Anda di halaman 1dari 17

CRITICAL BOOK REVIEW

“RANAH MINANG DAN LINGKUNGAN HIDUP”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur


Dalam Mata Kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar

Dosen Pengampu:
Drs. Muhammad Arif, M.Pd.

NAMA MAHASISWA : TAMARA NISYA ADINDA


NIM : 4172121034
MATA KULIAH : ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN, 2018.

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis mampu
menyelesaikan Tugas Akhir Critical Book Review mata kuliah Ilmu Sosial Budaya
Dasar tepat pada waktu yang telah ditentukan. Adapun penulisan makalah ini
merupakan bentuk dari pemenuhan salah satu tugas KKNI.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dosen pengampu mata kuliah,


bapak Drs. Muhammad Arif, M.Pd. yang telah memberikan dukungan serta
memberikan kepercayaan kepada penulis. Dimana dengan adanya pemberian tugas
ini penulis dapat memahami dan memperdalam pengetahuan tentang budaya yang ada
pada masyarakat. Terimakasih juga kepada orang tua yang telah membantu penulis
menyelesaikan tugas ini melalui doa dan materi yang penulis butuhkan. Dan kepada
rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan masukan dan kritik sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa CBR ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan
saran yang bersifat membangun penulis harapkan, untuk perbaikan di masa yang
akan datang. Semoga tugas ini berguna serta bermanfaat dalam meningkatkan
pengetahuan dan dapat diaplikasikan bagi pembaca .

Medan, Oktober 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

Cover .....................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

A. Identitas Buku ................................................................................................................. 1


B. Tujuan ............................................................................................................................. 1
C. Manfaat ........................................................................................................................... 1

BAB II RESUME Buku ........................................................................................................ 2

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 12

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 12
B. Saran .............................................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. IDENTITAS BUKU
1. Judul : Ranah Minang dan Lingkungan Hidup
2. Edisi :-
3. Pengarang : Drs. H. Musyafir Zainuddin, M.S.
4. Penerbit : Ombak
5. Kota terbit : Yogyakarta
6. Tahun terbit : 2014
7. ISBN : 978-602-258-130-7

B. TUJUAN PENULISAN CBR


1. Untuk memenuhi penyelesaian tugas mata kuliah ilmu sosial budaya dasar.
2. Untuk menambah pengetahuan tentag ranah Minang dan lingkungan hidup
budaya Minang.
3. Untuk menguatkan ingatan pembaca mengenai Budaya pada Minang

C. MANFAAT CBR

1. Dapat mengetahui ranah Minang besrta dengan lingkungan hidupnya


2. Dapat memenuhi tugas mata kuliah Ilmu sosial budaya dasr
3. Dapat menambah wawasan tentang budaya serta adat istiadat Minang.
4. Dapat melatih kemampuan menganalisis serta meringkas suatu buku.

1
BAB II

RESUME BUKU

I. Pendahuluan
Bumi yang menjadi tempat manusia hidup disebut juga dengan dunia,
merupakan khazanah lingkungan hidup. Sampai sekarang orang berpendapat bahwa
manusia hnay terdapat di bumi. Lingkungan hidup hanya terdapat di bumi, maka
lingkungan hidup dapat dibagi kepada tiga golongan, yaitu:
1) Lingkungan alam adalah bumi yang diciptakan Tuhan Allah terdiri dari yang ada
di permukaan bumi, diatasnya maupun dalam perut bumi;
2) Lingkungan sosial adalah kumpulan orang-orang (manuisa) sebagai penghuni
bumi dan
3) Lingkungan binaan adalah lokasi tempat bermukimnya orang-orang (manusia),
yakni lingkungan alam yang telah dirubah menjadi area permukiman seperti desa
(di Ranah Minang disebut nagari), kota dan semacamnya.

