Anda di halaman 1dari 2

BIOGRAFI JENDRAL SUDIRMAN

Dikenal sebagai pahlawan Nasional, seorang Jendral Sudirman dilahirkan di Desa Bodas Karangjati, Purbalingga,
Jawa Tengah pada 24 Januari 1916 yang diketahui berkewarganegaraan Indonesia. Beliau lahir dari keluarga yang
sederhana. Ayahnya berprofesi sebagai seorang buruh di pabrik gula Kalibagor Banyumas, sedangkan Ibunya adalah
seorang keturunan Wedana Rembang.
Jendral Sudirman memulai pendidikannya di sekolah Taman Siswa. Kemudian beliau melanjutkan pendidikannya ke
Sekolah Menengah di Wirotomo Muhammadiyah Solo atau sekolah guru, namun tidak sampai tamat. Beliau
meneruskan pendidikan terakhirnya di Pendidikan Militer PETA yang berlokasi di Bogor Jawa Barat pada tahun 1943.

Seorang Jendral Sudirman mengawali karirnya dengan menjadi seorang guru di HIS Muhammadiyah, Cilacap. Beliau
dikenal sebagai guru yang sangat adil dan juga sangat sabar dalam mendidik siswa-siswinya dengan cara mengajar 
yang humoris sehingga pembelajaran tidak terkesan membosankan. Para siswa pun dapat mengikuti pembelajaran
yang disampaikan oleh beliau dengan mudah.
Kemudian beliau menjabat sebagai Komandan Batalyon, Kroya. Dilanjutkan dengan menjadi seorang Panglima Besar
V Banyumas, dengan pangkat Kolonel yang disandangnya. Karir terakhir dari seorang Panglima Besar Sudirman
adalah menjadi Panglima Besar TKR/TNI, dengan pangkat Jendral. Selain karir yang cemerlang, beliau juga banyak
mendapatkan penghargaan dalam sejarah hidupnya. Penghargaan yang pernah diraihnya adalah sebagai Jendral Besar
Anumerta Bintang Lima (1997), Jendral Besar Anumerta Bintang Sakti, Jendral Besar Anumerta Bintang Gerilya,
Jendral Besar Anumerta Bintang Mahaputra Adipurna, Jendral Besar Anumerta Mahaputra Pratama, Jendral Besar
Anumerta Bintang Republika Indonesia Adipradana, dan yang terakhir adalah penghargaan sebagai Pahlawan
Nasional Indonesia.

Perjuangan Jendral Sudirman

Perjuangannya dimulai saat Sudirman muda mulai berkecimpung di dunia kemiliteran pada tahun 1943. Beliau
bergabung dengan Pasukan Pembela Tanah Air atau yang lebih dikenal sebagai PETA sebagai seorang prajurit.
Setelah selesai masa pelatihan, beliau kemudian naik pangkat menjadi shodanco dengan posisi sebagai komandan
batalyon PETA di Jawa Tengah. 
Ketika Indonesia sudah merdeka, Sudirman muda bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Saat masih
menjadi anggota di TKR, beliau sudah memperlihatkan kehebatannya dengan berhasil merebut senjata Jepang dalam
pertempuran Banyumas, Jawa Tengah. Berkat prestasinya itu, orang yang akrkrab disapa Sudirman ini diangkat
sebagai Panglima Divisi V yang berpangkat sebagai kolonel.
Perang besar pertama yang diikuti oleh Sudirman muda adalah perang Palagan Ambarawa dimana beliau harus
bertempur melawan tentara Inggris dan NICA. Pertempuran tersebut terjadi dalam rentang waktu yang cukup lama,
yaitu dari bulan November-Desember 1945. Pertempuran ini membuahkan kemenangan bagi pihak Indonesia.
Melihat banyak prestasi membanggakan dari seorang Sudirman, Presiden Soekarno kemudian mengangkatnya sebagai
Jendral pada tanggal 18 Desember 1945. Seiring berjalannya waktu, beliau kemudian dianugerahi pangkat sebagai
Panglima Besar. Tempat pengkhidmatan tersebut adalah di Gedung Agung Yogyakarta bertepatan pada tanggal 28
Juni 1949.

