Anda di halaman 1dari 3

Nama : Etik Eliza

Kelas : C
NIM : B1A020107
JENDERAL SOEDIRMAN
Jenderal Soedirman lahir hari tanggal 24 Januari 1916 di desa Bantar barang,
Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Beliau lahir dari pasangan
bapak Kasid Kartawiraji dan ibu Siyem. Pendidikan pertama Sudirman ditempuh
di Hollandsch-Inlandsche School (HIS), Cilacap, setelah itu melanjutkan pendidikan di Meer
Uitgebreid Lager Onderwijsatau MULO Wiworotomo dan Taman Siswa. Tamat dari MULO
Soedirman melanjutkan pendidikanya di sekolah keguruan HollandscheIndische
Kweekschool (HIK) Surakarta. Pada tahun 1942 beliau menjalani pendidikan militer di Pusat
Pendidikan Perwira Pembela Tanah Air (PETA) Jawa Boei Giyugun Kanbu Renseitai, Bogor.
Bersekolah di MULO merupakan tahapan penting karena di MULO inilah beliau
mendapatkan pendidikan nasionalis dari para guru yang kebanyakan aktif di organisasi Boedi
Oetomo seperti Raden Soemojo dan Sowardjo Tirtosoepono. Jenderal soedirman diakhir
adalah seorang Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat (TKR) sekarang dikenal dengan
Tentara Nasional Indonesia (TNI) pertama di Indonesia. Sehingga nantinya beliau menjadi
seorang pahlawan nasional yang terkenal dengan taktik gerilya dalam melawan penjajah.
Jenderal Soedirman menurut buku Jenderal Sudirman Sang Panglima Besar karangan
Nunik Utami menyebutkan bahwa beliau merupakan putra dari Karsid Kartowirodji, ayahnya
adalah seorang pekerja pabrik gula di Kalibagor, Banyumas. Sementara ibunya bernama
Siyem adalah keturunan Wedana Rembang. Dari latar belakang beliau tercermin
kesederhanaan namun, hal tersebut tidak menghalangi beliau untuk tetap percaya diri dalam
bergaul dan menuntut ilmu sehingga mendapat kesuksesan dalalm perjuangannya. Sebagai
generasi muda dapat mencontoh perilaku beliau, kita tidak boleh merasa rendah diri
bagaimanapun latar belakang yang kita miliki karena sejatinya nilai dari tiap individu
ditentukan oleh individu itu sendiri dengan bagaimana dia bersikap dan berperilaku bukan
dari latar belakang keluarga atau lingkungannya. Seburuk apapun keadaan yang kita miliki
selama kita bisa membawa diri menjadi manusia positif maka menjadi mungkin bagi kita
untuk menjadi pribadi baik dan bermanfaat bagi kemaslahatan banyak orang seperti jendel
soedirman. Walaupun akhirnya beliau diangkat anak oleh Raden Cokrosunaryo yang menjadi
camat Rembang, saat itu Rembang masih berada dalam Kabupaten Purbalingga tetapi
jenderal soedirman tetap tidak meninggalkan kesederhanaanya.
Jenderal soedirman pernah menjadi guru dan mengajar di sekolah Wirotomo, beliau
juga aktif di organisasi kepemudaan Muhammadiyah. Selain itu, beliau juga pernah menjadi
guru di SD Muhammadiyah. Dalam buku Soedirman Seorang Panglima, Seorang Martir oleh
Tim BUKU TEMPO disebutkan, Soedirman diangkat menjadi guru sekolah dasar di
Hollandschlnlandsche School (HIS) Muhammadiyah. Pekerjaan menjadi seorang guru adalah
pekerjaan yang mulia dan manjadi pilihan jenderal Soedirman untuk ikut andil mencerdaskan
generasi penerus bangsa sehingga kedepannya diharapkan bangsa Indonesia pada saat itu
dapat keluar dari derita penjajahan. Dedikasi beliau yang sepenuh hari mencurahkan
energinya sebagai guru adalah hal yang luar biasa. Hal tersebut memberikan kita teladan
bahwa apapun yang kita lakukan dalam pekerjaan harus sungguh-sungguh dan penuh
dedikasi agar hasilnya berdampak baik dan mencapai tujuan yang diinginkan.
Jenderal Soedirman adalah seorang Pemimpin yang luar biasa. Dalam pasukannya,
