Anda di halaman 1dari 16

Mengenal Sosok Soedirman, Jenderal Perang yang Sangat Dihormati

Presiden Soekarno

Indonesia memiliki salah satu jenderal perang terbaik sepanjang sejarah. Ia adalah Jenderal
Soedirman yang bahkan Presiden Soekarno pun sangat menghormatinya. Bahkan dijadikan
tangan kanannya dalam berjuang menyelamatkan negeri ini dari Belanda yang ingin kembali
menjajah dibantu dengan para tentara sekutu. Jenderal Soedirman berjuang mati-matian
untuk membuat Indonesia terus merdeka dan diakui dunia internasional.

Mari sejenak mengenal dan mengenang kembali sosok berjasa yang ada di Indonesia ini.
Tanpa beliau, Indonesia akan terpuruk dan kembali lagi ke pangkuan Belanda. Meski
merdeka di tahun 1945, Belanda masing “ngotot” ingin menguasai Indonesia. Dan inilah
kisah kehidupan dan perjuangan Jenderal Soedirman yang termahsyur itu.

Pemuda Cerdas yang Hidup Jauh dari Orang Tua


Sejak lahir Jenderal Soedirman tidak hidup dengan kedua orang tuanya. Ia hidup dengan 
saudara dari ibunya yang bernama Raden Cokrosunaryo yang saat itu jadi camat. Jenderal
Soedirman pun mendapatkan gelar raden karena dianggap sebagai anak sendiri oleh
Cokrosunaryo. Sejak kecil ia dididik dengan sangat baik oleh orang tua angkatnya itu. Ia
disekolahkan hingga menjadi pemuda yang sangat cerdas.
Dari kecil hingga berumur 18 tahun, Jenderal Soedirman tidak pernah diberitahu siapa orang
tua aslinya. Ia hanya tahu jika Cokrosunaryo adalah ayah yang menyayanginya dengan tulus.
Setelah mengetahui fakta ini, Jenderal Soedirman akhirnya diperkenankan untuk hidup lagi
dengan keluarganya meski pada akhirnya ia lebih aktif dalam belajar setelah sang ayah asli
meninggal dunia.

Seorang yang Taat dengan Nasionalisme yang Tinggi


Sejak kecil, Jenderal Soedirman sering diajarkan tentang ketaatan pada agama. Tak pelak ia
selalu mengerjakan salat tepat waktu. Bahkan sering dijuluki sebagai “haji” oleh teman-
temannya yang bersekolah di sekolah pribumi (hollandsch inlandsche school). Ketaatan ini
terus meningkat seiring dengan pengetahuan baru dan juga bimbingan dari guru-gurunya.

Selama sekolah, Jenderal Soedirman banyak diajarkan tentang apa itu arti sebuah
nasionalisme. Dari sini lah terpupuk rasa nasionalismenya yang sangat tinggi. Ia jadi pemuda
yang mau berjuang untuk negeri ini. Bahkan ia rela melakukan apa semampunya untuk
membuat perubahan yang cukup besar.

Menjadi Guru yang Tangguh dan Menyebarkan Semangat Berjuang


Pada tahun kedelapan bersekolah, Jenderal Soedirman akhirnya melanjutkan pendidikan ke
Wirotomo. Di sekolah inilah pandangannya tentang penjajahan meningkat dengan tajam.
Jenderal Soedirman banyak mempelajari hal-hal baru mulai dari sains, matematika, hingga
Bahasa Indonesia dan Belanda yang diucapkan dengan sangat lancar. Saat berusia 19 tahun ia
mulai mengajar di Wirotomo meski akhirnya harus melanjutkan kuliah ke Kweekschool.

Sayangnya masa kuliah dari Jenderal Soedirman harus berakhir setelah setahun dijalani.
Beliau tidak memiliki uang lagi untuk membayar biaya kuliah yang cukup mencekik.
Akhirnya dengan berberat hati, Jenderal Soedirman kembali ke Cilacap dan mengajar di
sekolah dasar Muhammadiyah yang membuatnya semakin dikenal dan diakui oleh banyak
masyarakat.
Kepandaian yang dimiliki oleh Jenderal Soedirman membuat seorang gadis bernama Alfiah
kepincut. Akhirnya Jenderal Soedirman menikahi Alfiah yang merupakan anak dari
pengusaha batik terkaya di daerah itu. Dari pernikahan ini, Jenderal Soedirman dikaruniani 3
orang anak yang bernama Didi Praptoastusi, Didi Sutjiati, dan Titi Wahjuti Setyaningrum.

