Anda di halaman 1dari 48

CRITICAL BOOK REPORT

MK. TEKNIK TARI PESISIR


SIBOLGA

PRODI S1 PENDIDIKAN SENI


TARI

SKOR NILAI :

TEKNIK TARI PESISIR SIBOLGA

DISUSUN OLEH :

NAMA : Nurul Usnah


NIM : 2202441001
KELAS :A
DOSEN PENGAMPU : Sitti Rahmah, S.Pd, M.Si
MATA KULIAH : Teknik Tari Pesisir Sibolga

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN SENI TARI


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat AllahYang Maha Esa karena atas kemurahan yang telah diberikan oleh-
Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan Critical Book Review Mata Kuliah Pesisir Sibolga ini
dengan baik.
Penulis menyadari di dalam penyusunan Critical Book Review ini masih jauh dari
kesempurnaan. Masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki, baik dari segi tata bahasa
maupun dalam hal pembahasan.
Oleh karena itu, penulis meminta maaf atas ketidaksempurnaan penyusunan Critical Book
Review ini dan juga memohon kritik dan saran untuk agar bisa lebih baik lagi dalam
membuatnya.
Harapan penulis mudah-mudahan apa yang penulis susun ini bisa memberikan manfaat untuk
diri penulis sendiri, teman-teman, serta orang lain.

Medan, November 2023

Nurul Usnah

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

DAFTAR ISI......................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4

A. Latar belakang...................................................................................................4
B. Tujuan................................................................................................................4
C. Manfaat..............................................................................................................4
BAB II ISI BUKU..............................................................................................................5

A. Identitas buku....................................................................................................5
B. Ringkasan buku................................................................................................7

BAB III PEMBAHASAN..................................................................................................46

A. Keunggulan........................................................................................................46
B. Kelemahan.........................................................................................................47

BAB IV PENUTUP............................................................................................................48

A. Kesimpulan........................................................................................................48
B. Saran..................................................................................................................48

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................49

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sejatinya terkadang bingung untuk menentukan pilihan untuk memilih buku referensi,
kita bingung untuk menentukan mana pilihan bagus diantara banyak buku yang dipilih,
Oleh karena itu penulis menyajikan critical book ini untuk membantu teman sekalian
dalam memilih buku tanpa menghilangkan fungsi buku tersebut.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui isi buku


2. Untuk memahami kelebihan dan kekurangan yang ada pada buku
3. Memberi dukungan kepada orang lain
4. Memberikan wawasan,pandangan,pemahaman,keterampilan dan alternatif
5. Mengatasi permasalahan yang di hadapi
6. Untuk memperkuat fungsi fungsi pendidikan
7. Untuk memenuhi salah satu tugas kurikulum KKNI

C. Manfaat

1. Mencari dan mengetahui informasi dalam buku


2. Menambah pengetahuan
3. Menambah wawasan
4. Mempermudahpemahaman

4
A. IDENTITAS BUKU

 BUKU 1

JUDUL : BAHASA DAN SASTRA PESISIR TAPANULI TENGAH DAN KOTA


SIBOLGA
PENGARANG : SJAWAL PASARIBU
PENERBIT :-
KOTA TERBIT :-
J. HALAMAN :-
TAHUN TERBIT :-
ISBN :-
NARASUMBER : Drs,H.Raja ja’far Hutagalung
Buyung Samosir
Mas’ut Simatupang
Labir Tanjung
Husin Pasaribu
Munte Marbun

 BUKU II
JUDUL : ADAT DAN BUDAYA MASYARAKAT PESISIR TAPANULI
TENGAH/SIBOLGA

EDISI : PERTAMA
PENGARANG : SJAWAL PASARIBU
PENERBIT : BADAN PERPUSTAKAAN, ARSIP DAN DOKUMENTASI
KOTA TERBIT : SUMATERA UTARA
TAHUN TERBIT : 2011
ISBN : 978-602-8946-09-04

5
B. RINGKASAN ISI BUKU

BUKU 1

1. PENDAHULUAN

Sungguh sangat sedikit diketahui orang keberadaan bahasa masyarakat pesisir


yang mendiami pantai barat sumatera utara teapatnya yang ada di kabupaten tapanuli
tengah dan sibolga.kalau dilihat sepintas,baik dari segi bahasa yang dipakai
kesehariannya orang akan menyangka etnis ini adalahetnis yang berakar daru
minangkabau.padahal bila dilihat secara langsung,orang akan dapat mengetahui
bahwa masyarakat pesisir adalah masyarakat yang tumbuh dan berkembang yang
berasal dari hasil perkawinan silang yang diperkirakan terjadi pada abad ke lima.

2. BAHASA

Bahasa adalah salah satu alat komunikasi bagi kehidupan umat manusia
dipermukaan bumi ini.bahasa juga mempunyai peran penting dalam menentukan baik
buruknya krakter keperibadian seseorang dalam pergaulannya.Bila seseorang mampu
mempergunakan bahasa sesuai dengan keadaan dimana dia berada,maka dia mampu
menempatkan sesuai dengan krakternya,dan orang tersebut akan berhasil memimpin
dirinya.
Bahasa pesisir tapanuli tengah sibolga mempunyai berbagai intrik dalam
penyampaiannya ,ada bahasa yang harus disampaikan dengan pantun,ada yang harus
disampaikan dengan memakai pepatah,ada pula yang disampaikan dengan cara
guyon.adapun maksud cara penyampaian tadi adalah agar dapat dimengerti kemana
arah yang dimaksud bahasa tersebut.

 Pertuturan dalam bahasa pesisir


Pertuturn dalam keluarga atau perbahasa dalam masyarakat pesisir tapanuli
tengah dan kota sibolga sangat beragam dan sama sekali berbeda dengan
bahasa tutur dalam masyarakat batak.hal ini barangkali berkaitan dengan
masyarakat asalnya yang heterogen.

6
 Kue
Setiap suku bangsa di nusantara memiliki makanan spesifik dan makanan adat
tertentu.makanan tersebut di daerah itu tidak dijumpai di daerah lain.baik
resep maupun cara memasaknya yang memiliki rasa tertentu pula.
Berikut ini dikemukakan beberapa kue sebagai makanan spesifik Pesisir
Tapanuli Tengah Sibolga yang namanya terdapat pada bait yang memiliki
makna sastra talibun dalam bahasa pesisir:
 Kue Bikka
 Katupek
 Kue Cuccu
 Sarang Balam
 Kue Sarikayo
 Kue Agar Agar
 Kue Talam
 Kue Kambang Layang
 Kue Oncom-Oncom
 Kue Onde-Onde
 Kue Abuk
 Kue Pisang Laweh
 Kue Mayang Pinang
 Kue Lamang Daun
 Kue Kenari
 Kue Limi-Limi
 Putu Karang
 Gulo-Gulo terik
 Kue Sapik
 Karipik

7
3. SASTRA

Pada sastra tapanuli tengah kota sibolga terdapat beberapa macam yaitu:

Pantun tari kapri

Pantun dalam lagu pulou pinang

Pantun tari cek siti

Pantun tari perak-perak

Pantun penyambutan rombongan pengantin laki-laki setibanya di halaman rumah


pengantin perempuan

Talibun

Mencari jejak langkah hamzah fansyuri

Hamzah singkil

Sair sikambang inang pengasuh puteri runduk

Sikambang

4. Perekonomian Daerah Pesisir

Potensi utama kota : perikanan,pariwisata,jasa,perdagangan dan industri maritim

Hasil utama perikanan : kerapu,tuna,kakap,kembung,bambangan,layang


sardines,lencam,teri.

8
BUKU 2

BAB 1

Adat Sumando sebuah wadah semua bentuk kegiatan kesenian yang bersifat budaya adat
istiadat yang mengatur tata cara dan tahapan-tahapan pelaksanaan pernikahan pada etnis Pesisir
Tapanuli Tengah Sibolga,mulai sejak tahapan marisik sampai ke tahapan tapanggi (mengunjungi
rumah pria). Dari tahapan tersebut digelar acara pelaksanaan tarian seperti tari Saputangan,
Payung, Adok, Sampah, Sikambang Botan (pedang), Perak-perak, Ceksity, Piring, Anak sampai
kepada acara mengarak pengantin pria dengan sambutan gelombang duo baleho dan Tari
Dampeng.

Pelaksanaan tarian-tarian tersebut pada etnis Pesisir berakar dari berbagai gerak silat yang
dibawa oleh para pendatang dari Minang Kabau, Melayu, Batak, Jawa, India bahkan gerak silat
yang dibawa oleh para pedagang Parsi yang pertama kali menginjakkan kakinya disebuah pulau
yang bernama Pulau Musala beberapa abad silam.

Begitu pula keberadaan tarian etnis yang memiliki nilai historis dalam kehidupan
masyarakat Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga, yaitu sebagai sebuah seni pertunjukan bela diri
yang berakar dari unsur gerak silat yang dibawa oleh para pedagang ke daerah pesisir. Dari
keindahan gerak yang ada dalam setiap tarian, menjadi salah satu kekayaan Khazanah
keanekaragaman tari dalam kesenian Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga. Seiring berjalan waktu ,
setia tarian mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan zaman, sehingga seluruh
tarian tersebut dikenal oleh etnis Pesisir Tapanuli Tengah sejak dari Kecamatan Manduamas
sampai ke Kecamatan Sibabangun.

B. Tata Cara Pelaksanaan Pernikahan Dalam Adat Sumando

Acara pernikahan sebuah tatanan kehidupan yang senantiasa mendapat perhatian


terutama bagi masyarakat. Karena itu dari sanalah awal kehidupan berumah tangga. Tata cara
adat pernikahan selalu dikemas dengan sebaik mungkin, berdasarkan aturan yang berlaku dalam
sebuah wilayah. Namun juga sangat tergantung kepada kemampuan sebuah keluarga untuk
menampilkannya. Disinilah pentingnya unsur persahabatan yang akan berperan saling
membantu. Waktu berjalan sesuai dengan peradaban zaman, pergaulan bertambah luas,
lingkungan bertambah besar. Rangkaian tata cara adat pernikahan di daerah Pesisir Tapanuli
Tengah Sibolga disusun untuk memberi gambaran awal yang telah disusun dan disepakati para
tokoh adat terdahulu. Arus pertambahan penduduk yang cepat ke daerah Pesisir Tapanuli Tengah
Sibolga, baik karena tugas pemerintahan, perdagangan dan usaha kehidupan lainnya,
menyebabkan banyak pengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk pengaruh kepada
acara pernikahan.

9
C. Ragam Rangkaian Tata Cara Adat Pernikahan

1. Marisik

* Merupakan satu kegiatan pihak keluarga laki-laki untuk menyelidiki anak wanita yang bakal
menjadi calon istrinya.

* Dilakukan dengan santai, biasanya dilakukan keluarga pihak laki-laki yang disebut
"TELANGKAI"

* Telangkai dalam menyelidiki perempuan dengan melakukan bertandang atau berbincang-


bincang dengan kelurga perempuan.

* Apakah si anak gadis siap menerima lamaran dari seorang laki-laki yang berminat terhadap
gadis mereka.

* Disinilah adanya penyampaian telangkai kepada keluarga laki-laki tentang kemungkinan gadis
(perempuan) dapat dilamar.

* Marisik dilakukan oleh beberapa orang tua untuk membicarakan besarnya bantuan dari pihak
laki-laki dan menentukan waktu kapan keluarga laki-laki untuk melakukan pelamaran sekaligus
melakukan pertunangan.

D. Peranan Kepala Desa dan Tokoh Adat

Kepala desa dan tokoh adat mempersilahkan kepada pihak rombongan laki-laki,
menunjukkan semua hal hal yang menjadi tanggung jawabnya. salah seorang dari pihak
rombongan laki-laki tampil ke depan untuk menyerahkan barang atau benda yang diwajibkan
yaitu "KAMPI KATUK" berwarna kuning yang dialasi dengan kain kuning berisi uang hantaran.
Mahar biasanya emas murni, tanda dari laki-laki dan perempuan, serta seperangkat adat yang
berupa jarum, benang, imbaloa, lilin dan kemiri.kemudian kepala desa memeriksa penyerahan
tersebut dengan menunjukkan dan mengumum kan bahwa persyaratan pertunangan sudah benar
dan lengkap menurut adat. hantaran yang dibawa pihak laki-laki ditunjukkan kepada orang tua
pihak perempuan yang menanti di rumah pihak perempuan. lalu kepala desa meresmikan
pertunangan dan uang hantaran disuruh kepala desa untuk diserahkan kepada ibu calon pengantin
wanita. ibu calon pengantin mendukung peralatan yang diarahkan kepadanya yang kemudian
selanjutnya disimpan ke dalam kamar.

selanjutnya kepala desa menanyakan kepada kedua belah pihak untuk menentukan hari
pernikahan dan pesta. Dalam masa pertunangan dikenakan sanksi sebagai apabila pihak
perempuan ingkar, maka seluruh uang hantaran dikembalikan dua kali lipat. Sebaliknya apabila
pihak laki-laki ingkar, maka seluruh pemberian dan uang hantaran akan hilang. Sedangkan
apabila terjadi musibah seperti salah satu meninggal dunia, maka kedua belah pihak

10
bermusyawarah mencari jalan yang terbaik dalam masalah uang hantaran ataupun uang
pemberian pemberian lainnya yang berhubungan dengan pertunangan.

E. Tata Cara Malam Harimau

*Potong kambing untuk kenduri

*Malam basikambang, dari pihak perempuan mengantar Inai kerumah pihak laki-laki.

F. Tata Cara Pernikahan di Rumah Mempelai Laki-laki

pihak pengantin laki-laki mengadakan undangan kenduri kepada tokoh-tokoh masyarakat


dan sanak famili.ahli bait menjelaskan kepada undangan untuk mengadakan penghantaran pria
kerumah pihak calon pengantin perempuan untuk menyelenggarakan pernikahan, calon
pengantin laki-laki memakai pakaian adat, setelah makan bersama di rumah calon pengantin
laki-laki tokoh adat dan orang tua calon pengantin laki-laki dipersilahkan duduk untuk menerima
permintaan izin calon pengantin kepada kedua orang tua.

G.Pemberangkatan Mempelai Laki-laki

Suasana di rumah mempelai laki-laki,di mana di dalam rumah dan ruangan telah
terpasang langit-langit dengan warna-warni dan rumbai berkeliling yang terdapat pada
pinggirnya.seluruh dinding dalam rumah sudah digantung Kabir yaitu kain yang dijahit terdiri
dari berbagai warna yang didominasi warna kuning, merah dan hitam.para undangan yang akan
mengiringi pengantin pria ke rumah pengantin perempuan datang ke rumah pengantin pria dan
dihidangkan dengan masakan khas pesisir yang bernama nasi tuei.

Setelah semuanya sudah terpenuhi, rombongan mulai bergerak perlahan berjalan kaki
menuju ke rumah pengantin wanita dengan cara dihibur oleh vokal sikambang yang
dikumandangkan oleh anak Alek yang turut mengiring dari belakang. suara gendang dan biola
seolah tidak berhenti sejenak hingga sampai menjelang rumah pengantin perempuan.sunting
gadang yang berada paling depan dijunjung oleh unsur(Adik ibu pengantin laki-laki) sebagai
pembuka jalan terus saja dijunjung hingga sampai rombongan diterima dengan sepasukan penari
ga lambang duo baleh yang ada di pihak pengantin perempuan.

H. Sambutan di Rumah Pengantin Perempuan dengan Pantun Gurindam

Setelah sampai di halaman rumah pengantin perempuan, rombongan pengantin laki-laki


berhenti sejenak untuk memberi kesempatan kepada pihak pengantin perempuan agar acara lebih
sempurna.setelah itu barulah pasukan pembawa gelombang maju ke depan dari pihak pengantin
perempuan maupun pihak pengantin laki-laki sambil memasang seluruh kuda-kuda pasukan dari
kedua belah pihak. Setelah pertunjukan galombang duo baleh selesai, pengantin laki-laki terus
berjalan menuju halaman pengantin perempuankemudian pengantin laki-laki didudukkan di atas
kursi yang telah disediakan menghadap ke rumah.begitu juga dengan pengantin perempuan

11
didudukkan menghadap ke depan rumah sehingga posisi pengantin laki-laki dan perempuan
berhadapan.Bungo limau yang dijunjung oleh Uncu diletakkan di hadapan kedua pengantin.4
orang dari pasukan galombang duo baleh dari pihak pengantin laki-laki dan 3 orang dari pasukan
pihak perempuan membuat lingkaran yang saling menghadap bunga limau atau sunting. Adapun
terus berjalansampai pada akhirnya pengantin laki-laki disambut dengan taburan beras kunyit
dan diterima oleh ibu pengantin perempuan untuk naiktangga rumah dan kakinya dicuci dengan
air yang ada dalam galita oleh ibu pengantin perempuan mengiring pengantin laki-laki ke atas
kasur kain tingkah.

I. Acara Akad Nikah

dibuat satu kegiatan upacara dengan aturan-aturan tertentu dan susunan acara yang teratur
dalam satu komunitas tertentu yang sesuai dengan adat dan agama. Acara akad nikah terdiri dari
pantun tepung tawar dan jamuan makan bersama.

J. Tata Cara Makan Beradat

dijelaskan bahwa dalam acara makan beradat sicanang yang menghidangkan makan tidak
diperbolehkan mengangkat kaki melebihi batas matahari kaki.hal ini sudah ketentuan adat yang
tidak bisa dirubah walau bagaimana dan situasi apapun.biasanya kalau ini dilanggar akan ada
sanksi nya seperti para tokoh adat dan masyarakat yang duduk langsung mencuci tangannya dan
berpamitan langsung pulang.mengapa si janang harus melangkah ke sana kemari seperti orang
yang sedang menari ini dimaksud untuk melihat dan seolah mencari di mana posisi duduk bapak
ahli bait. Dalam hukum adat pesisir,bagaimanapun tingginya kedudukan dan derajat orang yang
duduk pada saat makan beradat bukan berarti dia yang pertama menerima sajian. tetapi yang
menerima sajian yang pertama adalah bapak ahli bait karena pada saat itu beliaulah yang sangat
berkuasa dalam acara tersebut.dijelaskan selama menghidang, tidak dibenarkan ada suara berisik
dari piring atau mangkuk yang bersentuhan kalau ini terjadi akan merusak tata tertib makan
beradat. Dan sebelum ahli baik mempersilahkan untuk makan para tamu tidak diperbolehkan
untuk menyentuh makanan.

setelah semuanya telah selesai si jangan kembali ke tengah makanan yang terpisah
dengan cara melangkah seperti semula titik tetapi pada saat akan mengambil piring hidangan,
sicanang harus di harus kan memulainya dengan mengambil makanan yang masih utuh dari
hadapan para tamu yang dimulai dari makanan yang ada di hadapan bapak ahli bait dan
membawanya dengan cara melangkah yang menghidangkannya semula.setelah semua makanan
yang utuh diangkat dari hadapan bapak ahli bait, barulah boleh mengambil makanan yang tersisa
dan piring bekas makan para tamu lainnya dengan tidak ada suasana berisik dan piring atau
mangkuk yang diangkat.

12
K.Acara Peresmian

Di dalam acara peresmian terdapat acara di kasur tingka,di mana sikambang kembali
diteruskan satu keliling kue abon dikeluarkan, dan adanya lagu Tribun mempelai laki-laki masuk
kembali ke tempat pengantin perempuan.tidak hanya itu ada juga acara di pelaminan perempuan
yang berisi muqaddimah serah terima pengantin dari pihak laki-laki dan pidato sambutan selaku
penerimaan dari pihak pengantin perempuan.

L. Menutup Acara Pesta

setelah selesai acara peresmian akad nikah besok harinya pada siang dilaksanakan acara
penutupan budaya khusus seperti mandi sembur sembur and antara pengantin laki-laki dan
perempuan yang ditampar dengan pucuk kelapasetelah itu pengantin perempuan diarak
sepanjang kampung dengan diam-diam dan diiringi oleh kaum ibu dengan memakai payung
kuningnamun demikian dengan kemampuan masyarakat yang ahli bait mereka juga mengarak
mempelai laki-laki dan perempuan lengkap dengan sikambang nya dan kedua mempelai masuk
ke dalam rumah.di dalam rumah tersebut telah menunggu kerabat kedua belah pihak untuk acara
doa keselamatan yang diselenggarakan dengan baik dan juga adanya ajaran sehat
menasehatikemudian setelah itu acara pernikahan dianggap selesai dimana pengantin laki dan
perempuan berdiri di pintu tengah masuk rumah dan dihadiri bersalam-salaman dengan keluarga
pengantin.

M.Acara Balik Ari

pagi besok nya laki-laki mengantarkan pak Ronan atau belanja kepada pihak pengantin
perempuan dengan syarat-syaratnya daging dan rempah selengkapnya, pisang manis, tebu, dan
buah-buahan dan lain-lainnya setelah selesai penyerahan laporan ini pihak perempuan langsung
memasaknya.setelah semua masakan sudah selesai maka berangkatlah pasangan pengantin ke
rumah pengantin pria yang diiringi oleh keluarga pengantin perempuan nah keberangkatan ini di
rumah pengantin wanita terdapat kegiatan memasak kue seperti kue lapek bainti, ketupat pulut.
menjelang sore kue yang telah dimasak diantar ke rumah sanak saudara dari pihak mempelai pria
di mana maksudnya agar setiap saudara mempelai pria yang menerima hantaran kue tersebut
berarti harus mengundang kedua pengantin tersebut datang ke rumahnya untuk memberikan
upah upah.

di sore harinya kedua pengantin kembali kerumah orang tua pengantin perempuan yang
dibekali dengan nasi dan masakan lauk pauk selengkapnya.keesokan harinya utusan dari sana
keluarga pengantin pria satu persatu datang ke rumah pengantin perempuan untuk mengundang
kedua pengantin datang berkunjung ke rumahnya.siapa yang datang pertama mengundang Oma
maka kerumah tersebutlah kedua pengantin mengadakan kunjungan untuk menerima upah upah
dan cenderamata.

13
N. Sanggul Gadang

sanggu gadang adalah nama busana pengantin wanita etnis pesisir Tapanuli Tengah
Sibolga. Yang terdiri alas 1. kaki 2. Kain yang terdiri dari 2 warna yaitu merah yang
melambangkan masyarakat biasa sedangkan warna kuning dipakai oleh raja maupun keturunan
bangsawan. 3. Baju,busana pengantin perempuan mengenakan busana kebaya pendek yang
terbuat dari bahan renda 4. Selendang, yang berfungsi sebagai penutup tubuh di bagian atas yang
disebut dengan selendang yang terbuat dari bahan tenun benang emas.

kemudian perhiasan busana atau ornamen terdiri dari kalung, ikat pinggang, gelang diatas
siku, gelang pada pergelangan tangan, gelang kaki, anting-anting. Terkait dengan sanggul atau
perhiasan rambut disisir ke arah top crown kemudian diikat lalu dijepit dengan jepit lidi dan
dirapikan dengan memakai hairspray.kemudian sanggu gadang merupakan penutup kepala
pengantin perempuan yang dikenakan di atas kepala yang dibuat dari lempengan lempengan
emas dilapisi dengan kain terbuat dari imitasi yang melambangkan kebesaran dan kemuliaan.
Hiasan-hiasan yang dipakai pada sanggul gadang yaitu piso-piso, layang-layang, goyang-goyang,
sunting, gara gampo, tata konde.

O. Tata Rias Wajah Pengantin Laki-laki

wajah dibersihkan dengan susu pembersih disesuaikan dengan jenis kue pengantin
kemudian diberikan penyegar ke seluruh wajah sesuai dengan jenis kulit.alas bedak dioleskan
tipis secara merata dengan kulit wajah kemudian bedak tabur dikenalkan dengan menekan
perlahan-lahan dan lipstik diberikan dengan warna merah samar-samar.

P. Perlengkapan Busana dan Cara Memakainya

1. Sepatu, celana pengantin pria disebut sawara gunting Aceh model mengecil ke bawah ujung
celana diberi hiasan sulaman benang emas dan memakai hiasan tabur tabur warna merah
biru dan kuning yang melambangkan kebesaran dan kemuliaan.
2. Baju dalam, yang dipakai di dalam terbuat dari baju kemeja yang berwarna putih posisinya
di dalam celana
3. Otto, berupa baju yang dipakai di atas dada sebagai penutup dada yang diberi hiasan
sulaman benang emas pada bagian dada yang mempunyai lambang memberi perlindungan
kepada kedua pengantin agar terhindar dari gangguan gangguan yang berupa guna-guna dan
gaib.
2. Kain, yaitu kain samping Bugis yang berwarna merah, biru dan kuning, yang dipakai sebatas
kurang lebih 10 cm di bawah lutut arah lipatan sisi kiri arah ke tengahdan sisi kanan ke arah
tengah sehingga keduanya menghadap ke tengah di tengah pusat.satu lipat dipakai oleh
rakyat biasa, 3 lipat dipakai oleh keturunan bangsawan dan 5 lipat dipakai oleh keturunan
raja-raja kain ini melambangkan status kedudukan.
3. Jas luar, yang merupakan jas Turki yang terbuat dari bahan bulu yang berwarna merah biru
kuning yang melambangkan sosial dan kekayaan.

14
Q. Hiasan/ Ornamen Busana

hiasan atau ornamen busana terdiri dari kalung, ikat pinggang, keris atau seo, dan penutup
kepala.

BAB 2

TRADISI MAMOGANG DAN MANDI BALIMOU PADA ETNIS PESISIR


MENJELANG DAN MENYAMBUT DATANGNYA BULAN SUCI RAMADHAN

A. Tradisi Mamogang dan Mandi Balimou

tradisi adalah perilaku yang terdapat dalam suatu etnis tertentu dalam sebuah komunitas
masyarakat yang terjadi turun temurun sehingga menjadi adat istiadat yang tidak tertulis apalagi
pelaksanaannya menyangkut norma-norma kehidupan masyarakat itu sendiri.

kegiatan mandi balimau limo sebagai sebuah tradisi menjadi momen yang dijadikan para
kawula muda untuk bisa langsung bersuara dengan pasangannya.lebih dari sebuah perjumpaan,
kegiatan yang telah berlaku berabad-abad silam menjadi sebuah kesempatan pula untuk
menyampaikan isi hati setiap insan muda kepada kekasihnya.misalnya di Barus, sehari sebelum
masuknya bulan suci Ramadan ribuan masyarakat tua dan muda pergi ke tempat dimana ada
sungai yang mengalir yang bisa dijadikan untuk sebuah kegiatan mandi-mandi dengan membawa
bekal seperti nasi dan lauk pauk serta juga oleh air limau atau jeruk wangi yang telah dicampur
dengan tumbukan daun pandan wangi serai Betawi dan daun-daun lainnya.

pada saat menjelang mandi air limau yang dibawa sudah dibagikan kepada pasangannya
masing-masing karena tempat untuk laki-laki harus terpisah dari tempat mandi perempuan dan
diharuskan memakai kain basahan mandi.setelah selesai mandi, barulah diadakan makan
bersama dengan duduk lesehan di atas tikar yang dibawa dari rumah. biasanya tepat jam 3 sore,
semuanya telah selesai dan rombongan bersiap-siap untuk kembali ke rumah.tradisi ini bukan
saja dilakukan oleh masyarakat Barus tetapi juga sebuah dilakukan oleh masyarakat di banyak
daerah pesisir Sibolga Sorkam dan daerah lainnya.

