Anda di halaman 1dari 11

Makalah Filsafat Nusantara

Kebudayaan Masyarakat Daerah Kabupaten Anambas Dalam Kacamata Filsafat

Disusun oleh:
Robin Batara
09205120
DKV B

Dosen Pengampu:
Hamdan Eki Akromulloh

Institut Seni Indonesia Padang Panjang


Fakultas Desain Komunikasi Visual
2022/2023

Jl. Bahder Johan, Guguk Malintang, Padang Panjang Timur, Kota Padang Panjang, Sumatera
Barat 2711
Kata Pengantar

Puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan
tugas makalah ini. Makalah ini berjudul “ Kebudayaan Masyarakat Daerah
Kabupaten Anambas dalam Kacamata Filsafat”.
Makalah disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Filsafat
Nusantara. Selain itu, penulis berharap dengan adanya penulisan makalah ini
dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca dan juga penulis
sendiri.

Penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
menerima saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan
makalah ini.

Padang Panjang, 01 April 2022

Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar...........................................................................
Daftar Isi........................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................
1.1 Latar Belakang......................................................................
1.2 Rumusan Masalah..............................................................
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN............................................................

2.1 Dimana dan Bagaimana Anambas.........................................................


2.2 Budaya Dan Pandangan Filsafat didalamnya....................................................
A. Gobang
B. Mie Tarempa
C. Gasing
D. Tambahan
BAB 3 PENUTUP...........................................................................
3.1 Kesimpulan...............................................................................
Daftar Pustaka.................................................................................
Bab I Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


Secara umum kebudayaan merupakan wujud dari budaya manusia
yang mencakup berbagai pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat, serta kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh
manusia sebagai mahluk sosial. Unsur-unsur kebudayaan meliputi
kesenian, bahasa, sistem pengetahuan, sistem dan organisasi
kemasyarakatan, sistem mata pencaharian hidup, serta sistem teknologi
dan peralatan akan dijumpai pada setiap suku bangsa (Ranjabar,
2006:150). Menurut Friedman (dalam Surtina, 2014:1) menyatakan
kebudayaan yang dibentuk kemudian harus dilihat sebagai budaya
diferensial yang tumbuh akibat adanya interaksi antar manusia, kelompok
dan lingkungan yang terus-menerus mengalami perubahan. Kebudayaan
diwujudkan dalam bentuk tata kehidupan yang mencerminkan nilai budaya
yang dikandungnya. Pada dasarnya tata kehidupan dalam masyarakat
tertentu merupakan pencerminan yang konkrit dari nilai budaya yang
ditetapkan dalam dinamika kehidupannya Dengan demikian karakteristik
dari kelompok masyarakat atau etnik tertentu akan terlihat dengan jelas
dari karakteristik budaya yang mencakup seluruh aspek kehidupannya,
seperti tradisi seni budaya yang membedakannya dengan etnik budaya
lainnya, hal ini berlaku diseluruh daerah dan masyarakat tak terkecuali
termasuk daerah Kabupaten Kepulauan Anambas yang akan saya ulik dari
segi deskripsi aspek budaya masyarakat dan pandangan filsafat
didalamnya.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana kebudayaan masyarakat Kepulauan Anambas?
2. Apa factor hingga bisa terbentuknya budaya yang saat ini ada dan
dipakai masyarakat Anambas?
3. Apa saja unsur filsafat yang bisa diulik dari kebudayaan di
Anambas?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Memperkenalkan daerah Kabupaten Kepulauan Anambas pada
khalayak ramai
2. Mengetahui bagaimana kehidupan dan kebudayaan masyarakat di
Anambas
3. Mengerti bagaimana bisa terbentuknya budaya tersebut
4. Memahami budaya yang dipelajari dari sudut pandang filsafat
5. Melengkapi tugas dan nilai di mata kuliah filsafat
Bab II Pembahasan

