Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH

JENDERAL SUDIRMAN

DIBUAT OLEH:

AZRI PRAWIRA
5B 1
KMD

SD IT AHMAD DAHLAN
2022

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Panglima Besar Jenderal Soedirman, merupakan salah satu tokoh yang sangat
baik untuk dijadikan inspirasi, sosok seorang yang mempunyai jiwa yang pantang
menyerah melawan para penjajah di Indonesia. Beliau mengawali hidup nya
bersama orang tua angkatnya yang selalu mendidik dengan cara yang sangat
disiplin, sehingga membentuk karakter nya menjadi seorang yang kuat. Dia juga
sangat senang membantu teman-teman nya, dan mempunyai rasa kepedulian yang
tinggi serta rendah hati.
Setelah menyelesaikan sekolahnya ia memilih untuk menlajutkan hidup nya
menjadi seorang guru, yang mengajari banyak hal tentang ilmu sosial, sejarah,
bahasa belanda, dan agama. dia juga tidak malu untuk terus mencari ilmu ke guru
seniornya. Selama dia mengajar Soedirman tidak lupa untuk mengajari tentang
semangat jiwa nasionalisme kepada murid-murid nya, ia ingin siswanya
mempunyai budi pekerti luhur dan berkelakuan baik. Kemudian beliau sempat
mendirikan sebuah koperasi, untuk mengatasi masalah yang pendistribusian bahan
pokok dan harga.
Masuk pendidikan militer, karena beliau adalahsalah satu orang yang
terpandang dan dihormati di daerahnya, dia terpilih menjadi komandan yang
mengatur anak buahnya untuk melawan sekutu.Soedirman tidak tinggi hati dan
tetap setia kepada martabat anak buah nya walaupun dengan jabatan yang
dipegangnya. Ketika anak buahnya ditindas dan mendapat perlakuan tidak
mengenakan, Soedirman dengan lantang membela anak buahnya. Setelah jepang
kalah dari sekutu dan Indonesia Merdeka, Soedirman diangkat menjadi Panglima
Besar yang pertama di Indonesia dan menjadi sosok yang paling dihormati. Beliau
berperang menggunakan strategi gerilya untuk mengalahkan Belanda.
Beliau sakit, kemudian wafat dan menjadi sosok yang paling dihormati
seluruh Indonesia. Banyak hal-hal yang perlu di teladani dari sosok Jenderal
Soedirman. Semangat juang, keteladanan, ketaatan, fokus, dan kecerdasan. Tanda

2
jasa nya sampai sekarang membekas dan tercatat dengan tinta emas dalam
perjalanan sejarah bangsa Indonesia dalam melawan penjajah.
Pada saat ini jiwa Nasionalisme mulai luntur dikarenakan campur aduk dari
dunia luar. Banyak sekali hal-hal yang mempengaruhi pola pikir generasi muda
untuk tidak mau mendengarkan atau mengapresiasi perjuangan para pahlawan
Indonesa. Selain itu terlalu banyak pahlawan fiktif / non fiktif yang menjamur di
layar bioskop, komik, buku, atau televisi di Indonesia menjadikan muda-mudi
memilih untuk lebih mengagumi dan mencintai budaya luar dari pada budaya nya
sendiri. Selain itu, pembuatan buku yang menceritakan tentang sejarah perjuangan
di Indonesia sampai 2 saat ini masih banyak yang menggunakan visual dan alur
cerita yang masih baku, dan terlalu berat tidak mudah untuk dicerna oleh banyak
orang, membuat masyarakatyang tidak suka baca, cepat sekali bosan. Ini Sangat
disayangkan, karena ini termasuk pendidikan sejarah, dan sangat baik untuk
memberikan mental nasionalisme yang kuat untuk anak muda dan masyarakat di
Indonesia. Setelah di survey ternyata cukup banyak orang yang ingin sekali
membaca atau mendengar kembali cerita tentang pahlawan di Indonesia. Itu
menandakan bahwa masyarakat masih ingin melihat, mendengarkan dan membaca
kembali cerita dari para pejuang di negeri ini. Padahal banyak sekali media dan
teknik yang modern untuk menciptakan suatu gaya visual yang unik, seru dan
baru untuk menjadikan cerita sejarah perjuangan di Indonesia menarik dan tidak
membosankan untuk dibaca.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah kehidupan Jenderal Soedirman?
2. Bagaimana peranan Jenderal Soedirman dalam mempertahankan kemerdekaan
Indonesia
C. Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk:
A. Mengetahui sejarah kehidupan Jenderal Soedirman
B. Mengetahui peranan Jenderal Soedirman dalam mempertahankan
kemerdekaan RI
C. Menyelesaikan tugas mata Kuliah Sejarah Nasional Indonesia

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. JENDRAL SOEDIRMAN

Jenderal Besar TNI Anumerta Soedirman adalah seorang pahlawan nasional


Indonesia yang berjuang pada masa Revolusi Nasional Indonesia. Dalam sejarah
perjuangan Republik Indonesia, ia dicatat sebagai Panglima dan Jenderal RI yang
pertama dan termuda. Saat usi 31 tahun ia telah menjadi seorang jenderal. Meski
menderita sakit tuberkulosis paru-paru yang parah, ia tetap bergerilya dalam perang
pembelaan kemerdekaan RI. Pada tahun 1950 ia wafat karena penyakit tuberkulosis
tersebut dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di Semaki,
Yogyakarta.

B. Riwayat Hidup

Soedirman lahir di Bodas Karangjati, Purbalingga, Jawa Tengah, 24 Januari 1916


– meninggal di Magelang, Jawa Tengah, 29 Januari 1950 pada umur 34 tahun.
Soedirman dibesarkan dalam lingkungan keluarga sederhana. Ayahnya, Karsid
Kartowirodji, adalah seorang pekerja di Pabrik Gula Kalibagor, Banyumas, dan
ibunya, Siyem, adalan keturunan Wedana Rembang. Soedirman sejak umur 8 bulan
diangkat sebagai anak oleh R. Tjokrosoenaryo, seorang asisten Wedana Rembang
yang masih merupakan saudara dari Siyem

C. Pendidikan
Soedirman memperoleh pendidikan formal dari Sekolah Taman Siswa. Kemudian
ia melanjut ke HIK (sekolah guru) Muhammadiyah, Surakarta tapi tidak sampai
tamat. Soedirman saat itu juga giat di organisasi Pramuka Hizbul Wathan. Setelah itu
ia menjadi guru di sekolah HIS Muhammadiyah di Cilacap. Karir militer Ketika
jaman pendudukan Jepang, ia masuk tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor di
bawah pelatihan tentara Jepang. Setelah menyelesaikan pendidikan di PETA, ia
menjadi Komandan Batalyon di Kroya, Jawa Tengah. Kemudian ia menjadi Panglima
Divisi V/Banyumas sesudah TKR terbentuk, dan akhirnya terpilih menjadi Panglima
Angkatan Perang Republik Indonesia (Panglima TKR).

4
Soedirman dikenal oleh orang-orang di sekitarnya dengan pribadinya yang teguh
pada prinsip dan keyakinan, dimana ia selalu mengedepankan kepentingan masyarakat
banyak dan bangsa di atas kepentingan pribadinya, bahkan kesehatannya sendiri.
Pribadinya tersebut ditulis dalam sebuah buku oleh Tjokropranolo, pengawal
pribadinya semasa gerilya, sebagai seorang yang selalu konsisten dan konsekuen
dalam membela kepentingan tanah air, bangsa, dan negara.
Pada masa pendudukan Jepang ini, Soedirman pernah menjadi anggota Badan
Pengurus Makanan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Karesidenan
Banyumas. Dalam saat ini ia mendirikan koperasi untuk menolong rakyat dari bahaya
kelaparan.
Paska kemerdekaan Indonesia Setelah berakhirnya Perang Dunia II, pasukan
Jepang menyerah tanpa syarat kepada Pasukan Sekutu dan Soekarno mendeklarasikan
kemerdekaan Indonesia. Soedirman mendapat prestasi pertamanya sebagai tentara
setelah keberhasilannya merebut senjata pasukan Jepang dalam pertempuran di
Banyumas, Jawa Tengah. Soedirman mengorganisir batalyon PETA-nya menjadi
sebuah resimen yang bermarkas di Banyumas, untuk menjadi pasukan perang
Republik Indonesia yang selanjutnya berperan besar dalam perang Revolusi Nasional
Indonesia.
Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia kemudian diangkat
menjadi Panglima Divisi V/Banyumas dengan pangkat Kolonel. Dan melalui
Konferensi TKR tanggal 12 November 1945, Soedirman terpilih menjadi Panglima
Besar TKR/Panglima Angkatan Perang RI. Selanjutnya dia mulai menderita penyakit
tuberkulosis, walaupun begitu selanjutnya dia tetap terjun langsung dalam beberapa
kampanye perang gerilya melawan pasukan NICA Belanda
D. Peran dalam Revolusi Nasional Indonesia
Menangnya Pasukan Sekutu atas Jepang dalam Perang Dunia II membawa
pasukan Belanda untuk datang kembali ke kepulauan Hindia Belanda (Republik
Indonesia sekarang), bekas jajahan mereka yang telah menyatakan untuk merdeka.
Setelah menyerahnya pasukan Jepang, Pasukan Sekutu datang ke Indonesia dengan
alasan untuk melucuti tentara Jepang. Ternyata pasukan sekutu datang bersama
dengan tentara NICA dari Belanda yang hendak mengambil kembali Indonesia
sebagai koloninya. Mengetahui hal tersebut, TKR pun terlibat dalam banyak
pertempuran dengan tentara sekutu.

5
Perang besar pertama yang dipimpin Soedirman adalah perang Palagan
Ambarawa melawan pasukan Inggris dan NICA Belanda yang berlangsung dari bulan
November sampai Desember 1945. [3] Pada Desember 1945, pasukan TKR yang
dipimpin oleh Soedirman terlibat pertempuran melawan tentara Inggris di Ambarawa.
Dan pada tanggal 12 Desember 1945, Soedirman melancarkan serangan serentak
terhadap semua kedudukan Inggris di Ambarawa. Pertempuran terkenal yang
berlangsung selama lima hari tersebut diakhiri dengan mundurnya pasukan Inggris ke
Semarang. Perang tersebut berakhir tanggal 16 Desember 1945.
Setelah kemenangan Soedirman dalam Palagan Ambarawa, pada tanggal 18
Desember 1945 dia dilantik sebagai Jenderal oleh Presiden Soekarno. Soedirman
memperoleh pangkat Jenderal tersebut tidak melalui sistem Akademi Militer atau
pendidikan tinggi lainnya, tapi karena prestasinya.
E. Peran dalam Agresi Militer II Belanda
Saat terjadinya Agresi Militer II Belanda, Ibukota Republik Indonesia
dipindahkan di Yogyakarta, karena Jakarta sudah diduduki oleh tentara Belanda.
Soedirman memimpin pasukannya untuk membela Yogyakarta dari serangan Belanda
II tanggal 19 Desember 1948 tersebut. Dalam perlawanan tersebut, Soedirman sudah
dalam keadaan sangat lemah karena penyakit tuberkulosis yang dideritanya sejak
lama. Walaupun begitu dia ikut terjun ke medan perang bersama pasukannya dalam
keadaan ditandu, memimpin para tentaranya untuk tetap melakukan perlawanan
terhadap pasukan Belanda secara gerilya. Penyakit yang diderita Soedirman saat
berada di Yogyakarta semakin parah. Paru-parunya yang berfungsi hanya tinggal satu
karena penyakitnya. Yogyakarta pun kemudian dikuasai Belanda, walaupun sempat
dikuasai oleh tentara Indonesia setelah Serangan Umum 1 Maret 1949. Saat itu,
Presiden Soekarno dan Mohammad Hatta dan beberapa anggota kabinet juga
ditangkap oleh tentara Belanda. Karena situasi genting tersebut, Soedirman dengan
ditandu berangkat bersama pasukannya dan kembali melakukan perang gerilya. Ia
berpindah-pindah selama tujuh bulan dari hutan satu ke hutan lain, dan dari gunung ke
gunung dalam keadaan sakit dan lemah dan dalam kondisi hampir tanpa pengobatan
dan perawatan medis. Walaupun masih ingin memimpin perlawanan tersebut,
akhirnya Soedirman pulang dari kampanye gerilya tersebut karena kondisi
kesehatannya yang tidak memungkinkannya untuk memimpin Angkatan Perang
secara langsung. Setelah itu Soedirman hanya menjadi tokoh perencana di balik layar
dalam kampanye gerilya melawan Belanda.

6
Setelah Belanda menyerahkan kepulauan nusantara sebagai Republik Indonesia
Serikat dalam Konferensi Meja Bundar tahun 1949 di Den Haag, Jenderal Soedirman
kembali ke Jakarta bersama Presiden Soekarno, dan Wakil Presiden Mohammad
Hatta.
F. Ketokohan Soedirman
Jenderal Sudirman merupakan salah satu tokoh besar di antara sedikit orang
lainnya yang pernah dilahirkan oleh suatu revolusi. Saat usianya masih 31 tahun ia
sudah menjadi seorang jenderal. Meski menderita sakit paru-paru yang parah, ia tetap
bergerilya melawan Belanda. Ia berlatar belakang seorang guru HIS Muhammadiyah
di Cilacap dan giat di kepanduan Hizbul Wathan.
Ketika pendudukan Jepang, ia masuk tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor
yang begitu tamat pendidikan, langsung menjadi Komandan Batalyon di Kroya.
Menjadi Panglima Divisi V/Banyumas sesudah TKR terbentuk, dan akhirnya terpilih
menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia (Panglima TNI). Ia
merupakan Pahlawan Pembela Kemerdekaan yang tidak perduli pada keadaan dirinya
sendiri demi mempertahankan Republik Indonesia yang dicintainya. Ia tercatat
sebagai Panglima sekaligus Jenderal pertama dan termuda Republik ini.
Sudirman merupakan salah satu pejuang dan pemimpin teladan bangsa ini.
Pribadinya teguh pada prinsip dan keyakinan, selalu mengedepankan kepentingan
masyarakat banyak dan bangsa di atas kepentingan pribadinya. Ia selalu konsisten dan
konsekuen dalam membela kepentingan tanah air, bangsa, dan negara. Hal ini boleh
dilihat ketika Agresi Militer II Belanda. Ia yang dalam keadaan lemah karena sakit
tetap bertekad ikut terjun bergerilya walaupun harus ditandu. Dalam keadaan sakit, ia
memimpin dan memberi semangat pada prajuritnya untuk melakukan perlawanan
terhadap Belanda. Itulah sebabnya kenapa ia disebutkan merupakan salah satu tokoh
besar yang dilahirkan oleh revolusi negeri ini.
Sudirman yang dilahirkan di Bodas Karangjati, Purbalingga, 24 Januari 1916, ini
memperoleh pendidikan formal dari Sekolah Taman Siswa, sebuah sekolah yang
terkenal berjiwa nasional yang tinggi. Kemudian ia melanjut ke HIK (sekolah guru)
Muhammadiyah, Solo tapi tidak sampai tamat. Sudirman muda yang terkenal disiplin
dan giat di organisasi Pramuka Hizbul Wathan ini kemudian menjadi guru di sekolah
HIS Muhammadiyah di Cilacap. Kedisiplinan, jiwa pendidik dan kepanduan itulah
kemudian bekal pribadinya hingga bisa menjadi pemimpin tertinggi Angkatan Perang.

7
Sementara pendidikan militer diawalinya dengan mengikuti pendidikan tentara
Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor. Setelah selesai pendidikan, ia diangkat menjadi
Komandan Batalyon di Kroya. Ketika itu, pria yang memiliki sikap tegas ini sering
memprotes tindakan tentara Jepang yang berbuat sewenang-wenang dan bertindak
kasar terhadap anak buahnya. Karena sikap tegasnya itu, suatu kali dirinya hampir
saja dibunuh oleh tentara Jepang.
Setelah Indonesia merdeka, dalam suatu pertempuran dengan pasukan Jepang, ia
berhasil merebut senjata pasukan Jepang di Banyumas. Itulah jasa pertamanya sebagai
tentara pasca kemerdekaan Indonesia. Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR)
terbentuk, ia kemudian diangkat menjadi Panglima Divisi V/Banyumas dengan
pangkat Kolonel. Dan melalui Konferensi TKR tanggal 2 Nopember 1945, ia terpilih
menjadi Panglima Besar TKR/Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia.
Selanjutnya pada tanggal 18 Desember 1945, pangkat Jenderal diberikan padanya
lewat pelantikan Presiden. Jadi ia memperoleh pangkat Jenderal tidak melalui
Akademi Militer atau pendidikan tinggi lainnya sebagaimana lazimnya, tapi karena
prestasinya.
Ketika pasukan sekutu datang ke Indonesia dengan alasan untuk melucuti tentara
Jepang, ternyata tentara Belanda ikut dibonceng. Karenanya, TKR akhirnya terlibat
pertempuran dengan tentara sekutu. Demikianlah pada Desember 1945, pasukan TKR
yang dipimpin oleh Sudirman terlibat pertempuran melawan tentara Inggris di
Ambarawa. Dan pada tanggal 12 Desember tahun yang sama, dilancarkanlah serangan
serentak terhadap semua kedudukan Inggris. Pertempuran yang berkobar selama lima
hari itu akhirnya memaksa pasukan Inggris mengundurkan diri ke Semarang.
Pada saat pasukan Belanda kembali melakukan agresinya atau yang lebih dikenal
dengan Agresi Militer II Belanda, Ibukota Negara RI berada di Yogyakarta sebab
Kota Jakarta sebelumnya sudah dikuasai. Jenderal Sudirman yang saat itu berada di
Yogyakarta sedang sakit. Keadaannya sangat lemah akibat paru-parunya yang hanya
tingggal satu yang berfungsi.
Dalam Agresi Militer II Belanda itu, Yogyakarta pun kemudian berhasil dikuasai
Belanda. Bung Karno dan Bung Hatta serta beberapa anggota kabinet juga sudah
ditawan. Melihat keadaan itu, walaupun Presiden Soekarno sebelumnya telah
menganjurkannya untuk tetap tinggal dalam kota untuk melakukan perawatan. Namun
anjuran itu tidak bisa dipenuhinya karena dorongan hatinya untuk melakukan