Sebagian besar manusia Indonesia hidup di pedesaan, sehingga mereka akrab


dengan lingkungan alam dan hidup dengan semangat kekeluargaan yang besar di
lingkungan sosial. Lingkungan hidup orang Minang yang diungkap dengan pepatah
maupun pantun telah ada pengaturannya oleh adat sejak dulu, terkenal dengan
sebutan, “lamak di awak katuju di urang,” (enak bagi kita, disenangi orang lain).
Ungkapan ini mengisyaratkan bahwa seorang etnis Minang tidaklah boleh berbuat
semaunya hendaklah memperhatikan kondisi sekitarnya, tidak dibenarkan enak
sendiri.

2
II. Minangkabau
A. Riwayat Minangkabau
Mengetahui tentang minangkabau masa lalu maupun asal muasalnya bukanlah hal
yang mudah mengingat sudah beberapa zaman yang telah dilalui keberadaannya.
Ada dua versi tentang asal nenek moyang orang minangkabau. Kedua versi
tersebut hampir bersamaan yakni berasal dari Hindia Belakang.

B. Adat dan Budaya Minangkabau


Adat dan budaya minangkabau sering dicampuradukkan orang karena
sumbernya sama yakni Minangkabau. Kenyataan ini sulit juga untuk dibantah karena
adat dan budaya saling menyatu, ibaratnya satu lembar mata uang yang mempunyai
dua sisi yang berbeda, dengan mempunyai hanya satu nilai rupiahnya. Contoh ini
terungkap dengan pepatah adat yang menyebutkan:adat diisi, limbago dituang.
Pepatah ini memberikan isyarat kepada kita bahwa adat itu ada di dalam pikiran.
Sedangkan yang dimaksud dengan limabago dituang adalah yang di dalam pikiran itu
disampaikan dan dilaksanakan.

Dalam beberapa hal banyak orang menyamakan saja diantara adat dan budaya
Minangkabau, walaupun merupakan satu kesatuan. Perbedaannya terletak pada posisi
adat ada dalam pikiran, sedangkan posisi budaya dengan melaksanakan adat tampak
kegiatannya; seperti pelaksanaan pesta perkawinan dalam satu nagari dan banyak lagi
aktivitas budaya yang sejalan dan seirama dengan adat Minangkabau, antara lain
pidato persembahan dalam acara-acara adat suatu pertemuan.

Ada ungkapan Minang masa dulu, “Luhak bapamgulu, rantau barajo”,


maksudnya adalah pada luhak nan tiggo, kepala suku dalam kaumnya adalah
penghulu (datuk) yang memimpinkaum dalm suku tersebut. Ranatu barajo
maksudnya ialah pada wilayah rantau disamping beradat Minangkabau diangkat raja-
raja yang memimpin rantau tersebut. Semula yang akan menjadi Raja pada daerah

3
rantau adalah diambilkan dari penghulu/datuk yang ada pada luhak nan tigo sebanyak
delapan orang dan mengangkat sumpah sebagai raja.

1. Adat Minangkabau
Menutut peraturan tambo atau hikayat yang diikuti sampai sekarang adat
Minangkabau itu sudah lama ada, mungkin sama-sama ada bersamaan dengan
kedatangan nenek moyang dahulu. Peranan adat waktu itu adalah mengatur tata
kehidupan bersama sehingga adat disebut dengan undang-undang. Adat yang
diadatkan mempunyai delapan pokok-pokok adat atau Garis Besar adat. Garis
besar tersebut sebagaimana disebutkan oleh Bahar Dt. Nagari Basa sebagai
berikut:
 Adat yang berjenjang naik, bertangga turun, yaitu cara-cara pemerintahan di
dalam nagari. Dimaksud dengan jenjang naik yaitu dari rakyat ke pihak atas, dan
tangga turun dari pihak atas kepada rakyat (anak kemenakan). Dari pihak rakyat
terhadap ke atas dimulai dari penghulu, tua kampung baru ke wali nagari.
 Adat yang berbasis berlebas. Belebas artinya mistar(rol/penggaris). Artinya
untuk menetapkan status sesuatu atau mencari letaknya yang pas supaya tiba
dimakamnya, ujilah ke belebas, pada sipa dan dimana kelurusannya, tempatnya
menurut adat balabeh (belebas) menentukan lurus tidak suatu masalah.
 Adat yang bertiru berteladan. Meniru yaitu mencontoh yang telah ada atau yang
tampak, tetapi tidak betul menurut yang ditiru benar, hanya hampir serupa dan
jika serupa dan sama betul itu adalah kebetulan saja. Meneladan adalah
mencontoh yang sangat teliti sekali agar sama betul dengan yang diteladan.
 Adat bercupak yang bergantang, mempunyai ukuran dan ketentuan satu-satunya.
Apa saja harus ada ketentuan yang pasti dan nyata sesuai dengan lembaga adat.
 Adat berjokok berjelaga, yang mana tujuannya supaya masyarakat rakyat dalam
nagari itu mempunyai perasaan halus dan menuruti perasaan halus itu (hati
nurani).

4
 Adat yang bernazar, yaitu melihat ereng dan gendeng, basa dan basi, lebih
kurang, menimbang mudarat dan manfaat, mengenal awal dan akhir.
 Adat yang berpikir, yaitu bertolan (berkawan) maka berjalan, mufakat maka
berkata, disisik (disisip) parit (penjaga) dibanding huku, ditimbang kata.
 Adat yang menghendaki akan sifatnya, yaitu bersiang di waktu tumbuuh,
menimbang setelah ada. Sesuatu itu ada waktu dan jangkanya.

2. Peranan Penghulu

Sistem kekerabatan matrilineal yang langka dan unik ini kehidupan


masyarakatnya diatur bersuku-suku dan berkaum. Dalam satu nagari terdiri dari
empat suku maksudnya adalah dalam satu nagari dapat terjadi perkawinan, karena
perkawinan harus keluar suku (eksogami). Suku yang berbuah perut adalah garis
keturunan melalui garis ibu maka mulai dari ibu pertama sampai 6-8 keturunan,
sehingga terjadilah paruik dan jurai (perut dan jurai) turunan dari masing-masing ibu
(perempuan) dalam suku tersebut. Suku dipimpin oleh datuk(penghulu). Seorang
penghulu yang telah dipilih anak kemenakannya adalah pemimpin dari anak
kemenakannya tersebut yang diibaratkan hari paneh tampek balinduang, hari hujan
bakeh bataduah.

3. Adat Salingka dan Nagari


Delapan pokok adat/garis besar adat tersebut diserap oleh para penghulu di
nagari dalam upaya untuk pedoman, membuat ketentuan adat di nagari tersebut.
Serapan itu yang dinamakan adat yang tradat, karena sudah ada adatnya yakni garis
besar adat yang diadatkan. Sama halnya dengan adat yang disebut sunatullah yakni
sudah ada adatnya maka disebut adat yang terpakai. Penghulu di nagari bersama
orang ampek jinih menetapkan peraturan adat untuk nagari yang bersangkutan
bermodalkan adat yang teradat. Adat yang terbentuk itulah dinamakan adat istiadat
nagari yang bersangkutan. Dari sinilah asalnya adat salingka nagari.

5
4. Budaya Minangkabau
Budaya Minangkabau banyak disarankan orang dengan adat Minangkabau. Hal
ini adalah lumrah karena dulu adat ini penyampaiannya dengan mulut ke mulut atau
dengan pembicaraan (oral). Demikian juga disebut dengan alam Minangkabau,
sehingga ada yang menyebutkan adat budaya alam Minangkabau. Sebutan itu semua
hanyalah ingin mewujudkan tentang ke Minangkabauan, sedangkan sumber
bermulanya adalah dari adatnya itu sendiri. Oleh karena dulu penyampaian adat ini
melalui pembicaraan sehingga yang adat itu dia berada dalam pikiran, setelah
dilaksanakan dia menjadi budaya tampilannya. Sejak awal abad ke 19 Minangkabau
telah berfalsafah ABS, SBK, maka kebudayaan di Minangkabau ini tentulah harus
sebagai penjelmaan falsafah ABS, SBK. Adat Minangkabau adalah kekal, tidak
berubah-ubah.
 Kesustraan
Minangkabau dulu ada mempunyai aksara, akan tetapi tidak pernah ditemui
pemakaiannya, sekarang tidak lagi dilazimkan. Oleh karena itu penggunaan istilah
kesustraan, pada tulisan ini diambilkan dari makalah A. A Navis yang disampaikan
pada seminar sejarah dan kebudayaan Minangkabau di Batusangkar. Bahasa menurut
pengertian orang Minagkabau adalah dua, yaitu pertama, adalah sebagai alat
komunikasi antara sesama manusia dan kedua adalah sebagai tatakrama di dalam
kehidupannya.
Kesustraan Minangkabau ialah kesustraan lisan. Oleh karena Minangkabau tidak lagi
mempunyai aksara. Kesustraan tanpa aksara ini menyebabkan tumbuhnya permainan
kata yang turun temurun secara beranting dari generasi ke generasi berikutnya.