Saat terjadi agresi militer Belanda yang ke 2, yaitu masuknya pasukan Belanda ke Indonesia dan berhasil menguasai
Yogyakarta pada tanggal 19 Desember 1948. Pada saat itu, Jendral Sudirman sedang sakit dan hanya bisa melihat
pesawat-pesawat Belanda lalu lalang dari rumahnya. Mendengar kabar bahwa para petinggi di Yogyakarta sudah
ditangkap, dr. Suwondo menyarankan agar beliau segera meninggalkan Yogyakarta sebelum tentara Belanda
menyerangnya. 

Penyakit Tuberkulosis yang diderita oleh beliau tidak memungkinkan baginya untuk berjalan kaki dalam pelariannya.
Oleh karena itu, para pengikut setianya membawa beliau dengan cara ditandu. Perjalanan panjang dalam pelariannya
banyak mengalami hambatan karena banyak mata-mata Belanda yang berkeliaran. Selama perjalanannya itu beliau
menggunakan nama samaran sebagai Bapak Gedhe Abdullah Lelono Putra atau Pakdhe. 
Dalam perjalanan gerilya tersebut, Panglima Besar Sudirman dengan nama samarannya mulai menyusun rencana dan
mengirimkan surat untuk strategi gerilyanya. Dengan nama samarannya beliau lebih leluasa untuk bertemu kurir
dalam perencanaan strateginya. Inilah yang menjadi surat penting dalam menyusun strategi perang gerilya pada
serangan 1 Maret 1949. Singkat cerita, beliau berhasil membuktikan pada dunia bahwa kekuatan militer Indonesia
masih kuat dan dapat bertempur melawan penjajah. 
Ketika beliau kembali ke Yogyakarta dan bertemu presiden Soekarno dan wakil presiden Mohammad Hatta. Dalam
kesempatan itu beliau mengatakan hal yang sangat penting dan mengejutkan, yaitu bahwasanya Bangsa Indonesia
tidak boleh lagi berada dalam kekuasaan penjajah, Indonesia harus bisa berdaulat dengan kekuatan rakyat. Oleh
karena itu, Indonesia haruslah merdeka sepenuhnya dari penjajahan bangsa asing.
Keteladanan Jendral Sudirman

Seperti yang telah anak nusantara ketahui, saat agresi militer Belanda yang ke 2 Jendral Sudirman sedang tidak dalam
kondisi prima. Namun, karena semangat juang dan kecintaannya terhadap negeri membuatnya tetap turut serta dalam
melawan bangsa penjajah. Semangat juang dan cinta terhadap Negeri ini lah yang patut dicontoh oleh generasi muda
penerus bangsa saat ini.
Selain itu, kepercayaan Jendral Sudirman kepada rakyat Indonesia tentunya sangat berpengaruh dalam proses
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Kata-kata beliau yang menyatakan bahwasanya rakyat Indonesia lah yang
berperan penting dalam mewujudkan Indonesia yang bebas dari penjajah membuat rakyat dapat menaruh
kepercayaannya. Pelajaran yang dapat diambil dari hal tersebut adalah semua komponen itu memiliki fungsinya
masing-masing dan tidak ada yang sia-sia. Jadi harus saling menghargai antar sesama tidak peduli dengan jabatan
yang dipegang.

Kesimpulan
Jendral Sudirman atau yang biasa dipanggil akrab dengan sebutan Pak Dirman merupakan salah satu pahlawan yang
ikut serta dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, yaitu dengan cara mengusir tentara belanda yang belum
rela atau belum mau mengakui bahwa Indonesia telah Merdeka. Beliau merupakan salah satu Panglima dan Jendral RI
yang pertama dan termuda dari sekian banyak Pahlawan Revolusi Nasional Indonesia. Dikenal sebagai pejuang yang
sangat gigih dan teguh dalam memegang prinsip di usianya yang masih terbilang muda, yaitu pada usia 31 tahun,
beliau sudah diangkat menjadi seorang Jendral. 

Anda mungkin juga menyukai