Anda di halaman 1dari 23

Analisis kearifan lokal melalui tujuh

unsur kebudayaan pada Masyarakat


Minangkabau

Disusun oleh:
Muhammad Zhafran Syahrasyid
Salwa Salsabila Prasetya
Marsya Rizkya
Annisa Narahanifah
Sabryna Delya

KELAS XII IPS 1


SMA PGII 1 BANDUNG
Jalan Panatayuda No. 2

1
Kata Pengantar

Puji syukur kepada Allah Subhanahu Wa Taala karena


atas berkat dan rahmat Nya saya dapat menyelesaikan
makalah ini. Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk
mengetahui dan menganalisa kebudayaan suku Minangkabau
melalui ketujuh unsur-unsur kebudayaan.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis
mendapatkan tantangan dan kesulitan karena keterbatasan
ilmu. Namun, bimbingan, arahan, serta koreksi dari
pembimbing kepada penulis dapat membuat makalah
terselesaikan tepat waktu. Penulis menyampaikan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu: Ibu Irma
Rostiana, S.pd.
Akhir kata, semoga makalah yang kami susun dapat
bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi para
pembaca pada umumnya. Kami mengharapkan masukan,
kritik, dan saran yang membangun guna perbaikan makalah
selanjutnya.

Bandung, 23 Januari 2024

Penyusun

2
Daftar isi

Kata Pengantar....................................................................................2
Bab I.....................................................................................................5
Pendahuluan........................................................................................5
1.1 Latar Belakang.................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................................6
Bab II....................................................................................................7
Pembahasan.........................................................................................7
2.1 Kearifan Lokal.................................................................................................7
2.2 Unsur-Unsur kebudayaan................................................................................7
2.2.1 Bahasa..............................................................................................................8
2.2.2 Sistem Teknologi..............................................................................................9
2.2.3 Sistem Mata Pencaharian.............................................................................10
2.2.4 Sistem Kekerabatan......................................................................................11
2.2.5 Sistem Pengetahuan......................................................................................12
2.2.6 Sistem Religi..................................................................................................14
2.3 Fungsi dan manfaat kearifan lokal pada Masyarakat suku Minangkabau
……………………………………………………………………………………………………………………17
Penutup..............................................................................................21
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................21
3.2 Saran...............................................................................................................21
Daftar Pustaka...................................................................................22

3
4
Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan


serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang
dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai
masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka.
Kebudayaan menurut Koentjaraningrat ialah keseluruhan sistem
gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan
belajar.
Indonesia merupakan negara yang kaya akan suku dan budaya.
Namun kesadaran masyarakat Indonesia sendiri untuk menggali
kekayaan bangsanya masih sangat kurang. Kami memilih untuk
membahas kebudayaa suku Minangkabau karena suku
Minangkabau memiliki berbagai keunikan.
Suku Minangkabau merupakan suku asli provinsi Sumatra
Barat. Sebutan Minangkabau merupakan gabungan dari dua kata
dalam bahasa Minangkabau yaitu minang yang berarti menang"
dan kabau yang berarti "kerbau".
Kebudayaan Minangkabau sendiri memiliki keunikan
dibandingkan kebudayaan lain. Budaya Minangkabau adalah satu-
satunya budaya di Indonesia yang menganut sistem matrilineal,
dimana harta dan tanah diwariskan dari ibu kepada anak
perempuan. Sementara perihal gama dan politik adalah tanggung

5
jawab laki-laki. Masyarakat Minangkabau ini pun merupakan
masyarakat matrilineal terbesar di dunia.
Makalah ini akan menganalisa ketujuh unsur kebudayaan dari
kebudayaan suku Minangkabau. Ketujuh unsur tersebut meliputi
bahasa, sistem teknologi dan alat produksi, sistem mata
pencaharian, sistem kekerabatan, sistem pengetahuan, sistem religi,
dan kesenian.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar belakang di atas, maka dapat di rumuskan


permasalahan dalam penelitian ini di antara lain:

A. Apa yang dimaksud dengan kearifan lokal?


B. Apa saja unsur-unsur kebudayaan Masyarakat?
C. Bagaimana Bentuk-bentuk kearifan lokal yang tercermin
melalui unsur-unsur kebudayaan?
D. Bagaimana fungsi atau manfaat dari kearifan lokal pada
masyarakat suku Minangkabau?

1.3 Tujuan Penelitian


A. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kearifan lokal.
B. Mengetahui apa saja unsur-unsur kebudayaan Masyarakat.
C. Mengetahui bagaimana Bentuk-bentuk kearifan lokal yang
tercermin melalui unsur-unsur kebudayaan.
D. Mengetahui bagaimana Fungsi atau manfaat dari kearifan lokal
pada masyarakat suku Minangkabau

6
Bab II

Pembahasan

2.1 Kearifan Lokal

Kearifan Lokal Masyarakat Minangkabau


Kearifan lokal adat Minangkabau merupakan warisan budaya yang
ada di masyarakat, yang dilakukan secara turun-menurun oleh
masyarakat yang bersangkutan.
Kearifan lokal tersebut umumnya berisi ajaran untuk
memelihara dan memanfaatkan sumber daya alam sehingga wajar
masyarakat Minangkabau memiliki falsafah alam takambang jadi
guru. Artinya falsafah pendidikan masyarakat Minangkabau sebagai
dasar pembentukan karakter melalui kearifan lokal yang bersumber
dari alam sebagai tempat belajar. Kearifan lokal tersebut
mengejawantah dalam karya seni, nilai moral, adat istiadat, dan
serangkaian pola hidup sehari-hari.

2.2 Unsur-Unsur kebudayaan

Tujuh unsur kebudayaan menurut para ahli antropologi


1. Bahasa
2. Sistem Peralatan atau Teknologi
3. Sistem Mata Pencaharian
4. Sistem Kekerabatan
5. Sistem Pengetahuan
6. Sistem Religi
7. Kesenian

7
2.2.1 Bahasa

Bahasa Minangkabau atau dalam bahasa asal, Baso Minang


adalah sebuah bahasa Austronesia yang digunakan oleh kaum
Minangkabau di Sumatra Barat, di barat Riau, Negeri Sembilan
(Malaysia), dan juga oleh penduduk yang telah merantau ke daerah-
daerah lain di Indonesia.
Terdapat beberapa kontroversi mengenai hubungan bahasa
Minangkabau dengan bahasa Melayu. Hal ini disebabkan kemiripan
dalam tatabahasa mereka. Ada pendapat yang mengatakan bahasa
Minangkabau sebenarnya adalah dialek lain dari bahasa Melayu,
Sedangkan pendapat lain mengatakan bahasa Minangkabau adalah
sebuah bahasa dan bukan sebuah dialek.
Secara garis besar, daerah pemakaian bahasa Minangkabau
dibedakan dalam dua daerah besar, yaitu daerah /a/ dan daerah /o/.
berikut adalah contoh dialek bahasa Minangkabau:
Contoh perbandingan bahasa Minangkabau dan bahasa Melayu:

Bahasa Minangkabau: Sarang kayu di rimbo tak samo tinggi, kok


kunun manusia
Bahasa Melayu: Pohon di rimba tidak sama tinggi, apa lagi manusia

Bahasa Minangkabau: Indak buliah mambuang sarok disiko!


Bahasa Melayu: Tidak boleh membuang sampah di sini!

Bahasa Minangkabau: A tu nan ka karajo ang?


Bahasa Melayu: Apa yang kamu sedang kerjakan?

8
2.2.2 Sistem Teknologi

Teknologi yang berkembang pada masyarakat Minangkabau


contohnya yaitu bentuk desa dan bentuk tempat tinggal. Desa mereka
disebut nagari dalam bahasa Minangkabau. Nagari terdiri dari dua
bagian utama, yaitu daerah nagari dan taratak. Nagari ialah daerah
kediaman utama yang dianggap pusat sebuah desa. Halnya berbeda
dengan taratak yang dianggap sebagai daerah hutan dan ladang.
Di dalam nagari biasanya terdapat sebuah masjid, sebuah balai
adat, dan pasar. Mesjid merupakan tempat untuk beribadah, balai adat
merupakan tempat sidang-sidang adat diadakan. Sedangkan pasar dan
kantor kepala nagari terletak pada pusat desa atau pada pertengahan
sebuah jalan memanjang dengan rumah-rumah kediaman di sebelah
kiri dan kanannya.
Rumah adat Minangkabau biasa disebut. rumah gadang dan
merupakan rumah panggung. Bentuknya
memanjang dengan tap menyerupai tanduk
kerbau. Ukuran rumah juga didasarkan
kepada perhitungan jumlah ruang yang
terdapat dalam rumah itu. Sebuah rumah
gadang terdiri dari jumlah ruangan dalam
bilangan yang ganjil, mulai dari tiga. Jumlah
ruangan yang biasa adalah tujuh, namun ada
sebuah rumah gadang yang mempunyai tujuh
belas ruangan
Sebuah rumah gadang biasanya memiliki tiga didieh yang
digunakan sebagai kamar dan ruangan terbuka untuk menerima tamu
atau berpesta. Selain itu beberapa rumah gadang juga memiliki tempat
yang disebut anjueng (anjung) yaitu bagian yang ditambahkan pada
ujung rurnah dan dianggap sebagai tempat kehormatan.

9
2.2.3 Sistem Mata Pencaharian

Sebagian besar masyarakat Minangkabau hidup dari bercocok tanam.


Di daerah yang subur dengan cukup air tersedia, kebanyakan
orang mengusahakan sawah, sedangkan pada daerah subur yang tinggi
banyak orang menanam sayur mayur untuk perdagangan. Pada daerah
yang kurang subur, penduduknya hidup dari tanaman- tanaman seperti
pisang, ubi kayu, dan sebagainya. Pada daerah pesisir mereka bisa
menanam kelapa. Disamping hidup dari pertanian, penduduk yang
tinggal di pinggir laut atau danau juga dapat hidup dari hasil
tangkapan ikan
Ada berbagai hal yang menyebabkan banyak orang
Minangkabau kemudian meninggalkan sektor pertanian. Ada yang
disebabkan karena tanah mereka memberikan hasil yang kurang atau
karena kesadaran bahwa dengan pertanian mereka tidak dapat menjadi
kaya. Orang- orang sejenis ini biasanya beralih ke sektor perdagangan
dan merantau dengan harapan mereka akan kembali sebagai orang
yang dewasa dan bertanggung jawab. Kehidupan perdagangan di
Minangkabau kebanyakan dikuasai oleh penduduk Minangkabau
sendiri.
Selain itu ada juga masyarakat yang hidup dari kerajinan
tangan. Seperti kerajinan perak bakar dari Koto Gadang, sebuah desa
dekat Bukittinggi dan pembuatan kain songket dari Silukang, sebuah
desa dekat Sawah Lunto.

10
2.2.4 Sistem Kekerabatan

Kelompok kekerabatan masyarakat Minangkabau yaitu paruik,


kampuang, dan suku. Suku dan kampuang dapat dianggap sebagai
kelompok formal. Suku dipimpin oleh seorang penghulu suku,
sedangkan kampuang oleh penghulu andiko atau datuak kampung.
Selain kelompok paruik, kampuang, dan suku, masyarakat
Minangkabau tidak mengenal organisasi masyarakat adat yang lain.
Dengan begitu instruksi dan aturan pemerintah, administrasi
masyarakat pedesaan, biasanya disalurkan kepada penduduk desa
melalui panghulu suku dan panghulu andiko.
Di samping memiliki seorang penghulu suku, sebuah suku juga
mempunyai seorang dubalang atau manti. Dubalang bertugas menjaga
keamanan sebuah suku, sedangkan manti berhubungan dengan tugas-
tugas keamanan.
Garis keturunan dalam masyarakat Minangkabau
diperhitungkan menurut garis matrilineal. Seorang termasuk keluarga
ibunya bukan keluarga ayahnya. Begitu juga tanah dan harta warisan
akan diwariskan kepada anak perempuan.
Perkawinan dalam budaya Minangkabau sebenarnya tidak
mengenal mas kawin. Namun keluarga pengantin wanita akan.
memberi sejumlah uang atau barang untuk menjemput pengantin pria.
Uang tersebut biasanya disebut uang jemputan. Tetapi yang penting
dalam perkawinan Minangkabau adalah pertukaran benda lambing
antara kedua keluarga berupa cincin atau keris.
Dalam masyarakat Minangkabau tidak ada larangan bagi
seseorang untuk memiliki lebih dari satu istri. Orang-orang dengan
kedudukan social tertentu terkadang suka melakukan perkawinan
poligami.

