Disusun oleh:
Robin Batara
09205120
DKV B
Dosen Pengampu:
Hamdan Eki Akromulloh
Jl. Bahder Johan, Guguk Malintang, Padang Panjang Timur, Kota Padang Panjang, Sumatera
Barat 2711
Kata Pengantar
Puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan
tugas makalah ini. Makalah ini berjudul “ Kebudayaan Masyarakat Daerah
Kabupaten Anambas dalam Kacamata Filsafat”.
Makalah disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Filsafat
Nusantara. Selain itu, penulis berharap dengan adanya penulisan makalah ini
dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca dan juga penulis
sendiri.
Penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
menerima saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar...........................................................................
Daftar Isi........................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................
1.1 Latar Belakang......................................................................
1.2 Rumusan Masalah..............................................................
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN............................................................
C. Gasing
Gasing merupakan permainan rakyat khas masyarakat Kepulauan
Riau salah satunya di anambas. Permainan ini banyak digemari oleh
penggemar gasing dari sejumlah kalangan masyarakat khusus di
Kepri.Tak ayal, permainan ini sering dipertandingkan melalui
turnamen-turnamen yang memang sengaja diadakan dibeberapa
tempat di Kabupaten Kepulauan Anambas untuk diperlihatkan kepada
masyarakat. Gasing biasanya dibuat dari bahan kayu yang kuat dan
tahan lama, salah satunya kayu pelawan dan kayu asam jawa. Dalam
permainan gasing masyarakat Anambas, permainan akan dimulai
dengan mengadu ketahanan putaran gasing yang diputar secara
serempak untuk menentukan peringkat untuk level permainan
selanjutnya, yang gasing nya berhenti pertama adalah peringkat
terbawah, begitu seterusnya hingga peringkat teratas. Setelah
ditentukan peringkatnya, permainan akan masuk ke level selanjutnya
yaitu peringkat terbawah harus memutar gasingnya pertama kali untuk
dibenturkan dengan gasing satu peringkat diatasnya dan hal ini akan
terus berlanjut. Jika yang membenturkan gasing bisa menghentikan
putaran gasing yang dibenturnya maka ia akan bisa mempertahankan
peringkatnya, jika tidak atau malah sebaliknya gasing nya berhenti
lebih dulu ia harus turun peringkat.
Biasanya jenis kayu ini yang sering digunakan masyarakat untuk
bertanding. Karena dalam permainan dibutuhkan jenis gasing yang
tidak mudah pecah, jenis kayu lain yang biasanya digunakan untuk
membuat gasing adalah kayu mentigi, buan, tuak, tengilap dan
mampat. Jenis gasing yang dibuat dari kayu-kayu ini biasanya
memang tahan lama, hanya saja mudah pecah. Bentuk gasing yang
paling banyak digunakan masyarakat anambas bentuk bulat. Karena
memang merupakan khas dan budaya masyarakat anambas.
D. Tambahan
Sebenarnya bisa dibilang masih ada banyak budaya unik di anambas
yang bisa dibahas baik itu secara deskriptif maupun filsafat, kenapa
saya bisa bilang begitu, karena saya lahir dan besar disana, jadi saya
sangat mengenal kebudayaan masyarakat disana yang bisa dibilang
mirip dengan budaya Malaysia, dimengerti karena masyarakat disana
bisa dikatakan 90% adalah etnis melayu. Tetapi makalah ini cukup
sampai disini saja karena lembar minimal makalah ini sudah tercukupi.
Bab III Penutup
3.1. Kesimpulan
Masyarakat dan budaya adalah hal yang tidak terpisahkan dan selalu seiring,
dimana masyarakat membentuk kebiasaan dan kebiasaan membentuk budaya, tak
terkecuali masyarakat Kepulauan Anambas yang memiliki banyak budaya, dan
sebagian besar budayanya yang terpengaruh langsung oleh kepercayaan dan
kondisi geoografis, tetapi ada juga budaya yang terbentuk begitu saja dengan
alasan mitos dan folkflore yang berkembang yang sulit ditelusuri asalnya,
meskipun begitu budaya tersebut tetap berjalan karena sudah menjadi bagian dari
masyarakat disana, hanya waktulah yang dapat mempengaruhi budaya tersebut.
Dan dalam kajian filsafat, Filsafat kebudayaan pada dasarnya berusaha untuk
memahami hakikat kebudayaan sebagai realitas kemanusiaan secara mendalam
dan menyeluruh. Filsafat kebudayaan memiliki tanggung jawab moral menuntun
dan mengarahkan kebudayaan ke arah perkembangan yang wajar berdasarkan
kriteria dan prinsip-prinsip tertentu agar tujuan memahami kebudayaan manusia
dapat tercapai.
Daftar Pustaka