Jenderal Soedirman dikenal sebagai seorang pemimpin yang pintar bernegosiasi dan berbakat
dalam berbagai ilmu kemiliteran walaupun latar belakang militernya tidak mentereng
dibandingkan pemimpin militer yang lain. Sebagai seorang pemimpin Jenderal Soedirman
merupakan teladan yang luar biasa. Bagaimana beliau bersikap dalam menyelesaikan
masalah menjadikan negosiasi menjadi alternatife pertama daripada perang membuktikan
bahwa sebagai pemimpin Jenderal Soedirman juga penuh welas asih dan kebijaksanaan.
Perang gerilya merupakan salah satu peristiwa bersejarah yang terjadi karena Belanda
yang melancarkan Agresi Militer kedua. Saat itu, Belanda menyerang kota Yogyakarta yang
menjadi ibu kota Indonesia. Tokoh yang menjadi pemimpin perang gerilya ini adalah
Jenderal Soedirman. Setelah melakukan perang gerilya selama berbulan-bulan, puncak
perang gerilya itu adalah dilancarkannya Serangan Umum 1 Maret 1949. Pada masa agresi
militer Belanda kedua itu, sebetulnya Jenderal Soedirman sedang mengalami sakit
tuberkulosis (TBC). Karena sakitnya, Jenderal Soedirman berdiskusi dengan Presiden
Soekarno, Presiden memintanya untuk beristirahat karena kondisinya yang sedang sakit.
Akan tetapi, saran dari presiden ditolak dan Jenderal Soedirman memilih terjun langsung
bersama rakyat dengan bergerilya.
Semangat jenderal soedirman dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia
sangat luar biasa. Jiwa nasionalis pada bangsa Indonesia hingga rela berjuang demi bangsa
dan negaranya beliau tetap memperjuangkan bangsanya walaupun dalam keadaan sakit keras.
Jenderal soedirman rela dalam keadaan sakit sampai ditandu berjuang bergerilya
memperjuangkan kemerdekaan. Meskipun dalam keadaan sesulit itu beliau selalu optimis
tentang kemerdekaan Indonesia. Perjuangan yang dilakukan jenderal soedirman dilakukan
bersama rakyatnya dengan keteguhan hati yang dimilikinya. Jenderal soedirman pantas
menjadi pahlawan bangsa yang harus selalu dikenang dan diteladani.
Sifat rendah hati sebagai Panglima Besar yang tidak menonjolkan pangkat, bintang
atau tanda jasanya tetapi menjiwai dengan semangat dan keprihatinan terhadap keadaan
bangsa saat itu. Hal tersebut terbukti dengan beliau yang merelakan harta pribadinya
digunakan untuk kepentingan memperjuangkan kemerdekaan bangsa. Dalam keadaan darurat
pun beliau mengedepankan kepentingan rakyat dan selalu dekat dengan anak buah, serta
lebih menonjolkan sifat welas asih sebagai seorang pemimpin perang. Saat ini semua orang
mengenal pahlawan bangsa Jenderal Soedirman.
Penyakit TBC yang menggerogoti kesehatan Jenderal Soedirman kala itu kian parah.
Beliau rajin memeriksakan diri di rumah sakit Panti Rapih. Disaat itu juga, Indonesia sedang
dalam negoasiasi dengan Belanda mengenai pengakuan kedaulatan Indonesia. Jenderal
Soedirman kala itu jarang terlihat karena sedang dirawat di Sanatorium di wilayah Pakem dan
kemudian pindah ke Magelang pada bulan desember 1949. Belanda kemudian mengakui
kedaulatan Indonesia pada tanggal 27 desember 1949 melalui Republik Indonesia Serikat.
Jenderal Soedirman saat itu juga diangkat sebagai Panglima Besar TNI. Menurut biografi
jenderal Soedirman, Diketahui setelah berjuang keras melawan penyakitnya, Pada tangal 29
Januari 1950, Panglima Besar Sudirman wafat di Magelang. Walaupun raganya sudah tiada
tapi jiwa soedirman akan selalu ada pada generasi muda bangsa Indonesia, semangat Panjang
menyerah dan segala suri teladannya harus kita teladani demi menjaga kedaulatan bangsa.

Anda mungkin juga menyukai