Anda di halaman 1dari 12

a.

Aplikasi Trigononomerti Pada Ilmu Astronomi

Trigonometri sangat besar manfaatnya dalam ilmu astronomi, karena ukuran benda-
benda langit tidak mungkin diukur pakaipenggari, pasti dihutug dengan bermain skala-skala
dan sudut-sudut, sehingga dapat diestimasi ukurannya secara akurat. Rumus trigonometri
sudut ganda digunakan untuk nilai-nilai ukuran sisi akibat sudut-sudut yang tidak istimewa.
Meskipun penggunaan kalkulator diijinkan dalam penelitian, namun kalkulator umumnya
tidak mampu menganani kasus numeris yang membutuhkan ketelitian tinggi. Karena dalam
beberapa kasus numeris, perlakuan tanpa pembulatan adalah metode terbaik.

b. Aplikasi Trigonometri pada Geografi dan Navigasi

Tabel trigonometri diciptakan lebih dari dua ribu tahun yang lalu untuk perhitungan
dalam astronomi. Bintang-bintang dianggap tetap pada bola kristal dengan ukuran besar, dan
model yang sempurna untuk tujuan praktis. Hanya planet berpindah bola. (Pada saat itu ada
tujuh planet yang diakui: Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, Saturnus, bulan, dan matahari
Mereka adalah planet-planet yang kita beri nama hari-hari kami dalam seminggu sesudah
Bumi tersebut belum dianggap sebagai.. sebuah planet karena itu adalah pusat alam semesta,
dan planet-planet luar tidak ditemukan kemudian) jenis trigonometri yang diperlukan untuk
memahami posisi pada bola disebut trigonometri bola.. Trigonometri bola jarang diajarkan
sekarang karena tugasnya telah diambil alih oleh aljabar linear. Meskipun demikian, satu
aplikasi dari trigonometri adalah astronomi. Seperti bumi juga bola, trigonometri digunakan
dalam geografi dan navigasi. Ptolemy (100-178) yang digunakan trigonometri pada geografi
dan menggunakan tabel trigonometri dalam karya-karyanya. Columbus membawa salinan
dari Regiomontanus ‘Ephemerides Astronomicae pada perjalanan ke Dunia Baru dan
menggunakannya untuk keuntungannya.
c. Aplikasi matematika (trigonometri) pada teknik sipil
Seorang insinyur sipil hendaknya memiliki kemapuan untuk melakukan pembangunan
di medan yang tidak biasa (miring, lautan dan lain-lain dll). Seperti halnya para dokter
spesialis onkologi radiasi yang biasa dibantu para ahli dosimetri, maka insinyur sipil dibantu
seorang surveyor. Tugas surveyor untuk melakukan pengamatan terhadapsistem geometris
tanah yang kompleks (apalagi jika pembangunan akan dilakukan di laut). Selain di bidang
ilmu astronomi, trigonometri juga sangat erat kaitannya dengan pekerjaan seorang surveyor
(ahli ilmu ukur tanah). Pengukuran tanahadalah suatu cabang ilmu alam untuk menentukan
posisi ruang dimensi tiga dari suatu tempat pada permukaan bumi. Hasil pengukuran tanah
yang diperleh antara lain Sdigunakan untuk membuat peta topografi dari bumi untuk
menentukan luas wilayah suatu daerah. Dalam sistem undang-undang agraria zaman
sekarang, koordinat eksak batas negara adalah suatu hal yang sangat penting agar batas
negara tidak bergeser, seperti yang sering diangkat di media. Para engineer, khusunya ahli
sipil, lebih khususnya lagi ahli geodesi, sangat bergantung pada seorangsurveyor. Ketika
seorang insinyur membuat perencanaan pembangunan suatu proyek, seperti pembangunan
jalan raya, jembatan, bendungan, gedung bertingkat, dll peran surveyor sangat diperlukan.
Mirip kalitannya dengan ahli dosimetri dengan dokter spesialis penyakit onkologi.
Seorang suveyor juga harus mempersiapkan untuk input data mengenai permukaan bumi dan
tanah, setelah itu data diinput pada suatu sistem informasi yang diberi naman GIS
(Geographical Information System). Tidak jarang pengamatan untuk menghitung kemingan
jalan raya, rel kereta api, dan jembatan, Keahlian trigonometri seorang surveyor sangat
mempermudah pekerjaannya sehingga beliau tak perlu terjun langsung ke medan-medan sulit

Berikut trigonometri digunakan dalam navigasi untuk menemukan jarak dari pantai ke suatu
titik di laut.

Trigonometri umumnya digunakan dalam mencari ketinggian menara dan pegunungan.


trigonometri digunakan dalam oseanografi dalam menghitung ketinggian gelombang air laut

Digunakan untuk mengukur ketinggian suatu pohon

Trigonometri digunakan dalam menemukan jarak antara benda-benda angkasa


Fungsi sinus dan cosinus merupakan dasar bagi teori fungsi periodik seperti pada gelombang
suara dan cahaya.

Arsitek menggunakan trigonometri untuk menghitung beban struktural, kemiringan atap,


permukaan tanah dan banyak aspek lain, termasuk bayangan matahari dan sudut cahaya

Awal trigonometri dapat dilacak hingga zaman Mesir Kuno dan Babilonia dan peradaban Lembah
Indus, lebih dari 3000 tahun yang lalu. Matematikawan India adalah perintis penghitungan variabel
aljabar yang digunakan untuk menghitung astronomi dan juga trigonometri. Lagadha adalah
matematikawan yang dikenal sampai sekarang yang menggunakan geometri dan trigonometri untuk
penghitungan astronomi dalam bukunya Vedanga, Jyotisha, yang sebagian besar hasil kerjanya
hancur oleh penjajah India.

Matematikawan Yunani Hipparchus sekitar 150 SM menyusun tabel trigonometri untuk


menyelesaikan segi tiga.

Matematikawan Yunani lainnya, Ptolemy sekitar tahun 100 mengembangkan penghitungan


trigonometri lebih lanjut.

Matematikawan Silesia Bartholemaeus Pitiskus menerbitkan sebuah karya yang berpengaruh tentang
trigonometri pada 1595 dan memperkenalkan kata ini ke dalam bahasa Inggris dan Perancis.

Istilah Sinus, Cosinus dan Tangen meski bagian dari trigonometri, namun ketiganya jauh lebih tua
ketimbang istilah Trigonometri itu sendiri dalam sejarah penemuannya. Istilah Trigonometri pertama
kali digunakan tahun 1595. Sedang istilah Sinus, Cosinus, dan Tangen sudah muncul pada tahun 600-
an. Tapi, tulisan ini bukan untuk membahas sejarah istilah trigonometri.
Secara etimologi, arti kata sinus jauh dari isi konsepnya. “Sinus” adalah kata latin yang artinya justru
“buah dada”. Konsep perbandingan sisi depan thdp hipotenusa dlm segi3, dalam bahasa sansekerta
populer disebut “jiva” kemudian dalam peradaban islam berkembang jadi “Jiba”. Karena
perkembangan ucapan dalam arab menjadi “Jaib” yang secara harfiah artinya ”buah dada”. Nah, buah
dada dalam istilah latinnya adalah “sinus” dan berkembang jadi “sine” di Inggris. Jadi jangan heran
kalau dalam kamus bahasa latin sinus = “buah dada”
Baru berkembang cosinus; “complementary sinus”.
Sedang tangen berkembang beberapa dekade kemudian, berasal dari kata latin “tangere” artinya
menyentuh. Yang berangkat dari konsep segmen garis AB yang menyentuh lingkaran di A. Tangen
adlh perb AB dan AO dlm sudut BOA
Matematikawan Yunani Hipparchus sekitar 150 SM menyusun tabel trigonometri untuk
menyelesaikan segi tiga. Matematikawan Yunani lainnya, Ptolemy sekitar tahun 100 mengembangkan
penghitungan trigonometri lebih lanjut.
Pada tahun 499, Aryabhata, seorang ahli matematik India mencipta jadual-jadual separuh perentas
yang kini dikenali sebagai jadual sinus, bersama-sama dengan jadual kosinus. Beliau menggunakan
zya untuk sinus, kotizya untuk kosinus, dan otkram zya untuk sinus songsang, dan juga
memperkenalkan versinus.
Pada tahun 628, lagi seorang ahli matematik India, Brahmagupta, menggunakan formula interpolasi
untuk menghitung nilai sinus sehingga peringkat kedua untuk formula interpolasi Newton-Stirling.
Ahli matematik Parsi, Omar Khayyam (1048-1131), menggabungkan trigonometri dan teori
penghampiran untuk memberkan kaedah-kaedah untuk menyelesaikan persamaan algebra melalui
min geometri. Khayyam menyelesaikan persamaan kuasa tiga, x3 + 200x = 20×2 + 2000, dan
mendapat punca positif untuk kuasa tiga ini melalui persilangan hiperbola segi empat tepat dan
bulatan. Penyelesaian angka hampiran kemudian didapat melalui interpolasi dalam jadual-jadual
trigonometri.
Kaedah-kaedah perinci untuk membina jadual sinus untuk mana-mana satu sudut diberikan oleh ahli
matematik India, Bhaskara pada tahun 1150, bersama-sama dengan sesetengah formula sinus dan
kosinus. Bhaskara juga memperkembangkan trigonometri sfera.
Nasir al-Din Tusi, ahli matematik Parsi, bersama-sama dengan Bhaskara, mungkin merupakan orang-
orang pertama untuk mengolahkan trigonometri sebagai satu disiplin matematik yang berlainan.
Dalam karyanya, Karangan mengenai sisi empat merupakan orang pertama untuk menyenaraikan
enam kes yang berbeza untuk segi tiga bersudut tegak dalam trigonometri sfera.
Pada abad ke-14, al-Kashi, seorang ahli matematik Parsi, dan Ulugh Beg (cucu lelaki Timur), seorang
ahli matematik Timurid, menghasilkan jadual-jadual fungsi trigonometri sebagai sebahagian kajian
astronomi mereka.
Bartholemaeus Pitiscus, ahli matematik Silesia menerbitkan karya trigonometri yang terpengaruh
pada tahun 1595 dan memperkenalkan perkataan “trigonometri” kepada bahasa Inggeris dan bahasa
Perancis.
Pada pertemuan kali ini, trigonometri yang akan dibahas adalah trogonometri yang berhubungan
dengan rumus-rumus jumlah/selisih dan hasil kali baik untuk sinus, cosinus, maupun tangen.