Menjadi Anggota PETA Bentukan Jepang


Jenderal Soedirman pernah menjadi anggota PETA yang merupakan tentara bentukan Jepang.
Ia ditunjuk sebagai komandan dan bertugas merekrut banyak anak muda di daerahnya untuk
bergabung dengan PETA. Jepang melatih Soedirman bersama dengan anak pribumi lain
berperang dengan harapan mampu berperang dan menghalau tentara Sekutu yang mulai
gencar memburu Jepang di mana saja mereka berada.
Pergolakan tentara PETA yang ada di daerah lain membuat bawahan Jenderal Soedirman ikut
memberontak. Bahkan mereka sempat membunuh satu orang Jepang. Mengetahui hal ini
Jenderal Soedirman mengusahakan agar anak buahnya tidak dibunuh sebagai syarat
pemberontakan akan dihentikan. Jepang menyetujui hal itu meski akhirnya mengirim mereka
ke kamp konsentrasi dan dipekerjakan secara kasar.

Mulai Dipercaya Sebagai Pemimpin Perang


Setelah diasingkan ke kamp konsentrasi, Jenderal Soedirman dan anak buahnya kabur ke
Jakarta. Mereka tahu Hiroshima dan Nagasaki dibom dan kemerdekaan Indonesia bisa
didapatkan saat itu juga. Ia menemui Soekarno dan disuruh untuk menjabar sebagai anggota
Badan Keamanan rakyat cabang Banyumas. Dari sini perjuangan Jenderal Soedirman terus
berlanjut. Bahkan membuatnya menjadi orang paling dipercaya di Indonesia oleh Soekarno.
Karier kemiliteran dari Jenderal Soedirman menanjak dengan drastis. Bahkan ia disejajarkan
dengan para petinggi militer yang lebih senior darinya. Keuletan dan perjuangan Jenderal
Soedirman yang tiada batasnya membuat ia semakin bersinar. Bahkan gelar Jenderal pun
tersemat di namanya sebagai penghargaan tertinggi yang bisa diberikan negeri ini untuknya.

Perang Gerilya yang Sangat Hebat


Salah satu yang paling terkenal dari Jenderal Soedirman adalah perang gerilya yang ia
lakukan. Ia menempuh jarak ratusan kilometer untuk menyusun strategi perang terbaiknya
untuk Belanda dan sekutu. Strategi-strategi perang yang dibuat Jenderal Soedirman akhirnya
memberikan keuntungan bagi Indonesia.
Perang gerilya yang dilakukan Jenderal Soedirman membuat Belanda mati kutu. Mereka
tidak tahu jika Indonesia mampu membuat strategi sehebat ini. Apa yang dilakukan oleh
Jenderal Soedirman disambut baik oleh banyak warga di Indonesia. Tanpa perang ini, nasib
Indonesia mungkin masih berada di ujung tanduk.

Jenderal yang Mati Muda Untuk Rakyatnya


Saat melakukan serangan gerilya, Jenderal Soedirman sebenarnya sudah mengalami sakit
yang cukup parah. Ia mengidap TBC dan membuat paru-parunya menjadi rusak. Mengetahui
hal ini, ia tetap berjuang demi membuat negeri ini diakui dunia. Perjuangan yang dilakukan
olehnya akhirnya membuahkan hasil. Pada tanggal 27 Desember 1949 Belanda mengakui
kedaulatan Indonesia secara resmi.

Sebulan berselang setelah Indonesia resmi diakui kedaulatannya. Sang jenderal yang sangat
hebat ini akhirnya meninggal dunia. Penyakit parah yang menimpa dirinya ternyata
mengambil nyawanya dengan cepat. Bahkan ia belum sempat menikmati negeri yang telah ia
bela mati-matian hingga akhirnya diakui dunia internasional.
Inilah sekelumit kisah hidup Jenderal Soedirman yang sangat hebat itu. Meski akhirnya
meninggal di usia yang muda, ia telah membawa perubahan besar bagi Indonesia. Dan kita
semua harus memberikan penghormatan terbesar untuk beliau.
Nama Lengkap : Jenderal Besar TNI A Soedirman
Alias : No Alias
Agama : Islam
Tempat Lahir : Desa Bodas Karangjati, Purbalingga, Jawa Tengah
Tanggal Lahir : Senin, 24 Januari 1916
Zodiak : Aquarius
Warga Negara : Indonesia
Relation :-

Biografi
Jenderal Soedirman ialah salah seorang Pahlawan Revolusi Nasional Indonesia.
Dalam sejarah perjuangan Republik Indonesia, ia merupakan Panglima dan Jenderal RI yang
pertama dan termuda. Pada usia yang masih cukup muda, yaitu 31 tahun, Soedirman telah
menjadi seorang jenderal. Selain itu, ia juga dikenal sebagai pejuang yang gigih. Meskipun ia
sedang menderita penyakit paru-paru parah, ia tetap berjuang dan bergerilya bersama para
prajuritnya untuk melawan tentara Belanda pada Agresi Militer II. 

Soedirman lahir di Purbalingga, Jawa Tengah pada tanggal 24 Januari 1916. Ia berasal
dari keluarga sederhana. Ayahnya seorang pekerja di pabrik gula Kalibagor Banyumas dan
ibunya keturunan Wedana Rembang. Soedirman memperoleh pendidikan formal dari Sekolah
Taman Siswa. Ia kemudian melanjutkan pendidikannya ke HIK (sekolah guru)
Muhammadiyah, Solo tetapi tidak sampai tamat. Selama menempuh pendidikan di sana, ia
pun turut serta dalam kegiatan organisasi Pramuka Hizbul Wathan. Setelah itu ia menjadi
guru di sekolah HIS Muhammadiyah di Cilacap. Ia kemudian mengabdikan dirinya menjadi
guru HIS Muhammadiyah, Cilacap dan pemandu di organisasi Pramuka Hizbul Wathan
tersebut.
Pada zaman penjajahan Jepang , Soedirman bergabung dengan tentara Pembela Tanah
Air (Peta) di Bogor. Pasca Indonesia merdeka dari penjajahan Jepang, ia berhasil merebut
senjata pasukan Jepang di Banyumas. Kemudian beliau diangkat menjadi Komandan
Batalyon di Kroya setelah menyelesaikan pendidikannya. Ia lalu menjadi Panglima Divisi
V/Banyumas sesudah TKR (Tentara Keamanan Rakyat) terbentuk, dan akhirnya terpilih
menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia (Panglima TNI). Perang Palagan
Ambarawa melawan pasukan Inggris dan NICA Belanda dari bulan November sampai
Desember 1945 adalah perang besar pertama yang ia pimpin. Karena ia berhasil memperoleh
kemenangan pada pertempuran ini, Presiden Soekarno pun melantiknya sebagai Jenderal.

Soedirman meninggal pada tanggal 29 Januari 1950 karena penyakit tuberkulosis


parah yang ia derita. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara
di Semaki, Yogyakarta. Pada tahun 1997 ia dianugerahi gelar sebagai Jenderal Besar
Anumerta dengan bintang lima, pangkat yang hanya dimiliki oleh tiga jenderal di RI sampai
sekarang. 

Riset dan analisis oleh: Meidita Kusuma Wardhani

Pendidikan
 Sekolah Taman Siswa
 HIK (sekolah guru) Muhammadiyah, Solo tetapi tidak sampai tamat. 
 Pendidikan Militer Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor

Karir

 Guru di HIS Muhammadiyah di Cilacap


 Panglima Besar TKR/TNI, dengan pangkat Jenderal
 Panglima Divisi V/Banyumas, dengan pangkat Kolonel
 Komandan Batalyon di Kroya

Penghargaan : Jenderal Besar Anumerta Bintang Lima

Nama  : Raden Soedirman

Dikenal  : Jenderal Besar Sudirman


Lahir  : Purbalingga, Jawa Tengah, 24 Januari 1916

Wafat  : Magelang, Jawa Tengah, 29 Januari 1950

Orang Tua  : Karsid Kartawiraji (ayah), Siyem (ibu)

Saudara  : Muhammad Samingan

Istri  : Alfiah

Anak  : Didi Sutjiati, Didi Pudjiati, Taufik Effendi, Titi Wahjuti Satyaningrum, Didi
Praptiastuti, Muhammad Teguh Bambang Tjahjadi, Ahmad Tidarwono

Biografi Jenderal Sudirman


Jenderal Besar Sudirman ini lahir di Bodas Karangjati, Rembang, Purbalingga, 24 Januari
1916. Ayahnya bernama Karsid Kartawiuraji dan ibunya bernama Siyem.

Namun ia lebih banyak tinggal bersama pamannya yang bernama Raden Cokrosunaryo yang
merupakan seorang camat setelah diadopsi.

Ayah dan Ibu Sudirman merelakan anaknya diadopsi oleh pamannya karena kondisi
keuangan pamannya lebih baik daripada orang tua Sudirman sehingga mereka ingin yang
terbaik buat anaknya.

Masa Kecil

Di usia tujuh tahun, Sudirman masuk di HIS (hollandsch inlandsche school) atau sekolah
pribumi. ia kemudian pindah ke sekolah milik Taman Siswa pada tahun ketujuhnya
bersekolah.

Tahun berikutnya ia pindah ke Sekolah Wirotomo disebabkan sekolah milik taman siswa
dianggap sebagai sekolah liar oleh pemerintah Belanda.

Sudirman diketahui sangat taat dalam beragama. ia mempelajari keislaman dibawah


bimbingan Raden Muhammad Kholil. Teman-teman Sudirman bahkan menjulukinya sebagai
‘Haji’. Ia sering berceramah dan rajin dalam belajar.

Di tahun 1934, pamannya Cokrosunaryo wafat. Hal ini menjadi pukulan berat bagi Sudirman.
Ia dan keluarganya jatuh miskin. Meskipun begitu ia diperbolehkan tetap bersekolah tanpa
membayar uang sekolah hingga ia tamat menurut Biografi Jenderal Sudirman yang ditulis
oleh Sardiman (2008).

Di Wirotomo pula, Sudirman ikut mendirikan organisasi islam bernama Hizbul Wathan milik
Muhammadiyah. Beliau juga menjadi pemimpin organisasi tersebut pada cabang Cilacap
setelah lulus dari Wirotomo.

Kemampuannya dalam memimpin dan berorganisasi serta ketaatan dalam Islam menjadikan
ia dihormati oleh masyarakat. Jenderal Sudirman merupakan salah satu tokoh besar di antara
sedikit orang lainnya yang pernah dilahirkan oleh suatu revolusi. Saat usianya masih 31 tahun
ia sudah menjadi seorang jenderal.

Setelah lulus, ia kembali belajar di Kweekschool, sekolah khusus calon guru milik


Muhammadiyah pada zaman Hindia Belanda. namun berhenti karena kekurangan biaya.

Sudirman kembali ke Cilacap dan mulai mengajar di sekolah dasar Muhammadiyah. Disini
pula ia bertemu dengan Alfiah, temannya sewaktu sekolah yang kemudian mereka menikah.

Di Cilacap, Sudirman tinggal di rumah mertuanya yang bernama Raden Sostroatmodjo


seorang pengusaha batik kaya. Selama mengajar di sekolah tersebut, beliau juga aktif dalam
perkumpulan organisasi pemuda Muhammadiayah.

Setelah Jepang berhasil menduduki Indonesia pada tahun 1942. Perubahan kekuasaan mulai
terlihat. Jepang menutup sekoalh tempat Sudirman mengajar dan mengalihfungsikannya
menjadi pos militer.

Meskipun begitu Sudirman melakukan negosiasi dengan Militer Jepang. Ia kemudian


diizinkan kembali mengajar walapun kala itu perlengkapannya sangat dibatasi.

