BANGSA INDONESIA
IDENTITAS PENYUSUN
i
Jenderal Sudirman
1
dengan sangat baik. Namun, ketika berada di bawah pimpinan Kusaeri, PETA
melakukan perlawanan terhadap Jepang pada 21 April 1945. Mempertahankan
Kemerdekaan Setelah Jepang meyerah kalah dalam Perang Dunia II dan Indonesia
merdeka pada 17 Agustus 1945, Jenderal Soedirman memerintahkan rekan-rekannya
untuk kembali ke daerah asal mereka. Sementara itu, Jenderal Soedirman pergi ke
Jakarta. Di sana, ia menemui Presiden Soekarno yang memintanya untuk memimpin
perlawanan Jepang di kota. Namun, permintaan itu ditolak oleh Jenderal Soedirman
karena ia merasa tidak menguasai medan di Jakarta. Jenderal Soedirman kemudian
menawarkan diri kepada Presiden Soekarno untuk memimpin pasukan di Kroya yang
masuk ke wilayah Kabupaten Cilacap saat ini. Setelah itu, Jenderal Soedirman kembali
dan bergabung dengan pasukannya pada 19 Agustus 1945. Saat itu, Belanda tengah
berupaya kembali ke Indonesia bersama tentara Inggris. Guna mengatasi permasalahan
tersebut, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) membentuk tiga badan
sebagai wadah perjuangan rakyat pada 22 Agustus 1945, yakni: Komite Nasional
Indonesia (KNI) Partai Nasional Indonesia (PNI) Badan Keamanan Rakyat (BKR)
Sementara itu, Jenderal Soedirman mendirikan divisi lokal dalam BKR dan kemudian
pasukannya dijadikan bagian dari Divisi V pada 20 Oktober 1945 oleh Panglima
Sementara Oerip Soemohardjo. Akhir perjuangan Soedirman Pada November 1945,
dilaksanakan pemilihan panglima besar Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di
Yogyakarta. Saat itu terdapat dua kandidat, yakni Soedirman dan Oerip Soemohardjo.
Soedirman terpilih menjadi Panglima Besar TKR, sedangkan Oerip Soemohardjo
menjadi kepala staffnya. Saat itu, meski belum dilantik secara resmi, Soedirman
mengerahkan pasukannnya untuk menyerang Inggris dan Belanda di Ambarawa. Selain
melawan Sekutu dan Belanda yang ingin menjajah kembali Indonesia, Soedirman dan
pasukannnya juga harus melawan serangan dari dalam. Salah satunya adalah upaya
pemberontakan PKI Madiun yang dipimpin oleh Musso pada 1948. Berbagai
perlawanan dilalui oleh Jenderal Sudirman hingga ia menderita penyakit tuberkoliosis.
Namun, meski dalam keadaan sehat, Jenderal Sudirman tetap memimpin perlawanan
Indonesia melawan Belanda yang melakukan Agresi Militer II pada 19 hingga 20
Desember 1948. Saat itu, Belanda berhasil menduduki Yogyakarta yang menjadi ibu
2
kota Indonesia dan menawan para pemimpin negara, seperti Soekarno dan Hatta.
Meski demikian, Jenderal Soedirman dan beberapa tentara serta dokter pribadinya
melakukan gerilya selama tujuh bulan. Perlawanan yang terus dilakukan oleh pejuang
gerilyawan Indonesia berhasil membuat Belanda menarik diri. Saat itu, Sudirman
masih berkeinginan untuk terus melawan Belanda, tetapi ditolak oleh Presiden
Soekarno karena mempertimbangkan masalah kesehatan sang jenderal. Dalam kondisi
sakit, Jenderal Sudirman diangkat menjadi panglima besar TNI di negara baru
Republik Indonesia Serikat pada 27 Desember 1949. Hingga akhirnya, Jenderal
Soedirman meninggal dunia pada 29 Januari 1950 di usia yang ke-34 tahun. Jenderal
Soedirman kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta.
3
tanpa memandang latar belakang memperkuat pemahaman tentang pentingnya
kebersamaan dan kesatuan dalam menghadapi tantangan.Dengan jejaknya, partisipasi
publik pun menjadi lebih luas dan merambah berbagai bidang, dari politik hingga
sosial. Ia memberikan inspirasi bagi setiap generasi untuk aktif berperan dalam
pembangunan Indonesia ke depan.
“Teruskan Perjuangan Kita” – Jenderal Sudirman
Keputusan Presiden (KEPPRES) Nomor 314 Tahun 1964 tentang Penetapan Almarhum
Jenderal Soedirman Dan Sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional