Geometri
1. Pengertian dan Sejarah Geometri
Geometri adalah salah satu cabang Ilmu Matematika yang secara harfiah
berarti pengukuran tentang bumi, yakni ilmu yang mempelajari hubungan di
dalam ruang. Geometri berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu “Geo” yang berarti
bumi, dan “Metron” yang berarti pengukuran. Geometri sejatinya sudah dipelajari
sejak masa peradaban Mesir Kuno, tepatnya di wilayah Lembah Indus dan
Babilonia. Sebagian besar geometri yang diterapkan oleh mereka adalah
perhitungan panjang garis, luas, dan volume. Sementara itu, Salah satu teori awal
mengenai geometri dikatakan oleh Plato dalam dialog Timaeus (360 SM) bahwa
alam semesta terdiri dari 4 elemen yaitu tanah, air, udara dan api. Hal tersebut
dimaksud untuk menggambarkan kondisi material padat, cair, gas dan plasma.
2. Perkembangan Geometri
Bangsa Babilonia menempati daerah subur yang membentang antara
sungai Eufrat dan sungai Tigris di wilayah Timur Tengah. Geometri
dipikirkan oleh para insinyur untuk keperluan pembangunan. Geometri yang lahir
dan berkembang di Babilonia merupakan sebuah hasil dari keinginan dan harapan
para pemimpin pemerintahan dan agama pada masa itu. Hal ini dimaksudkan
untuk bisa mendirikan berbagai bangunan yang kokoh dan besar. Juga harapan
bagi para raja agar dapat menguasai tanah untuk kepentingan pendapatan
pajak. Teknik-teknik geometri yang berkembang saat itu pada umumnya masih
kasar dan bersifat intuitif. Akan tetapi, cukup akurat dan dapat memenuhi
kebutuhan perhitungan berbagai fakta tentang teknik-teknik geometri saat itu
termuat dalam Ahmes Papirus yang ditulis lebih kurang tahun 1650 SM dan
ditemukan pada abad ke-9. Peninggalan berupa tulisan ini merupakan bagian dari
barang-barang yang tersimpan oleh museum-museum di London dan New York.
Dalam Papirus ini terdapat formula tentang perhitungan luas daerah suatu persegi
panjang, segitiga siku-siku, trapesium yang mempunyai kaki tegak lurus dengan
alasnya, serta formula tentang pendekatan perhitungan luas daerah lingkaran.
Orang-orang Mesir rupanya telah mengembangkan rumus-sumus ini dalam
kehidupan mereka untuk menghitung luas tanah garapannya.
Bangsa Mesir mendiami wilayah yang sangat subur di sepanjang sungai
Nil. Pertanian berkembang pesat. Pemerintah memerlukan cara untuk membagi
petak-petak sawah dengan adil. Maka, geometri maju di sini karena
menyajikan berbagai bentuk polygon yang di sesuaikan dengan keadaan
walayah di sepanjang sungai Nil itu.
Di Yunani, geometri mengalami masa emasnya. Sekitar 2000 tahun
yang lalu, ditemukan teori yang kita kenal dewasa ini dengan nama teori
aksiomatis. Teori berpikir yang mendasarkan diri pada sesuatu yang paling
dasar yang kebenarannya kita terima begitu saja. Kebenaran semacam ini kita
sebut kebenaran aksioma. Dari sebuah aksioma diturunkan berbagai dalil baik
dalil dasar maupun dalil turunan. Dari era ini, kita juga memperoleh warisan buku
geometri yang hingga kini belum terbantahkan, yaitu geometri Euclides.
Di wilayah timur, India dan Cina dikenal penyumbang pengetahuan
matematika yang handal. Di India, para matematikawan memiliki tugas untuk
membuat berbagai bangunan pembakaran untuk korban di altar. Salah satu
syaratnya adalah bentuk boleh ( bahkan harus) berbeda tetapi luasnya harus sama.
Misalnya, membuat pangunan pembekaran yang terdiri atas lima tingkat dan
setiap tingkat terdiri 200 bata. Di antara dua tingkat yang urutan tidak boleh ada
susunan bata yang sama persis. Saat itulah muncul ahli geometri di India. Tentu,
bangunan itu juga dilengkapi dengan atap. Atap juga merupakan bagian tugas
matematikawan India. Di sinilah berkembang teori-teori geometri.
Pada era kekhalifahan Islam, para saintist muslim turut mengembangkan
geometri. Bahkan, pada abad pertengahan geometri dikuasai ahli matematika
muslim. Pencapaian peradaban islam di bidang geometri sungguh luar biasa. Para
peneliti dari Amerika Serikat menemukan fakta bahwa pada abad ke-15 M, para
cendikiawan muslim telah menggunakan pola geometris yang mirip dengan
kristal. Padahal, pakar matematika modern baru menemukan pola geometri di
abad ke-20 M.
Dalam era itu, Islam menyebar di Timur Tengah, Afrika Utara, Spanyol,
Portugal, dan Persia. Para matematikawan Islam menyumbang pada
pengembangan aljabar, asronomi, dan trigonometri. Trigonometri merupakan
salah satu pendekatan untuk menyelesaian masalah geometri secara aljabar. Kita
mengenalnya menjadi geometri analitik. Mereka juga mengembangkan
polinomial.
Pada abad ke-9 M, ahli matematika Muslim bernama Khawarizmi telah
mengembangkan geometri. Ilmu geometri dipelajari oleh Khawarizmi dari buku
The Elements karya Euclid. Ia pun kemudian mengembangkan geometri dan
menemukan beragam hal yang baru dalam studi tentang hubungan di dalam ruang.
Al-Khawarizmi menciptakan istilah secans dan tangens dalam penyelidikan
trigonometri dan astronomi. Dia juga menemukan Sistem Nomor yang sangat
penting bagi sistem nomor modern. Dalam Sistem Nomor itu, al-Khawarizmi
memuat istilah Cosinus, Sinus dan Tangen untuk menyelesaikan persamaan
trigonometri, teorema segitiga sama kaki, perhitungan luas segitiga, segi empat
maupun perhitungan luas lingkaran dalam geometri. Penelitian al-Khawarizmi
dianggap sebagai sebuah revolusi besar dalam dunia matematika. Dia
menghubungkan konsep-konsep geometri dari matematika Yunani kuno ke dalam
konsep baru.
Referensi :
Republika, 2009, https://republika.co.id/berita/66994/sumbangan-saintis-muslim-dalam-
geometri, diakses pada 12 Juni 2022 pukul 18.00
Dayang.N.M.N, 2020, https://idoc.pub/documents/sejarah-geometri-dan-tokoh-reljy9e305l1,
diakses pada 13 Juni 2022 pukul 12.49
c. Aljabar
1. Pengertian dan Sejarah Aljabar
3. Bentuk Aljabar
1) Aljabar elementer adalah bentuk aljabar paling dasar. Aljabar elementer
diajarkan kepada siswa/mahasiswa yang dianggap tidak memiliki pengetahuan
tentang matematika lebih dari sekadar prinsip-prinsip dasar aritmetika. Di
dalam aritmetika, hanya bilangan dan operasi aritmetika (seperti +, −, ×, ÷)
yang muncul. Di dalam aljabar, bilangan sering kali diwakili oleh simbol,
yang disebut variabel (seperti a, n, x, y, atau z).
2) Aljabar abstrak, kadang-kadang disebut Aljabar Modern, yang mempelajari
Stuktur Aljabar semacam Grup, ring dan Medan (fields) yang didefinisikan
dan diajarkan secara aksiomatis.
3) Aljabar Linier, yang mempelajari sifat-sifat khusus dari Ruang Vektor
(termasuk Matrik).
4) Aljabar Universal, yang mempelajari sifat-sifat bersama dari semua Stuktur
aljabar.
Referensi :
Mahirmatematika, 2018, https://mahirmatematika.com/aljabar/, diakses pada 13 Juni 2022
pukul 12.12
Sejarahaljabar, 2012, https://sejarahaljabar.blogspot.com/, diakses pada 13 Juni 2022 pukul
11.40
Zahra, 2022, https://daxgallery.com/sejarah-aljabar/, diakses pada 13 Juni 2022 pukul 11.11