 Rumah Gadang
Rumah gadang disebut juga dengan rumah adat Minangkabau adalah hasil
karya nenek moyang masa lampau., dibangun menurut tradisi yang turun temurun
sampai sekarang menjadi identitas Minangkabau. Bentuk fisik bangunannya, fungsi

6
atau kegunaan konstruksi dalam pengelolaan pemakaian bahan bangunan merupakan
potret diri orang-orang dahulu dalam dunia pertukangan, guna memenuhi salah satu
kebutuhan primer, yakni rumah kediaman.

 Rangkiang
Bangunan rangkiang disebut juga dengan kapuk tempat penyimpanan padi,
terdapat di halaman depan rumah gadang ; atapnya bergonjong dua. Bisanya ada tiga
buah rangkiang/kapuk. Adapun penjelmaan dari perasaannya yang bersifat keindahan
dan menggetarkan jiwa, baru diberi predikat Minangkabau apabila ia telah dapat
diterima oleh masyarakat Minangkabau.

III.Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup Indonesia sebagai karunia Tuhan Ynag Maha Esa kepada
bangsa Indonesia, merupakan ruang bagi kehidupan bangsa Indonesia, merupakan
ruang bagi kehidupan bangsa Indonesia dalam segala aspek dan matranya sesuai
dengan wawasan Nusantara.

Wawasan Nusantara yang mencakup satu kesatuan politik, satu kesatuan


pertahanan dan keamanan. Segala perairan di sekitar, di antara dan yang
menghubungkan pulau-pulau yang termasuk daratan negara Indonesia dengan tidak
memandang luas atau lebarnya adalah bagian-bagian yang wajar daripada wilayah
daratan negara Republik Indonesia dan dengan demikian merpakan bagian daripada
perairan pedalaman atau perairan nasional yang berada di bawah kedaulatan mutlak
daripada Negara Republik Indonesia.
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang denagn semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi alam itu
sendiri, kelangsungan prikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta mahkhluk hidup
lain.

7
 AMDAL
Analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) adalah hasil studi mengenai
dampak suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup, yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan.Sedangkan pembangunan berwawasan
lingkungan adalah upaya sadar dan berencana menggunakan dan mengelola sumber
daya secara bijaksana dalam pembangunan yang berkesinambungan untuk
meningkatkan mutu hidup.
 Sumber Daya Hutan
Pengetahuan manusia tentang hutan tentunya dimulai sejak keberadaan manusia
di bumi ini. Diawali dengan pengetahuan tentang hutan yang sederhana, manusia
purba memulai usahanya memperoleh bahan-bahan dari hutan bagi keperluannya.
Pengetahuan tersebut kemudian secara bertahap berkembang menjadi ilmu tentang
hutan dan kehutanan seperti pada akhirnya kita kenal dalam zaman modern ini.
Hutan merupakan sumber kekayaan alam yang sebenarnya dapat diperbaharui
itu akan hilang di permukaan bumi. Sumber daya hutan adalah salah satu sumber
daya alam yang mempunyai peranan penting dalam ekosistem serta dalam
peningkatan pendapatan masyarakat disekitar maupun diluar kawasan hutan tersebut.
 Sumber Daya Air
Air merupakan sumber daya alam yang memnuhi hajat hidup orang banyak,
sehingga perlu dipelihara kualitasnya agar tetap bermanfaat bagi hidup dan kehidupan
manusia serta makhluk lainnya. Air yang diperhitungkan dalam sumber daya air pada
lingkungan hidup adalah semua air yang terdapat di dalam atau berasal dari sumber
air, dan terdapat diatas permukaan tanah, tidak termasuk dalam pengertian ini adalah
air yang terdapat dibawah permukaan tanah dan air laut.
 Sumber Daya Tanah
Sumber daya tanah ini sangat berkaitan dengan kesuburan tanah. Kesuburan
tanah ditentukan oleh kehalusannya. Kehalusan tanah ditentukan oleh struktur tanah
tersebut seperti: liat, debu, lempung dan pasir.

