Anda di halaman 1dari 8

SEJARAH TRIGONOMETRI

Grup : C
Kelompok : 23
Nama : Elva Rodearna Sidabutar
NPM : 19150121

A. Pengertian Sejarah
Kata sejarah merupakan terjemahan Indonesia dari kata Inggris “history”,sebelumnya
secara etimologis mengambilnya dari kata Yunani “historia” yang artinya “inquiry”
atau “research”. Jadi, inti kandungan sejarah sejak awal sampai sekarang sebenarnya
adalah suatu disiplin yangmerupakan produk dari suatu penelitian (HeliusSjamsuddin,
1999:12)
Istilah “sejarah” berasal dari bahasa Arab, yakni dari kata “syajaratun” (dibaca”
syajarah), yang memiliki arti “pohon kayu”. Pengertian “pohon kayu” di sini adalah
adanya suatu kejadian, perkembangan/pertumbuhan tentang sesuatu hal (peristiwa)
dalam suatu kesinambungan (kontinuitas), (Sjamsuddin, 1996: 2).
Sejarah sebagai mata pelajaran yang menanamkan pengetahuan dan nilai-nilai
mengenai proses perubahan dan perkembangan masyarakat Indonesia dan dunia dari
masa lampau hingga kini (Depdiknas, 2003: 1)
Dari ketiga pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa sejarah adalah suatu kejadian
yang terjadi dimasa lampau yang memiliki kronologis berkesinambungan dan dapat
menanamkan pengetahuan mengenai proses perkembangan masyarakat di dunia dari
masa lampau hingga kini .

Pengertian Trigonometri
trigonometri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah ilmu ukur
mengenai sudut dan sempadan dengan segitiga (digunakan dalam astronomi) KBBI,
(Jakarta: PT Gramedia, 2008), hlm. 148
Trigonometri berasal dari bahasa Yunani yaitu trigonon yang artinya tiga sudut dan
metro artinya mengukur. Oleh karena itu trigonometri adalah sebuah cabang dari ilmu
matematika yang berhadapan dengan sudut segitiga dan fungsi trigonometrik seperti
sinus, cosinus, dan tangen( KBBI, 2008)
Dalam Modul Trigonometri Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah tahun 2004,
berikut pengertian trigonometri:
1.Metode dalam perhitungan untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
perbandingan-perbandingan pada bangun geometri, khususnya dalam bangun yang
berbentuk segitiga.
2.Merupakan salah satu ilmu yang berhubungan dengan besar sudut, dimana
bermanfaat untuk menghitung ketinggian suatu tempat tanpa mengukur secara
langsung sehingga bersifat lebih praktis dan efisien.
3.Cabang ilmu matematika yang mempelajari tentang perbandingan ukuran sisi suatu
segitiga apabila ditinjau dari salah satu sudut yang terdapat pada segitiga tersebut.
Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa trigonometri adalah
suatu cabang ilmu matematika yang memiliki besaran sudut dan berhadapan dengan
sudut segitiga untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun geometri
khusus nya yang berbentuk segitiga.

B. Penemu Trigonometri
Penemu trigonometri pada awalnya adalah Bangsa Mesir kuno dan Babilonia.

C. Tahun Penemuan
2300SM

D. Tempat Penemuan
Mesir kuno dan Babilonia

E. Proses Penemuan
Sejarah awal trigonometri berasal dari zaman Mesir Kuno, Babilonia dan peradaban
Lembah Indus, lebih dari 3000 tahun yang lalu.
Bangsa Mesir menggunakan trigonometri untuk mensurvei tanah dan membangun
piramida. Berdasarkan dari temuan reruntuhan dan prasasti yang ditemukan di mesir
menyebutkan bahwa trigonometri ada pada tahun 2300SM .
Pada peninggalan tersebut terlihat bahwa peradapan mesir saat itu sangat maju baik
dari segi ilmu astronomi ,geometri ,dan trigonometri .
Peradapan yang selanjutnya adalah Babilonia ,berdasarkan sejarah yang ada
disebutkan bahwa babilonia menemukan trigonometri pada tahun 1800SM. Babilonia
menggunakan trignometri untuk mengukur busur lingkaran dan panjang tali busur
untuk menghitung astronomi.
Babilonia terkenal dengan pembuatan sudut satu putaran 3600,dalam sejarah
disebutkan bahwa dalam bilangan basis yang digunakan oleh bangsa babilonia adalah
60.sehingga mereka mendefenisikan 1 menit 60 detik dan 1 jam 60menit berdasarkan
hal tersebut mereka menganggap bahwa 1 hari adalah sebuah lingkaran penuh yang
berisi 3600 selain itu, bangsa babilonia juga berpendapat bahwa dalam satu lingkaran
penuh terdapat 6 buah segitiga sama sisi dimana jika enam segitiga itu disusun akan
membentuk 3600 .
Matematikawan India adalah perintis penghitungan variabel aljabar yang digunakan
untuk menghitung astronomi dan juga trigonometri. Lagadha adalah matematikawan
yang menggunakan geometri dan trigonometri untuk penghitungan astronomi dalam
bukunya Vedanga, Jyotisha, yang sebagian besar hasil kerjanya hancur oleh penjajah
India.
Versi dari yunani menyebutkan bahwa trigonometri berasal dari ilmu astronomi.
Sejarah menyebutkan bahwa ilmu astronomi merupakan dasar dari terbentuknya ilmu
geometri dan trigonometri.ilmu geometri ditemukan oleh euclid .secara tersirat pada
karya euler terdapat dasar-dasar ilmu trigonometri hanya saja tidak disebutkan bahwa
itu adalah teori trigonometri .misalnya terdapat aksioma yang terkenal yaitu sisi sudut
sisi.
Untuk pertama kalinya trigonometri dikenalkan secara resmi oleh Hipparchus dan
Nicaea(180 – 125 SM).
Hipparchus dikenal sebagai bapak trigonometri karena beliau adalah orang pertama
yang membuat deret dari suatu sudut yang berisi tabel nilai sebuah busur dan
koordinat.
Pada tahun 1595 Matematikawan Silesia Bartholemaeus Pitiskus menerbitkan sebuah karya
yang berpengaruh tentang trigonometri dan memperkenalkan kata trigonometri ke dalam
bahasa Inggris dan Perancis.

Istilah Sinus, Cosinus dan Tangen meski bagian dari trigonometri, namun ketiganya jauh
lebih tua ketimbang istilah Trigonometri itu sendiri, dalam sejarah penemuannya adapun
rumusan sinus, cosinus juga tangen diformulasikan oleh Surya Siddhanta, ilmuwan
India yang dipercaya hidup sekitar abad 3 SM.
Berikut merupakan tabel sinus Surya Siddhanta dan Aryabhata (printed at Meerut,
India, 1867)

Selebihnya teori tentang sinus ,cosinus dan tangen disempurnakan oleh ilmuwan-
ilmuwan lain di jaman berikutnya.

Penemuan Sinus
Bangsa Mesir Kuno dan Babilonia kuno adalah bangsa pertama yang mengenal
trigonometri tentang perbandingan sisi segitiga yang sama, namun mereka tidak
mengerti tentang penghitungan sudut-sudutnya.
Pada tahun 830, Al-Mawarzi memperkenalkan konsep "bayangan," umbra (versa),
setara dengan singgung di trigonometri, dan beliau menyusun tabel bayangan yang
menjadi awal dari jenisnya. Beliau juga memperkenalkan kotangen, dan
menghasilkan tabel pertama untuk itu.
Hipparkhos adalah astronom Yunani yang mempelajari tentang bumi mengelilingi
matahari. Hipperkhos menggunakan geometri Euclides untuk mencari tahu tentang
pergerakan bumi, bulan, dan matahari. Lalu sekitar tahun 150 SM, Hipparkhos
menyadari bahwa geometri euclides dimaksudkan untuk benda-benda yang diam,
bukan benda benda langit. Lalu Hipperkhos mengembangkan sistem matematika
trigonometri yang memiliki arti dalam mengukur segitiga. Hipperkhos
menggabungkan antara teorema Phytagoras dan karya Archimedes untuk
mengalkulasi nilai sinus dan kosinus.
Secara etimologi, arti kata sinus jauh dari isi konsepnya. “Sinus” adalah kata latin
yang artinya “buah dada”. Konsep perbandingan sisi depan terhadap hipotenusa
dalam segitiga, dalam bahasa sansekerta populer disebut “jiva” kemudian dalam
peradaban islam berkembang jadi “Jiba”. Karena perkembangan ucapan dalam arab
menjadi “Jaib” yang secara harfiah artinya ”buah dada” dan berkembang
jadi “sine” di Inggris
Sinus muncul pada periode Alexandria (300 SM-30 SM). Melalui buku Siddhantas,
diciptakanlah tabel sinus versi India kemudian buku
Aryabhathiya, berisi sebagian besar ide penting terkait sinus. Pada tahun 1150 M,
Bhaskara memberikan metode yang lebih akurat untuk menyusun tabel sinus, yang
mempertimbangkan sinus di setiap derajat, namun tabel mereka tidak seakurat tabel
Bayangan milikYunani.
Pada abad ke-9, Al-Khawarizmi menyusun sebuah tabel sinus yang akurat, dia juga
merupakan penggagas trigonometri bola. Sinus diperkenalkan oleh al-Battani untuk
menggantikan istilah Chord atau tali busur yang biasa digunakan dalam perhitungan
astronomi dan trigonometri di masa itu.
Abu Nasr dikenal mendalami hasil karya dari Yunani, salah satunya karya Menelaus
of Alexandria , Bersama Al biruni Abu Nasr berhasil menghasilkan 25 karya besar
dalam sejarah ilmu pengetahuan Karya karya tersebut diterjemahkan ke berbagai
bahasa untuk dijadikan bahan pembelajaran.
Karyanya terdiri dari tiga buku, buku pertama berisikan unsur dan bentuk sebuah
segitiga, buku kedua berisikan sebuah sistem paralel pada lingkaran dalam sebuah
bola, yang terbentuk dari potongan potongan lingkaran besar, buku ketiga
menjelaskan pembuktian dalil Menelaus. Selanjutnya pada kutipan lain dinyatakan
bahwa Abu Nasr menemukan hukum sinus.