Di tahun 1944, Sudirman menjabat perwakilan di dewan karesidenan yang dibentuk oleh
Jepang. Dan tak lama kemudian Sudirman diminta untuk bergabung dalam tentara PETA
(Pembela Tanah Air) oleh Jepang.

Masuk di Militer

Ketika pendudukan Jepang, ia masuk tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor yang begitu
tamat pendidikan, langsung menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Menjadi Panglima Divisi
V/Banyumas sesudah TKR terbentuk, dan akhirnya terpilih menjadi Panglima Angkatan
Perang Republik Indonesia (Panglima TNI).

Ia merupakan Pahlawan Pembela Kemerdekaan yang tidak perduli pada keadaan dirinya
sendiri demi mempertahankan Republik Indonesia yang dicintainya. Ia tercatat sebagai
Panglima sekaligus Jenderal pertama dan termuda Republik ini.
Setelah bom atiom di Hiroshima dan Nagasaki dijatuhkan, kekuatan militer Jepang di
Indonesia mulai melemah. Sudirman yang ketika itu ditahan di Bogor mulai memimpin
kawan-kawannya untuk melakukan pelarian.

Nama : Raden Soedirman


Dikenal : Jenderal Besar Sudirman
Lahir : Purbalingga, Jawa Tengah, 24 Januari 1916
Wafat : Magelang, Jawa Tengah, 29 Januari 1950
Orang Tua : Karsid Kartawiraji (ayah), Siyem (ibu)
Saudara : Muhammad Samingan
Istri : Alfiah
Anak : Didi Sutjiati, Didi Pudjiati, Taufik Effendi, Titi Wahjuti Satyaningrum, Didi
Praptiastuti, Muhammad Teguh Bambang Tjahjadi, Ahmad Tidarwono

Biografi Jenderal Sudirman

Jenderal Besar Sudirman ini lahir di Bodas Karangjati, Rembang, Purbalingga, 24 Januari
1916. Ayahnya bernama Karsid Kartawiuraji dan ibunya bernama Siyem.

Namun ia lebih banyak tinggal bersama pamannya yang bernama Raden Cokrosunaryo yang
merupakan seorang camat setelah diadopsi.

Ayah dan Ibu Sudirman merelakan anaknya diadopsi oleh pamannya karena kondisi
keuangan pamannya lebih baik daripada orang tua Sudirman sehingga mereka ingin yang
terbaik buat anaknya.

Masa Kecil

Di usia tujuh tahun, Sudirman masuk di HIS (hollandsch inlandsche school) atau sekolah
pribumi. ia kemudian pindah ke sekolah milik Taman Siswa pada tahun ketujuhnya
bersekolah.

Tahun berikutnya ia pindah ke Sekolah Wirotomo disebabkan sekolah milik taman siswa
dianggap sebagai sekolah liar oleh pemerintah Belanda.

Sudirman diketahui sangat taat dalam beragama. ia mempelajari keislaman dibawah


bimbingan Raden Muhammad Kholil. Teman-teman Sudirman bahkan menjulukinya sebagai
‘Haji’. Ia sering berceramah dan rajin dalam belajar.

Di tahun 1934, pamannya Cokrosunaryo wafat. Hal ini menjadi pukulan berat bagi Sudirman.
Ia dan keluarganya jatuh miskin. Meskipun begitu ia diperbolehkan tetap bersekolah tanpa
membayar uang sekolah hingga ia tamat menurut Biografi Jenderal Sudirman yang ditulis
oleh Sardiman (2008).
Di Wirotomo pula, Sudirman ikut mendirikan organisasi islam bernama Hizbul Wathan milik
Muhammadiyah. Beliau juga menjadi pemimpin organisasi tersebut pada cabang Cilacap
setelah lulus dari Wirotomo.

BACA JUGA :  Biografi Baron Karl Von Drais - Penemu Sepeda

Kemampuannya dalam memimpin dan berorganisasi serta ketaatan dalam Islam menjadikan
ia dihormati oleh masyarakat. Jenderal Sudirman merupakan salah satu tokoh besar di antara
sedikit orang lainnya yang pernah dilahirkan oleh suatu revolusi. Saat usianya masih 31 tahun
ia sudah menjadi seorang jenderal.

Setelah lulus, ia kembali belajar di Kweekschool, sekolah khusus calon guru milik


Muhammadiyah pada zaman Hindia Belanda. namun berhenti karena kekurangan biaya.

Sudirman kembali ke Cilacap dan mulai mengajar di sekolah dasar Muhammadiyah. Disini
pula ia bertemu dengan Alfiah, temannya sewaktu sekolah yang kemudian mereka menikah.

Di Cilacap, Sudirman tinggal di rumah mertuanya yang bernama Raden Sostroatmodjo


seorang pengusaha batik kaya. Selama mengajar di sekolah tersebut, beliau juga aktif dalam
perkumpulan organisasi pemuda Muhammadiayah.

Setelah Jepang berhasil menduduki Indonesia pada tahun 1942. Perubahan kekuasaan mulai
terlihat. Jepang menutup sekoalh tempat Sudirman mengajar dan mengalihfungsikannya
menjadi pos militer.

Meskipun begitu Sudirman melakukan negosiasi dengan Militer Jepang. Ia kemudian


diizinkan kembali mengajar walapun kala itu perlengkapannya sangat dibatasi.

Di tahun 1944, Sudirman menjabat perwakilan di dewan karesidenan yang dibentuk oleh
Jepang. Dan tak lama kemudian Sudirman diminta untuk bergabung dalam tentara PETA
(Pembela Tanah Air) oleh Jepang.

Masuk di Militer

Ketika pendudukan Jepang, ia masuk tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor yang begitu
tamat pendidikan, langsung menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Menjadi Panglima Divisi
V/Banyumas sesudah TKR terbentuk, dan akhirnya terpilih menjadi Panglima Angkatan
Perang Republik Indonesia (Panglima TNI).
Ia merupakan Pahlawan Pembela Kemerdekaan yang tidak perduli pada keadaan dirinya
sendiri demi mempertahankan Republik Indonesia yang dicintainya. Ia tercatat sebagai
Panglima sekaligus Jenderal pertama dan termuda Republik ini.

Setelah bom atiom di Hiroshima dan Nagasaki dijatuhkan, kekuatan militer Jepang di
Indonesia mulai melemah. Sudirman yang ketika itu ditahan di Bogor mulai memimpin
kawan-kawannya untuk melakukan pelarian.

Sudirman sendiri pergi ke Jakarta dan bertemu dengan Soekarno dan Mohammad Hatta.


Kedua proklamator tersebut meminta Sudirman memimpin pasukan melawan Jepang di
Jakarta. Namun ditolak oleh Sudirman. Ia memilih memimpin pasukannya di Kroya pada
tahun 19 agustus 1945.

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Pemerintah mendirikan BKR (Badan Keamanan


Rakyat) dan melebur PETA kedalamnya. Sudirman bersama tentaranya kemudian mendirikan
cabang BKR di Banyumas. Ia memimpin masyarakat disana dalam melucuti persenjataan
tentara Jepang.

Presiden Soekarno kemudian membentuk TKR (Tentara Keamanan Rakyat). Dimana


personilnya berasal dari mantan KNIL, PETA dan Heiho. Ketika itu Soekarno
menunjuk Supriyadi sebagai panglima TKR. Namun ia tidak muncul.

Inggris yang ketika itu mendarat di Indonesia bersama dengan NICA mulai mempersenjatai
tentara Belanda dan mendirikan pangkalan di Magelang.

Sudirman yang kala itu menjabat sebagai kolonel mengirim pasukan untuk mengusir Inggris
serta tentara Belanda di Ambarawa. Oleh Urip Sumoharjo, Sudirman ditunjuk sebagai kepala
divisi V.

Diangkat Sebagai Panglima TKR

Pada tanggal 12 November 1945, Sudirman yang kala itu berumur 29 tahun terpilih sebagai
pemimpin TKR. Sudirman kemudian dipromosikan sebagai seorang Jenderal. Ia juga
menunjuk Urip Sumoharjo sebagai kepala staf TKR. Walaupun begitu ia ketika itu belum
secara resmi dilantik oleh Presiden Soekarno sebagai Kepala TKR.
Agresi Militer Belanda

Ketika pasukan sekutu datang ke Indonesia dengan alasan untuk melucuti tentara Jepang,
ternyata tentara Belanda ikut dibonceng.

Karenanya, TKR akhirnya terlibat pertempuran dengan tentara sekutu. Demikianlah pada
Desember 1945, pasukan TKR yang dipimpin oleh Sudirman terlibat pertempuran melawan
tentara Inggris di Ambarawa.

Dan pada tanggal 12 Desember tahun yang sama, dilancarkanlah serangan serentak terhadap
semua kedudukan Inggris. Pertempuran yang berkobar selama lima hari itu akhirnya
memaksa pasukan Inggris mengundurkan diri ke Semarang.

Pada saat pasukan Belanda kembali melakukan agresinya atau yang lebih dikenal dengan
Agresi Militer II Belanda, Ibukota Negara RI berada di Yogyakarta sebab Kota Jakarta
sebelumnya sudah dikuasai.

Jenderal Sudirman yang saat itu berada di Yogyakarta sedang sakit. Keadaannya sangat
lemah akibat paru-parunya yang hanya tingggal satu yang berfungsi.

Dalam Agresi Militer II Belanda itu, Yogyakarta pun kemudian berhasil dikuasai Belanda.
Bung Karno dan Bung Hatta serta beberapa anggota kabinet juga sudah ditawan. Melihat
keadaan itu, walaupun Presiden Soekarno sebelumnya telah menganjurkannya untuk tetap
tinggal dalam kota untuk melakukan perawatan.

Namun anjuran itu tidak bisa dipenuhinya karena dorongan hatinya untuk melakukan
perlawanan pada Belanda serta mengingat akan tanggungjawabnya sebagai pemimpin tentara.

Melakukan Perang Gerilya


Maka dengan ditandu, ia berangkat memimpin pasukan untuk melakukan perang gerilya.
Kurang lebih selama tujuh bulan ia berpindah-pindah dari hutan yang satu ke hutan yang lain,
dari gunung ke gunung dalam keadaan sakit dan lemah sekali sementara obat juga hampir-
hampir tidak ada.

Tapi kepada pasukannya ia selalu memberi semangat dan petunjuk seakan dia sendiri tidak
merasakan penyakitnya. Namun akhirnya ia harus pulang dari medan gerilya, ia tidak bisa
lagi memimpin Angkatan Perang secara langsung, tapi pemikirannya selalu dibutuhkan.

Jenderal Sudirman Wafat

Penyakit TBC yang menggerogoti Jenderal Sudirman kala itu kian parah. Beliau rajin
memeriksakan diri di rumah sakit Panti Rapih. Disaat itu juga, Indonesia sedang dalam
negoasiasi dengan Belanda menuntuk pengakuan kedaulatan Indonesia.

Jenderal Sudirman kala itu jarang tampil karena sedang dirawat di Sanatorium diwilayah
Pakem dan kemudian pindah ke Magelang pada bulan desember 1949.

Belanda kemudian mengakui kedaulatan Indonesia pada tanggal 27 desember 1949 melalui
Republik Indonesia Serikat. Jenderal Sudirman saat itu juga diangkat sebagai Panglima Besar
TNI.

Menurut biografi jenderal Sudirman, Diketahui setelah berjuang keras melawan penyakitnya,
Pada tangal 29 Januari 1950, Panglima Besar Sudirman wafat di Magelang. Pemakamannya
ke Yogyakarta diiringi oleh konvoi empat tank serta 80 kendaraan bermotor.

Pemakaman Jenderal Sudirman


Masyarakat kala itu tumpah ruah ke jalan memberikan -penghormatan terakhir ke Panglima
Sudirman. Beliau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta.
Pemakamannya dilakukan dengan prosesi militer. Beliau dimakamkan disamping makam
jenderal urip  Sumoharjo. Jenderal Sudirman kemudian dinobatkan sebagai Pahlawan
Pembela Kemerdekaan.

Anda mungkin juga menyukai