8
perlawanan pada Belanda serta mengingat akan tanggungjawabnya sebagai pemimpin
tentara.
Maka dengan ditandu, ia berangkat memimpin pasukan untuk melakukan perang
gerilya. Kurang lebih selama tujuh bulan ia berpindah-pindah dari hutan yang satu ke
hutan yang lain, dari gunung ke gunung dalam keadaan sakit dan lemah sekali
sementara obat juga hampir-hampir tidak ada. Tapi kepada pasukannya ia selalu
memberi semangat dan petunjuk seakan dia sendiri tidak merasakan penyakitnya.
Namun akhirnya ia harus pulang dari medan gerilya, ia tidak bisa lagi memimpin
Angkatan Perang secara langsung, tapi pemikirannya selalu dibutuhkan.
Sudirman yang pada masa pendudukan Jepang menjadi anggota Badan Pengurus
Makanan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Keresidenan Banyumas, ini
pernah mendirikan koperasi untuk menolong rakyat dari bahaya kelaparan. Jenderal
yang mempunyai jiwa sosial yang tinggi, ini akhirnya harus meninggal pada usia yang
masih relatif muda, 34 tahun.
G. Kematian
Pada tangal 29 Januari 1950, Jenderal Soedirman meninggal dunia di Magelang,
Jawa Tengah karena sakit tuberkulosis parah yang dideritanya. Ia dimakamkan di
Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di Semaki, Yogyakarta. Ia dinobatkan
sebagai Pahlawan Pembela Kemerdekaan. Pada tahun 1997 dia mendapat gelar
sebagai Jenderal Besar Anumerta dengan bintang lima, pangkat yang hanya dimiliki
oleh beberapa jenderal di RI sampai sekarang

9
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Jendral besar Soedirman merupakan pahlawan yang pernah berjuang
untuk merebut kemerdekaan Republik Indonesia dari tangan penjajahan. Saat
usianya yang masih relatif mudah yaitu saat berumur 31 tahun sudah menjadi
seorang jendral. Soedirman merupakan salah satu pejuang dan pemimpin teladan
bangsa ini. Pribadinya teguh dengan prinsip dan keyakinan. Selalu
mengedepankan kepentingan masyarakat banyak dan bangsa diatas kepentingan
pribadinya. Ia selalu konsisten dan konsekuen dalam membela kepentingan tanah
air, bansa dan negara.Dalam sejarah perjuangan Republik Indonesia,ia di catat
sebagai Panglima dan Jendral RI yang pertama dan termuda.Jendral Soedirman
tetap berjuang memimpin pasukan walaupun dalam keadaan sakit.Sebagai
penghargaan atas jasa dan pengorbanannya,Jendral Soedirman mendapat sebutan
Bapak Tentara Nasional Indonesia.

B. SARAN
Dengan dibuatnya makalah ini, kami berharap pembaca dapat
termotivasi untuk melanjutkan perjuangan para pejuang kemerdekaan Indonesia,
khususnya yang dibahas dalam makalah ini adalah Jenderal Soedirman. Kita dapat
melanjutkan perjuangan beliau dengan cara mempelajari hal-hal yang berkaitan
dengan perjuangan-perjuangan yang telah dilakukan oleh para pejuang kita,
menghormati para pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan, menjaga 
ketertiban dan keamanan di Indonesia, dan ikut serta menjaga dan mengharumkan
nama Indonesia.

10
LAMPIRAN GAMBAR

Gambar 1 gambar patung Jendral Soedirman

Gambar 2 gambar patung Jendral Soedirman

11

Anda mungkin juga menyukai