2.1. Dimana dan Bagaimana Anambas


Anambas merupakan sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi
Kepulauan Riau, Indonesia. Tercatat pada 2007 sekitar 41.341 jiwa
menempati kabupaten seluas 590,14 km2 dengan luas perairan
mencapai 46,074 km2. Anambas terletak antara Singapura dan Kepulauan
Natuna di Laut China Selatan. Posisi tersebut menjadikannya salah satu
kabupaten terdepan Indonesia. Kabupaten Kepulauan Anambas terdiri dari
255 pulau-pulau kecil dengan hanya 26 pulau yang berpenghuni. Artinya,
mayoritas pulau di Anambas tak berpenghuni yang memerlukan patroli
ketat dari aparat.
Sebagai wilayah kepulauan, Kabupaten Kepulauan Anambas
memiliki karakteristik yang berbeda dengan wilayah lainnya, hal ini
dikarenakan sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan dan pulau-pulau
yang tersebar di Perairan Laut Natuna dan Laut Cina Selatan.
Kabupaten Kepulauan Anambas atau gugusan kepulauan Anambas
sendiri pada masa pemerintahan kolonial belanda pernah menjadi pusat
kewedanaan yakni berpusat di Tarempa. Ketika itu, Tarempa adalah pusat
pemerintahan di pulau tujuh termasuk wilayah Kabupaten Kepulauan
Anambas yang disebut district dan Jemaja wilayahnya disebut
Onderdistrict dengan ibukota Letung.
Di Kabupaten kepulauan Anambas sama seperti daerah daerah lain
dimana masyarakatnya Sebagian besar beragama islam, sehingga budaya
yang berkembang disana didasari oleh nilai nilai luhur dan etika islam,
selain budaya yang didasari oleh tradisi nilai islam budaya disana juga
dipengaruhi oleh tradisi local masyarakat (tentu saja) dimana budaya
disana beberapa diantaranya berhubungan dengan mitos local dan hal gaib
yang cukup kental, lanjut ke hal yang selanjutnya. Berkaitan dengan lokasi
geografis masyarakat kepulauan yang berarti masyarakat disana hidup
dikelilingi oleh lautan, dan yang artinya lagi itu juga berpengaruh dengan
cara hidup dan komoditas ekonomi disana yang dimana banyak dari
masyarakat yang hidup dari laut dan berprofesi sebagai nelayan (FYI).
2.2. Budaya dan Pandangan Filsafat didalamnya
A. Gobang
Deskripsi
Gobang adalah salah satu bentuk tarian rakyat / seni pertunjukkan
yang tumbuh dan berkembang di Kepulauan Riau, tepatnya di Jemaja
Kabupaten Anambas. Bagi masyarakat jemaja, tarian gobang
digunakan untuk memeriahkan acara sunatan, perkawinan dan hari
besar lainnya. Kesenian ini berawal dari sebuah permainan orang
Bunian (orang gaib), yang di tiru oleh penduduk Jemaja. Pada awal
kesenian ini ditampilkan, oleh masyarakat Jemaja digunakan sebagai
sarana pengobatan dan tolak bala bagi orang Melayu di daerah ini.
Akan tetapi, dengan perkembangan zaman, kesenian ini mulai
dijadikan sebuah hiburan yang sangat amat diminati oleh masyarakat
Melayu di Jemaja. Mengenai kapan kesenian Gubang ini muncul tidak
diketahui secara pasti, tetapi diperkirakan sudah berusia ratusan tahun.
Kesenian Gubang hingga saat ini masih ditemui keberadaanya
meskipun sudah banyak megalami perubahan, terutama dalam hal
gerakan maupun kostum yang digunakan oleh pemainnya.

Pandangan filsafat dan nilai didalamnya


Setiap kesenian yang mengandung nilai-nilai budaya yang luhur dan
ada unsur filsafat nilai didalamnya sehingga bisa menunjukkan jati diri
masyarakat pengembangnya. Nilai-nilai tersebut berfungsi mengatur
tata hubungan masyarakatnya dan merupakan refleksi dari pandangan
hidup mereka yang telah terpelihara secara turun temurun. Tetapi
dalam seni Gobang hal ini agak sedikit berbeda dikarenakan seni ini
seperti yang disebutkan tidak diciptakan tetapi adalah tiruan dari hal
yang dilakukan orang Bunian. Tetapi dalam kesenian ini jika sedikit
dilihat bagaimana kesenian Gobang ini berjalan sekarang masih ada
nilai filsafat yang bisa disadari seperti penggunaan topeng dan kostum
yang bermaksud anonimitas yang berarti dalam seni ini siapapun bisa
bergabung Bersama tanpa memandang asal, siapa, dan status. dan
tentu saja ini bersifat spekulatif dan pandangan subjektif saya sendiri.
B. Mie Tarempa
Mi ini diberi nama seperti tempat asalnya. Cirinya adalah pada
campuran utamanya yang menggunakan potongan ikan tongkol. Di
warung-warung makan, pengunjung biasanya disodori beberapa
pilihan cara masak mi: mi kering (goreng), mi lembab (goreng/oseng
dengan sedikit kaldu), mi basah (dioseng dengan kaldu yang cukup
banyak), atau mi rebus (mi kuah tanpa minyak). sepiring mie kuning
bertabur bumbu cabai, potongan ikan tongkol kering, taoge mentah,
bawang goreng, potongan daun bawang, dan daun seledri dengan
namanya mie Terempa. Makanan ini menjadi makanan khas yang bisa
kamu cicipi di sini. Mie yang digunakan adalah mie berbentuk pipih.
Cita rasa makanan ini adalah pedas yang akan membuat
keringat berjatuhan. Tekstur minya sendiri padat dan kenyal.
Permukaannya terlumuri rata dengan campuran bumbu dominan
bawang putih, cabai, dan kecap manis. Campuran tauge dan sawi serta
taburan bawang goreng yang renyah memperkaya rasa dan teksturnya.
Penduduk lokal Tarempa kerap menjadikan olahan makanan pokok ini
santapan sarapan.

Pandangan filsafat dan nilai didalamnya


Di Indonesia ada beberapa kuliner yang mirip dengan Mie Tarempa,
kwitiau misalnya, tetapi ada hal yang benar benar membedakannya
adalah selain bumbu yang khas yaitu potongan toping ikan tuna yang
banyak, hal itu dikarenakan Tapi di Anambas yang termasuk penghasil
banyak ikan menjadikan tongkol menjadi komoditi utama sebagai
pelengkap untuk menu makanan. Saya tidak yakin ini termasuk
pandangan filsafat.

C. Gasing
Gasing merupakan permainan rakyat khas masyarakat Kepulauan
Riau salah satunya di anambas. Permainan ini banyak digemari oleh
penggemar gasing dari sejumlah kalangan masyarakat khusus di
Kepri.Tak ayal, permainan ini sering dipertandingkan melalui
turnamen-turnamen yang memang sengaja diadakan dibeberapa
tempat di Kabupaten Kepulauan Anambas untuk diperlihatkan kepada
masyarakat. Gasing biasanya dibuat dari bahan kayu yang kuat dan
tahan lama, salah satunya kayu pelawan dan kayu asam jawa. Dalam
permainan gasing masyarakat Anambas, permainan akan dimulai
dengan mengadu ketahanan putaran gasing yang diputar secara
serempak untuk menentukan peringkat untuk level permainan
selanjutnya, yang gasing nya berhenti pertama adalah peringkat
terbawah, begitu seterusnya hingga peringkat teratas. Setelah
ditentukan peringkatnya, permainan akan masuk ke level selanjutnya
yaitu peringkat terbawah harus memutar gasingnya pertama kali untuk
dibenturkan dengan gasing satu peringkat diatasnya dan hal ini akan
terus berlanjut. Jika yang membenturkan gasing bisa menghentikan
putaran gasing yang dibenturnya maka ia akan bisa mempertahankan
peringkatnya, jika tidak atau malah sebaliknya gasing nya berhenti
lebih dulu ia harus turun peringkat.
Biasanya jenis kayu ini yang sering digunakan masyarakat untuk
bertanding. Karena dalam permainan dibutuhkan jenis gasing yang
tidak mudah pecah, jenis kayu lain yang biasanya digunakan untuk
membuat gasing adalah kayu mentigi, buan, tuak, tengilap dan
mampat. Jenis gasing yang dibuat dari kayu-kayu ini biasanya
memang tahan lama, hanya saja mudah pecah. Bentuk gasing yang
paling banyak digunakan masyarakat anambas bentuk bulat. Karena
memang merupakan khas dan budaya masyarakat anambas.

Pandangan filsafat dan nilai didalamnya


Permainan gasing menggambarkan bagaimana kehidupan dalam
masyarakat social, jika ingin bertahan dan menjadi peringkat teratas
kita harus menjadi kuat, supaya saat dibenturkan dengan masalah
dalam kehidupan tidak membuat kita jatuh dan menghentikan
putaran kita.

D. Tambahan
Sebenarnya bisa dibilang masih ada banyak budaya unik di anambas
yang bisa dibahas baik itu secara deskriptif maupun filsafat, kenapa
saya bisa bilang begitu, karena saya lahir dan besar disana, jadi saya
sangat mengenal kebudayaan masyarakat disana yang bisa dibilang
mirip dengan budaya Malaysia, dimengerti karena masyarakat disana
bisa dikatakan 90% adalah etnis melayu. Tetapi makalah ini cukup
sampai disini saja karena lembar minimal makalah ini sudah tercukupi.
Bab III Penutup

3.1. Kesimpulan
Masyarakat dan budaya adalah hal yang tidak terpisahkan dan selalu seiring,
dimana masyarakat membentuk kebiasaan dan kebiasaan membentuk budaya, tak
terkecuali masyarakat Kepulauan Anambas yang memiliki banyak budaya, dan
sebagian besar budayanya yang terpengaruh langsung oleh kepercayaan dan
kondisi geoografis, tetapi ada juga budaya yang terbentuk begitu saja dengan
alasan mitos dan folkflore yang berkembang yang sulit ditelusuri asalnya,
meskipun begitu budaya tersebut tetap berjalan karena sudah menjadi bagian dari
masyarakat disana, hanya waktulah yang dapat mempengaruhi budaya tersebut.
Dan dalam kajian filsafat, Filsafat kebudayaan pada dasarnya berusaha untuk
memahami hakikat kebudayaan sebagai realitas kemanusiaan secara mendalam
dan menyeluruh. Filsafat kebudayaan memiliki tanggung jawab moral menuntun
dan mengarahkan kebudayaan ke arah perkembangan yang wajar berdasarkan
kriteria dan prinsip-prinsip tertentu agar tujuan memahami kebudayaan manusia
dapat tercapai.
Daftar Pustaka

ANALISIS NILAI BUDAYA DAN AGAMA PADA CERITA RAKYAT DI


KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS. Tedja. https://adoc.pub/analisis-
nilai-budaya-dan-agama-pada-cerita-rakyat-di-kabupa.html
Sejarah Kesenian Gubang di Jemaja, Anambas, Arman.
http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/sejarah-gubang-di-jemaja-
anambas/
Kabupaten Kepulauan Anambas. https://kepri.bpk.go.id/kabupaten-kepulauan-
anambas/
Kepulauan Anambas dan 9 Hal yang Harus Diketahui Tentangnya.
https://phinemo.com/9-hal-tentang-kepulauan-anambas/
Admin. https://disbud.kepriprov.go.id/kesenian-gobang/
Menjajal Mi Tarempa dan Kudapan Khas Anambas. Kuaranita & Kalbu.
https://klasika.kompas.id/baca/mi-tarempa-dan-kudapan-khas-anambas/
Merindukan Permainan Gasing Khas Anambas. Redaksi.
https://ignnews.id/merindukan-permainan-gasing-khas-anambas/

Anda mungkin juga menyukai