KELAS : X TKJ 1
Biografi Singkat
Nama : Soedirman
Pasangan : Alfiah
Anak : Ahmad Tidarwono, Muhammad Teguh Bambang Tjahjadi, dan Taufik Effendi, serta
empat orang putri; Didi Praptiastuti, Didi Sutjiati, Didi Pudjiati, dan Titi Wahjuti Satyaningrum
Saat berusia tujuh tahun, Sudirman terdaftar di sekolah pribumi (hollandsch inlandsche school).
Sudirman dipindahkan ke sekolah menengah milik Taman Siswa pada tahun ketujuh sekolah.
Pada tahun kedelapan, Sudirman pindah ke Sekolah Menengah Wirotomo setelah sekolah
Taman Siswa ditutup oleh Ordonansi Sekolah Liar karena diketahui tidak terdaftar.
Sudirman dan Alfiah Pasangan ini kemudian dikaruniai tiga orang putra; Ahmad Tidarwono,
Muhammad Teguh Bambang Tjahjadi, dan Taufik Effendi, serta empat orang putri; Didi
Praptiastuti, Didi Sutjiati, Didi Pudjiati, dan Titi Wahjuti Satyaningrum.
PENDIDIKAN SUDIRMAN
Soedirman memperoleh pendidikan formal di sekolah Taman Siswa kemudian ia melanjutkan
sekolahnya ke HIK (sekolah guru) namun tidak sampai tamat. Soedirman muda yang terkenal
sebagai pribadi yang disiplin dan giat dalam beroganisasi seperti di Pramuka Hizbul dan
kemudian ia menjadi seorang guru di sekolah HIS Muhammaddiyah di Cilacap. Karena
kedisplinan dan jiwa pendidik dalam dirinya dan dipadukan dengan bekal pribadinya hingga ia
bisa menjadi pemimpin tertinggi Angkatan Perang.
Pasca Indonesia merdeka dalam suatu pertempuran di Banyumas ia berhasil merebut senjata
pasukan Jepang. Itulah jasa pertama yang ia lakukan sebagai tentara pasca kemerdekaan
Indonesia. Hingga ia kemudian di angkat menjadi Panglima Divisi/Banyumas dengan Pangkat
Kolonel saat terbentuknya Tentara Keamanan Rakyat (TKR) . Dan melalui Konferensi TKR
tanggal 2 November 1945, ia terpilih menjadi penglima Besar TKR/Panglima Perang Republik
Indonesia. Selanjutnya pada tanggal 18 Desember 1945, pangkat Jenderal diberikan padanya
lewat pelantikan Presiden. Ia memperoleh pangkat Jenderal tidak melalui Akademi Militer atau
pendidikan tinggi lainnya sebagaimana lazimnya, melainkan karena prestasinya.
Hingga ketika pasukan sekutu datang ke Indonesia dengan alasan untuk melucuti tentara
Jepang, namun ternyata tentara Belanda ikut dibonceng. Pasukan TKR yang dipimpin oleh
Sudirman akhirnya terlibat dalam pertempuran dengan tentara sekutu pada Demeser 1945.
Pada saat pasukan Belanda kembali melakukan agresinya yang dikenal dengan agresi militer II
Belanda, di Ibukota Negara RI yang saat itu berada di Yogyakarta, Jenderal Sudirman saat itu
masih dalam keadaan sakit. Kondisi sudirman sangat lemah akibat penyakit paru-paru yang
dideritanya, dan hanya tinggal satu paru-paru saja yang berfungsi.
Dalam Agresi yang dilakukan Belanda, hingga kemudian Belanda berhasil pula menguasai
Yogyakarta. Bung Karno dan Bung Hatta serta beberapa anggota kabinet lainnya juga sudah
ditawan. Melihat keadaan yang sedang darurat Sudirman tetap melakukan paerlawan terhadap
Belanda karena ia ingat dengan tanggung jawabnya sebagai pimpinan Tentara. Meskipun saat
itu Presiden Soekarno telah menganjurkannya untuk tetap tinggal didalam kota untuk
melakukan perawatan.
PERANG GERILYA
Maka dengan menggunakan Tandu, Jenderal Sudirman berangkat memimpin pasukan untuk
melakukan perang Gerilya. Sekitar 7 bulan, ia berpindah tempat dari hutan yang satu ke hutan
lainnya, dari gunung ke gunung dalam keadaan sakit dan lemah, sementara itu persediaan
obat-obatan juga hampir tidak ada.
Kepada pasukan yang di pimpinnya, ia selalu memberikan semangat dan petunjuk seakan ia
sendiri tidak merasakan sakit yang luar biasa. Hingga pada akhirnya ia harus pulang dari medan
perang karena keadaannya, ia tidak bisa lagi memimpin angkatan perang secara langsung,
namun pemikirannya selalu dibutuhkan oleh pasukkannya.
Bersamaan dengan itu, Belanda melancarkan Agresi Militer Belanda II untuk menduduki
Yogyakarta. Soedirman beserta kelompok kecil tentaranya serta dokter pribadinya melakukan
perjalanan ke Yogyakarta dan memulai perlawanan melalui Perang Gerilya selama tujuh
bulan.Setelah melalui berbagai macam perlawanan, Belanda akhirnya mulai menarik diri.
Soedirman masih ingin tetap terus melanjutkan perlawanannya terhadap Belanda, namun
keinginannya ditolak oleh Presiden Soekarno. Soedirman pun pensiun dan wafat kurang dari
satu bulan setelah Belanda mengakui kemerdekaan Indoenesia.
WAFATNYA JENDRAL SUDIRMAN
Jenderal Sudirman akhirnya meninggal pada usia yang masih muda yaitu 34 Tahun karena
melawan penyakitnya. Ia meninggal pada tanggal 29 Januari 1950. Panglima Besar ini
meninggal di Magelang dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta. Dan
Ia dinobatkan sebagai Pahlwan Pembela Kemerdekaan.
Jenderal Sudirman memiliki jiwa sosial yang tinggi, di masa pendudukan Jepang ia menjadi
anggota Badan Pengurus Makanan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Keresidenan
Banyumas, dna ia pernah mendirikan koperasi untuk menolong rakyat dari bahaya kelaparan.