di


35
kampung maribu adalah ibu Atris Yabansabra; (lihat

gambar pada lampiran, hal 47)

5. Perikanan Air Tawar

Sesuai dengan kondisi geografis kampung maribu

yang terletak di dataran tinggi, maka hanya terdapat

sektor perikanan air tawar. Adapun jenis perikanan

yang dikelolah oleh masyarakat setempat yaitu antara

lain; Tambak Ikan Mujair, ikan lele dan Ikan Mas. (lihat

gambar pada lampiran, hal 45).

Dari jenis-jenis agraria yang dikembangkan oleh

masyarakat setempat dapat disimpulkan bahwa, kampung

Maribu merupakan kampung yang berpotensi agraria cukup

baik. Kondisi sumberdaya alam yang melimpah, serta potensi

sumber daya manusia yang memadai akan sangat

mempengaruhi proses perkembangan agraria di wilayah ini

untuk lebih baik lagi kedepannya.

C. Dampak Sosial dan Ekonomi

36
Daftar Pustaka

Abu Hamadi, Psikologi Sosial, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2002.


Nugroho Notosusanto, masalah penelitian sejarah kontenporer:
suatu pengalaman. (Jakarta: Yayasan Idayu, 1978)

Profil Kampung Maribu, Laporan RPJMD Kampung Maribu, Tahun


2017.
Yambeyabdi, Ester Diktak Mengajar, Metodologi Sejarah, Prodi,
Pendidikan Sejarah FKIP-Uncen, 2016

https://jayapurangka 2017, Distrik Sentani Barat dalam Angka,


Tahun 2017.

https://jayapurangka 2018, Distrik Sentani Barat dalam Angka,


Tahun 2018.

Data Kantor Kampung Maribu, Tahun 2017

37
Hans Elbe Andatu,, wawancara di Kampung Maribu pada tanggal
17 Februari 2019.

Lampiran-Lampiran

38
Gambar Peta :

39
KAMPUNG MARIBU, DISTRIK SENTANI BARAT KABUPATEN
JAYAPURA

40

Anda mungkin juga menyukai