Anda di halaman 1dari 4

Sumbangsih Ilmu Arsitektur dalam peradaban Islam

HS Maret 2020

Perkembangan teknologi yang canggih saat ini membuat semua manusia memiliki dunia
yang moderen dengan berbagai jenis-jenis teknologi baru maupun karya-karya arsitektur yang
mencengangkan, sebuah kota atau negara selalu memliki cirikhas bangunan-bangunan megah
sebagi bukti tingginya beradapan tersebut.

Tak heran jika saat ini banyak negara-negara membangung lendmark bangunan
berteknologi tinggi hingga pencakarlagit. Contoh bangunan Burj Khalifah di dubai memiliki 163
lantai dengan modal pembangunan 21,67 triliun, Shanghai Tower di China memiliki 128 lantai
dengan biaya 32,97 triliun, Arbaj Al Bait di Arab memiliki 120 lantai dengan biaya 216 triliun, Ping
An Finance Centre di china memiliki 115 lantai dengan biaya 21,66 triliun, Lotte World Tower di
korea memiliki 124 lantai dengan biaya 46,18 triliun dan banyak bangunan tinggi lainnya.

Lantas bagaimana pengaruh arsitektur dapat menunjang sebuah peradaban yang kali itu
dunia arab masih dalam ketertinggalan dari Romawi dan Persia yang lebih dahulu berkuasa di
simbolkan dengan bangunan-bangunan megah yang menonjolkan sebuah peradaban besar.
Yang sampai saat ini peninggalannya masih ada saat ini.

Arsitektur adalah ilmu yang dikenal manusia sejak dulu karena memang adanya kebutuhan
secara alami untuk mengukur perkiraan, baik jarak maupun bangunan. Bahkan, sebagian orang
mengatakan, arsitektur adalah ilmu naluri, karena hewan dengan insting atau nalurinya dapat
mengetahui jalan paling pendek antara dua titik garis yang paling lurus.

Ilmu arsitek mungkin dapat kita perkirakan sudah ada sejak zaman Mesir kuno. Sebab,
mereka telah meletakkan teori yang dikenal kemudian dengan teori Phytagoras, yang
membuktikan keunggulan peradaban mereka kala itu. Terdapat pengaruh kuat yang merujuk pada
masa Ahmas sebelum 4000 tahun, meliputi pemikiran tentang arsitektur jarak dan ukuran bentuk
yang berbeda-beda. Kemudian ditambah dengan peradaban Babilonia, yang kemudian diteruskan
bangsa Yunani yang lebih unggul dan terkenal. Di antara mereka yang dikenal di bidang ilmu ini
dari kalangan Yunani adalah Euclides pengarang buku Elements of Architectur (Ushul Al-
Handasah). Ini merupakan buku paling terkenal sepajang sejarah, salah satu buku yang diboyong
ke Eropa sesudah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.

Ilmu arsitek masuk ke dunia Islam setelah penerjemahan dicapai peradaban Yunani,
khususnya adalah buku Euclides, Ushul Al-Handasah. Donald R. Hill memperhatikan
perkembangan ilmu arsitek dalam peradaban Islam dengan mengatakan,”Peringkat terjemah
mengikuti peringkat permulaan, walaupun guru-guru seperti Euclides, Launises, Archimedes, telah
mendapatkan penghormatan yang sampai batasan indah penuh sanjungan. Para ilmuan Islam
tidak membiarkan hanya dengan memanfaatkan penemuan-penemuan saja bahkan mereka
memperbaikinya. Mereka telah memberikan sumbangsih yang luar biasa dalam ruang lingkup
bidang teori arsitektur.

Barangkali akan bertambah menakjubkan saat melihat bahwa sumbangsi ini begitu luar
biasa, tidak diberikan kecuali dengan perhatian yang sangat besar.

Mereka membagi ilmu Arsitektur ke dalam dua bagian: aqliyah (nalar/matematik) dan
hissiyah (seni atau sentuhan). Aqliyah adalah arsitek berupa teori-teori, sedangkan yang berkaitan
dengan hissiyah (seni) adalah praktik. Mereka tak banyak menambah dalam arsitek tiori tematik.
Mereka menjelaskan dan memberikan metode-metodenya. Metode itu kemudian menjadi
perhatian paling besar yang dicurahkan ke bidang arsitektur praktis, lalu meletakkanya dalam
ruang lingkup pembuatan dan pembangunan serta keahlian bangunan. Arsitektur yang mulanya
hanya digunakan sebagai Ilmu Teori Arsitek saja, kemudian digunakan dalam bahasa Arab kini
dengan makna Al-Handasah Tathbiqiyah (Praktik bidang Arsitek).

Kita akan mendapati pada sebagian karya AL-Biruni, teori-teori dan motif arsitektur serta
petunjuknya yang baru, jenius dan sangat dalam. Ia mengubah cara yang digunakan ahli filsafat
Yunani dan matematikawan mereka. Kaum Muslimin telah menguasai terutama Ibu Hitsami
arsitek dengan dua jenisnya: teori persamaan dan materi dalam pembahsan cahaya untuk
menentukan titik pantul dalam kondisi bulat berbentuk cakram, kerucut, cembung, atau botol kaca.
Dengan temuan tersebut, mereka ahli dalam analisis umum yang menghantarkan mereka pada
puncak kedudukan.

Kaum Muslimin menjelaskan bagaimana memperbaharui presentase yang meliputi


perputaran menuju diameter puncaknya. Sebagaimana terlihat, mereka mengungguli arsitek yang
sama rata, terutama yang berkaitan dengan keseimbangan. Nashiruddin Ath-Thusi, misalnya,
orang pertama yang mengambil perhatian terhadap kelemahan Euclides dalam teori
keseimbangan. Dia menunjukkan argumentasi yang disusunnya dalam teori keseimbangan. Dia
menunjukkan argumentasi yang disusunnya dalam buku Ar-Risalah an Syakki fil Khuthuth AL-
Mutawazinah.

Kaum muslimin telah mengenal ilmu matematika, demikian juga ilmu bola datar, suatu ilmu
yang diperkenalakan oleh Haji Khalifah (Ilmu untuk mengetahui tatacara memindahkan bola ke
tepi dengan menjaga garis dan perputaran yang digambar di atas bola, juga bagaimana cara
memindah perputaran tersebut di atas perputaran menuju garis).

Manfaat ilmu ini sebagaimana dikatakan Al-Qunji adalah penggunaan alat-alat dan fungsi,
bagaimana cara mencabutnya dari kecerdasan emosi sesuai cahaya dari luar, untuk
menyampaikan pada titik kesimpulan yang dikehendaki dalam ilmu astronomi. Di antara karya
mereka di cabang ilmu arsitek ini adalah buku Al-Kamil oleh Al-Farhani, Al-Isti’ab oleh Al-Biruni,
Dustur At-Tarjih fi Qawaid At-Tasthih oleh Taqiyuddin Asy-Syami. Semoga Allah merahmati
mereka.

Kaum Muslimin melahirkan begitu banyak karangan di bidang Arsitektur, penjabaran dan
susunan arsitek, materi-materi yang berhubungan dengan masalah tersebut semisal pembagian
sudut ruangan, grafik persegi yang diatur dan dikaitkan dengan kecocokan tabiatnya. Dikatakan,
Tsabit bi Qurrah membagi ruang sudut menjadi tiga bagian yang sejajar dengan cara berbeda-
beda yang telah dikenal sejak zaman Yunani. Ustadz Qadri Thuqan mengatakan,”Kantung itu
digunakan sebagai ganti tali dalam permulaan abad ketiga hijriyah, selain sukar menentukan
orang yang merancang dengan rancangan ini, tapi ditetapkan secara kuat bahwa orang yang
meletakkan dasar ini adalah Monalus dalam bentuknya yang akan datang. Kemudian setelah itu
diuraikan sebagian ilmuan Barat dalam pembahasan mereka tentang matematikan pada abad
kesepuluh Masehi, semisal Cardan dan lainnya, yang merupakan ilmuan besar di bidang
matematika.

Dikatakan oleh Ustadz Thuqan,”Sebagian orang yang menekuni ilmu matematika tentu
tidak akan memercayai apa yang dikuatkan oleh orang-orang yang memberikan petunjuk
pembaharuan (Penyempurnaan dan Unggul). Tidak diragukan lagi bahwa ilmu ini dan bukan
adanya kemudahan yang didapati dari banyak uraian dan penjebarannya, berbagai macam
praktik, memungkinkan sulit diambil faidah serta dikonsumsikan untuk kebaikan manusia. Sudah
tentu dia menyibukkan diri meneliti ilmu arsitek dengan penguraian serta pembaharuannya,
seorang jenius yang belum pernah ada yang mendahuluinya. Dialah yang telah menulis buku Al-
Jabar, menjelaskan hubungan ilmu aljabar dengan arsitek dan bagimana cara menyatukan
keduannya.

Seorang orentalis Perancis Baron Carra De Vaux menjelaskan pencapaian yang dia akui
merupakan peradaban Islam, dengan mengatakan,”Bangsa Arab telah mencapai temuan-temuan
ilmiah yang hebat secara nyata. Mereka mengajarkan kepada kita tentang penggunaan angka nol.
Apa jadinya jika bukan atas temuan orang-orang jenius. Mereka telah memulai hitungan dalam
kehidupan sehari-hari. Mereka telah menjadikan aljabar ilmu yang dalam dan maju. Dengan ilmu
tersebut, mereka meletakkan ilmu segi tiga sejajar dan bulat diman bangsa Yunani tidak akan
mempunyai keahlian itu dan tidak mampu mewujudkanya tanpa temuan ilmuan Muslim yang
begitu teliti dan adil.

Pekembangan besar yang menjadikan umat islam lebih jauh melompat dalam sejarah sains
diantaranya adalah penggunaan nomor arsitek dan terutama angka nol. Meski terjadi perselisihan
seputar orang pertama yang menemukannya, tapi tidak terjadi perselisihan bahwa ilmuwan
Muslim-lah yang telah menggunakan angka nol pertama kali, kemudian diletakkan di tempat
kosong. Dengan digunakannya angka nol, ini menjadi lurus hitungan yang didasarkan dengan
ketetapan bilangan: bilangan sati, bilangan sepuluh, bilangan seratus..demikianlah mendudukkan
perhitungan ilmiah besar dan bisa menjadi luas tidak terbatas. Sesuatu yang mustahil dengan
angka Latin pada masanya.

Orientalis Jerman, Roger Hunka melihat bahwa penggunaan angka-angka ini bukan
sekadar tujuan atau bentuk pencapaian pagi orang Arab. Bahkan, orang-orang jenius telah
melekatkan angka ini di atas petunjuk dan perbendaharaan negeri India yang merupakan lambang
keunggulan. Sebab (mereka menujukkan bahwa mereka mendapatkan pemahaman dalam
disertai pengetahuan luas, ketika menemukan fungsi diagnosis kecil (mengenai secara pasti) yang
menghiasi petunjuk bagnsa India. Mereka tidak sanggup menggungkap penemuan kepada
sesuatu yang menakjubkan. Bukankah anga-angka ini juga dikenal di Iskandariyah juga di masa-
masa hadirnya perjalanan ilmu? Namun, mereka belum bisa menggunakan cahaya dan geliatnya
kecuali setelah sampai pada bangsa Arab.

Para matematikawan telah menetapkan bahwa angka nol merupakan temuan paling besar
yang dicapai manusia. Sungguh mustahil tanpa angka nol ada muatan positif dan negative seperti
dalam ilmu listrik dan positif dan negative dalam ilmu aljabar.

Kemudian lompatan lebih tinggi pada bidang lain dalam ilmu arsitek ketika Al-Lhawarizmi
memperkenalkan ilmu Al-Jabar dan Al-Muqobalah (perbandingan). Suatu ilmu pencampuran yang
ditambah kaum muslimin pada ilmu manusia.

Dalam hal jarak, kita akan mendapati bahwa di antara penemuan paling penting dari anak-
anak Musa bin Syakir adalah ilmu Arsitek dalam buku Makrifah AL-Musahah Al-Asykal AL-
Basithah wa Al-Kariyah. Menurutnya, kadar (ukuran) itu ada tiga: panjang, lebar, dan tebal. Kadar
tersebut membatasi setiap tubuh, meluaskan setiap sisi. Fungsi untuk mengukur bilangan
ditentukan dengan analogi pada suatu sisi (bentangan datar) satu bentuk. Satu sisi yang
dianologikan diameter lingkaran pada separuh sisi pada persegi itulah jarak.

Buku ini membentuk perkembangan penting pada buku Archimedes Hisab Masahah Dairah
juga AL-Kurraw wa Al-Ustunawiyah, yang diteliti dan dikaji oleh tiga bersaudara dengan metode
pendarahan milik Yuduks, juga pemahaman kimia (Mutabahiyatush Shugrah) oleh Archimedes.
Buku ini mempunyai pengaruh hebat di timur Islam, juga di Barat Latin.

Dalam ilmu tentang jarak, para ilmuan kaum Muslimin dalam kehebatan karya matematika
yang ditetapkan sebagai ilmu cabang dari arsitek, kita mendapati Bahauddin AL-Amili (1031
H/1622M). Ia membaginya menjadi tiga bab pertama, dari bab keenam dalam bukunya Khulashah
Al-Hisab. Dalam muadimah bukunya tersebut, ia mengulas sebagian definisi awal jarak dari sisi
dan bentuk. Pada bagian pertama jarak sisi (datar) lurus persegi seperti segitiga, kubus, galah,
belah ketupat, bentuk persegi empat, persegi enam, persegi delapan dan sabagainnya. Pada
pembahasan kedua dan ketiga mengenai cara menemukan jarak yang melingkar dan datar serta
sudut seperti tiang, peta sempurna dan peta yang kurang sera bentuk bola. Dia menyebutkan juga
dalam ketujuh tentang sesuatu yang berkaitan dengan jarak di atas datar bumi yang mengalirkan
tempat untuk membelah jembatan, ukuran ketinggian dan daratan sungai serta kedalaman sumur.

Merupakan hal lumrah jika kaum Muslimin menerjemahkan pengetahuan arsitek mereka
dan menggunakannya dengan keahlian mereka untuk membangun masjid, istana serta took-toko
dan lain sebaginnya. Mereka sangat memerhatikan seluk-beluk arsitek yang tersusun rapid an
sangan mendetail. Inilah yang disaksikan Martin Isbraikes, salah seorang orentalis yang meneliti
khusus masalah arsitektur dan ruang dalam Islam. Ia mengatakan,” Meski dunia Arab diselimuti
kebodohan dalam bidang arsite pada permulaan masa penaklukan, namun pada kenyataanya
arsitektur-arsitektur Islam terlihat disetiap negeri dan setiap zaman yang berjalan dalam dunia
Islam, berikut sisa asal-usulnya yang diyakini kuat pengaruh dalam peradaban Islam. Di negeri
Daulah Khilafah terdapat banyak bangunnan sekolah setempat yang merupakan lambing keahlian
pembuatnya.

Dari sini, terlihat kehebatan kaum Muslimin dalam bidang Arsitektur, yang tak bisa diingkari
kecuali oleh orang-orang yang dengki. Muhammad Kardu Ali mengatakan,”Dunia dan kaum
Muslimin di bidang arsitek telah sampai pada titik puncak kegemilangan, sebagaimana ditetapkan
oleh mereka yang mengetahuinya. Tak ada perbedaan pendapat soal ini. Dunia arab tidak
membuat bangunan tersebut khusus untuk mereka, namun membuat arsitektur dengan wujud
kecintaan mereka akan seni keindahan dan kelembutan. Mereka menciptakan lengkung tempat
jembatan dan menggambarkan kerekan. Dengan keahlian itu, mereka membuat kubah, atap,
bahsal tempat berteduh dari pohon dan bunga untuk universitas dan istana-istana indah yang
tidak akan lekang oleh zaman. Semua itu menunjukkan bukti atau fakta akan keunggulan kaum
Muslimin dalam bidang seni ukiran dan hiasan. Bangunan dan peraduan-peraduan karya mereka
seperti terbuat dari gaun berkilau menghiasi kisahnya dalam hal eloknya keindahan kubahnya,
sebagaimana dikatakan salah seorang ilmuan dari perancis.

Inilah sebagian sumbangsih kaum Muslimin dalam perkembangan ilmu Arsitektur, yang
dimulai dengan pengetahuan yang jelas dan terlihat nyata. Hal itu tampak setelah mengadakan
kajian mereka pada warisan peradaban terdahulu. Dan semua pencapaian ini tak terlepas oleh
sebuah sistem negara yang mendukung baik moril dan material untuk semua ilmuan di dalam
negara Daulah Islam. Semoga generasi muda saat ini menjadi ilmuan hadal penopang perdaban
islam yang akan segera tiba. Amiin

Wallahua’alam

Anda mungkin juga menyukai