11
Secara kasar stratifikasi sosial dalam masyarakat Minangkabau
yang hanya berlaku dalam esatuan sebuah desa tertentu saja, atau
sekelompok desa yang berdekatan, membagi masyarakat ke dalam
tiga lapisan besar, yaitu bangsawan, orang biasa, dan orang yang
paling rendah. Lapisan terakhir ini mungkin dapat dihubungkan
dengan 'budak' dalam arti yang lebih ringan.
Mengenai pola kepemimpinan dapat dikatakan bahwa sulit
untuk melihat suatu pola yang elas dalam masyarakat Minangkabau.
Kita tidak dapat mengatakan dengan jelas siapa yang menjadi
pemimpin bagi suatu paruik. Setiap orang dewasa boleh dikatakan
memiliki hak sebagai pemimpin. Perintah atau saran seseorang
mungkin akan dituruti oleh anggota Keluarganya, tetapi ini tergantung
pada kewibawaan pribadi dari orang tersebut.

2.2.5 Sistem Pengetahuan

Anak-anak lelaki usia 7 tahun biasanya akan meninggalkan


rumah mereka untuk tinggal di Surau di mana mereka diajarkan ilmu
agama dan adat Minangkabau. Di usia remaja, mereka digalakkan
untuk meninggalkan perkampungan mereka untuk menimba ilmu di
sekolah atau menimba pengalaman di luar kampung dengan harapan
mereka akan pulang sebagai seorang dewasa yang lebih matang dan
bertanggungjawab kepada keluarga dan nagari kampung halaman).
Selain dikenali sebagai seorang pedagang, masyarakat
Minangkabau juga berhasil melahirkan beberapa penyair, penulis,
negarawan, ahli fikir dan para ulama. Ini mungkin. erjadi kerana
budaya mereka yang memberatkan penimbaan ilmu pengetahuan.
Sebagai Denganut agama Islam yang kuat, mereka cenderung kepada
ide untuk menggabungkan ciri- ciri Islam dalam masyarakat yang
modern.

12
Berikut adalah beberapa orang Minangkabau yang berhasil menjadi
orang yang terkemuka:

 Abdul Muis, penulis, wartawan dan pejuang kebangsaan

 Chairil Anwar, pujangga

 Buya Hamka, cendekiawan Islam

 Prof. Dr. Emil Salim, ahli ekonomis dan bekas menteri


Indonesia
 Haji Agus Salim, pejuang kemerdekaan Indonesia

 Mohammad Hatta, Wakil Presiden Indonesia yang pertama


dan salah seorang

 proklamator negara Indonesia

 Rasuna Said, menteri wanita pertama di Indonesia

 Tuanku Imam Bonjol, Pemimpin gerakan Padri

 Tuanku Nan Renceh, ketua dalam Perang Padri

 Yusof Ishak, presiden pertama Singapura

 Ir. Fazwar Bujang Direktor Utama syarikat PT. Krakatau


Steel Indonesia

13
2.2.6 Sistem Religi

Hampir seluruh masyarakat Minangkabau menganut agama


Islam, walaupun sebagian besar dari mereka hanya menganut agama
sebagai simbolis tanpa melakukan ibadah dan ewajibannya. Boleh
dikatakan mereka tidak mengenal unsur-unsur kepercayaan lain selain
ang diajarkan oleh agama Islam. Walaupun demikian masih banyak
juga orang yang percaya akan hal-hal yang tidak diajarkan oleh Islam,
seperti hantu-hantu dan kekuatan aib.
Selain itu, banyak orang menganggap bahwa sistem matrilineal
yang dianut masyarakat Minangkabau bertentangan dengan aturan
Islam yang menekankan sistem patrilineal. Padahal sesungguhnya
terdapat banyak kesamaan antara faham Islam dengan faham
Minangkabau.
Berikut ini merupakan contoh dari beberapa kesamaan faham Islam
dan Minangkabau:
Faham Islam: Menimba ilmu adalah wajib.
Faham Minangkabau: Anak-anak lelaki harus meninggalkan rumah
mereka untuk tinggal dan belajar di surau (langgar, masjid).
Faham Islam: Mengembara adalah kewajiban untuk mempelajari
tamadun-tamadun yang kekal dan binasa untuk meningkatkan iman
kepada Allah.
Faham Minangkabau: Para remaja harus merantau (meninggalkan
kampung halaman) untuk menimba ilmu dan bertemu dengan orang
dari berbagai tempat untuk mencapai kebijaksanaan, dan untuk
mencari penghidupan yang lebih baik. Falsafah merantau juga berarti
melatih orang Minangkabau untuk hidup mandiri, kerana ketika
seorang pemuda Minangkabau berniat merantau meninggalkan
kampungnya, dia hanya membawa bekal seadanya.

14
Faham Islam: Tidak ada wanita yang boleh dipaksa untuk menikah
dengan lelaki yang tidak dia cintai.
Faham Minangkabau: Wanita yang menentukan dengan siapa yang
ia ingin menikah.
Faham Islam: Ibu berhak dihormati 3 kali lebih tinggi daripada
bapak.
Faham Minangkabau: Bundo Kanduang adalah
pemimpin/pengambil keputusan di Rumah Gadang.

Ciri-ciri Islam begitu mendalam dalam adat Minangkabau


sehingga mereka yang tidak mengamalkan Islam dianggap telah
keluar dari masyarakat Minang.

2.2.7 Kesenian
Berikut ini adalah kesenian tradisonal Minangkabau:

 Randai, teater rakyat yang meliputi pencak silat, musik, tarian


dan drama
 Saluang Jo Dendang, serunai bambu dan nyanyian
 Talempong, musik bunyi gong
 Tari Piring, gerakan tarian menyerupai gerakan para petani
semasa bercocok tanam
 Tari Payung, menceritakan kehidupan muda-mudi Minang yang
selalu riang gembira Tari Indang
 Pencak Silat, tarian yang gerakannya adalah gerakan silat
tradisional Minangkabau

15
Upacara dan perayaan Minangkabau termasuk:

 Turun mandi - upacara pemberkatan bayi


 Sunat rasul -upacara bersunat
 Baralek - upacara pernikahan
 Batagak pengulu - upacara pelantikan penghulu. Upacara ini akan
berlangsung selama 7 hari di mana seluruh kaum kerabat dan
ketua-ketua dari kampung yang lain akan dijemput
 Turun ka sawah -upacara kerja gotong-royong
 Manyabik-upacara menuai padi
 Hari Royo - perayaan Hari Raya Idul Fitri
 Maanta pabukaan - mengantar makanan kepada ibu mertua
sewaktu bulan Ramadan
 Tabuik -perayaan Islam di Pariaman
 Tanah Ta Sirah - perlantikan seorang Datuk (ketua puak) apabila
Datuk yang sebelum nya meninggal dunia

Selain itu masyarakat Minangkabau juga memiliki kesenian kerajian


tangan, seperti:
 Kain Songket, ditenun dengan tangan dan mempunyai corak
rumit benang emas atau perak. Songket hanya diapakai oleh
golongan bangsawan. Kehalusan dan corak songket
menggambarkan pangkat dan kedudukan tinggi seorang
pembesar.
 Sulaman
 Ukiran kayu
 Pahatan emas dan perak

16
2.3 Fungsi dan manfaat kearifan lokal pada
Masyarakat suku Minangkabau

Rumah Gadang adalah rumah tradisional dari suku minangkabau.


Menurut bentuknya, rumah adat ini disebut rumah gonjong atau rumah
bagonjong (rumah bergonjong), karena bentuk atapnya yang
bergonjong runcing menjulang. Jika menurut ukurannya, tergantung
pada jumlah lanjarnya ( ruas dari depan ke belakang ).
Sedangkan ruangan yang berjajar dari kiri ke kanan disebut ruang.
Rumah yang berlanjar dua dinamakan lipek pandan (lipat pandan).
Umumnya lipek pandan memakai dua gonjong. Rumah yang berlanjar
tiga disebut balah bubuang (belah bubung). Atapnya bergonjong
empat. Sedangkan yang berlanjar empat disebut gajah maharam (gajah
terbenam). Biasanya gajah maharam memakai gonjong enam atau
lebih.
Fungsi dari Rumah Gadang
Rumah Gadang kaya dengan makna yang merupakan gambaran umum
dari kehidupan masyarakat minangkabau secara keseluruhan. Dalam
kehidupan sehari-hari, rumah gadang memiliki fungsi-fungsi
tersendiri, fungsi tersebut adalah:
1.Fungsi Adat
Sebuah rumah gadang, merupakan rumah utama yang dimiliki oleh
sekelompok masyarakat minangkabau yang diikat oleh suatu suku
tertentu. Sebagai rumah utama, rumah gadang merupakan tempat
untuk melangsungkan acara-acara adat dan acara-acara penting lain
dari suku yang bersangkutan.
Kegiatan-kegiatan adat pada masyarakat minangkabau dapat kita
uraikan berdasarkan kepada siklus kehidupan mereka, yaitu: Turun
Mandi, Khitan, Perkawinan, Batagak Gala (Pengangkatan Datuak),
dan Kematian.

17
Fungsi-fungsi di atas dapat disebut juga fungsi temporer yang
berlangsung pada suatu rumah gadang, karena kegiatan tersebut tidak
berlangsung setiap hari dan berlangsung pada waktu-waktu tertentu
saja.
2.Fungsi Keseharian
Rumah gadang merupakan wadah yang menampung kegiatan sehari-
hari dari penghuninya. Rumah gadang adalah rumah yang dihuni oleh
sebuah keluarga besar dengan segala aktifitas mereka setiap harinya.
Pengertian dari keluarga besar disini adalah sebuah keluarga yang
terdiri dari ayah, ibu serta anak wanita, baik itu yang telah berkeluarga
ataupun yang belum berkeluarga, sedangkan anak laki-laki tidak
memiliki tempat di dalam rumah gadang.
Fungsi inilah sebenarnya yang lebih dominan berlangsung pada suatu
rumah gadang. Sebagaimana lazimnya rumah tinggal bagi masyarakat
umumnya, disinilah interaksi antar anggota keluarga berlangsung.
Aktifitas sehari-hari seperti makan, tidur, berkumpul bersama anggota
keluarga dan lain sebagainya lebih dominan berlangsung disini,
disamping kegiatan-kegiatan adat seperti yang telah diuraikan diatas.
Pembagian ruang didalam rumah gadang adalah:
Publik, yaitu ruang tamu atau ruang bersama yang merupakan sebuah
ruangan lepas tanpa adanya pembatas apapun.
Semi Privat, yaitu ruang peralihan seperti bandua yang terdapat
didepan kamar tidur serta anjuang (ruang khusus) yang terdapat pada
bagian ujung-ujung rumah gadang yang dapat kita temukan pada
beberapa jenis rumah gadang.
Privat, yaitu kamar-kamar tidur yang terdapat di dalam rumah gadang
yang dahulunya berdasarkan kepada jumlah anak gadis yang dimiliki
oleh sipemilik rumah. Servis, yaitu dapur yang pada dahulunya
merupakan dapur tradisional yang masih menggunkan kayu sebagai
bahan bakarnya .
Beberapa karakteristik dari arsitektur rumah gadang dapat kita
lihat,Tingkat / derajat kespesifikan budaya atau tempat.

18
Rumah gadang merupakan bangunan khas daerah Sumatera Barat,
seperti yang tertulis pada buku Rumah Gadang Arsitektur Tradisional
Minangkabau, bahwa arsitektur bangunan rumah gadang merupakan
peninggalan tidak tertulis yang sampai pada kita, yang merupakan ciri
dari kebesaran kebudayaan minangkabau masa lalu. Betapapun
perubahan itu terjadi, namun arsitektur bangunan rumah gadang yang
dapat kita saksikan sekarang adalah merupakan pengaruh langgam
bangunan masa lampau.
Seperti yang juga disebutkan oleh Turan dalam Vernacular
Architecture, arsitektur vernakular adalah arsitektur yang tumbuh dan
berkembang dari arsitektur rakyat yang lahir dari masyarakat etnik
dan berjangkar pada tradisi etnik, jadi bangunan rumah gadang
merupakan bangunan yang lahir pada masyarakat minangkabau dan
memang berjangkar pada kebudayaan masyarakat minangkabau itu
sendiri.
Tinjauan terhadap model, denah, morfologi dan spesifikasi bangunan,
hubungan antar elemen serta kompleksitas bangunan berdasarkan
tempat dimana sebuah bangunan tersebut berada.
Secara garis besar model rumah gadang terbagi atas dua kelompok
besar yang dibagi berdasarkan kepada dua kelarasan atau hukum adat
yang berlaku didalam masyarakat minangkabau.
Kedua sistem kelarasan itu adalah:
• Sistem kelarasan Koto Piliang
Ciri dari model rumah gadang yang menggunakan sistem kelarasan
Koto Piliang ini adalah memiliki anjuang yang terdapat pada bagian
kiri dan bangunan. Anjungan merupakan tempat terhormat didalam
suatu rumah gadang yang ditinggikan beberapa puluh sentimeter dari
permukaan lantai bangunan.
• Sistem kelarasan Bodi Caniago.
Sedangkan pada rumah gadang yang menggunakan sistem kelarasan
Bodi Caniago tidak mengenal istilah anjuang. Jadi bagian lantai rumah
gadang mulai dari bangian ujung sampai pangkal mempunyai
ketinggian lantai yang sama.elemen-elemen bangunan dalam rumah
gadang.

19
Halaman suatu rumah gadang merupakan sebuah rumah terbuka yang
penting bagi suatu rumah gadang, biasanya sebuah halaman pada
rumah gadang merupakan tempat untuk melangsungkan acara-acara
pada sebuah kekerabatan. Elemen-elemen yang terdapat pada sebuah
halaman rumah gadang, salah satunya Rangkiang.
Rangkiang merupakan suatu bangunan yang terdapat dihalaman
sebuah rumah gadang yang berbentuk bujur sangkar dan diberi atap
ijuk bergonjong yang berfungsi sebagai lumbung tempat penyimpanan
padi yang didirikan di depan rumah gadang.

20
Bab III

Penutup

3.1 Kesimpulan

Budaya Minangkabau adalah budaya yang unik dan mengandung


nilai-nilai kebudayaan yang tinggi. Persebaran masyarakat
Minangkabau di Indonesia pun cukup banyak. Selain dikenal sebagai
seorang pedagang, orang Minangkabau juga terkenal sebagai penganut
agama Islam yang baik. Cukup banyak orang Minangkabau yang
berhasil menjadi seorang tokoh kebanggaan bangsa.
Kebanggaan lain dari suku Minangkabau adalah masakan Padang
yang sudah sejak dulu menjadi kegemaran banyak orang. Rendang
dan dendeng balado adalah salah satu masakan yang sangat disukai
dan restoran Padang pun kini sudah menyebar, baik di negara
Indonesia sendiri atau bahkan ke mancanegara.

3.2 Saran

Sebagai salah satu kekayaan budaya Indonesia, budaya


Minangkabau pun patut dilestarikan. Pengaruh budaya luar dan
akulturasi seharusnya dapat disesuaikan dengan budaya aslinya,

21
sehingga nilai-nilai luhur dari suatu budaya tersebut tidak
terhapuskan atau bahkan menghilang. Setiap masyarakat
Minangkabau yang merantau ke kota lain atau ke negara lain
seharusnya tetap menjunjung tinggi budaya aslinya dan juga
melestarikannya. Bahkan jika memungkinkan, seseorang dapat
menyebarkan budaya aslinya di tempat yang lain, sehingga
kekayaan budaya Indonesia tidak mudah luntur dan masyarakat
dapat semakin mencintai kekayaan bangsa Indonesia sendiri.

Daftar Pustaka

https://id.scribd.com/doc/122742492/Unsur-Unsur-Kebudayaan-Suku-
Minangkabau
https://sumbarprov.go.id/home/news/9402-rumah-adat-provinsi-
sumatera-barat-rumah-gadang-
Bahardur, Iswadi. (2018). KEARIFAN LOKAL BUDAYA
MINANGKABAU DALAM SENI PERTUNJUKKAN
TRADISIONAL RANDAI. JENTERA: Jurnal Kajian Sastra. 7. 145.
10.26499/jentera.v7i2.932.

22
23

Anda mungkin juga menyukai