Anda di halaman 1dari 2

BIOGRAFI PAHLAWAN

JENDERAL SOEDIRMAN

Jenderal Soedirman memiliki nama asli yakni Raden Soedirman yang lahir pada 24 Januari
1916 di Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah.Orang tua Jenderal Soedirman adalah Bapak
Karsid Kartawiraji, seorang pekerja pabrik gula di Kalibagor, Banyumas dan Ibu Siyem yang
merupakan keturunan Wedana Rembang. Ia memiliki satu saudara yakni Muhammad
Samingan. Istrinya adalah Alifah dan bersamanya ia dikaruniai 7 orang anak.Jenderal
Soedirman tidak hidup oleh orang tuanya, ia dibesarkan oleh pamannya bernama Raden
Cokrosunaryo yang merupakan seorang camat di Rembang Purbalingga agar ia bisa hidup
lebih layak dan mapan. Saat itu Raden Cokrosunaryo belum memiliki anak sehingga
mengadopsi Jenderal Soedirman menjadi anaknya. Bersama pamannya tersebut, sejak kecil
Sang Jenderal memang memperoleh pendidikan yang layak.

Pendidikan jenderal Soedirman


Di usianya yang masih 7 tahun, ia sekolah di Hollandsch Inlandsche School (HIS) yang
kemudian dilanjutkan ke Taman Siswa saat usianya 8 tahun. Kemudian ia dipindahkan lagi
ke Sekolah Wirotomo karena Taman Siswa dianggap Belanda adalah lembaga ilegal di tahun
berikutnya.
Soedirman muda dikenal sebagai anak yang taat beribadah, rajin belajar, dan tekun
memahami tentang agama Islam dari Raden Muhammad. Ia kemudian mendapatkan julukan
Haji karena pengetahuan agamanya dan sering ceramah di depan umat muslim saat itu.

Era penjajahan Jepang


Ketika Jepang menguasai Indonesia pada 1942, sekolah tempat Soedirman mengajar ditutup
dan dialihfungsikan menjadi pos militer.Saat itu, Soedirman yang dipandang sebagai tokoh
masyarakat diminta untuk memimpin sebuah tim di Cilacap dalam menghadapi serangan
Jepang. Selain itu, Soedirman juga melakukan negosiasi dengan Jepang supaya membuka
kembali sekolahnya. Upaya itu berhasil.Pada 1944, Soedirman diminta bergabung dengan
tentara Pembela Tanah Air (PETA) dan diangkat menjadi komandannya. Adapun Jepang
mendirikan PETA pada Oktober 1943 untuk membantu melawan invasi Sekutu dalam Perang
Dunia II.Di bawah kepimpinan Jenderal Soedirman, PETA berjalan dengan sangat baik.
Namun, ketika berada di bawah pimpinan Kusaeri, PETA melakukan perlawanan terhadap
Jepang pada 21 April 1945.

Mempertahankan kemerdekaan
Setelah Jepang meyerah kalah dalam Perang Dunia II dan Indonesia merdeka pada 17
Agustus 1945, Jenderal Soedirman memerintahkan rekan-rekannya untuk kembali ke daerah
asal mereka.Sementara itu, Jenderal Soedirman pergi ke Jakarta. Di sana, ia menemui
Presiden Soekarno yang memintanya untuk memimpin perlawanan Jepang di kota. Namun,
permintaan itu ditolak oleh Jenderal Soedirman karena ia merasa tidak menguasai medan di
Jakarta. Jenderal Soedirman kemudian menawarkan diri kepada Presiden Soekarno untuk
memimpin pasukan di Kroya yang masuk ke wilayah Kabupaten Cilacap saat ini.
Setelah itu, Jenderal Soedirman kembali dan bergabung dengan pasukannya pada 19 Agustus
1945. Saat itu, Belanda tengah berupaya kembali ke Indonesia bersama tentara Inggris.
Guna mengatasi permasalahan tersebut, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
membentuk tiga badan sebagai wadah perjuangan rakyat pada 22 Agustus 1945, yakni:
Komite Nasional Indonesia (KNI) Partai Nasional Indonesia (PNI) Badan Keamanan Rakyat
(BKR) Sementara itu, Jenderal Soedirman mendirikan divisi lokal dalam BKR dan kemudian
pasukannya dijadikan bagian dari Divisi V pada 20 Oktober 1945 oleh Panglima Sementara
Oerip Soemohardjo.

Akhir perjuangan jenderal Soedirman


Pada November 1945, dilaksanakan pemilihan panglima besar Tentara Keamanan Rakyat
(TKR) di Yogyakarta. Saat itu terdapat dua kandidat, yakni Soedirman dan Oerip
Soemohardjo. Soedirman terpilih menjadi Panglima Besar TKR, sedangkan Oerip
Soemohardjo menjadi kepala staffnya. Saat itu, meski belum dilantik secara resmi,
Soedirman mengerahkan pasukannnya untuk menyerang Inggris dan Belanda di Ambarawa.

Selain melawan Sekutu dan Belanda yang ingin menjajah kembali Indonesia, Soedirman dan
pasukannnya juga harus melawan serangan dari dalam. Salah satunya adalah upaya
pemberontakan PKI Madiun yang dipimpin oleh Musso pada 1948. Berbagai perlawanan
dilalui oleh Jenderal Sudirman hingga ia menderita penyakit tuberkoliosis.Namun, meski
dalam keadaan sehat, Jenderal Sudirman tetap memimpin perlawanan Indonesia melawan
Belanda yang melakukan Agresi Militer II pada 19 hingga 20 Desember 1948. Saat itu,
Belanda berhasil menduduki Yogyakarta yang menjadi ibu kota Indonesia dan menawan para
pemimpin negara, seperti Soekarno dan Hatta.
Meski demikian, Jenderal Soedirman dan beberapa tentara serta dokter pribadinya melakukan
gerilya selama tujuh bulan. Perlawanan yang terus dilakukan oleh pejuang gerilyawan
Indonesia berhasil membuat Belanda menarik diri.
Saat itu, Sudirman masih berkeinginan untuk terus melawan Belanda, tetapi ditolak oleh
Presiden Soekarno karena mempertimbangkan masalah kesehatan sang jenderal. Dalam
kondisi sakit, Jenderal Sudirman diangkat menjadi panglima besar TNI di negara baru
Republik Indonesia Serikat pada 27 Desember 1949.
Hingga akhirnya, Jenderal Soedirman meninggal dunia pada 29 Januari 1950 di usia yang ke-
34 tahun. Jenderal Soedirman kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki,
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai