Anda di halaman 1dari 5

SEJARAH JENDERAL SUDIRMAN SEBAGAI PAHLAWAN

BANGSA INDONESIA

IDENTITAS PENYUSUN

Nama : BRILIAN PUTIH J.S


Kelas : XI-5
No Absen :5

SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 1


MADIUN
2023

i
Jenderal Sudirman

A. Biografi Jenderal Sudirman


Jenderal Besar TNI Raden Soedirman adalah seorang perwira tinggi Indonesia
pada masa Revolusi Nasional Indonesia. Sebagai Panglima Besar Tentara Nasional
Indonesia pertama, ia adalah sosok yang dihormati di Indonesia.
Soedirman lahir di Purbalingga pada 24 Januari 1916. Ia merupakan anak dari
pasangan Karsid Kartawiraji dan Siyem. Karena permasalahan ekonomi, Soedirman
kecil diasuh oleh pamannya yang bernama Raden Cokrosunaryo. Setelah diadopsi,
Soedirman diberi gelar kebangsawanan Jawa dan namanya menjadi Raden Soedirman.
Pada usia 7 tahun atau pada 1923, Soedirman bersekolah di Hollandsche
Inlandsche School (HIS) yang setingkat sekolah dasar di Cilacap. Setelah selesai,
Soedirman melanjutkan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs (MULO)
yang setingkat SMP. Soedirman kemudian pindah sekolah ke Perguruan Parama
Wiwowo Tomo hingga tamat pada 1935. Setelah itu, ia kemudian melanjutkan
pendidikannya di Sekolah Guru atau Kweekschool yang diselenggarakan oleh
organisasi Muhammadiyah di Surakarta. Namun, pendidikan Soedirman terhenti pada
1936. Ia kemudian kembali ke Cilacap dan menjadi guru di Sekolah Dasar
Muhammadiyah. Selain mengajar, Soedirman juga aktif di kegiatan Muhammadiyah,
yakni menjadi anggota Kelompok Pemuda Muhammadiyah. Selain itu, Soedirman juga
aktif dalam kegiatan penggalangan dana untuk kepentingan pendidikan dan
pembangunan. Era penjajahan Jepang Ketika Jepang menguasai Indonesia pada 1942,
sekolah tempat Soedirman mengajar ditutup dan dialihfungsikan menjadi pos militer.
Saat itu, Soedirman yang dipandang sebagai tokoh masyarakat diminta untuk
memimpin sebuah tim di Cilacap dalam menghadapi serangan Jepang. Selain itu,
Soedirman juga melakukan negosiasi dengan Jepang supaya membuka kembali
sekolahnya. Upaya itu berhasil. Pada 1944, Soedirman diminta bergabung dengan
tentara Pembela Tanah Air (PETA) dan diangkat menjadi komandannya. Adapun
Jepang mendirikan PETA pada Oktober 1943 untuk membantu melawan invasi Sekutu
dalam Perang Dunia II. Di bawah kepimpinan Jenderal Soedirman, PETA berjalan

1
dengan sangat baik. Namun, ketika berada di bawah pimpinan Kusaeri, PETA
melakukan perlawanan terhadap Jepang pada 21 April 1945. Mempertahankan
Kemerdekaan Setelah Jepang meyerah kalah dalam Perang Dunia II dan Indonesia
merdeka pada 17 Agustus 1945, Jenderal Soedirman memerintahkan rekan-rekannya
untuk kembali ke daerah asal mereka. Sementara itu, Jenderal Soedirman pergi ke
Jakarta. Di sana, ia menemui Presiden Soekarno yang memintanya untuk memimpin
perlawanan Jepang di kota. Namun, permintaan itu ditolak oleh Jenderal Soedirman
karena ia merasa tidak menguasai medan di Jakarta. Jenderal Soedirman kemudian
menawarkan diri kepada Presiden Soekarno untuk memimpin pasukan di Kroya yang
masuk ke wilayah Kabupaten Cilacap saat ini. Setelah itu, Jenderal Soedirman kembali
dan bergabung dengan pasukannya pada 19 Agustus 1945. Saat itu, Belanda tengah
berupaya kembali ke Indonesia bersama tentara Inggris. Guna mengatasi permasalahan
tersebut, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) membentuk tiga badan
sebagai wadah perjuangan rakyat pada 22 Agustus 1945, yakni: Komite Nasional
Indonesia (KNI) Partai Nasional Indonesia (PNI) Badan Keamanan Rakyat (BKR)
Sementara itu, Jenderal Soedirman mendirikan divisi lokal dalam BKR dan kemudian
pasukannya dijadikan bagian dari Divisi V pada 20 Oktober 1945 oleh Panglima
Sementara Oerip Soemohardjo. Akhir perjuangan Soedirman Pada November 1945,
dilaksanakan pemilihan panglima besar Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di
Yogyakarta. Saat itu terdapat dua kandidat, yakni Soedirman dan Oerip Soemohardjo.
Soedirman terpilih menjadi Panglima Besar TKR, sedangkan Oerip Soemohardjo
menjadi kepala staffnya. Saat itu, meski belum dilantik secara resmi, Soedirman
mengerahkan pasukannnya untuk menyerang Inggris dan Belanda di Ambarawa. Selain
melawan Sekutu dan Belanda yang ingin menjajah kembali Indonesia, Soedirman dan
pasukannnya juga harus melawan serangan dari dalam. Salah satunya adalah upaya
pemberontakan PKI Madiun yang dipimpin oleh Musso pada 1948. Berbagai
perlawanan dilalui oleh Jenderal Sudirman hingga ia menderita penyakit tuberkoliosis.
Namun, meski dalam keadaan sehat, Jenderal Sudirman tetap memimpin perlawanan
Indonesia melawan Belanda yang melakukan Agresi Militer II pada 19 hingga 20
Desember 1948. Saat itu, Belanda berhasil menduduki Yogyakarta yang menjadi ibu

2
kota Indonesia dan menawan para pemimpin negara, seperti Soekarno dan Hatta.
Meski demikian, Jenderal Soedirman dan beberapa tentara serta dokter pribadinya
melakukan gerilya selama tujuh bulan. Perlawanan yang terus dilakukan oleh pejuang
gerilyawan Indonesia berhasil membuat Belanda menarik diri. Saat itu, Sudirman
masih berkeinginan untuk terus melawan Belanda, tetapi ditolak oleh Presiden
Soekarno karena mempertimbangkan masalah kesehatan sang jenderal. Dalam kondisi
sakit, Jenderal Sudirman diangkat menjadi panglima besar TNI di negara baru
Republik Indonesia Serikat pada 27 Desember 1949. Hingga akhirnya, Jenderal
Soedirman meninggal dunia pada 29 Januari 1950 di usia yang ke-34 tahun. Jenderal
Soedirman kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta.

B. Peran Jenderal Sudirman Sebagai Pahlawan Bangsa


Jenderal Sudirman memiliki peran krusial dalam perjuangan kemerdekaan
Republik Indonesia. Awal perjalanan karirnya dimulai ketika ia ditunjuk sebagai kader
dalam pelatihan Pembela Tanah Air (PETA), organisasi militer yang penting dalam
perlawanan terhadap penjajahan. Setelah menjalani pelatihan, beliau menjabat
sebagai komandan batalyon di Banyumas.
Puncak perannya yang krusial terjadi saat ia diangkat sebagai Panglima Besar
Tentara Nasional Indonesia (Panglima TNI) pada tahun 1949. Di bawah
kepemimpinannya, TNI terorganisir dengan baik dan berhasil mengusir penjajah dari
wilayah Indonesia. Jenderal Sudirman mampu menyatukan elemen bangsa Indonesia
dari beragam latar belakang budaya, agama, dan etnis dalam perjuangan merebut
kemerdekaan.
Jenderal Sudirman, sebagai panglima besar TNI, mengajarkan pentingnya
partisipasi publik dalam menyatukan bangsa. Kepemimpinannya yang tegas dan
bijaksana selama perang kemerdekaan menunjukkan betapa aktifnya masyarakat
berperan dalam mencapai tujuan bersama, yaitu kemerdekaan Indonesia.
Tidak hanya memberikan suara, tetapi Jenderal Sudirman mengajarkan bahwa
partisipasi publik melibatkan aksi nyata untuk mencapai perubahan yang diinginkan. Ia

3
tanpa memandang latar belakang memperkuat pemahaman tentang pentingnya
kebersamaan dan kesatuan dalam menghadapi tantangan.Dengan jejaknya, partisipasi
publik pun menjadi lebih luas dan merambah berbagai bidang, dari politik hingga
sosial. Ia memberikan inspirasi bagi setiap generasi untuk aktif berperan dalam
pembangunan Indonesia ke depan.
“Teruskan Perjuangan Kita” – Jenderal Sudirman

C. Surat Keputusan (Sk) Pengangkatan Jenderal Sebagai Pahlawan


Nasional

Keputusan Presiden (KEPPRES) Nomor 314 Tahun 1964 tentang Penetapan Almarhum
Jenderal Soedirman Dan Sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional

Anda mungkin juga menyukai