Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PROVINSI JAWA BARAT

Kelompok 3 :

1. Sahira

2. M. Nabil

3. Muh Aldie

4. Bima Sakti

5. Kelvin Gabriel

6. Nazwa Afriliani

SMKN 1 PEKANBARU
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa
selesai pada waktunya.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Pekanbaru, Januari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3

2.1 Menyadari dan Menghargai Keberagaman Identitas di Provinsi Jawa Barat..........3


2.2 Kolaborasi Antar Budaya di Provinsi Jawa Barat...................................................11
2.3 Budaya di Pentas Global di Provinsi Jawa Barat....................................................14
2.4 Belajar dari Kekayaan Tradisi Provinsi Jawa Barat................................................15

BAB III PENUTUP...........................................................................................................17

3.1 Kesimpulan..............................................................................................................17
3.2 Saran........................................................................................................................17

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sejarah berdirinya provinsi Jawa barat tidak lepas dari kerajaan-kerajaan yang ada di
Nusantara khsuusnya di Jawa bagian Barat atau yang sekarang terkenal sebagai Jawa Barat
(Jabar).

Pada abad ke-5 wilayah Jawa Barat merupakan bagian dari kerajaan Tarumanegara,
dibuktikan melalui banyaknya prasasti Tarumanegara yang tersebar di wilayah Jabar. Dimana
terdapat sekitar 7 prasasti dalam aksara wengi dan sansekerta yang menceritakan cerita
kerajaan Tarumanegara.

Setelah runtuh, dilanjutkan oleh Kerajaan Sunda, daerah kekuasaannya meliputi Ujung
Kulon hingga Kali Serayu. Hal ini dibuktikan melalui prasasti Kebon Kopi II tahun 932 dan dahulu
kerajaan sunda beribukota atau berpusat di Pakuan atau sekarang menjadi Kota Bogor

Abad 16 pelabuhan Cerbon dikuasai oleh Kesultanan Demak yang kemduia menjadi
Kesultanan Cirebon dan melepaskan diri dari Kerajaan Sunda. Termasuk Pleabuhan Banten
berubah menjadi Kesultanan Banten karena dikuasai oleh Kesultanan Cirebon.

Singkat cerita, dari tahun 1567-1579 dibawah pimpinan Prabu Surya Kencana, Kerajaan
Sunda mengalami tekanan dari Kesultanan Banten dan tidak dapat mempertahankan ibukota
Pakuan Pajajaran (Bogor) hingga akhirnya dikuasai oleh Kesultanan Banten, dan wilayah
kerajaan Sunda baian Tenggara dikuasai oleh Kesultanan Mataram.

Secara administratif, Jawa Barat sebagai provinsi dimulai tahun 1925 ketika pemerintah
Hindia Belanda membentuk provinsi. Pembentukan tersebut dilaksanakan tahun 1922 yang
membagi wilayah hindia belanda menjadi kesatuan daerah-daerah provinsi. Sebelum tahun
1925, digunakan istilah Tatar Soenda atau Pasundan.

Singkat cerita pada tanggal 18 Agustus 1945, Jawa Barat bergabung dengan Republik
Indonesia. Pada tanggal 27 Desember 1949, Jawa Barat berganti menjadi Negara Pasundan,
sesuai perjanjian dan kesepakatan dalam Konferensi Meja Bundar yang merupakan bagian dari
Republik Indonesia Serikat. Lalu pada tahun 1950 setelah tidak ada Republik Indonesia Serikat,
Negara Pasundan kembali berganti nama menjadi Jawa Barat dan kembali bergabung dengan
Republik Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


iv
 keberagaman dari provinsi Jawa Barat
 kolaborasi antar budaya Provinsi Jawa Barat dengan provinsi lain
 kolaborasi antar budaya Provinsi Jawa Barat di Pentas Global
 tradisi-tradisi dari Jawa Barat

1.3 Tujuan

 Mengetahui keberagaman yang ada di provinsi Jawa Barat


 Mengetahui kolaborasi antar budaya Provinsi Jawa Barat dengan provinsi lain
 Mengetahui kolaborasi antar budaya Provinsi Jawa Barat di Pentas Global
 Mengetahui tradisi-tradisi dari Provinsi Jawa Barat

BAB II

v
PEMBAHASAN
2.1 Menyadari dan Menghargai Keberagaman Identitas di Provinsi Jawa Barat

Kebudayaan yang mendominasi di provinsi ini adalah kebudayaan Sunda dan kebudayaan
Cirebon. Kebudayaan sunda sendiri berkembang di Tataran Sunda, Tanah Pasundan, serta
Tanah Priangan. Adapun, kebudayaan Cirebon berkembang di daerah yang dahulunya
merupakan karesidenan Cirebon kawasan bagian utara.

Tak hanya itu, kebudayaan lain yang berkembang di Jawa Barat adalah budaya Betawi dan
Pesisir yang berkembang di daerah-daerah yang dikelilingi oleh DKI Jakarta dan daerah pesisir
pantai.

1. Bahasa Daerah Jawa Barat

Bahasa menjadi alat komunikasi bagi suatu komunitas di daerah tertentu. Penduduk Jawa
Barat mayoritas menggunakan Bahasa Sunda karena suku yang mendiami daerah Jawa Barat
adalah suku Sunda. Namun, di daerah Kabupaten Cirebon dan Kota Cirebon, bahasa yang
dituturkan mengalami akulturasi dengan daerah yang terikat dengan daerah tersebut, yakni
Bahasa Banyumasan dengan dialek Brebes.

Berdasarkan sejarah, diakibatkan oleh kekuasaan Kerajaan Mataram yang pernah


menaklukan wilayah Jawa Barat pada abad XVII, Bahasa Sunda terpengaruh oleh Bahasa Jawa,
sehingga dalam tuturannya dikenal undak-usuk-basa.

Undak-usuk-basa sendiri merupakan cara pemakaian bahasa yang disesuaikan dengan


tingkatan sosial pemakai bahasa di dalam masyarakat. Adapun istilah bahasa yang ada dalam
Bahasa Sunda, yakni bahasa lemes /sopan, bahasa loma /sedang, dan bahasa garihal /kasar.
Pemakaiannya disesuaikan berdasarkan keadaan pihak yang berbicara, pihak yang diajak
berbicara, serta hal yang dibicarakannya.

Dialek atau variasi bahasa yang berkembang dalam Bahasa Sunda disesuaikan dengan
daerahnya masing-masing, seperti adanya dialek Bandung, dialek Banten, dialek Cianjur, dialek
Purwakarta, dialek Cirebon, dialek Kuningan, dialek Sumedang, dialek Garut, dan dialek Ciamis.

2. Rumah Tradisional Jawa Barat

Rumah adat sunda pada umumnya terbagi menjadi tiga bagian utama, yaitu teras/bagian
depan, tengah imah dan kamar tidur sebagai bagian tengah, dan pawon dan pedaringan atau
goah yang merupakan bagian belakang rumah yang biasanya berupa dapur. Biasanya, rumah
adat Sunda memiliki halaman depan dan belakang.

Adapun ciri-ciri rumah adat Sunda, yaitu:

vi
1. Memiliki bentuk segi empat agak memanjang
2. membangun rumahnya terbuat dari kayu
3. Atap rumahnya terbuat dari ijuk atau daun rumbia
4. Dinding rumahnya terbuat dari bilik atau riisan bambu yang dianyam dengan pola
kepang atau sasag
5. Langit rumahnya terbuat dari palupuh
6. Tiang-tiang penyangga rumah beralaskan batu yang disebut sebagai tatapakan.

Susunan rumah adat Jawa Barat memiliki bentuk memanjang dengan arah barat-timur dan
pintunya menghadap ke arah utara-selatan. Susunan ini ditujukan untuk tidak melawan arah
matahari atau kehendak alam.

Adapun beberapa contoh rumah adat tradisional Jawa Barat, sperti Imah Badak Heuay,
Rumah Togog Anjing, Imah Julang Ngapak, Imah Jolopong, Imah Parahu Kumereb, Imah Capit
Gunting, Lengkong, dan Citalang.

3. Pakaian Tradisional Jawa Barat

Secara umum, pakaian tradisional Jawa Barat mencerminkan golongan masyarakatnya, seperti:

1. Baju pangsi dan kebaya sunda dengan ditambah kain jebat yang digunakan oleh
golongan rakyat biasa
2. Baju bedahan dan kebaya digunakan oleh golongan rakyat menengah
3. Jas beludru sulam benang emas digunakan oleh golongan rakyat bangsawan
4. Beskap digunakan untuk mojang dan jajaka
5. Pakaian adat pengantin Sunda
6. Baju adat Sunda untuk anak-anak

4. Kesenian Tradisional Jawa Barat

Masyarakat Sunda terkenal dengan ramah tamahnya. Hal ini didorong oleh semboyan yang
melekat dalam diri mereka, yakni seseorang hade ka semak yang memiliki arti sangat ramah
pada tamu. Selain itu, ada pula beberapa jenis kesenian tradisional khas Jawa Barat,
diantaranya:

1. Wayang golek
2. Tari Jaipongan
3. Degung

vii
4. Rampak Gendang
5. Sisingaan
6. Kuda Renggong
7. Bajidoran
8. Cianjuran
9. Kacapi Suling

5. Tari Tradisional

Selain kesenian tradisional, Jawa Barat juga memiliki banyak tarian tradisional yang lekat
dengan adat istiadat di daerah tersebut, misalnya Tari Tayuban/Nayuban, Ronggeng Gunung,
Ketuk Tilu, Doger Kontrak, Longser, Banjet, Bangreng, Kemprongan, Bedaya Tara-wangsa,
Kadagan, Sekar Putri, dan masih banyak lagi.

6. Seni Kerajinan

Kerajinan yang berkembang di Jawa barat juga turut memperkaya budaya Jawa Barat. Adapun
beberapa seni kerajinan dari berbagai daerah di Jawa Barat, seperti:

1. Cirebon : Batik Tradisional Trusmi, kedok, rotan, lukis kaca dan kulit.
2. Indramayu : Tembikar, topeng, tas kulit ular, tikar pandan, batik tulis, dan bulu domba.
3. Tasikmalaya : Payung, anyaman, batik tulis, kelom geulis, sepatu kulit, bordiran,
anyaman mendong dan topi.
4. Purwakarta : Keramik
5. Cibaduyut Bandung : Sepatu
6. Bekasi : Anyaman bambu dan pahat patung
7. Bogor : Kerajinan Tanduk

7. Makanan Tradisional Jawa Barat

Makanan dan minuman khas Jawa Barat banyak sekali jenisnya. Setiap jenis makanan
tersebut adalah bagian dari kebudayaan daerah setempat. Jenis-jenis makanan yang menjadi
ciri khas Jawa Barat bisa dilihat pada tabel berikut ini.

1. Liwet : Merupakan Khas Jawa Barat, Sunda Banget

2. Nasi Tembel : Mirip seperti nasi liwet dan masih berasal dari Sunda

3. Nasi Tutug Oncom : Berasal dari Tasikmalaya

4. Karedok : Karedok merupakan makanan khas Sunda yang disajikan dengan sayur-sayuran
yang masih mentah

viii
5. Lotek : Hampir sama dengan Karedok dan masih berasal dari suku Sunda

6. Bakakak Hayam : Bakakak Hayam merupakan masakan khas Sunda yang cukup unik

7. Soto Bandung : Soto Bandung umumnya memakai daging sapi has dalam atau tetelan.

8. Soto Mie : Soto Mie sendiri merupakan jenis masakan khas Sunda yang menyajikan mie
dengan kuah kaldu yang kental.

9. Mie Kocok : Mie Kocok menggunakan mie pipih telur dengan kuah kaldu dan kikil yang
berasal dari Bandung.

10. Sate Maranggi : Makanan khas Purwakarta ini sudah sangat terkenal.

11. Empal Gentong : Empal Gentong khas bandung ini dihidangkan dengan nasi atau lontong,
dan kucai. Empal Gentong juga terasa enak jika dimakan dengan kuah santan.

12. Kupat tahu : Yang sangat terkenal yaitu dari Tasikmalaya kupat tahu singaparna.

13. Geco : Makanan Sunda yang populer di masyarakat Cianjur ini menggunakan bahan dasar
tauge yang kemudian disiram dengan tauco.

14. Surabi : Kue tradisional Sunda ini sangat populer di kota Kembang Bandung

15. Tahu Sumedang : Berbeda dari tahu goreng biasa, Tahu Sumedang mempunyai tekstur yang
khas.

8. Senjata Tradisional Jawa Barat

1. Kujang

fungsi kujang tergantung pada ukuran bilahnya. Jika ukuran bilahnya 10 sampai 15 cm,
senjata kujang ini dipercaya berfungsi sebagai jimat. Jika ukuran bilahnya 20 sampai 35 cm,
senjata itu tergolong kategori pusaka. Jika panjang bilah pisau adalah 40 sampai 50 cm, maka
kujang tersebut termasuk dalam kategori kapak yang berfungsi sebagai kepala kapak atau mata
tombak.

2. Bedog

fungsi bedog ialah sebagai ciri-ciri simbolik yang digunakan untuk meningkatkan harkat dan
martabat pemiliknya. Jika dilihat dari segi estetika, bedog digunakan sebagai objek koleksi. Dan
jika dilihat dari fungsi ekonominya, bedog mampu memberikan penghidupan bagi masyarakat.

3. Baliung

ix
Senjata ini biasanya digunakan untuk menebang pohon besar. Di daerah lain ada senjata
seperti Baliung yang hanya berbeda nama dan penyebutannya. Panjang gagang senjata
tradisional ini adalah 30-35 cm. Gagang senjata ini terlihat sangat tebal dan berat.

4. Balincong

Senjata ini biasanya digunakan untuk membantu dalam pekerjaan pertanian. Hal ini
menjadikan senjata Balincong jadi salah satu senjata paling populer di sekitar pedesaan. Senjata
tradisional ini memiliki ujung besi. Meskipun gagangnya terbuat dari kayu.

5. Bajra dan Gada

Bajra dan Gada adalah senjata tradisional Jawa Barat yang digunakan pada zaman pra-
kemerdekaan sebagai alat perlawanan untuk mengusir penjajah. Bentuk senjata ini merupakan
senjata yang digunakan dengan cara mengayun dan memukul. Senjata tradisional Jawa Barat ini
biasanya berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan penggunanya.

6. Gacok

Gacok biasanya digunakan untuk pertanian dan peternakan yang biasanya digunakan untuk
mengumpulkan rumput kering, membersihkan kandang, dan membersihkan jemuran. Senjata
tradisional ini memiliki gagang berbentuk cangkul.

7. Congkrang

senjata digunakan untuk membersihkan rerumputan dan tumbuhan liar di persawahan dan
kebun. Senjata Congkrang juga memiliki beberapa keistimewaan, seperti kemampuan mengikis
rumput hingga ke akar-akarnya. Senjata tradisional ini sudah ada sejak lama dan masih menjadi
alat berkebun yang digunakan wanita untuk membantu suaminya.

9. Permainan Tradisional Jawa Barat

Permainan tradisional rakyat adalah permainan yang biasanya dilakukan oleh sekelompok
anak-anak di daerah tersebut. Provinsi Jawa Barat mempunyai beragam permainan tradisional
rakyat.

Berikut ini merupakan berapa permainan tradisional Jawa Barat silahkan dilihat pada tabel
berikut ini:

1. Congkak : Hampir seluruh wilayah Jawa Barat

2. Bebentangan : Cirebon dan pantai utara Jawa Barat

3. Gatrik : Hampir seluruh wilayah Jawa Barat

x
4. Ecor : Daerah Kabupaten Karawang

5. Kobak : Daerah Bandung, Bogor, Garut dan Cianjur

6. Ngadu Karbit : Daerah Karawang dan Bekasi

7. Meong Bongkok : Daerah Cibitu, Kab. Garut

8. Ngadu Muncang : Hampir seluruh wilayah Jawa Barat

9. Oray-orayan : Hampir seluruh wilayah Jawa Barat

10. Pal-palan : Hampir seluruh wilayah Jawa Barat

11. Prang-pring : Daerah Parahyangan

12. Pacublek-cublek Uang : Daerah Parahyangan

13. Sursar/ Surser : Hampir seluruh wilayah Jawa Barat

14. Serokan : Hampir seluruh wilayah Jawa Barat

10. Upacara-Upacara Adat Jawa Barat

1. Pesta Laut : Tempat yang sering dilakukan seperti di Pangandaran, maupun daerah-daerah
pesisir lainnya di Jawa Barat. Perahu-perahu nelayan yang mengangkut sajen dihiasi aksesoris
warna-warni pada saat pelaksanaannya.

2. Ngalaksa : Upacara ini lazim ditemui di daerah Ranca Kalong, Sumedang. Upacara ini
dilakukan dengan membawa padi ke lumbung dan memakai baju rengkong.

3. Ruwatan Bumi : Upacara Ruwatan Bumi ini dilaksanakan setiap bulan Februari di Kabupaten
Subang.

4. Ngalungsur Pusaka : Upacara ini dilakukan di Garut. Upacara adat membasuh pusaka ini
dipimpin oleh seorang juru kunci (kuncen).

5. Ngunjung : Upacara ngunjung/munjung ini termasuk upacara adat provinsi Jawa Barat yang
biasanya dilakukan oleh masyarakat yang ada di daerah Indramayu, Cirebon, dan sekitarnya.

6. Bubur Syura : Kebiasaan yang dikaitkan dengan Dewi Kesuburan, yaitu Nyi Pohaci Sanghyang
Sri. Keyakinan masyarakat bahwa upacara adat ini bisa mendatangkan kesejahteraan dan
ketentraman.

xi
7. Ngirab atau Rebo Wekasan : Masyarakat di Cirebon, biasa melakukan upacara ini. Kebiasaan
ini dilakukan di hari Rabu minggu terakhir di bulan Shafar.

8. Nyalawean : Kebiasaan ini dilakukan Cirebon. Upacara ini biasanya berlangsung selama 5
hari, dan acaranya dilaksanakan 12 hari setelah acara peringatan di Keraton Cirebon.

9. Seren Taun : Upacara ini di temui di Sukabumi. Upacara Seren Taun ialah sebuah upacara
yang intinya mengangkut padi dari sawah ke lumbung dengan menggunakan rengkong.

10. Ngarot : Kebiasaan Indramayu yang dilaksanakan saat musim tanam dimulai atau musim
penghujan dengan mengadakan arak – arakan ke arah balai desa.

11. Sepitan atau Khitanan : Upacara Khitanan dilakukan pada anak laki-laki berdasarkan
kepercayaan Islam. Karena sudah menjadi kewajiban dalam agama Islam.

12. Tingkepan atau Tujuh Bulan : Kebiasaan adat ini diadakan saat seorang ibu yang sedang
mengandung tujuh bulan.

11. Lagu Daerah Jawa Barat

1. Manuk Dadali

Arti manuk dadali adalah burung garuda. Dalam lagu ini disebutkan gambaran bentuk dari
burung garuda yang cepat saat terbang, tak bisa disusul oleh yang lainnya, gagah dan sangat
dihormati sebagai lambang negara Indonesia.

2. Bubuy Bulan

Lagu ini menggambarkan seseorang gadis yang mengagumi pujaan hatinya yang kerap dia
jumpai saat pagi. Gadis itu sangat terpesona dengan sorot mata sang lelaki yang menyentuh
hati.

3. Tokecang

Lagu ini memiliki nilai agar tidak serakah dan saling berbagi kepada sesama. Hal itu
tergambarkan dalam lirik tokecang tokecang, bala gendir tosblong. Ada yang mengartikan
bahwa itu tokek makan kacang, ada juga yang menilai Tokecang adalah nama orang yang
mencuri kendil kosong.

4. Es Lilin

Lagu ini mengisahkan sosok perempuan yang malu terhadap lelaki yang tengah berusaha
mendekatinya.

xii
5. Cing Cangkeling

Lagu ini memiliki pesan yang mendalam karena menunjukkan agar manusia harus memiliki
hati yang teguh, tenang, dan merdeka tapi tetap bertanggung jawab sehingga dapat
mendapatkan dunia yang sarat rahmat dan diberkahi Tuhan Semesta Alam.

11. Alat Musik Tradisional Jawa Barat

1. Angklung

Angklung yang digunakan memiliki fungsi pada tradisinya, yakni sebagai pengiring ritus
bercocok-tanam. Setelah masyarakat di sana menganut Islam, dalam perkembangannya,
kesenian tersebut juga digunakan untuk mengiringi khitanan dan perkawinan.

2. Calung

Awal mulanya calung dipentaskan untuk mengiringi upacara-upacara adat sunda sebagai
ritual perayaan masyarakat Jawa Barat, namun dengan berkembangnya zaman calung berubah
fungsi menjadi alat musik yang manghibur masyarakat dengan menghasilkan harmoni yang
indah.

3. Gembyung

Awal mulanya calung dipentaskan untuk mengiringi upacara-upacara adat sunda sebagai
ritual perayaan masyarakat Jawa Barat, namun dengan berkembangnya zaman calung berubah
fungsi menjadi alat musik yang manghibur masyarakat dengan menghasilkan harmoni yang
indah.

4. Tarawangsa

Alat musik gesek ini awalnya dimainkan berkaitan dengan upacara padi, yakni menjelang dan
setelah panen. Tarawangsa dibunyikan selain untuk menghibur petani juga sebagai ungkapan
rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang melimpah.

6. Suling

Instrumen ini biasanya dimainkan sebagai pengiring instrumen musik lainnya dalam
pementasan acara musik. Selain itu, ia juga bisa digunakan sebagai instrumen solo guna
mengiringi nyanyian baik dengan suara yang rendah hingga suara tinggi sekalipun.

xiii
2.2 Kolaborasi Antar Budaya di Provinsi Jawa Barat

1. Kolaborasi antar budaya Jawa Barat dan Aceh

Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan telah memfasilitasi
terselenggaranya kegiatan Pentas Urban Art 2022. Acara yang digagas Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi Aceh tersebut merupakan ajang silaturahmi keluarga besar masyarakat
Aceh yang tinggal di Jawa Barat, sekaligus menjadi wujud kolaborasi budaya antar dua provinsi.

Hal itu disampaikan Kepala Disparbud Jabar Benny Bachtiar yang diwakili Sekretaris Dinas
Andrie Kustria Wardana. Menurutnya kolaborasi ini menjadi tindak lanjut dari kesepakatan
kerja sama yang sudah ditandatangani Gubernur Jabar Ridwan Kamil, Desember 2021 lalu.

“Indonesia dibangun bukan hanya Aceh atau Jawa Barat saja, tapi oleh kita semua. Karena
itu, kolaborasi ini sangat menguatkan. Tahun lalu Gubernur Jabar sudah menandatangani MoU
(perjanjian kerja sama) dengan Gubernur Aceh dan hari ini ada momentum untuk tindak lanjut
bersama,” ujar Sekdisparbud Jabar di Teater Tertutup Taman Budaya, Kota Bandung, Sabtu 25
Juni 2022 malam.

“Yang paling penting untuk kita semua adalah mengimplementasikannya. Insya Allah
kolaborasi ini menjadi penguat bagaimana Indonesia dibangun secara bersama-sama,”
lanjutnya.

Hal senada diutarakan Plt. Kadisbudpar Aceh Almuniza Kamal. Menurutnya, kedua provinsi
sama-sama punya kekuatan soal budaya dan pariwisata. Dengan potensi yang ada, ia optimistis
bisa membangun kolaborasi yang bermanfaat bagi masyarakat.

“Harapan saya dengan adanya ini bisa mempererat persaudaraan Aceh dan Jawa Barat
khususnya soal seniman, budaya, dan pariwisata. Teman-teman di Jawa Barat silakan
berkunjung ke Aceh karena kami punya prinsip untuk selalu memuliakan tamu. Bagi kami itu
adalah adat kebiasaan dan saya atas nama Gubernur serta Pemerintah Aceh mengundang
seluruh bapak dan ibu yang hadir di sini untuk ke Aceh melihatnya secara langsung,” ucapnya.

Pentas Urban Art 2022 sendiri berlangsung meriah dengan menghadirkan berbagai
pertunjukan seni tari-tarian Aceh dan Jawa Barat. Bahkan yang lebih spektakuler yaitu momen
dimana musisi Aceh dan Jawa Barat secara bersama-sama memainkan lagu dengan
menggabungkan alat musik tradisional dari masing-masing provinsi.

Acara ini turut dihadiri oleh Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) Dahlan
Jamaluddin, Keluarga Masyarakat Aceh Bandung (KAMABA), serta para pelaku seni yang
tergabung dari berbagai sanggar.

xiv
2. Kolaborasi antar budaya Jawa Barat dan Yogyakarta

Pemerintah Provinsi Jawa Barat bersama Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta


melakukan pertukaran cendera mata sebagai simbol persahabatan serta kolaborasi antar dua
provinsi. Momen tersebut berlangsung dalam acara Gelar Muhibah Pikat Amerta (Gempita)
Budaya yang diselenggarakan di Gedung Sate, Kota Bandung, Selasa 7 Desember 2021.

Pertukaran cendera mata dilakukan langsung oleh Gubernur Jabar Ridwan Kamil dengan Sri
Sultan Hamengkubuwono X. Ridwan Kamil berharap kedua provinsi dapat berkolaborasi lebih
untuk membangkitkan banyak sektor.

“Alhamdulillah Jawa Barat khususnya Kota Bandung mendapatkan kehormatan dengan


hadirnya Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X juga beserta
ibu Gusti Kanjeng Ratu Hemas yang berkenan hadir mendampingi. Yogyakarta dan Jawa Barat
itu bersaudara, selalu kolaborasi untuk kebaikan negeri. Mudah-mudahan semua yang hadir
berkenan untuk kita tunggu kerja sama lanjutannya di masa depan baik dalam bidang ekonomi,
bidang kebudayaan, bidang pariwisata, dan bidang-bidang lainnya,” ungkap Ridwan Kamil.

Hal senada disampaikan Sri Sultan Hamengkubuwono X. Menurutnya, kolaborasi


kebudayaan Pasundan dan Jawa bisa dikembangkan menjadi kerja sama yang membawa
keuntungan untuk banyak pihak.

“Perpaduan bisa terinspirasi dari pertukaran persona budaya malam ini antara tarian Sunda
yang lincah ceria penuh gairah, dikolaborasikan dengan Bedhaya Sapta yang memiliki gerak
gemulai bak mengalirnya air tanpa henti. Menurut saya ini perbedaan yang justru menjadi
unsur perpaduan mengandung arti. Memang terasa mudah mengucapkannya, tetapi akan
menghadapi banyak kendala kultural dalam penciptaannya agar bisa terbentuk sebuah
harmoni,” ucap Sri Sultan Hamengkubuwono X.

“Hal tersebut kurang lebih serupa dengan mewujudkan kohesi sosial di tengah masyarakat
seperti sekarang ini. Tetapi justru di situlah tantangannya. Paling tidak kerja sama G to G ini
saya harapkan bisa berkembang secara organis dan berjaringan menjadi B to B antar elemen
masyarakatnya sendiri. Karena berdasarkan fakta dan data yang ada, ketua kelompok
masyarakat Bandung dan Yogykarta memiliki kesamaan talenta yakni inovasi dan kreativitas.
Demikianlah harapan kami yaitu membangkitkan kreativitas masyarakatnya dalam berbagai
bidang dan profesi untuk lebih meningkatkan nilai tambah pada potensi masing-masing dan
memberikan pencerahan rmpersatuan dan kesatuan Indonesia,” tuturnya.

Pada kesempatan ini, dihadirkan kesenian Bedhaya Sapta yang menjadi ciri khas Yogyakarta.
Selain itu ada kesenian musik angklung yang diibaratkan sebagai identitas Jawa Barat.

xv
Acara ini turut dihadiri oleh Ibu Atalia Praratya, Gusti Kanjeng Ratu Hemas, Gusti Kanjeng
Ratu Hayu, Pangeran Haryo Notonegoro, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Setiawan
Wangsaatmaja, Sekretaris Daerah DIY Kadarmanta Baskara Aji, Kepala Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Provinsi Jawa Barat Dedi Taufik, para Kepala Perangkat Daerah Provinsi Jawa Barat,
Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Jawa Barat, dan para sesepuh budaya Jawa Barat.

3. Kolaborasi antar budaya Jawa Barat dan Jawa Timur

Seni dan budaya menjadi sarana paling tepat untuk menyatukan bangsa. Ini terlihat saat
Harmoni Budaya Sunda Jawa 2018 di Hotel Bumi Surabaya, Selasa (6/3). Dua budaya, Sunda
dan Jawa bisa menyatu membentuk harmoni cinta melalui alunan musik gendang, rebana dan
seruling.

Dua kepala daerah pun terpukau, mereka adalah Gubernur Jawa Barat, Ahmad Haryawan
(Aher) dan Gubernur Jawa Timur, Soekarwo (Pakde Karwo).