8
 Udara
Udara merupakan salah satu unsur lingkungan hidup yang sangat vital untuk
kita dapat bernapas dalam kehidupan ini. Berada pada permukaan bumi yang disebut
dengan atmosfer, yakni lapisan udara yang menyelubungi bumi sampai ketinggian
300 km.

IV. Implementasi Lingkungan Hidup di Sumatera Barat,


Minangkabau yang telah lama ada yang semula berada pada pedalaman bukit
Barisan dalam Pulau Sumatera, mempunyai sistem kehidupan yang berbeda dengan
penduduk lainnya pada zaman yang bersamaan. Waktu itu pengaturan tata
kehidupannya telah teratur dengan pemerintahan nagari yang diatur dengan adatnya
atau pemerintahan adat. Segala sesuatunya diatur dengan ketentuan adat, termasuk
pengelolaan sumber daya yang ada. Tersebutlah karimbo babungo kayu, kalauik
babungo karang ka sungai babungo pasia (ke hutan berbunga kayu(balasteng), ke
laut berbunga karang, ke sungai berbunga pasir).
 Tanah Ulayat
Minangkabau yang disebut juga ranah Minang ini adalah wilayah yang
penduduknya sejak dulu ada yang menyebutnya sejak awal tahun masehi telah
beradat Minangkabau yang terkenal dengan sistem kekrabatan matrilineal, garis
keturunan ditarik dari garis ibu(perempuan), lain halnya dengan sistem kekrabatan
yang umum di Nusantara dan dunia kebanyakan garis keturunan ditarik dari garis
bapak (laki-laki) maupun ibu-bapak (orang tua). Oleh karena mempunyai sistem
kekhususan ini maka subsistem-subsistem yang mendukungnya merupakan hal yang
khusus pula antara lain yang berkaitan dengan tanah dan hutan.
Tanah ulayat termasuk hutan di Minangkabau sudah ada di nagari-nagari di
Minangkabau dulu yakni sejak adanya nagari-nagari di Minangkabau dengan
pemerintahan adatnya. Orang menyebutnya dengan republik-republik kecil berlanjut

9
semasa penjajahan Belanda yang berabad-abad, akhirnya berada pada pemerintahan
Republik Indonesia.
 Pengendalian Dampak Lingkungan
Pelibatan masyarakat dalam bentuk konsultasi publik terhadap masyarakkat
terkena dampak harus dilakukan dengan tepat sasaran dan proses pelaksanaannya
harus didokumentasikan. Proses pelaksanaan pelibatan masyarakat yang
didokumentasikan dijadikan sebagai lampiran dokumen AMDAL yang diajukan ke
komisi penilai AMDAL. Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan
sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia, yang meliputi:
1. Hak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses informasi, akses
partisipasi, dan akses keadilan dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup
2. Hak untuk mengajukan usul dan/atau keberatan terhadap rencana udaha dan/
atau kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak terhadap
lingkungan hidup
3. Hak untuk berperan dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
4. Hak melakukkan pengaduan akibat dugaan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup
5. Hak mendapatkan pelayanan dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup
6. Hak memperoleh pembinaan agar dapat melaksanakan kegiatan dan/atau usaha
secara baik dan berwawasan lingkungan.
 Kondisi Lingkungan Hidup di Sumatera Barat Tahun 2012
Provinsi Sumatera Barat yang terbagi dalam 19 wilayah kabupaten/kota dengan
luas 42.297,30 km2 dan dengan jumlah penduduk sebesar 4.957.619 jiwa. Terdapat
606 sungai besar dan kecil, 27 sungai lintas provinsi, 81 sungai lintas kabupaten kota,
6 buah danau serta 232 embung dan telaga. Hutan Sumatera Barat diperkirakan

10
luasnya lebih kurang 53.54% dari luas wilayah Sumatera Barat yakni 4.229.730 Ha.
Sedangkan wilayah laut sebesar 186 km2 atau 4 kali lipat dibandingkan luas daratan
dengan panjang garis pantai 1.973.24 km serta mempunyai 185 buah pulau-pulau
kecil.
Terdapat tiga isu lingkungan hidup prioritas di Sumatera Barat. Ketiga isi
tersebut yakni isu pertama hutan dan lahan, berupa alih fungsi lahan (okupasi) /
pemmfaatan hutan untuk kegiatan nonkehutanan serta kaitannya dengan penurunan
gas rumah kaca dan lahan kritis yang cukup luas dibeberapa daerah yang diikuti
upaya rehabilitasi.

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Ranah Minang sebutan populer tentang Minangkabau telah lama ada, sejak
datangnya nenk moyang dulu. Informasi kedatangan nenek moyang tersebut ada dua
versi yakni turun dari lereng Gunung Merapi dan melalui pantai timur Pulau Sumatra,
menelusuri sungai akhirnya sampai juga ke nagari Pariangan.Adat dan budaya
Minangkabau menurut peraturan Tambo sudah ada sejak nenek moyang tersebut,
sehingga sudah ada bermacam-macam adat sesuai dengan kondisi masyarakatnya
waktu itu. Adat merupakan ketentuan-ketentuan sama dengan undang-undang yang
mengatur tatanan kehidupan sehari-hari.

Berubahnya macam-macam adat Minangkabau waktu dulu adalah disebabkan


ukuran jangakauan pikiran dan perasaan masyarakatnya sesuai dengan perkembangan
zamannya. Hal ini terbukti bahwa salah satu macam adat yang bernama Hukum Tarik
Balas yang artinya hutang emas dibayar dengan emas, jiwa dibalas dengan
jiwa.Ranah Minang yang sejak dulu peduli dengan lingkungan hidup yang
dilambangkan dengan pepatah adat yang menyebutkan lamak diawak, katuju diurang
(enak bagi kita, disukai orang lain) merupakan pepatah adat yang terpaku dalm insan
para etnis Minang dahulu, karena setiap orang Minang mempunyai rasa jo pareso
(rasa/perasaan dan periksa atau akal atau pikiran) untuk melakukan setiap kegiatan
akan berperilaku sopan dan baik. Kabngkitan pengelolaan lingkungan hidup telah
dimulai akhir abad ke 20 untuk Indonesia maupun dunia. Bagi Sumatera Barat
semula pengolaan lingkungna hidup berada pada badan staf di lingkungna sekretariat
daerah yang mempunyai Birokrasi yang panjang baik tingkat provinsi amupun
kabupaten/kota.

12
B. SARAN
Buku ini sangat baik dan bagus untuk dibaca bagi pembaca yang penasaran
dengan ranah Minang beserta denagn lingkungan hidupnya. Sebaiknya penulis lebih
memperhatikan tata penulisan buku terutama dalam segi bahasa. Bahasa ynag dibuat
menurut saya berbelit sehingga kurang dapat cepat memahami isi dari buku. Adat
pada suku Minangkabau lebih dijelaskan secara mendalam lagi agar pembaca benar-
benar mengerti tata cara dalam adat ini. Penulis sebaiknya lebih memperhatikan gaya
bahsanya lagi agar pembaca, ketika membaca buku tersebut seolah-olah ikut atau
pernah merasakan budaya Minangkabau.

13
DAFTAR PUSTAKA

Zainuddin, Musyafir. 2014. Ranah Minang dan Lingkungan Hidup. Yogyakarta:


Penerbit Ombak.

14

Anda mungkin juga menyukai