B. Tradisi Malopeh pada Masyarakat Barus

malope adalah salah satu tradisi pada masyarakat pesisir yang berdomisili di kota tua baru
sebagaimana tradisi memegang yang dilaksanakan pada waktu menjelang awal masuknya bulan
suci Ramadan, tradisi melope dilaksanakan pada akhir bulan suci Ramadan atau sehari
menjelang menjelang masuknya bulan Syawal.acara malope adalah sebuah acara di mana pada
saat bilangan puasa tepatnya pada hari ke-29 sejak subuh atau setelah salat secara berkelompok
atau perseorangan pergi ke tempat penjualan daging untuk dimasak untuk keperluan hidangan

15
pada saat lebaran.yang paling unik dari tradisi ini adalah para pembeli terlebih dahulu
mengumpulkan uang sesuai kemampuannya masing-masing

ini adalah sebuah cara yang mentradisi pada masyarakat pesisir yang tinggal di kota tua
Barus yang belakangan ini sudah mulai sirna bahkan tidak dilaksanakan lagi seperti 30 tahun
yang lalu titik padahal tradisi ini adalah sebuah hukum yang selalu mengikat rasa kekeluargaan
sehingga sekecil apapun persoalan yang timbul akan sirna dan tidak menimbulkan rasa sakit hati
yang berkepanjangan.

C. Tata Upacara Mengambil Ari ( Panen Perdana)

Dalam pelaksanaan pertanian kehidupan masyarakat sangat bergantung pada iklim yang
sangat mendukung akan usaha mereka dalam bercocok tanam titik apabila saat terjadi iklim yang
setiap saat berubah, akan sangat berdampak pada hasil pertanian yang mereka kerjakan secara
berkesinambungan sepanjang tahun.sudah menjadi kebiasaan bagi sebagian etnis pesisir
Tapanuli Tengah yang tinggal di daerah pertanian seperti mengolah lahan sawah, baik yang
memakai sistem irigasi, maupun sawah tadah hujan pada saat padi sudah menguning dan akan
dipanen, baik dengan cara menyalin ataupun dengan cara mengetamnya.sebelum padi dipanen
dengan cara yang disebutkan tali simpul Sawa memilih lahan yang mana akan pertama dipanen
dengan melihat kesuburan atau biji padi biasanya si empunya sawah tersebut memilih tangkai
buah atau biji padi yang terlihat padat.petani sawah memakai hitungan ganjil sesuai dengan
tanggal kalau si petani mulai mencangkul pada tanggal 7 maka tanggal 7 tersebut dipakai untuk
memulai panen perdananya dan begitu seterusnyakalau sudah tepat pada tanggalnya subuh
sebelum salat si petani yang perempuan biasanya mandi dengan air limau atau jeruk wangi yang
dicampur dengan serbuk daun pandan wangi yang telah ditumbuk dan disaring airnya sesudah itu
barulah si petani melaksanakan salat subuh.setelah selesai salat petani memakai pakaian yang
rapi dan bersih dan mempersiapkan sumpit kecil yang terbuat dari anyaman pandan yang baru
dan tidak pernah dipakai sebelumnya, dan membentang tikar yang baru dan juga membuat
anyaman pandan di tengah-tengah rumah biasanya dekat tiang rumah.

setelah itu si petani berangkat pesawat sebelum matahari terbit dengan membawa sumpit
yang kain panjang yang bersih dalam perjalanan sejak turun dari tangga rumah si petani tidak
boleh ditegur oleh siapapun dan tidak boleh melihat ke belakang.setelah sampai di sawah di
mana tempat rumpun padi yang telah dirundukkan tadi si petani biasanya mengatakan beberapa
kalimat kepada rumpun padi yang akan dipanen seperti kata kata" oh Putri marilah Putri, aku
datang untuk menjemput tuan Putri, akan kubawa tuan pagi hari ini". setelah semuanya sudah
tertekan si petani berjalan menuju arah pulang dalam perjalanan pulang si petani juga tidak boleh
disapu oleh siapa dan melihat ke belakang setelah sampai di rumah si petani meletakkan sumpit
berisi padi tadi dengan perlahan di atas tikar yang sudah di bentang lalu mengeluarkan tangkai
tangkai padi dan meletakkannya dengan posisi mendatar ke tiang Tengah rumah dan setelah itu
si petani pergi ke sumur lalu mengambil wudhu untuk sholat sunnah 2 rakaat sebagai rasa syukur
kepada Allah yang maha pencipta.

16
sampai sekarang masih tetap dilaksanakan titik misalnya, seseorang yang meninggal dunia
biasanya pihak keluarga yang ditinggal membuat satu acara yang bernama"acara turun batu".

adapun tata cara pelaksanaannya adalah beberapa hari setelah meninggal pihak keluarga
yang ditinggal menumpahkan sepasang batu nisan kepada orang yang ahli dalam membuat nya.
Pada waktu menempah pihak keluarga biasanya meminta agar nama tanggal tahun kelahiran
bahkan tanggal dan tahun meninggal di ukir kan di Batu nisan tersebut.setelah selesai Komang
Batu nisan yang di tempat dibawa ke rumah ahli bait dan diletakkan di atas tempat tidur dalam
kamar lalu diselimuti dengan kain berwarna. Menjelang hari ke-40 malamnya batu nisan tersebut
dimandikan dengan air jeruk purut dan yang dicampur dengan berbagai bunga titik setelah
selesai batu nisan tersebut kembali diletakkan di atas tempat tidur lalu diselimuti kembali
kemudian para undangan yang terdiri dari anggota pengajian atau perwiritan membacakan doa-
doa kepada arwah orang yang baru meninggal tersebut. keesokan harinya di saat matahari mulai
terbit, para undangan kembali datang ke rumah ahli bait biasanya ahli bait memberi makan para
undangan dengan makanan tradisi seperti nasi dan setelah selesai makan kembali dibacakan doa-
doa seperti semula.

setelah selesai, barulah batu nisan tadi dikeluarkan dari dalam kamar lalu dipikul dengan
tetap dalam balutan selimutnya dan dibawa ke makam di mana orang tersebut dikubur, dengan
iringan dupa dengan bara api yang dinyalakan titik setelah sampai di kuburan dupa tersebut
ditaburi dengan mejan sebangsa biji-bijian setelah asap mengepul, barulah batu nisan dibacakan
sesuai dengan tempatnya titik bagi nisan yang ujungnya menyerupai bulatan, berarti mimisan itu
dibacakan di arah kepala titik bila nisan itu yang di ujungnya meruncing berarti itu dibacakan di
arah kaki.setelah batu selesai dibacakan, para undangan kembali membaca doa-doa kepada
arwah yang meninggal tersebut setelah itu para undangan kembali pulang ke rumah masing-
masing inilah sekelumit tentang cara turun batu bagi etnis pesisir Tapanuli Tengah Sibolga yang
sampai saat ini selalu dilakukan.

BAB 3
TRADISI TURUN KE SAWAH MENURUT ADAT PESISIR TAPANULI TENGAH
SIBOLGA
Tradisi menanam padi secara perdana, yang biasa dikerjakan setahun sekali,, (tidak
seperti sekarang ini dimana para petani seakan tidak mempunyai jadwal untuk turun kesawah,
sehingga masa panen juga tidak memiliki jadwal). Akibatnya sering terjadi serangan hama yang
berkepanjangan, baik serangan hama tikus, hama penggerak batang, juga serangan hama lainnya.
Untuk mengantisipasi hal seperti di atas, maka para tokoh masyarakat dan tokoh budaya
sejak dahulu mengadakan kesepakatan bersama yang intinya membuat jadwal yang digunakan
untuk diawali turun ke sawah serentak. Dengan menurut kepercayaan masing-masing, namun
waktunya serentak.

17
Tata cara di barus petani terlebih dahulu menghitung hari dan bulan yang baik untuk
dijadikan waktu mulai turun ke sawah. Ttujuannya menghitung ini, agar waktu dimana saat padi
akan menjelang terbit(mengeluarkan buah) akan serentak, sehingga jika ada seranagn hama
penggerek batang semua petani akan turun kesawah bersama-sama membasminya, karena
biasanya pada saat yang demikian hama penggerek batang akan selalu terjadi.
Pada saat hari disepakati, tepatnyajam 4 pagi menjelang subuh, para petani masing-
masing memasak makanan yang dalam bahasa pesisir dinamakan “Bartih”. Setelah masak
dibersihkan kulit pada padi tersebut terpisah dari bartih. Setelah bersih, bartih tersebut diaduk
dengan kelapa yang telah diparut lalu dicampur gula putih.
Setelah semuanya selesai, sebagian bartih dibagikan kepada tetangga terdekat, sebagian
dibungkus dalam daun pisang, dan sebagian lagi dimakan bersama dirumah. Setelah selesai
makan bertih bersama sebelum matahari terbit, kepala keluarga atau yang dituakan berangkat
kesawah sambil menggendong bertih tersebut dan diiringi oleh anggota keluarga lainnya sambil
membawa cangkul dan peralatan lainnya.
Sesampainya disawah, bertih diletakkan di tengah-tengah sawah lalu membaca doa agar
sawah dapat menghasilkan padi yang melimpah. Setelah itu masuk ke tahap pembersihan, setelah
selesai barulah masuk ketahap mencangkul.
Pada masa memulai tahap pembersihan bianya bersamaan dengan penanaman benih padi
yang akan ditanam dengan dua cara penanaman, antara lain dengan cara menyemai bibit diatas
tanah yang sudah dibersihkan.cara ini biasanya disebut samei darat. Tetapi ada dua cara untuk
benih yang akan di taburkan. Kalau benih yang ditaburkan dalam sawah, terlebih dahulu benih
tersebut dimasukkan kedalam sumpit lalu direndam ke dalam air agar tunasnya segera tumbuh.
Bila bibit yang ditaburkan di atas tanah, beihnya tidak perlu direndam, langsung di taburkan di
atas tanah yang sudah digamburkan.
Bibit air setelah ditabur tidak perlu ditutup, hanya airnya saja yang dijaga agar tidak lebih
dari 4 jari. Biasanya apabilang sawah sudah selesai dicangkul dan disiang, bibit padi baik yang
ada di darat maupun yang ada didalam air sudah saatnya pula untuk dicabut untuk dibersihkan
batangnya. Ujung daun haruslah di potong selanjutnya akan ditanam.
Para petani menentukan lokasi sawah yang akan di tanam telah ditentukan, sipetani
mengeluarkan bibit dari dalam sumpit lalu mengambil tujuh batang dari setiap ikatan, lalu tujuh
batang bibit tersebut disatukan lalu menanamnya setiap ikatan, lalu tujuh batang bibit tersebut di
satukan lalu menanamnya di tengah-tenag sawah sebanyak tujuh rumpun. Keesokan harinya
barulah dilaksanakan penanaman berikutnya sampai selesai. Inilah tata cara dan adat kebiasaan
yang baisa dilakukan para petani dahulunya di barus pada saat turun kesawah. Tetapi sekrang
sudah tidak lagi dilakukan.

18
ISTILAH TIKAR PUTIH UNTUK TAMU AGUNG
Budaya merupakan semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat untuk menguasai alam
sekitarnya, dan untuk memenuhi kebutuhannya rasa meliputi jiwa dan mewujudkan semua
faedah-faedah dan niali-nilai kemasyarakatan yang sangat diperlukan untuk mengatur masalah
yang di timbulkan dalam masyarakat. (koentjaraninggrat : 1995:25).
TAP MPR RI Nomor 11 Tahun 1993 menyatakan bahwa : nilai kebudayaan bangsa
Indonesia yang merupakan nilai luhur harus dibina dan dikembangkan guna memperkuat
pengalamn dan penghayatan pancasila, merupakan kepribadian mempertebal diri dan kebangsaan
nasional harus dibina dan diarahkan pada niali kepribadian bangsa Indonesia berdasarkan
pancasila’’.
Zaman dulu dalam mendekorasi rumah masyarakat masih menfaatkan kayu sebagai
bahan bangunan, sekarang sudah tidak di jumpai, kalau pun ada kita jumpai paling hanya tinggal
sisa sisa bangunan lama. Kalau dahulu masyarakat masih memanfaatkan tikar yang terbuat dari
pandan atau jalik yang terbuat dari anyaman rotan untuk tempat duduk para tamu, sekarang
sudah memiliki kursi modern.
Sebenarnya kalau kita berpegang pada tap MPR RI seperti diatas, hal ini seharusnya
ditata lagi. Seperti nilai yang terkandung dari tikar putih yang terbuat dari pandan yang selama
ini mewarnai kehidupan etnis pesisir di kota tua barus. Menurut kepercayaan masyarakat, apabila
dating tami ke rumah kita yang sama sekali tidak kita kenal dan tamu tersebut kita sambut
dengan menggelar tikar putih yang masih baru dan belum pernah dipakai sebelumnya, biasanya
rizki akan datang tidak diduga-duga, kalau tamu tersebut datang pada saat padi di sawah akan
berbuah, maka biasanya hasil padi akan sangat memuaskan kita.
Yang paling sangat istimewah nilai histauris dan tikar putih ini adalah pada saat
menerima tamu yang akan akan datang merisik anak gadis kita.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di daerah, penulis berkesimpulan bahwa
banyaknya masyarakat yang kurang menyadari sehingga beralasan demi sebiah kebersihan.
Mereka menganggap bahwa cara lama dengan meletakkan sebuah belanga diatas steling akan
mengurangi kebersihan dan keindahan. Mereka tidak menyadari bahwa dengan cara ini akan
membangkitkan selera orang luar yang ingin menikmati menu makan yang tersedia.
Mempertahankan dan melestarikan bukan berrati tidak mengesampingkan teknologi yang
ada sekarang. Kita bias ikut perkembangan zaman, tetapi jangnlah hendaknya kemajuan tersebut
membuat kita tercabut dari akar kebudayaan lama yang mempunyai nilai luhur yang mentradisi
selama ini.

19
BAB 4
ACARA TURUN BARU (BATU NISAN)
Di sibolga Setelah memasuki hari keempat orang yang telah meninggal, ada sebuah
tradisi sampai sekarang masih tetap dilaksanakan. Misalnya, seseorang yang meninggal dunia
biasanya pihak keluarga yang di tinggal membuat suatu acara yang dinamakan “ Acara Turun
Batu”.
Tata cara melaksanakan acar ini, beberapa hari setelah meninggal, pihak keluarga yang
ditinggal menempatkan sepasang batu nisan kepada orang yang ahli dalam membuat batu nisan.
Pada waktu menempah, pihak keluarga biasanya meminta agar nama, tanggal tahun kelahiran
bahkan tanggal tahun meninggal diukirkan di batu nisan tersebut.
Setelah selesai, batu nisan di bawah kerumah ahlil bait, dan di letakkan di atas tempat
tidur didalam kamar lalu di selimuti dngan kain berwarna. Menjelang hari ke empat puluh
malamnya, batu nisan tersebut dimandikan dengan air jeruk purut dan di campur dengan
berbagai bunga.
Setelah selesai, batu nisan tersebut kembali di letakkan di atas tempat tidur lalu diselimuti
kemblai. Setelah selesai, para undangan yang terdiri dati anggota pengajian atau perwiritan
membacakan doa kepada arwah orang yang baru meninggal tersebut. Setelah selesai, para
undangan pulang kerumahnya masing-masing.
Setelah selesai, barulah batu nisan tadi di keluarkan dari dalam kamar lalu di pikul
dengan tetap dalam balutan selimutnya dan dibawa ke makan dimana orang tersebut di kubur,
dengan iringan dupa dengan bara api yang dinyalakan. Setelah sampai di kuburkan dupa tersebut
di taburi dengan mijan sebangsa biji bijian.
Setelah asap menegempul, barulah batu nisan di pacakak sesuai dengan tempatnya. Bagi
nisan yang di ujungnya menyerupai bulatan, berarti nisan itu di pacakkan di arah kepala. Bila
nisan itu ujungnya meruncing. Berrati nisan itu di pacakkan arah kaki.
Setelah batu selesai di pacakkan. Para undangan kembali membaca doa doa kepada arwah
orang yang yang meninggal tersebut, setelah selesai para undangan kembali pulang kerumahnya
masing-masing.

20
BAB 5
TARI-TARIAN PESISIR TAPANULI TENGAH SIBOLGA
Menurut prayitno (1990:36) tari tradisonal adalah semua tarian yang telah mengalami
perjalanan sejarah panjang dan selalu bertumpu pada pola-pola tradisi yang telah ada. Seni tari
merupakan slah satu cabang seni yang bersipat universal, yang artinya, seni tari dapat dilakukan
dan dimiliki seluruh manusia di dunia. Seni tari adalah salah satu budaya manusia, yang
diungkapkan melalui gerak-gerak yang ritmis dan indah.
TARI SAPUTANGAN (BUNGKUS)
Tari saputangan ini menggambarkan bagaimna kisah dan cara perkenalan sepasang muda
mudi pada zaman dahulu di daerah pesisir. Kejadiannya bermula dari perkenalan sepasang muda
mudi pada saat para nelayan pulang dari menangkap ikan di pantai barat pesisir tapanuli tengah
sibolga.
Dalam bahasa tampilan dari ragam pertama sampai ragam terakhir sangat jelas terlihat
bagaimana tata cara perkenalan muda mudi yang sellau menjujung tinggi adat kesopanan dan
kehormatan sehingga tidak menyalahi adat itu sendiri.
Bentuk Penyajian
Tari merupakan salah satu cabang kesenian yang didalamnya terdapat unsur penunjang
untuk mengungkapkan ekspresi tubuh manusia. Seperti yang diuraikan oleh hetmin (1980:9).
Pada awalnya kita ketahui cabang seni yang paling tua adalah seni tari yang sangat erat
hubungannya dengan segi kehidupan manusia.menurut soedarsono dan rahayu (2000:27)
penyajian tari dapat di bagi tiga yaitu: 1 tari tunggal, 2 tari berpasangan, 3 tari kelompok. Tari
tunggal adalah tari yang ditarikan sorang penari dan mempunyai gerak dasar yang sangat sulit
dan komposisi yang banyak variasinya, juga gerak yang berkecimpung banyak variasinya. Kalau
tarian ini diartikan salah seorang saja maka makna makna tarian akan berkurang ataupun malah
kabur sama sekali.
Fungsi Tari
Soedarsono (1976:57) menyebutkan bahwa tari-tarian Indonesia di bagi menjadi 2 yaitu:
1. Trai upacara yaitu tari yang berfungsi sebagai sarana upacara agama dan adat yang banyak
terdapat di daerah-daerah yang masih bertradisi kuat tari pergaulan (Tari Bergembira) yaitu tari
yang berfungsi sebagai sarana untuk mengungkapkan rasa gembira atau untuk pergaulan dan
biasanya antara pria dan wanita.
2. tari pertunjukan yaitu tari yang garapannya khusus untuk dapat dipertunjukan yang artinya
setelah pertunjukan selesai di harapkan untuk memperoleh tanggapan dari penonton.

21
Niali Astetika
Jakop mengemukakan maslah nilai seni (2000:157) Bahwa : ‘ karya seni tetap harus
mengandung dalam pengertian menyenangkan indrawi dan menggembirakan batin, hanya saja
dalam karya seni masih ditambah dengan penyampaian makna atau menyampaikan sesuatu.
Hal ini sesuai yang di kemukakan oleh B. Sirait (1995:61) : “ nilai estetika adalah
hubungan logis dan kebenaran antologis. Tarian adat pesisir bagi masyarakat pendukungnya
merupakan tari yang mempunyai makna dalam upacara adat penikahan sehingga semua tarian
sangat berharga dalam mendukung suatu upacara adat yang mereka junjung tinggi.
Kerangka Konsep
Konsep merupakan gejala yang paling penting dalam penelitian yang digunakan sebagai
alat untuk menggambarkan fenomena dengan adanya penjabaran masalah dengan kerangka
teoritisnya. Konsep diartikan sebagai generalisasi dari kelompok phenomena tertentu sehingga
dapat menggambarkan gejala yang sama.
Ragam tari sibolga
1. masing-masing penari melangkah dengan dabel steve memutar arah ke kanan dengan hitungan
delapan hingga sampai ketempat semula dan terlihat menundukkan kepala yang mengesankan
malu-malu. Sesudah itu masing-masing penari melangkah memutar arah kekiri dengan hitungan
yang sama tetapi saat sampai ke tempat posisinya saling membelakangi.
2. pasangan penari masing-masing mundur setengah juga dari masing-masing penari dengan
hitungan delapan, sesampainya di tenagh jarak penari dengan posiis mundur masing-masing
memutar arah ke kanan dengan hitungan delapan hingga sampai ke tempat semula, raga mini di
namkan MUNDUR. Ragam berikutnya penari kempali memutur ke kanan dan ke kiri dengan
hitungan semula tetapi kali ini saat pacaran terakhir posisi masing-masing berhadapan.
3. penari melangkah dengan cara yang semula maju kedepan dengan bentuk zigzag setenagh pal
dengan hitungan delapan yang pada akhirnya posisi penari saling berhadapan sejenak kemudian
dengan melagkah sambil curi pandang melanjutkan langkah ketempat pasanagn masing-masing
penari dengan hitungan delapan hingga sampai di tempat pasangan masing-masing. Lalu
bertukar kembali sampai kembali ke tempat semula.
4. pasangan penari tidak lagi memutar kekiri dan kekanan tetapi sangsung melangkah ke depan
dengan gaya zigzag dengan hitungan yang sama sehingga sampai pada posisi berhadapan,
seraya mensejajarkan saputangan pasangan penarimelangkah bagi laki-laki arah kekanan bagi
perempuan arah kekiri dengan hitungan delapan. Setelah sampai pada batasan hitungan, masing-
masing penari melangkah ke arah semula dengan hitungan delapan, setelah sampai pada batas
hitungan pasanagn penari kembali ketempat semula dengan arah masing-masing ke kanan.
5. pasangan penari kembali melangkah denganhitunganyang sama kea rah depan dengan gaya
zigzag sehingga pada ujung hitungan delapan posisi penari saling berhadapan dan denagn tangan
kanan masing-masing memegang saputangan dengan gaya menyilangkan tangan kanan kea rah

22
bawah dan tangan kiri kea rah atas masing-masing melangkah memutar dengan posisi saling
bersilang badan dengan hitungan delapan.
6. pasangan penari kembali melangkah ke depan dengan hitungan yang sama dengan gaya zigzag
sehingga pada posisi berhadapan penari memegang saputangan dengan tangan kanan seraya
menggantung sejajar dengan bahu masing-masing, dengan hitungan delapan pasanagan
melangkah saling bersilang badan berputar di tenagh arah kanan masing-masing, pada
penghujung hitungan penari kembali memutar dengan arah kekiri denagn hitungan yang sama,
pada penghujung hitungan penari kembali ke tempat masing-masing.
7. pasangan penari kembali melangkah kearah kanan masing-masing dengan posisi membuat
lingkaran lonjong dengan hitungan delapan setengah lingkaran dan hitungan depang setengah
lingkaran lonjongan sehingga posisi seperti orang yang saling kejar.
8. dalam raga mini pasangan penari selangkah kedepan dengan zigzag dengan hitungan delapan,
di penghujung hitungan pasangan penari menyilangkan saputangan masing-masing sehingga
saputangan terlihat saling menyilang setelh itu pasangan penari kembali memutar ditengah arah
kanan masing-masing dengan hitungan delapan dan di penghujung hitungan pasanagn penari
memutar keaarah kiri masong-masing dan di penghujung hitungan pasangan kembali ke tempat
masing-masing.
Inilah tata cara pelaksanaan tari saputangan dan hubungan arti dari tahapan tari ini dengan tata
cara perkenalan muda musi pesisir pada jaman dahulu.

TARI PAYUNG
Sejarahnya
Tari payung salah satu tarian adat yang diartikan pada setiap perhelatan budaya dalam
pelaksaan pesta adat pernikahan pada etnis pesisir tapanuli tengah sibolga. Tarian paying ini di
percaya sudah ada sejak abad kesepuluh.
Keberadaan tarian ini berangkat dari rasa tanggung jawab seorang suami kepada istri
demi mencari kehidupan bahtera hidup berumah tangga.kalau dalam makna tarian saputangan
menceritakan bagaimana tata cara perkenalan muda mudi sehingga pasangan tadi
melangsungkan pernikahan. Sekarang pasangan tadi telah resmi menikah maka dalam tarian
paying ini menggambarkan demi sebuah tanggung jawab sang suami terpaksa meninggalkan istri
dalam keadaan hamil untuk pergi mencari nafkah kenegri orang.

Tata Cara Menarikan Tari Payung

Sepasang penari dengan posisi duduk bersimpuh menghadap kepada ke dua pengantin.
Setelah suara musik dimulai saat dentuman gendang pertama si penari memberi hormat kepada
kedua pengantin (kalau dahulu kepada raja) seraya berdiri diawal pantun penari melangkah

23
kesamping kanan dengan membuat lingkaran dengan langkah dauble steve dengan hitungan
delapan.

Pada akhir hitungan atau saat berada pada posisi semula, penari langsung membalas
dengan membuat seperti semula tetapi arah ke kiri dengan hitungan yang sama. Diakhir hitungan
atau saat berada pada posisi semula, penari melangkahlah maju membuat lingkaran tetapi arah ke
depan dengan hitungan delapan. Setelah kembali keposisi semula, penari laki-laki yang
memegang payung memindahkan payung dari tangan kanan ke tangan kiri sambil maju setengah
pal mendekati pasangannya dengan hitungan delapan seraya tangan kanan dijulurkan ke depan
dengan gaya seolah sedang memetik bunga dengan hitungan.

Pada akhir hitungan delapan pasangan laki-laki memutar ke kanan kembali ke tempat
semula. Sesampainya di tempat pasangan laki-laki kembali membuat lingkaran ke depan seolah
mau memayungi pasangannya dengan hitungan delapan setelah itu pasangan laki-laki kembali ke
tempat seraya mengambil posisi berhadapan pasangan laki-laki maju sambil memutar badan
seraya memayungi pasangannya yang sedang melentikkan badannya.

Ini tata cara yang dilakukan oleh pasangan laki-laki. Bagi pasangan penari
perempuan tidak sama dengan tata cara yang dilakukan oleh pasangan penari laki-
laki. Bagaimana tata cara yang dilakukan oleh penari perempuan? Ikuti cara berikut
ini :
1 Saat pasangan laki-laki tadi memutar arah ke kanan, pasangan
perempuan melangkah dengan gaya kaki kanan menyilang dan tangan
mengibaskan selendang yang dibahunya dengan hitungan empat.

2 Tangannya mengibaskan selendang, memasuki hitungan kelima


pasangan perempuan melangkahkan kaki kiri sembari memutar badan
mengikuti arah kaki, dengan ditungan yang sama kembali kaki kanan
dilangkahkan dengan gaya menyilang dengan hitungan empat.

3 Pada hitungan kelima kaki tidak lagi dilangkahkan cukup dengan


membalikkan badan arah ke kiri dengan hitungan empat.

4 Pada waktu hitungan kelima kembali kaki kanan dilangkahkan kedepan


setelah pada hitungan ke lima, kembali kaki kiri dilangkahkan kedepan
dengan hitungan empat.
5 Pada hitungan kelima kaki tidak dilangkahkan tetapi cukup dengan
membalikkan badan arah kekanan setelah hitungan delapan kembali
kaki kiri dilangkahkan dengan hitungan empat.
Tepat pada hitungan kelima, kembali kaki kanan dilangkahkan saat
posisi hitungan ke delapan, kaki kanan dilangkahkan tetapi tidak agi

24
gaya menyilang tetapi dengan gaya melangkah biasa dengan hitungan
satu saat hitungan dua kaki kiri dilangkahkan seraya membalikkan
badan lalu melentikkan tubuh arah ke belakang dengan hitungan tiga
dan empat.

Demikianlah seterusnya sehingga posisi berada di tempat pasangannya masing-masing


sampai berada pada tempatnya semula.
TARI ADOK
Sejarahnya
Tari adok atau di sebut juga tari berhadapan dahulunya tarian yang di peruntukkan
kepada raja –raja karena tarian ini berawal dari sebuh pertunjukan yang diadakan oleh raja-raja
karena tarian ini berawal dari sebuah pertunjukan yang diaadakan oleh raja-raja diakhir dari
perlombaan adu ketangkasan oleh para jawaran silat yang ada di daerah pesisir tapanuli tenagh
sibolga.
Tari adok ini sebuah gambaran kehidupan asal mulanya tarian ini ditarikan oleh dua
orang laki-laki, tetapi dengan perubahan waktu dan perkembangan zaman pada akhirnya tarian
ini dapat ditarikan oleh pasangan muda mudi.
Bentuk Tari Adok
Tari adok dapat digolongkan kepada kelompok berpasangan. Gerak yang kami angkat
kedalam tari adok adalah gerak yang masih utuh/adat. Tetapi gerak itu pula dapat di pengaruhi
dari lingkungan setempat. Di kelompokkan menjadi 4 ragam gerak tari yang dilakukan 2 kali
berulang ulang. Gerak tari adok dapat diambil setiap motif terdiri dari 4 gerak tari adok yaitu:
1. ragam mencabik
2. ragam menghormat sesama penari
3. ragam kuda-kuda
4. ragam puyuh balik
5. ragam rias busana

Fungsi tari Adok


Memperkuat kelangsungan budaya dari mana asalnya tari tersebut. Sebagi alat memuaskan
kebutuhan naluri akan keindahan. Sebagai tari upacara adat pernikahan yaitu sebagai wujud
penghormatan terhadap para tamu.

Nilai Estetika
Nilai estetika pada nari Adok adalah mempunyai makna menjaga atau memelihara tali
silahturahim antara sesama warga masyarakat desa. Dapat di simpulkan bahwa masyarakat

25
pesisir adalah masyarakat yang memiliki sopan santun dan berwibawa juga hormat kepada
siapapun, baik kepada yang dituakan maupun kepada tamu atau kepada para pendatang baru.
Tata cara dan naam ragam tari adok
Pertama pasangan penari duduk bersimpuh sambil merentang kain panjang yang
dipegang masing-masing penari menghadap kedua pengantin (dahulu Raja).
Pada saat musik mulai bermain dalam dentuman Gendang pertama pasangan memberi
hormat kepada pengantin yang sedang duduk di pelaminan, berselang diperdengarkan lagu dalam
bait pantun pertama yang berbunyi : DICABIK KAIN LA DIBALI, maka pasangan penari yang
duduk bersimpuh dengan kaki sebelah kanan setengah berdiri bagi pasangan yang sebelah kiri
dan dengan kaki kiri setengan berdiri bagi pasangan yang sebelah kanan lalu tangan masing
pasangan seolah sedang mencabik kain yang direntang.

Ragam ini bernama ragam “ MANCABIK” Pada awal bait pantun berikutnya : DIETO
TANGAN DUO ETO, pasangan penari saling membalikkan badan (Puyuh Balik) arah ke kanan
bagi penari yang berada sebelah kanan, arah ke kiri bagi penari yang berada di sebelah kiri
sambil meletakkan kain dan memberi hormat kepada Tolan (kerabat) atau para undangan.

Sesudah itu, kembali pasangan penari memperagakan seolah sedang mencabik kain, saat
pantun masuk ke baris bait berikutnya : MINTAK TABIK KAMI NANYANYI, maka penari
kembali membalikkan badan ke arah seperti semula seraya (Puyuh Balik) dengan posisi saling
berhadapan dan setengah berdiri dengan kaki saling bersilang masing-masing melangkahkan
kaki kanan masing masing arah ke depan sambil merentangkan tangan seraya mengibaskan
selendang sekali arah ke kiri sekali arah ke kanan dengan hitungan satu sampai hitungan empat.

Memasuki hitungan kelima penari melangkahkan kaki kiri masing masing arah ke depan
dengan posisi kaki bersilang dengan mengibaskan kain seperti semula diakhir hitungan (8) posisi
penari sudah saling berhadapan dengan cara menyamping dan lagu masuk kepada bait terakhir :
JANGAN DIKATO KAMI KURANG BASO, maka pasangan penari masing-masing
membalikkan badan seraya saling mengibaskan kalin masing-masing, (Puyuh Balik) sehingga
posisi saling membelakang sambil berdiri perlahan penari menggeserkan kaki kanan masing-
masing ke arah belakang dalam hitungan satu, saat masuk pada hitungan ke dua, posisi penari
sudah saling berhadapan masuk hitungan ketiga yang diiringi lagu berikutnya saat bait pertama
pantun seperi di atas masing penari melangkah kaki kanan masing-masing arah ke depan sambil
mengibaskan kain dalam hitungan ketiga dan keempat penari menggeser kaki kanan masing-
masing arah ke belakang saat hitungan delapan posisi kembali saling berhadapan dengan posisi
kaki bersilang.

Memasuki hitungan satu sampai empat kembali masing - masing pasangan melangkahkan kaki
kanannya arah ke depan sambil mengibaskan kain, masuk kehitungan kelima sampai delapan

26
kembali masing-masing penari melangkahkan kaki kiri arah depan dengan posisi kaki bersilang
maka bait pantun berikutnya sama seperti di atas maka masing penari perlahan duduk
menyamping saat masuk hitungan ke lima masing penari mengibaskan kainnya masing-masing
sambil membalikkan tubuh (Puyuh Balik) saat posisi badan saling membelakang masing penari
menggeserkan kaki kanan masing arah kebelakang diikuti dengan kaki kiri masing penari
sehingga posisi bertukar tempat. Begitulah seterusnya sampai pada akhir bait pantun yang
dilagukan.

Makna Ragam Tari Adok


Ragam pertama yaitu ragam memberikan hormat berarti setiap individu etnis Pesisir selalu
menghormati orang yang dijumpai dan orang yang berada di sekitarnya.
Ragam kedua yaitu ragam Mancabik mempunyai arti bahwa setiap individu etnis Pesisir selalu
dapat membedakan dan memisahkan antara yang baik dan yang buruk, sedangkan ragam
menghasta saat membalikkan badan seolah menghasta kain yang direntang (Mangeto)
mempunyai arti bahwa setiap individu etnis Pesisir selalu sadar akan kehidupan yang sudah
terukur dari yang Makakuasa.

Ragam ketiga adalah ragam membalikkan badan (Puyuh Balik) mempunyai arti bahwa setiap
individu etnis Pesisir apabila selesai mengerjakan satu pekerjaan, maka kerjakanlah pekerjaan
lainnya, agar terhindar dari kesan ketamakan dan serakah. Lebih dari itu selalu mencurahkan
perhatian kepada sanak keluarga yang berada di kampung halaman.

Ragam mengibaskan kain yang mempunyai arti setiap individu etnis Pesisir tetap memberikan
yang terbaik dalam berkarya.

TARI SAMPAYA
Sejarahnya

Tari Sampaya tidak dapat kita temukan data tentang hal tersebut, karena keberadaan
tarian ini diperkirakan ada pada abad belakangan ini. Tetapi sekadar diketahui tari Sampaya ini
adalah sebuah tarian muda mudi yang menggambarkan eratnya kerja sama di kalangan muda
mudi etnis Pesisir.
Ragam Pada Tari Sampaya
Jumlah penari tidak kurang dari delapan orang bisa berpasangan boleh tidak asalkan
jumlahnya tetap sebanyak delapan orang.

Ragam pertama adalah posisi penari saling berhadapan dan posisi membuat lingkaran.
Artinya empat orang berdiri dalam lingkaran dan saling berhadapan dengan pasangannya yang
berada pada posisi di luar lingkaran.

27
Dengan menjepit ujung saputangan dengan ibu jari dengan telunjuk sehingga posisi saputangan
tergantung di tangan kanan masing masing. Saat musik dimulai posisi penari keadaan bersimpuh
menghadap pengantin yang duduk di pelaminan, saat dentuman gendang yang pertama para
penari memberi hormat kepada kedua pengantin sesaat kemudian berdiri menghadap pasangan
masing-masing.

Pada ragam pertama di awal pantun yang berbunyi: SAMPAYA BUAHA SAMPAYA.
Para penari memutar arah ke kanan dengan hitungan delapan dengan gaya dauble stave sehingga
sampai pada hitungan delapan posisi penari sudah kembali saling berhadapan. Masuk pada
ragam berikutnya kembali penari memutar arah ke kiri dengan hitungan delapan dengan gaya
seperti semula sehingga pada hitungan delapan posisi penari kembali saling berhadapan.
Setelah itu penari melangkah ke kanan bagi yang berada pada lingkaran dalam, arah ke kiri bagi
penari yang berada pada lingkaran luar dengan hitungan delapan. Saat dalam hitungan delapan
penari membalas putarannya masing-masing, yang dalam lingkaran dalam membalikkan tubuh
arah ke kanan dan yang dalam lingkaran luar membalikkan tubuh arah ke kanan juga dengan
posisi saputangan tetap dipegang tangan kanan.

Pada ragam kedua penari masing masing sudah berada di tempatnya masing-masing
seraya membalikkan tubuhnya sehingga posisi saling membelakang. Dengan hitungan delapan
penari melangkah mundur setengah pal dengan gaya dauble stave. Saat posisi saling
menyamping pada pasangannya, kembali penari membalikkan tubuhnya dan melangkah mundur
ketempat semula.

Ragam yang ketiga kembali penari mengulangi ragam seperti ragam membuat lingkaran.
Kalau tadi penari yang berada pada lingkaran dalam memutar arah ke kanan sedangkan penari
dalam lingkaran luar arah ke kiri, kali ini penari yang berada pada lingkaran dalam, memutar
arah ke kiri sedangkan penari dalam lingkaran luar ke kanan. Masuklah ke ragam yang keempat
yaitu penari melangkah arah kedepan sambil dengan bentuk ZIKZAK, dengan hitungan delapan
posisi saling menyamping dengan pasangannya sambil curi pandang penari melanjutkan
melangkah arah ke depan dengan hitungan delapan sehingga sampai di tempat pasangannya
masing-masing.

Masuk ragam berikutnya penari kembali membuat putaran seperti ragam dan gaya
seperti ragam yang kedua dan kembali membalas putaran seperti ragam kedua juga. Setelah
sampai pada posisi semula penari kembali ketempatnya masing-masing dengan hitungan seperti
semula.

Diakhir pantun semua penari mengambil posisi duduk bersimpuh seraya memberi
hormat kepada kedua pengantin yang duduk di pelaminan dan kembali ketempat duduknya
semula.

28
TARI PERAK-PERAK
Sejarahnya

Tari Perak-perak ini diperkirakan sudah ada pada abad ke 15 Tari perak-perak ini
biasanya ditarikan oleh kedua pengantin di hadapan kedua orang tua kedua belah pihak. Tarian
ini mempunyai makna sendiri bagi orang yang menarikan. Tarian ini sangat jarang ditarikan oleh
orang yang tidak dalam posisi pengantin bahkan tidak boleh ditarikan kalau tidak sedang dalam
pesta pernikahannya.

Dahulu tarian ini sangat digemari oleh orang yang melihatnya karena dalam tarian ini
tidak ada ragam yang diharuskan terkecuali satu ragam yang harus diperagakan yaitu ragam jalan
bersama sambil melangkah dauble stave. Dalam melakukan ragam ini kadang terjadi kelucuan
sehingga menjadi bahan tertawaan para kerabat kedua pengantin.

Dalam hukum pelaksanaannya apabila pengantin tidak mau menarikannya maka kedua
orang tua kedua belah pihak harus bisa menggantikan dengan syarat kedua pengantin harus
menyulangi (menyuapi) ke dua orang tuanya tersebut dengan kue (Nasi Tuei) sebagai
penghormatannya kepada kedua orang tuanya.

Ragam Tari Perak-perak

Tidak ada dalam ragam yang menjadi pegangan dalam menampilkan tari Perak-perak,
yang ada hanyalah keserempakan rentak kaki dengan alunan gendang. Si penari boleh dengan
leluasa dalam memperagakan tarian tersebut asalkan tidak lari rentak kaki dengan gendang

Makna Ragam Tari Perak-perak

Makna ragam tari Perak-perak hanyalah sebuah gambaran keselarasan dan kesepakatan
yang akan dicapai dalam menjalankan bahtera rumah tangga.

TARI SIKAMBANG BOTAN


Sejarahnya

Sejarah adanya tari Sikambang Botan (Tari Pedang) hampir sama dengan sejarah tari
Dampeng. Berangkat dari perlombaan adu ketangkasan para jawara silat Pesisir yang diadakan

29
Raja, maka dalam adu ketangkasan ini ditingkatkan pada taraf tata cara penggunaan senjata
dalam kegiatan peraga silat etnis Pesisir.

Kalau dalam adu ketangkasan dalam tari Adok tanpa mempergunakan senjata, tetapi
kali ini Raja mencoba membuat tata cara yang sama tetapi dalam kegiatan ini para jawara bebas
mempergunakan senjata seperti pedang, golok, dan pisau, maka terciptalah sebuah peraga yang
pada akhirnya menjadi sebuah tarian sebagai bentuk keragaman pada tarian etnis Pesisir
Tapanuli Tengah Sibolga. Pada waktu itu dalam pelaksanaannya, pada awal peraga para jawara
hanya mengandalkan tangan kosong (Tako), tetapi pada saat tertentu para jawara yang sedang
dalam adu ketangkasan harus secepat mungkin menyambar pedang yang sengaja di tancapkan
pada sebuah kelapa muda yang berada di sampingnya masing-masing.

Seakan dalam kegiatan tersebut biasanya kecepatan hampir berimbang sehingga dalam
kegiatan ini tidak ada yang kalah. Tetapi tidak tertutup kemungkinan salah satu bisa terlena
dikarenakan mendengarkan lagu yang sengaja dibuat untuk mengiringi kegiatan lomba adu
ketangkasan ini.

Nama dan Ragam Yang Ada Pada Tari Sikambang Botan (Pedang)
Dalam tarian Sikambang Botan (Tari Pedang) terdapat beberapa nama ragam walau nama ini
juga terdapat pula pada tarian lainnya. Untuk lebih mengetahui tarian ini mari kita simak berikut
ini :
Pasangan penari terdiri dua orang laki-laki berpakaian silat yang berwarna serba hitam boleh
juga pakai warna lain dan memakai peci hitam, boleh juga pakai selempang kepala (deta). Dalam
pembukaannya pasangan penari duduk bersila menghadap pada kedua pengantin yang duduk di
pelaminan. Kalau dahulu harus pula menghadap ke arah Raja dan Ratu yang duduk di kursi atau
singgasana.

Musik dimulai dengan gesekan Biola diiringi dengan gendang tapik, saat dentuman
pertama pasangan penari memberi hormat kepada kedua pengantin atau Raja. Tarian ini tidak
memakai selendang atau saputangan. Seiring dengan dentuman pertama kedua pasangan penari
dengan serentak menjulurkan kedua belah tangan arah ke depan dengan mengikuti alunan lagu
tangan sebelah kanan menyilang.

Gerakan ini bernama ALANG BAKAJA. Seraya mengayun arah ke belakang dan disini
tidak ada hitungan. Hanya saja saat dipenghujung sebutan pantun bait pertama tangan yang tadi
mengayun ke belakang sudah kembali ke posisi semula, dan pada waktu lagu memasuki bait
kedua, kembali pasangan serentak mengulangi gerakan yang pertama dan secara perlahan berdiri
setengah sehingga posisi kaki seperti memasang kuda-kuda (Sipekok).

30
Setelah lagu memasuki bait ketiga pasangan penari serentak membalikkan badan arah
yang berlawanan. Gerakan ini bernama PUYUH BALIK. Bagi pasangan yang berada di sebelah
kiri membalik ke sebelah kiri dan pasangan yang berada di sebelah kanan membalik ke sebelah
kanan dengan posisi tangan saling berlawanan dengan posisi kaki. Saat di penghujung pantun
bait ketiga pasangan sudah saling berhadapan dan seraya mundur setengah langkah kebelakang
untuk mencari selah untuk menyerang lawan. Gerakan ini bernama KIPE PUCCUK
Apabila masing masing tidak mendapat celah untuk menyerang, masing-masing pasangan
kembali membalikkan badan ke arah yang saling berlawanan dan seraya merentangkan kaki
kanan masing-masing. Gerakan ini bernama BAKACAMBA. Di awal lagu pada bait pantun
keempat pasangan kembali saling menyerang pantun.

Bila dalam tahap pertama ini tidak ada yang terkena serangan (maksudnya serangan
dalam bayangan) maka dengan gerakan cepat pasangan berusaha saling mendahului menyambar
pedang yang sudah tersedia di antara posisi masing-masing.
Bilamana salah seorang penari terlambat maka sudah barang tentu akan mendapat serangan
dengan sabetan pedang. Tetapi apa bila pasangan tersebut bisa dengan sigap menghindar maka
akan terhindar dari serangan pedang.

Untuk serunya tarian ini sangat tergantung kepada keseragaman lagu dengan suara
musik pengiring. Apa bila suara lagu seiring dengan musik maka pasangan penari akan lebih
bersemangat manarikan tarian ini. Kalau sudah demikian maka terlihatlah keindahan pada tarian
ini.

Kalah ataupun menang dalam adu kecepatan dan ketangkasan yang di rangkai dalam
tarian ini terlihat dalam serangan bayangan hanya yang mahir tarian inilah yang dapat tahu siapa
yang kalah siapa yang menang. Diakhir dari tarian ini pasangan kembali memberi hormat kepada
kedua pengantin.

TARI ANAK
Sejarahnya

Menurut penuturan para orang tua yang telah turun temurun tepatnya pada 1887
diadakanlah pertandingan adu ketangkasan para jawara seni silat di daerah Pesisir Tapanuli
Tengah oleh Raja yang jadi pemimpin pada saat itu untuk menyalurkan hobi dan bakat para
jawara untuk menghindari terjadinya saling arogansi di antara para jawara.

Setiap pelosok daerah Pesisir berdatangan untuk dekadar menambah pengalaman, bahkan
animo masyarakatpun sangat tinggi sehingga tidak mengherankan banyaknya penonton

31
berdatangan untuk menyaksikan acara ini, tidak saja kaum laki-laki bahkan perempuan datang
membawa anaknya yang sedang berada di gendongan juga turut menyaksikan acara ini.
Pada waktu seketika saat ronde berikutnya baru saja selesai dan musik pengiringpun sudah
berhenti sejenak, salah seorang anak yang berada di gendongan ibunya menangis. Sang ibu
sudah berusaha membujuk si anak agar diam dari tangisannya namun sia-sia. Melihat hal ini
membuat hati nurani salah seorang jawara yang baru selesai menghampiri sang ibu yang sedang
berusaha membujuk si anak.

Dengan penuh keramahan sang jawara mencoba mengambil si anak dari pangkuan
ibunya dan membawa ke atas pentas dan memerintahkan agar musik kembali ditabuh. Pada saat
musik dimainkan kembali, sang jawara menarikan si anak dalam gendongannya dengan penuh
kasih sayang melangkah ke sana ke mari dengan gaya yang lemah lembut gerakan yang begitu
indah sehingga membuat si anak berhenti dari tangisannya dan terlelap di gendongan sang
jawara.

Melihat yang demikian seluruh penonton bersorak menyaksikan kenyataan ini dan
seraya sang jawara menyerahkan si anak kembali kepangkuan ibunya. Oleh keindahan gerak
langkah yang diperbuat sang jawara terciptalah sebuah tarian yang sampai sekarang tarian
tersebut bernama tari anak. Inilah sekelumit sejarah tari anak yang menjadi sebuah tarian khas
Pesisir Kota Sibolga dan tidak ditemukan tarian yang sama pada etnis lain di Sumatera Utara
bahkan di Nusantara.

Perlu juga dijelaskan bahwa tari anak ini mempunyai kaitan dengan tari payung yang
diiringi dengan lagu Pulou Pinang. Kalau dalam tari payung diumpamakan seorang istri ditinggal
suami dalam keadaan hamil dan pergi merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah demi anak
dan istri, sekarang anak tersebut sudah lahir dan sedang keadaan sakit bersamaan dengan
kedatangan ayahnya dari rantau maka si anakpun dibawa berobat ke Tabib
Untuk menceritakan hal anak yang sakit ini digambarkanlah dengan sebuah tarian yang dikenal
dengan nama tari anak.

Mengetahui bagaimana tata cara menarikan tari anak ini kami mencoba menguraikannya.
Pertama anak boneka yang sudah dibedung dengan kain panjang dibaringkan di tengah ruangan
di depan pelaminan. Di sebelah kanan bayi diletakkan geleta sedangkan sebelah kiri bayi sebuah
keranjang kecil. Bayi dibaringkan menghadap arah pengantin yang sedang duduk di pelaminan.
Pasangan pria duduk bersimpuh di sebelah kanan bayi, pasangan wanita duduk bersimpuh di
sebelah kiri bayi. Saat musik mulai mengalun pada saat dentuman gendang pertama terdengar
pasangan penari memberi hormat kepada kedua pengantin yang duduk di pelaminan.

Setelah memberi hormat pasangan penari berdiri saling berhadapan dan seraya
meletakkan selendang di atas bahunya masing -masing. Saat pantun pada bait pertama dalam

32
lagu diperdengarkan, masing-masing pasangan melangkahkan kaki kanan ke depan sehingga
posisi kaki saling bersilang dan saling mengibaskan selendang kekiri dan ke kanan dengan
hitungan satu sampai empat, masuk hitungan kelima sampai hitungan de lapan masing-masing
pasangan melangkahkan kaki kiri kedepan dengan posisi bersilang dan mengibaskan selendang
seperti semula.

Saat kembali pada hitungan pertama sampai keempat pasangan melangkahkan kaki kiri
ke depan dengan gaya selendang seperti semula tetapi saat hitungan empat pasangan sudah
keadaan bersimpuh dan merundukkan badan menghadap anak, sambil membelaikan
selendangnya kepada sang anak. Cara ini melambangkan kasih sayang seorang ibu dan bapak
kepada anaknya. Saat membelaikan selendang itu sudah masuk pada hitungan kelima sampai
delapan.

Masuk hitungan pertama sampai kelima pasangan penari dengan perlahan kembali
berdiri, saat posisi berdiri dari hitungan lima sampai delapan pasangan melangkah dengan gaya
Dauble stev menuju tempat pasangannya (Tukar Tempat).

Masuk keragam kedua, pasangan kembali melakukan seperti ragam pertama sehingga
pada posisi sama-sama duduk bersimpuh dan merunduk pada hitungan lima sampai delapan
pasangan wanita tetap dengan posisi sedang membelai anak tetapi pasangan pria berdiri
melangkah mengitari pasangan wanita sampai pada posisi di belakang pasangan wanita,
pasangan pria membelitkan selendang yang ada padanya ke kepala pasangan wanita, seraya
bergerak ke posisi saling berhadapan dan mengambil anak yang sedang berbaring seraya sama-
sama bergerak berdiri.

Setelah posisi dalam keadaan berdiri, pasangan pria menarikan si anak sejenak dan diiringi
pasangan wanita seolah saling berebutan dengan langkah dauble stave dengan memutar sekali
putaran.

Setelah itu pasangan penari berhenti di pertengahan dan seraya pasangan wanita
menadahkan selendang seolah meminta si anak kepada pasangannya. Seiring dengan itu pula
pasangan pria memberikan si anak, tetapi posisi keduanya seolah saling memegang si anak dan
sama mengayunkan si anak ke kanan dan ke kiri dengan hitungan satu sampai empat pasangan
masing-masing membalikkan badan saling berlawanan arah sampai posisi kembali saling
berhadapan, setelah itu kembali pasangan saling mengayunkan si anak ke kanan dan ke kiri dari
hitungan lima sampai delapan kembali pasangan membalikkan tubuh saling berlawanan ke arah
semula dan pasangan pria menyerahkan si anak kepada ibunya, seraya mengambil geleta dan
keranjang kecil yang ada di tempat si anak berbaring tadi.

Setelah posisi dalam keadaan seperti seiring, pasangan penari melangkah bersama dengan

33
langkah dauble stave menuju arah kedua pengantin, setelah sampai pada posisi berhadapan
pasangan penari menyerahkan anak kepada pengantin laki-laki untuk diobati dari sakit yang
dideritanya.

Dengan gaya seperti seorang tabib pengantin pria berpura-pura mengobati si anak setelah
itu diberikan kembali kepada pasangan penari dan pasangan penari kembali duduk di sebelah
pelaminan dan tarianpun selesai.

TARI GALOMBANG DUO BALEH


Sejarahnya.

Galombang Duo Baleh adalah salah satu seni pencak silat tradisi pada masyarakat Pesisir
di Tapanuli Tengah Sibolga. Keberadaan seni pertunjukan ini tidak terlepas dari sistim
pemerintahan kerajaan jaman dahulu di daerah Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga yang dari waktu
ke waktu dipimpin oleh raja.

Menurut hasil penelitian yang kami laksanakan beberapa waktu yang lalu, terdapat tiga
kerajaan besar di daerah Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga, antara lain : Raja Barus Hulu, Raja
Barus Hilir dan Raja Sibolga ditambah dua Kerajaan kecil yaitu Raja Kalangan dan Raja Tuka.
Sudah menjadi kebiasaan dalam menjaga kewibawaan seorang raja selalu dibentengi oleh
kelompok-kelompok orang yang mahir dalam ilmu bela diri, baik ilmu bela diri secara lahir
maupun ilmu bela diri secara batin, sehingga kemanapun raja berkunjung selalu dikawal oleh
sekelompok pesilat tangguh dari kerajaan itu sendiri.

Berakhirnya sistem kerajaan sampai kepada sistem pemerintahan Republik, seni


pertunjukan yang berakar dari seni pencak silat tradisi ini masih terus berkembang sesuai dengan
perkembangan zaman.
Hal inilah yang mengilhami para para pelaku budaya, sehingga dapat memadukan
karakter seni bela diri dengan seni tari sehingga menghasilkan gerakan-gerakan indah yang
diiringi oleh musik dan vokal, apa lagi seni ini sudah ditata dengan komposisi barisan dan jumlah
orang yang ditampilkan dalam seni pertunjukan ini.

Mengapa harus duabelas orang ? Menurut pendapat para pelaku budaya di daerah Pesisir
Tapanuli Tengah Sibolga, dua belas jumlah pemain mempunyai makna dua belas bulan dalam
satu tahun, sehingga seni ini dinamakan Galombang Duo baleh.

Pelaksanaannya.

34
Dalam pelaksanaan pesta pernikahan dalam adat Sumando di daerah Pesisir Tapanuli
Tengah dan Kota Sibolga, didapati beberapa tahapan dalam pelaksanaan tari-tarian tradisi Pesisir
Tapanuli Tengah dan Kota Sibolga yang kami rangkum.

Setiap perlehatan dalam pelaksanaan pesta pernikahan dalam adat Pesisir selalu didasari
oleh adat dan seni budaya, sejak dari kegiatan pada malam hari (malam barinei) sudah
ditampilkan bermacam tarian

Di jelaskan bahwa pada saat pemberangkatan pengantin pria (marapulei) ke rumah


pengantin wanita (anak daro) selalu diiringi oleh kaum kerabat handai dan tolan. Dalam prosesi
ini barisan yang paling depan adalah para ibu dan anak gadis, di barisan berikutnya adalah
beberapa orang yang yang salah satunya adalah menjunjung Bungo Lomau (sunting) yang
diiringi oleh pengantin pria yang berjalan di bawah payung kuning. Sementara yang barisan
berikutnya diiringi oleh sekelompok pemusik tradisi yang biasa disebut anak alek (pasikambang)
dan kelompok Galombang duo baleh dengan seragam warna kuning, yang berada di barisan
paling belakang adalah kaum bapak.

Selama dalam perjalanan menuju ke rumah pengantin wanita, suara musik seperti biola
ditambah suara okardion dan suara gendang tiada henti-hentinya mengiringi vokal dengan
pantun sahutmenyahut.

Menjelang sampai ke rumah pengantin wanita, prosesi berhenti sejenak untuk menerima
sambutan dari pihak pengantin wanita (anak daro). Pihak pengantin wanita menyambut secara
adat pula orang yang mewakili memberikan sambutan dengan berpantun dan gurindam.

Cara Gerak dan langkah Galombang Duo Baleh

Setelah membuat komposisi dengan barisan tiga berbanjar dengan jarak satu meter dari
posisi masing-masing, kelompok gelombang duo baleh yang berjumlah dua belas orang ini
duduk setengah bersimpuh dengan kaki kanan setengah berdiri dan kaki kiri melipat ke bawah
dengan dikumandokan seorang sebagai pembawa.

Seperti dikomando kedua kelompok galombang ini secara bersamaan saling memberi
hormat seiring itu kedua kelompok ini setengah berdiri dengan kaki kanan melentik arah ke
depan kaki kiri menjulur ke belakang, tangan kanan melentik ke atas arah ke depan sedangkan
tangan kiri melentik ke bawah dengan gaya seperti membuat kuda-kuda. Dengan perlahan kedua
kelompok ini melangkahkan kaki kiri arah ke depan.

35
Ragam ini berlanjut sampai pada hitungan tiga, pada saat hitungan empat, masing-
masing kelompok melangkahkan kaki kiri masing-masing arah ke kiri. Hal ini berlanjut sampai
hitungan tiga. Saat memasuki hitungan empat masing kelompok membalikkan badanya arah ke
kanan. Ragam ini bernama Puyuh balik. Memasuki hitungan lima, masing-masing kelompok
membuang kaki kiri arah belakang dan kaki kakan melentik tangan kiri melentik ke depan tangan
kanan melentik ke bawah dengan komposisi badan tetap menghadap ke depan. Ragam ini
bernama Sipekok.

Setelah ragam Sipekok, masing-masing kelompok memutar badan ke arah kiri sambil
menarik kaki kiri dan mensejajarkan dengan kaki kanan seraya melangkahkan kaki kanan arah
ke kanan dari hitungan satu dan dilanjutkan langkah berikutnya sampai kepada hitungan ketiga.
Saat hitungan empat masing-masing kelompok membalikkan badan arah ke kiri dengan gaya
tangan kanan melentik mengayun ke depan dan tangan kiri melentik ke bawah dan mengayun ke
kiri.

Demikianlah berulang sehingga sampai pada saat barisan kedua kelompok ini berjarak
sekitar sepuluh hasta seluruh barisan yang ada dibelakang sipembawa berhenti dari aktivitasnya
masing-masing hanya si pembawa yang melajutkan gerakan-gerakan silat sehingga sampailah
pada titik klimak si pembawa saling serang kepada lawannya.

Melihat hal yang demikian, salah seorang dari pengiring berdiri di antara si pembawa
dengan membawa tempak sirih yang biasa disebut Langgue untuk memisah kedua kelompok ini
dan sebagai lambang perdamaian tepak sirih (Langgue) tadi diserahkan kepada si pembawa
gelombang, maka selesailah acara gelombang duo baleh selanjutnya rombongan pengantin laki-
laki disambut pula dengan sebuah tarian Randei (Tari Dampeng)

TARI DAMPENG (RANDEI)


Latar Belakang

Adat Sumando adalah sebuah wadah dimana semua bentuk kegiatan kesenian yang
bersifat budaya adat istiadat yang mengatur tata cara dan tahaban- tahaban pelaksanaan
pernikahan pada Etnis Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga, malai sejak tahaban Marisik sampai
ketahaban Tapanggi (Mengunjungi keluarga Pria), dari acara pelaksanaan Tarian seperti tari
Saputangan, Tari Payung, Tari Adok, Tari sampaya, Tari Sikambang Botan (Pedang) Tari Perak-
perak, Tari Ceksity, Tario Piring, Tari Anak, sampai kepada acara mangarak pengantin pria
dengan sambutan gelombang dua belas sampai pula keacara Tari Dampeng.

Yang melatarbelakangi keberadaan seluruh tarian yang ada pada Etnis Pesisir adalah dari

36
adaptasi berbagai gerak silat yang dibawa oleh para pendatang dari Minang Kabau, Melayu,
Batak, Jawa, India bahkan gerak silat yang dibawa oleh para pedagang Parsi, yang pertama kali
menginjakkan kakinya di sebuah Pulau yang bernama Pulau Musala beberapa abat silam.
Perlu dijelaskan kalimat Musala berasal dari kalimat Mur Shalat. Mur adalah sebuah istilah
panggilan dalam bahasa Pesisir kepada para pedagang yang datang dari Parsia, karena Pulau
tersebut tempat pertama kali dijadikan tempat Sholat oleh orang Mur maka jadilah Pulau tersebut
sampai sekarang bernama Mursala.

Demikian juga kehadiran Etnis Minang Kabau khususnya dari Pariaman yang datang
berlayar menyisir pinggiran pantai mengadakan persinggahan disebuah desa yang bernama
Aiabi, oleh karena desa tersebut layak untuk ditinggali maka jadilah Etnis Minang Kabau
membuat perkampungan.

Oleh perkembangan yang ada, pada akhirnya Etnis Minang Khususnya Parimanan tersebar
disetiap desa yang ada di Pantai Barat Sumatera Utara khususnya Tapanuli Tengah Dan Sibolga
Demikian pula halnya keberadaan tari tarian Etnis Pesisir yang memiliki nilai historis dalam
kehidupan masyarakat Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga, disamping sebagai sebuah seni
pertunjukan bela diri yang teradaptasi dari unsur gerak silat yang dibawa oleh para pendatang ke
daerah Pesisir.

Dari keindahan gerak yang ada dalam setiap Tarian, maka jadilah Tarian tersebut menjadi
salah satu kekayaan khazanah keanekaragaman Tari dalam kesenian Pesisir Tapanuli Tengah
Sibolga. Wajar bila dikatakan setiap tarian yang ada pada Etnis Pesisir mempunyai Eksistensi
dan makna Simbolik dalam gerak langkah maju mundurnya kebudayaan dalam Etnis Pesisir
Tapanuli Tengah Sibolga, karena menurut para pelaku budaya, diperkirakan tari Etnis Pesisir
sudah ada sejak tahun 1500, nara sumber Bapak Sj. Pasaribu.

Oleh perjalanan waktu, setiap Tarian mengalami perkembangan berkembang sesuai


dengan perkembangan jaman, sehingga seluruh tarian tersebut dikenal oleh Etnis Pesisir
Tapanuli Tengah sejak dari Kecamatan Manduamas sampai ke Kecamatan Sibabangun.

Tata Cara Tari Dampeng

Proses pelaksanaan tarai ini tidak begitu rumit. Setelah upacara penerimaan pengantin
pria (marapulei) dengan gelombang duo baleh, maka kedua kelompok pesilat gelombang
(kelompok pesilat yang menerima/pihak pengantin wanita (anak daro), kelompok yang diterima
(pihak marapulei) yang berjumlah tujuh orang tersebut membuat lingkaran, yang di tengah
lingkaran tersebut diletakkan jambangan yang penuh dengan bermacam-macam bunga ( Bahasa
Pesisr Bungo Limou / Sunting ) Jumlah tujuh orang pesilat gelombang diambil tiga orang dari
pesilat penerima lebih sedikit dari pesilat yang diterima maksudnya karena pihak penerima

37
adalah pihak yang dikalahkan dalam acara adu ketangkasan saat penerimaan, sedangkan empat
orang dari pihak yang diterima atau lebih banyak dari pihak penerima karena sudah
memenangkan pertandingan dari adu ketangkasan. Properti sebagai berikut:
1. Empat orang laki-laki memakai pakaian silat pembawa tabir (Sampangan).
2. Tujuh orang laki-laki memakai pakaian silat membawakan tari Dampeng.
3. Satu orang perempuan membawa (menjunjung jambangan bungo Limou)
4. Jambangan
5. Tujuh macam bunga
6. Dua helai Tabir (sampangan)

Nama-nama bunga :
1. Bunga Longging
2. Bungo Cimpago
3. Bungo Puding dengan dua warna
4. Bungo Pagaran
5. Bungo Sari kayo
6. Bungo Rampei
7. Bungo sibalik angin.

Makna Simbolik
Sangatlah nyata makna simbolik yang terkandung dalam keberadaan dan eksistensi tari
Dampeng ini pada etnis Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga, sejak dari arti Pantun yang diucapkan
saat menggelar tarian sampai makna properti sebagai sarat mutlak dalam pelaksanaan tarian ini.

Penulis mencoba menjelasakan dari arti pantun berikut ini :

Limau purut digenggam ampet


Sisa balimu di ate lamari
Pasang surut ombaknya rapet
Tarimo haluan biduk kami.
Artnya :
Jeruk purut adalah buah asam yang selalu digunakan oleh Etnis Pesisr untuk bahan wewangian
saat menjelang masuknya bulan Ramadhan. Digenggam oleh empat orang yang artinya hanya
jumlah empat macam tatanan manusia yang hidup di permukaan bumi ini: Pertama Bayi. Kedua,
Anak, ketiga orang dewasa, keempat Orang Tua.

Pasang surut artinya manusia selalu dalam posisi yang lemah disisi Allah
Subhanawata’ala.
Ombaknyo rapek artinya selama manjalani kehidupan di dunia ini, kalau kita keluar dari ajaran

38
Agama akan banyak cobaan akan kita hadapi bahkan kita akan menemui banyak halangan dan
rintangan.

Tujuh penari Dampeng yang berarti tujuh petala langit dan tujuh petala bumi yang berarti
tujuh tingkatan tata cara berpikir manusia di permukaan bumi ini, pertama tidak berakal berarti
bayi baru lahir, kedua ada akal itu anak balita, ketiga mulai berakal berarti remaja, keempat
sempurna akal berarti orang dewasa, kelima berlebih akal berarti orang-orang tua, keenam
kurang akal berarti orang tua yang mulai ujur, ketujuh tidak berfungsi akal berarti orang yang
sudah uzur.

Sejarah Tari Dampeng

Pada zaman dahulu di daerah Pesisir Tapanuli Tengah dan Kota Sibolga, terdapat banyak
para jawara yang memiliki ilmu silat yang bermacam ragam bentuknya. Seperti ragam “Silat
Simbang” ragam “Silat Langkah tigo salut” ragam “Silat Gajah Bakubang” dan ragam “Silat
Harimau Sitelpang”.

Untuk menghilangkan rasa iri hati dan rasa keangkuhan di kalangan para jawara, raja
yang bertitah pada waktu itu mengadakan satu pertunjukan seni bela diri yang diikuti para jawara
yang ada di setiap desa di daerah Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga, dan itu selalu diadakan setiap
tahunnya.

Dari akhir kegiatan seni pertunjukan tersebut selalu diadakan seni pertunjukan bersama
oleh pesilat untuk mencari kesamaan ragam dan gaya dari bentuk dan ragam silat yang berbeda
yang dahulu kegiatan tersebut dinamakan buk kak galanggang.

Adapun sejarah tari Dampeng oleh para jawara yang ada disetiap desa yang telah dan
selalu mengikuti kegiatan melakukan hal yang sama di desanya masing-masing, sehingga
terciptalah satu ragam yang ritmis dan diiringi vokal, agar masyarakat datang untuk
menyaksikannya.

Dari kegiatan ini, terciptalah satu tarian bersama. Karena Pantun yang pertama
dilantumkan untuk mengiringi tarian bersama ini diambil dari salah satu ragam silat yaitu
“Babeleng Dampeng” maka dimasukkanlah kalimat Babeleng Dampeng dalam pantun tersebut,
maka jadilah tarian ini bernama “Tarian Dampeng”.yang dikenal luas di kalangan etnis Pesisir
Tapanuli Tengah dan Kota Sibolga.

39
Tata Cara Pertunjukan Tari Dampeng.

Dengan mengucapkan : Yolaaaaaaa Yooooooooo, maka tujuh orang penari Dampeng pun
segera berjalan mengambil posisi ke kanan dengan hitungan delapan, saat suara vokal
mengatakan : Adeeeeeeeeee Tooooooooo maka penari Dampeng membalas putaran arah ke kiri
dengan hitungan delapan.

Selanjutnya saat vokal mengucapkan kalimat awal pantun : Tobeleeeeeeeng


Sidampeeeeeeeng Limou puruuuuuut tu kini nei, maka penari Dampeng membuka ragam
pertama dengan tangan menjulur sejajar ke depan yang bernama “Alang bakaja” sambil
memutar badan arah kanan dengan nama gerakan “Alang Malewek” masing-masing ditengah
lingkaran dengan hitungan delapan, sehingga badan menghadap ke belakang setelah pas kaki
kanan melangkah setengah pal sambil melanjutkan putaran setengah pal lagi sehingga posisi
kembali saling berhadapan dengan hitungan delapan. Ragam ini bernama “ Tabeleng Dampeng “
Penari kembali menjulurkan tangan sejajar ke arah jambangan bungo limau dambil menepukkan
telapak tangan masing-masing seraya menjawab dengan serentak penari dengan kata-kata :
Youuuu. Gerakan ini bernama “ Batapuk “ .

Saat suara vokal mengucapkan kalimat : “Oooooo diganggam Ampek Siso balimou tu
kini nei Dalam Lamari”, maka penari Dampeng menjawab dengan kata-kata “Oiiii Antaaaaa
Anta” membuat gerakan membuang kaki kanan melingkari kaki kiri sambil menekuk tangan
kanan arah ke bawah, kaki kiri sedikit sedikit agak merunduk, posisi tangan kiri melentik ke atas
sejajar dengan kepala dengan hitungan delapan. Gerakan ini bernama “Kipe Puccuk” .
Diawal sambungan pantun berikutnya, penari Dampeng membuat putaran ke arah ke kanan
sambil berjalan dengan serentak mengucapkan kalimat “ Yolaaaaaaa Yooooooo, Adeeeeeeeeey
Toooooooooo “ Saat vokal mengucapkan pantun “ Pasang surut tu kininei, maka penari
Dampeng kembali memperagakan ragam seperti semula
Tarian ini bisa berlanjut seiring dengan jumlah pantun yang divokalkan. Di akhir gerakan ini,
para penari kembali memberi hormat kepada kedua pengantin dan kepada Tolan atau para
undangan.

Busana Tari Dampeng

Busana yang dipakai dalam menarikan tari Dampeng adalah baju dengan teluk belanga
(gunting cino) dan celana bertali, dengan ikat kepala yang dinamakan “Deta” memakai kain batik
setengah lipatan di atas lutut. Pakaian terdiri dua warna, warna kuning bagi pesilat dari pihak
pengantin pria (marapulai), sedangkan warna merah muda dipakai oleh pesilat yang mewakili
pengantin wanita (anak daro).

40
Pelaku tari Dampeng

Asal mula tari Dampeng ini hanya ditarikan oleh orang yang lanjut usia, karena
perkembangan zaman, dan berkembangnya tarian daerah lainnya maka tarian Dampeng boleh
ditarikan oleh para kaula muda.

Penyajian tari Dampeng.

Setelah selesai adu ketangkasan dalam acara pagelaran gelombang duo baleh saat
penerimaan pengantin pria (marapulei) rombongan pengantin pria terus berangsur masuk ke
halaman rumah pengantin wanita.

Bungo limou yang dijunjung oleh seorang gadis yang dikawal oleh empat orang pesilat
dengan menenteng tabir Lidah-lidah atau sampangan di kiri dan kanan diletakkan di tengah
halaman persis di hadapan kedua pengantin yang didudukkan saling berhadapan maka tujuh
pesilat yang berasal dari dua kelompok tadi mengambil posisi membuat lingkaran mengitari
jambangan bungo limou. Setelah memberi hormat kepada kedua pengantin dan kepada Tolan
(para undangan) seiring dengan itu pula terdengarlah suara vokal dari salah seorang pevokal dari
kelompok Sikambang.

Makna Tujuh Macam Bunga

Bunga Longging adalah bunga yang selalu disukai setiap orang karena memiliki aroma
yang harum baunya. Bunga ini selalu ditanam di sudut halaman rumah. Pohonnya tidak
terlampau tinggi biasanya hanya tiga meter dari permukaan bumi. Bunga ini tidak pernah
berhenti berbunga. Bentuk bunganya mengembang berwarna putih mempunyai tangkai
bercabang. Buahnya berbentuk bulat lonjong bisa dijadikan obat penawar racun. Keberadaan
bunga ini melambangkan orang tua yang tidak pernah berhenti memberikan kasih sayang dan
perlindungan kepada anak-anaknya.

Bungo Cimpago adalah sebuah bunga yang berbunga satu kali dalam setahun. Biasanya
Bunga ini mulai berbunga pada saat menjelang bulan Puasa, Aromanya harum, biasanya
bunganya selalu diselipkan di antara lipatan baju dalam Lemari pakaian. Buahnya Bulat panjang
dan setelah cukup tua buah itu akan terbelah dua. Buahnya dapat dipergunakan sebagai obat
penurun panas bagi anak-anak. Pohonnya berdiameter lebih kurang satu meter. Tingginya bisa
mencapai sepuluh meter dari permukaan bumi. Bentuk bunganya seperti guntingan kertas
terkesan merundukkan kuncupnya, berwarna lembayung bertangkai tunggal Bunga ini
melambangkan anak perawan (gadis) yang pemalu dan selalu mengutamakan keindahan, selalu
jadi idaman Pria.

41
Bungo Puding adalah sebuah bunga yang ditanam di sekitar sumur. Bunga ini tidak
memiliki kuncup bunga. Keindahannya hanya dilihat dari warna daunnya yang berwarna-warni.
Warna-warni yang terdapat pada daunnya adalah warna hijau, kuning dan sibalik daunnya
terdapat warna merah saga. Besar batangnya hanya sebesar ibu jari, sedangkan tingginya hanya
lebih kurang satu meter dari permukaan bumi. Bunga ini tidak memiliki buah, dan selalu ditanam
di pusara makam. Kita selalu mendengar dalam ceramah para mubaligh, Rasul pernah
menancapkan bunga ini pada salah satu makam dimana Rasul singgah melepas lelah dalam satu
perjalanan berdagang di antara Kota Mekkah dan desa Tha’ib, karena menurut Rasul, bunga
puding dapat menjadi penyejuk bagi mayit yang ada dalam makam tersebut. Bunga ini
melambangkan seorang ulama yang selalu memberikan ceramah keagamaan sebagai penyejuk
umat.

Bungo Pagaran ini biasanya tumbuh di lereng perbukitan, dan dapat ditanam di pagar-
pagar rumah, Bentuknya berakar dan menjalar mengitari setiap sudut pagar. Bentuk daunnya
seperti jarum dan bunganya mengembang bentuknya kecil dengan warna berubah-ubah. Saat
mulai mengembang warnanya merah, setelah beberapa hari warna merahnya berubah menjadi
warna putih. Buahnya seperti buah kacang panjang tetapi tidak sebesar kacang panjang. Buahnya
biasa digunakan untuk pengharum masakan seperti rendang daging dan gulai ikan.

Bunga ini melambangkan pemuda yang menjadi pelopor pemersatu dan pemerakarsa,
lebih dari itu pemuda adalah menjadi pagar bagi sebuah desa dimana Pemuda tersebut berada.
Bungo Sari Kayo adalah sebuah bunga yang sudah tidak dijumpai lagi di daerah Pesisir Tapanuli
Tengah Sibolga. Menurut berita bunga ini adalah berbentuk pohon kayu biasa, tingginya bisa
mencapai sepuluh meter, bentuk daunnya seperti daun beringin, bentuk buahnya seperti buah
kari, bila masak dapat dimakan rasanya terasa sangat enak dan manis.

Dari bentuk isi dan enak rasanya Etnis Pesisir menciptakan sebuah masakan yang terbuat
dari larutan telur dicampur dengan sedikit tepung dicampur banyak gula dimasak dengan
mengukusnya. Itulah yang bernama Sari Kayo yang dihidangkan untuk pelengkap upa-upah yang
diberikan kepada anak yang akan disunat rasulkan, juga untuk upa-upah kedua pengantin saat di
pelaminan. Sedangkan bentuk bunganya berbentuk kuncup dan tidak pernah mengembang
berwarna putih beraroma harum dan mudah sekali gugur sebelum menjadi buah dan mudah
terserang penyakit tanaman apa bila tidak di rawat dengan baik. Bunga ini melambangakan anak
balita yang selalu membutuhkan siraman kasih sayang dari setiap orang dan selalu dijaga dan
dirawat.

Bungo Rampei adalah sebuah bunga yang juga biasanya ditanam di pekarangan rumah.
Bentuknya hampir sama dengan bunga Longging. Bentuk bunganya menjulai ke bawah
berbentuk opal berwarna kuning dan ber aroma harum, biasanya Bunga tersebut dicampur bedak
pendingin wajah dijemur bersamaan dengan bedak tersebut sehingga apabila sudah kering

42
menjadi harum. Bunga ini memiliki buah bertandan seperti buah langsat, bentuk buahnya bulat
lonjong. Besar batangnya hanya berdiameter setengah meter dan tingginya hanya mencapai tiga
meter. Buahnya dapat digunakan sebagai pengobatan Bara (Kanker). Bunga ini melambangkan
para tokoh masyarakat yang selalu menjadi panutan dan tempat mengadukan masalah yang
terjadi di tengah-tengah masyarakat.

Bunga Balik Angin adalah sebuah bunga yang tumbuh di tengah padang tempat gembala
kerbau atau kambing. Bentuk daunnya sebelah atas berwarna hijau, sebelah bawah berwarna
merah, tetapi apabila daunnya mengering warna sebelah atas akan berubah menjadi hitam dan
sebelah bawah akan berubah menjadi putih, memiliki bunga mengembang kecil-kecil berwarna
lembayung tidak memiliki aroma. Bentuk buahnya bulat kecil dan beraroma kurang sedap.
Tinggi pohonnya hanya berkisar satu meter dari permukaan Bumi. Biasanya daunnya yang sudah
kering ditaruh di atas kosen pintu depan rumah dinyakini dapat dijadikan penangkal makhluk
jahat yang dapat disuruh oleh orang yang memelihara makhluk tersebut. Bunga tersebut
melambangakan orang pintar (Paranormal) yang selalu menjadi tempat masyarakat pada waktu
itu membawa keluarganya yang sakit untuk berobat.

ALAT KESENIAN ETNIS PESISIR TAPANULI TENGAH SIBOLGA

Seperti kesenian tradisi lainnya, kesenian Pesisir Tapanuli Tengah dan Kota Sibolga,
mempunyai alat kesenian yang telah dikenal turun temurun oleh masyarakat Pesisir Tapanuli
Tengah dan Kota Sibolga sejak dari Kecamatan Sibabangun sampai Kecamatan Manduamas,
walau sedikit ada perbedaan seperti alat kesenian yang ada di Barus,
Alat kesenian tradisi di daerah Pesisir Tapanuli Tengah dan Kota Sibolga terdiri tiga bagian
seperti alat musik tiup seperti Singkadu, alat musik gesek seperti Biola, alat musik tokok seperti
gendang, sedangkan alat musik petik seperti Akordion yang belakangan ini dipergunakan sebagai
instrumen tambahan.

SINGKADU

Singkadu adalah alat musik tiup yang terbuat dari bambu, bentuknya panjang, memiliki
lubang, sedangkan lokasi lubang dimana si pemain akan meniup adalah berada pada pangkal
bambu dengan mencipkan ujung bambu.

GENDANG

Gendang gadang yang berfungsi sebagai bas yang terbuat dari kayu yang biasanya dari
pohon kelapa yang dikeruk bagian tengah hingga tembus seperti cincin. Biola

43
BIOLA

Biola adalah salah satu alat musik tradisional Pesisir. Adapun bentuknya tidak berbeda
dengan Biola yang biasa kita jumpai dipasaran. Adapun tata cara memainkan alat musik tersebut,
sangat berbeda sesuai dengan lagu dan vokal yang di lantumkan oleh vokalis budaya Pesisir.
Perlu dijelaskan bahwa tidak semua pemusik yang handal bisa memainkan alat musik seperti
diatas apa bila mengiringi vokal dan lagu tradisi Pesisir yang sangat tergantung kepada rasa dan
resam alunan irama lagu dan vokal tradisi Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga.

IRAMA VOKAL LAGU TRADISI PESISIR TAPANULI TENGAH dan KOTA


SIBOLGA

Irama dan alunan suara vokal lagu tradisi Pesisir sangat berbeda dengan irama vokal
tradisi lainnya yang ada di Sumatera Utara. Irama dan alunan suara vokal lagu tradisi Pesisir
diharuskan dengan suara tinggi pada saat melantumkan irama lagu yang biasa disebut lagu
Sikambang. Alunan suara vokal sikambang sangat tergantung kepada perasaan orang yang
melagukannya, ditambah lagi warna irama vokal yang disuarakan dengan suara lantang dengan
notase yang tinggi, sehingga dibutuhkan pola tingkah dan cara memainkan alat musik yang
tinggi pula sesuai dengan notase suara orang yang yang melagukannya.
Lagu Sikambang misalnya yang dalam istilah Pesisir bernama Karambi randah yang
biasanya mengiringi tari anak. Lagu ini dari sejak pantun pertama diharuskan dengan notase
tinggi sehingga apa bila sipelagu tidak memiliki napas yang panjang janganlah melagukannya
karena akan berimbas kepada musik yang mengiringinya, Demikian juga lagu Duo yang
biasanya mengiringi tari adok, kalau dilihat secara nyata hampir semua vokal lagu Sikambang
mengharuskan sivokalis harus bisa bersuara dengan lantang dan bernapas panjang, hanya ada
beberapa vokal saja yang secara umum bisa divokalkan dengan suara rendah seperti lagu Kapri,
lagu sampaya, dan lagu Sikambang Botan.

44
BAB III

PEMBAHASAN

A. KELEBIHAN
 BUKU 1
 Menyajikan tulisan dengan tepat.
 Pembahasan pada sub bab spesifik, langsung pada intinya.
 Bentuk sampul dan kertasnya tebal dan tidak mudah koyak.
 Terdapat evaluasi di masing-masing akhir bab sehingga melatih pembaca untuk
mengulas kembali pemahamannya mengenai materi yang telah di paparkan.
 BUKU 2

 Menyajikan tulisan yang mudah di mengerti pembaca.


 Pembahasannya langsung pada intinya.
 Ada gambar yang membuat kita mudah memahami isi buku tersebut
 Buku ini juga membuat kita lebih mengerti tentang kebudayaan dan adat yang ada
di pesisir sibolga

45
B. KELEMAHAN
 BUKU 1
 bentuk tulisan buku ini ada yang terlalu rapat dan ukuran hurufnya yang
terlalu kecil jadi kelihatan kurang tepat dan rapi membuat pembaca sedikit
bosan untuk membacanya.
 ditinjau dari isinya, bahasa yang dipakai dalam buku ini lebih susah
dimengerti hanya perlu membaca ulang untuk memahami maksud dari
penjelasan.
 mendalam tentang mahasiswa, penjelasan hanya sedikit dan lebih banyak
cerita.

 BUKU 2

 Didalam buku ini banyak kali penjelasan yang terlalu panjang yang membuat
seseorang membacanya cepat bosan.
 Tatanan bukunya tidak rapi kata-katanya terlalu padat.

46
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Buku Pesisir SibolgaSjawal Pasaribu. memang sangat cocok digunakan untuk para pembaca
yang ingin mendalami materi tentang Bahasa dan Sastra yang ada di Pesisir Sibolga, selain karna
penjabaran dan pencontohan yang sangat jelas dan mudah dipahami, sehingga buku ini menjadi
lebih unggul di banding oleh buku-buku yang lain, begitu juga dengan Pesisir Sibolga Karya
Sjawal Pasaribu yang berjudul Adat dan Budaya Masyarakat Peisir Tapanuli Tengah/Sibolga.
untuk pembahasan sudah sangat lengkap dan mudah dipahami.

B. SARAN

Saya berharap buku ini dapat berkelanjutan untuk edisi atau cetakan selanjutnya.
Diharapkan untuk selanjutnya dapat mengikuti sesuai perkembangan zaman pada saat ini.
Supaya dapat lebih membantu dan membagikan ilmu yang lebih luas lagi mengenai Pesisir
Sibolga pada era revolusi industri 4.0 seperti saat ini. Selain itu pengarang juga dapat
menambahkan gambar-gambar yang menarik sesuai dengan isi buku agar dapat menarik minat
pembaca dari semua kalangan.

47
DAFTAR PUSTAKA

Sjawal Pasaribu. Bahasa dan Sastra Pesisir Tapanuli Tenagh dan Kota Sibolga.
Sjawal Pasaribu. 2011. Adat dan Budaya Masyarakat Pesisir Tapanuli Tenagh/Sibolga.
SUMUT. Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi.

48

Anda mungkin juga menyukai