Penyatuan dua budaya ini bukan sekadar seremonial. Karena keduanya pernah terjadi konflik
sejak Perang Bubat pada 1279 Saka atau 1357 Masehi. Perang Bubat terjadi saat pemerintahan
Raja Majapahit Hayam Wuruk.

Di mana terjadi perselisihan antara Patih Gajahmada dari Majapahit dengan Prabu Maharaja
Linggabuana dari Kerajaan Sunda di Pesanggrahan Bubat yang mengakibatkan tewasnya
seluruh rombongan Sunda. "Perselisihan 661 tahun yang lalu itu, bisa selesai pada hari ini. Tidak
akan lagi perselisihan itu kita semua bersudara," kata Pakde Karwo.

Dikatakannya, Jatim dan Jabar, punya sejarah panjang yang menyebabkan keduanya punya
hubungan yang sangat erat. "Dengan mempersatukan seni dan budaya maka konflik dihindari,
itu yang melandasi harmonis budaya ini," katanya.

Sementara, Gubernur Jawa Barat, Ahmad Haryawan (Aher) mengapresiasi adanya inisiasi
penyatuan dua budaya ini. Sehingga perselisihan di zaman kerajaan dahulu kala bisa disatukan
kembali. "Mengapa orang Sunda walaupun tinggal di Pulau Jawa tidak mau disebut orang Jawa,
mungkin karena adanya perang Bubat Pasundan itu," katanya disambut tawa dan tepuk tangan
undangan yang hadir.

Aher menyadari sejarah masa lalu dua kerjasaan di Jawa Timur dan Jawa Barat itu untungnya
tidak terjadi di masa di mana teknologi sudah canggih. Sehingga rekam jejak itu tidak terekam
secara nyata.

"Kisah itu terkesan subyektif. Jawa Timur dengan subyektivitasnya dan Jawa Barat dengan
subyektivitasnya. Sekarang tugas akademisi dan para ahli untuk menyatukan dua subyektivitas
itu menjadi aebuah obyektivitas," jelas Aher. (hjr)

xvi
2.3 Budaya di Pentas Global di Provinsi Jawa Barat

Penampilan kelompok gamelan jawa Surya Kencana berkolaborasi dengan seniman


mancanegara berhasil menghipnotis sekitar 400 penonton dalam penampilan mereka saat
konser di gedung pertunjukan Trafo di Budapest, Hongaria.

Pensosbud KBRI Budapest, dalam keterangan yang diterima ANTARA di London, Inggris,
Selasa menyebutkan kelompok gamelan Jawa Surya Kencana ini seluruh anggotanya warga
Hongaria asuhan Kedutaan Besar Repubik Indonesia (KBRI) Budapest.

Dubes RI untuk Hongaria AH Dimas Wahab menjelaskan bahwa kolaborasi penampilan


kelompok gamelan tersebut yang digelar akhir pekan lalu dilakukan dengan Pete Smith dari
Oxford Gamelan Society, Inggris, Dr Sara Weiss dari Amerika Serikat serta penari dari Inggris
kelahiran Jerman, Andrea Rutkowski dan Kis Veronika.

Disebutkan bahwa kelompok gamelan jawa Surya Kencana yang semua anggotanya warga
Hongaria itu, sebagian besar belajar bermain gamelan di perguruan tinggi seni di Indonesia
melalui Beasiswa Darmasiswa RI yang diadakan Kemendikbud.

Dubes Dimas Wahab mengatakan KBRI terus memromosikan Indonesia di luar negeri
melalui berbagai media, khususnya di Hongaria melalui "soft diplomacy" dalam bentuk
sentuhan seni budaya.

Ia juga mengatakan KBRI Budapest selalu memberikan dukungan dan bantuan terhadap
pihak-pihak, yang dalam hal ini sebagai duta-duta dari Hongaria yang memromosikan
keindahan budaya Indonesia.

Konser tersebut disambut meriah penonton karena penampilan menarik dan dinamis
kelompok gamelan itu, yang diiringi penampilan beberapa tarian, di antaranya tari gambyong
pareanom dari Surakarta, tari eko prawiro dan tari menak koncar dari Mangkunegaran,
Surakarta.

Tepuk tangan riuh berkepanjangan sampai "standing ovation" diberikan penonton dari
setiap lagu yang ditampilkan. Selama hampir dua jam pertunjukan tanpa jeda penonton setia
sampai akhir pertunjukan karena tidak beranjak dari tempat duduknya. Eszter salah seorang
penonton mengatakan bahwa ia merasa berada di dunia yang berbeda begitu mendengar
alunan musik tradisional Jawa.

xvii
2.4 Belajar dari Kekayaan Tradisi Provinsi Jawa Barat

1. Tradisi Seren Taun

Tradisi Seren Taun masih kental ditemui di Desa Cigugur, Kecamatan Cigugur, Kabupaten
Kuningan, Jawa Barat. Selanjutnya, tradisi ini dilakukan secara rutin setiap tahun saat akan
panen padi. Seren Taun berasal dari Bahasa Sunda yaitu ‘Seren‘ yang berarti Serah, Seserahan
(menyerahkan) dan kata ‘Taun‘ yang berarti Tahun, sehingga Seren Taun memiliki arti serah
terima dari tahun lalu ke tahun yang akan amboo sebagai bentuk rasa syukur masyarakat
kepada Tuhan Yang Maha Esa atas semua hasil pertanian yang mereka dapatkan.

Uniknya, ada artian lain dari Tradisi Seren Taun yaitu masyarakat Sunda Wiwitan atau Sunda
Asal, sebagai ungkapan rasa syukur terhadap Dewi Asri atau Nyi Pwah Aci yang telah
memberikan hasil panen yang berlimpah selama sepanjang tahun.

2. Tingkeban

Tradisi Tingkeban adalah adat kebiasaan masyarakat sunda sebagai ungkapan selamat
kepada seorang wanita saat kehamilannya menginjak 7 bulan. Tujuan dari Tingkeban adalah
untuk memohon berkah dari Tuhan demi keselamatan calon ibu dan anaknya. Tingkeban hanya
dilakukan saat anak yang dikandung merupakan anak pertama bagi ibu dan ayahnya.

3. Tembuni

Tradisi Tembuni menjadi budaya turun temurun Masyarakat Sunda. Tradisi ini dilakukan
setelah persalinan agar bayi selamat dan bahagia. Tembuni artinya plasenta bayi (ari-ari).
Menurut kepercayaan setempat, tembuni merupakan saudara bayi yang tidak boleh dibuang
sembarangan sehingga harus melalui ritual khusus saat akan mengubur dan
menghanyutkannya.

Setelah kelahiran bayi, tembuni dibersihkan dan diletakkan ke dalam kendi serta diberikan
bumbu-bumbu seperti garam, asam dan gula merah. Kendi lalu ditutupi dengan kain putih dan
diberi amboo kecil agar tetap dapat menerima udara sebelum dikubur atau dihanyutkan. Jika
dikubur, kuburan tembuni tetap harus diberikan penerangan yang terus menyala sampai tali
pusar bayi lepas dari perutnya.

xviii
4. Tradisi Ngaruat Bumi

Selanjutnya Tradisi Ngaruat Bumi dapat ditemui di Desa Banceuy. Salah satu dari 10 tradisi
sunda yang khas, kata Ngaruat Bumi berasal dari kata “ngarawat” yang artinya mengumpulkan
atau memelihara, sehingga secara keseluruhan bermakna mengumpulkan seluruh anggota
masyarakat dan mengumpulkan seluruh hasil bumi, baik bahan mentah, setengah jadi, maupun
yang sudah jadi atau matang. Ngaruwat Bumi Kampung Banceuy dilakukan hari Rabu terakhir
bula Rayagung atau bulan Dzulhijjah (menjelang dan menyambut tahun baru Islam).

5. Sungkeman Adat Pernikahan

Setiap daerah memiliki tata cara dalam pelaksanaan pernikahan termasuk pada adat Sunda.
Biasanya tata cara upacara pernikahan adat sunda terdiri dari sungkeman, huap lingkung, ayam
bakakak, meleum harupat, ngalengkahan barrera, buka pintu, ngalarapkeun sejodo japati,
pecah kendi, dan saweran. Sesi Sungkeman ini juga termasuk 10 tradisi sunda. Di mana kedua
mempelai dipersilakan untuk sembah sungkem kepada orang tua mempelai wanita terlebih
dahulu sebelum beralih ke orang tua mempelai pria.

BAB III

PENUTUP

xix
3.1 Kesimpulan

Kita harus menghargai sejarah yang dimana dalam pembentukkan Bhinneka Tunggal Ika
sebagai semboyan negara, jati diri bangsa tentunya dengan tidak mudah didapatkan.
Demokrasi pancasila akan berjalan dengan sempurna bila didampingi dengan pengimpletasian
Bhinneka Tunggal Ika secara baik dan benar. Marilah kitabersama-sama mengingat kembali
sejarah, mengerti dan memahami makna dari Bhinneka Tunggal Ika sehingga kita tidak perlu
menyelesaikan penjajahan dari bangsa sendiri karena bangsa Indonesia yang menerapkan
Bhinneka Tunggal Ika tidak akan terjadi konflik sebab bagi bangsa Indonesia perbedaan adalah
pemersatu yang Indah untuk menuju Negara Kesatuan Republik Indonesia yang utuh.

3.2 Saran

Adapun saran penulis kepada pembaca agar pembaca dapat mengetahui bahwa semboyan
Bhinneka Tunggal Ika sangat penting bagi kehidupan kita dan agar pembaca dapat
melaksanakan atau bisa menerapkan nilai-nilainya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

Selain dari pada itu, penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan karena penulis
masih dalam proses pembelajaran. Dan yang diharapkan dengan adanya makalah ini dapat
menjadi wacana yang membuka pola pikir pembaca dan memberi saran yang sifatnya tersirat
maupun tersurat.

xx

Anda mungkin juga menyukai