Hal itu tercatat dalam The Regions of the World, sebuah buku geografi Persia 982M.
Penemuan hukum sinus oleh Abu Nasr tentu tak terlepas dari peran seorang guru
yaitu Abul Wafa. Beberapa ahli berpendapat bahwa ini juga merupakan sebuah ide
dari Abul Wafa. Kemudian dilanjutkan oleh sang murid, Abu Nasr.
Al-Kashi ikut turut andil dalam sejarah sinus, dalam bukunya yang berjudul Risalah
Kord dan Sinus, dia menghitung nilai sin 1° dengan sangat akurat. Dari semua
ilmuwan matematika pada masanya, hanya Al Kashi yang bisa menilai sin 1° dengan
akurat hingga muncullah seorang ahli matematika pada abad ke-16 yakni Taqi al-Din.
Untuk menentukan sin 1°, al-Kashi menemukan rumus berikut sering dikaitkan
dengan François Viète di abad ke-16:

Al-Biruni juga menyumbang dalam menjelaskan sudut-sudutistimewa


dalam segitiga, seperti 0, 30, 45, 60, 90.

Penemuan Cosinus

Cosinus atau “complementary sinus”, komplemen dari sinus ditemukan selama Periode
Alexandria (300 SM-30 SM). Aryabhata (476-550 M), ahli matematika dari India, dalam
bukunya berjudul Aryabhatiya, berisi sebagian besar ide penting cosinus. Lalu
AlKhawarizmi membuat suatu tabel cosinus.
Ghiyath al-Dīn Jamshid Mas'ud al-Kashi (atau al-Kasyani) adalah astronom dan ahli
matematika dari Persia. Al-Kashi merupakan ilmuwan yang mengembangkan matematika
dan astronomi pada zaman Dinasti Timurid, di Samarkand (14 M). Ia berjasa
mengembangkan ilmu matematika dan astronomi dengan sederet penemuannya seperti
hukum cosinus.
Di Prancis, Hukum Cosinus dikenal sebagai Theoreme d'Al-Kashi (Teorema Al-Kashi)
karena Al-Kashi merupakan orang pertama yang menemukan hukum tersebut. Dia juga
memberikan sejumlah alasan mengapa Hukum Cosinus bisa digunakan untuk
memecahkan masalah-masalah yang berhubungan dengan segitiga.

Penemuan Tangen dan Cotangen

Sementara para astronom menemukan fungsi sinus dan fungsi cosinus yang sangat
membantu dalam kerja mereka dibidang astronomi, namun dibutuhkan pengukuran
ketinggian dan jarak yang lebih praktis, untuk itu muncullah tangen dan kotangen yang
dikembangkan secara bersamaan atau berdampingan.
Ahmed ibn Abdallah yang diketahui merupakan pengembang tabel tangen dan kotangen
pertama. Al Buzjani adalah salah satu yang berkontribusi dalam mengembangkan fungsi
tangen dan mengembangkan metode untuk menghitung tabel trigonometri. Tangen
sendiri berasal dari kata “tangere”yang artinya menyentuh, dan cotangen yang merupakan
komplemen dari tangen.
Di samping itu, Abul Wafa juga membuat studi khusus menyangkut teori tangen dan
tabel penghitungan tangen.
Al-Battani juga menghasilkan sejumlah persamaan trigonometri

dan menggunakan gagasan alMarwazi tentang tangen dalam mengembangkan


persamaan-persamaan untuk menghitung tangen, cotangen dan menyusun tabel
perhitungan tangen
Tabel bayangan pertama disusun oleh Al-Battani yang berisi nilai cotangen untuk setiap
derajat dari kuadran. Lalu Abul Wafa mengkonstruksi tabel tangen untuk setiap kelipatan
dari 15 derajat.

Tokoh Trigonometri
1.Surya Siddhanta (Hidup abad 3 SM) Surya Siddhanta adalah seorang matematikawan
India. Pada masa hidupnya, ia memformulasikan rumusan awal sinus, cosinus dan tangen.
2.Hipparchus (190 – 120 SM) Hipparchus adalah orang yang pertama kali menemukan
perbandingan-perbandingan trigonometri .
Hipparchus dikenal sebagai tokoh trigonometri karena hal-hal berikut.
a).Menyusun perbandingan-perbandingan trigonometri tersebut dalam bentuk tabel.
b).Menerapkan trigonometri untuk menentukan letak kota-kota di atas bumi dengan
memakai garis lintang dan garis bujur.
c).Orang pertama yang mengkompilasi tabel trigonometri yang membuatnya dapat
memecahkan masalah-masalah segitiga. Membangun metode dalam memperkirakan gerhana
matahari dengan teori matahari, bulan, dan trigonometri numerik miliknya.

3.Ptolemy (100 – 170 M)


Sekitar tahun 100 M, Ptolemy mengembangkan penghitungan trigonometri lebih lanjut.

4.Al Khawarizmi (780 – 850 M)


Al Khawarizmi si Penemu Angka 0 dan Bapak Aljabar ini juga seorang tokoh trigonometri.
Beliau menemukan pemakaian sin, cos, tan dan secan

5.Abu Nasr Mansur (960 M – 1036 M)


Pada karya trigonometrinya, Abu Nasr Mansur menemukan hukum sinus sebagai berikut:

6.Al Battani (858 – 929 M)


Al-Battani mendefinisikan daftar tabel Sinus, Kosinus, Tangen, dan Kotangen dari 0 derajat
- 90 derajat secara cermat. Al-Battani juga memperkenalkan konsep-konsep modern,
perkembangan fungsifungsi dan identitas trigonometri. Berikut temuan Al-Battani
megenai persamaan trigonometri:
a Menemukan persamaan

𝑡𝑎𝑛𝛼 =
b.Menemukan persamaan

c.Menemukan persamaan
7.Abdul Wafa Muhammad Ibn
Abul Wafa mengembangkan metode baru tentang konstruksi segi empat serta perbaikan
nilai sinus 30 dengan memakai delapan desimal. Dia juga adalah yang pertama
menunjukkan adanya teori relatif segitiga parabola. Abul Wafa pun mengembangkan
hubungan sinus

8.Abu al-Raihan Muhammad bin Ahmad al-Khawarizmi Al-Biruni (973 – 1048 M)


Al-Biruni dikenal sebagai matematikawan pertama di dunia yang membangun dasar-
dasar trigonometri. Landasan-landasan trigonometri tersebut kemudian dikembangkan
ilmuwan Barat dan diaplikasikan ke dalam beberapa cabang ilmu seperti astronomi,
arsitektur dan fisika. Al-Biruni adalah pelopor metode eksperimental ilmiah dalam bidang
mekanika, astronomi, bahkan psikologi. Ia menghendaki agar setiap teori dilahirkan dari
eksperimen dan bukan sebaliknya.
9.Bartholemaeus Pitiskus (1561 - 1613M)
Pada tahun 1595, Bartholemaeus Pitiskus menerbitkan sebuah karya yang berpengaruh
tentang trigonometri dan memperkenalkan kata trigonometri ke dalam bahasa Inggris dan
Perancis.
DAFTAR PUSTAKA
(2008). KBBI. Jakarta: PT Gramedia.
Eugene, D., & Smith. (1925). History of Mathematics Vol II. Osmania University: Ginn And
Company.
Gunawan, N. P. (2014). Slideshare. Retrieved 11 19, 2018, from Tokoh-Tokoh Trigonometri:
https://www.slideshare.net/Nurrid a02/tokoh-tokoh-trigonometri Krismanto, A. (2008).
Pembelajaran Trigonometri SMA. Jakarta: Pusat
Sorter (KTS). MathEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika volume 3 no 5, 2.
NRC. (1989). Everybody Counts. A Report to the Nation on the Future of Mathematics
Education. Washington DC: National Academy Press.
Principles and Standards for School Mathematics. (n.d.). Retrieved
November 13, 2018, from The National Council of Teachers of Mathematics:
https://www.nctm.org/Standardsand-Positions/Principles-andStandards/Principles,-
Standards,and-Expectations/
Setyaningsih, E. (2016). Kontribusi Abu Al-Rayhan Muhammad Ibn Ahmad AlBiruni dalam
Trigonometri.
Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga. Syahbana, A. (2013). Trigonometri Dasar. Palembang:
Univesitas PGRI Palembang

Anda mungkin juga menyukai