Trigonometri sebagai alat utama astronomi telah menjadi bidang kajian yang sangat diminati oleh
ahli-ahli matematika islam sehingga trigonometri dapat berdiri sendiri sebagai sebuah disiplin ilmu.
Orang islam adalah orang yang pertama kali menekankan pengkajian prinsip-prinsip cahaya. Ia
adalah al-Haitham, yang telah menulis risalah-risalah penting tentang topik. Al-Haitham membina
bentuk awal prinsip-prinsip cahaya yang akhirnya menjadi hukum snell tentang pembiasan cahaya.
Prinsip oprik al-Haitham memberu sesuatu insipirasi supaya perhatian terhadap astronomi dan
trigonometri lebih diutamakan. Berikut ini beberapa nama tokoh dalam trigonometri :
a. Al-Khawarizmi
Al-Khawarizmi adalah seorang tokoh matematika besar yang [ernah dilahirkan islam dan
disumbangkan pada peradaban dunia. Mungkin tak seratus tahun sekali akan lahir kedunia orang-
orang seperti beliau. Al-Khawarizmi selain terkenal dengan teori algoritmanya, beliau juga
membangun teori-teori matematika lain. dalam bidang trigonometri beliau menemukan pemakaian
sin, cos, tangent dan secan.
b. Al-Battani
Nama lengkap al-Battani adalah Mohammad Ibn Jabir Ibn Sinan Abu Abdullah Al-Battani,
dilahirkan di Battan Mesopotamia pada tahun 850 M dan meninggal meninggal dunia di Damsyik
pada tahun 929 M. Beliau adalah putera raja Arab, juga gubernur Syria yang dianggap sebagai ahli
astronomi dan ahli matematika islam yang tekemuka. Al-Battani yang bertanggung jawab
memperkenalkan konsep-konsep modern, perkembangan fungsi-fungsi dan identity trigonometri.
Beliau biasanya menggunakan formula sinus dengan lebih jelas dibandingkan penjelasan dari orang
Yunani.

c. Abu al-Wafa
Nama lengkapnya adalah Abu al-Wafa Muhammad Ibn Muhammad Ibn Yaya Ibn Ismail al-
Buzjani lahir di Buzjan, Nishapur, Iraq tahun 940 M. sejak kecil, kecerdasannya sudah mulai nampak
dan hal tersebut ditunjang dengan minatnya yang besar di bidang ilmu alam.
Setelah berhasil menyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya, Abu al-Wafa memutuskan
untuk meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi di Baghdad pada tahun 959 M. Berkat bimbingan
sejumlah ilmuwan terkemuka masa itu, tak berapa lama ia menjelma menjadi seorang pemuda yang
berotak cemerlang. Dia pun lantas banyak membantu para ilmuwan serta secara pribadi
mengembangkan teori terutama dalam bidang trigonometri. Konstruksi bangunan trigonometri versi
abu al-Wafa diakui sengat besar manfaatnya. Beliau mengembangkan metode baru tentang konstruksi
segi empat serta perbaikan nilai sinus 30 dengan memakai delapan decimal. Abu al-Wafa pun
mengembangkan hubungan sinus.
Banyak buku dan karya ilmiah telah dihasilkannya dan mencakup banyak bidang ilmu. Namun,
tak banyak karyanya yang tertinggal hingga saat ini. Sejumlah karyanya hilang, sedang yang masih
ada sudah dimodifikasi. Abu al-Wafa juga banyak menuangkan karya tulisnya di jurnal ilmiah Euclid,
Diophantus dan al-Khawarizmi, tetapi sayangnya banyak yang telah hilang. Karena konstribusinya
yang besar terhadap bidang trigonometri, beliau dijuluki sebagai peletak dasar ilmu trigonometri.

d. Ibn al-Shatir
Nama lengkapnya adalah ‘Ala al-Din Ali Ibn Ibrahim Ibn al-Muwaqit, lahir pada tahun 1306 M
dan meninggal tahun 1375. karyanya tertuang dalam rasad ibn shatir (pemerhati ibn shatir).

Adalah Abul Wafa Muhammad Al-Buzjani, orang yang dianggap


pertama kali memperkenalkan sinus dan kosinus. Ia dianggap
memiliki kelebihan yang sangat maju dan disiplin ilmu trigonometri. Al-
Buzjani lahir di Buzjan, Nishapur, Iran pada 1 Ramadan 328 H atau 10
juni 940 M. Ia banyak belajar matematika pada dua orang
pamannya, Abu Amr al-Mughazili dan Abu Abdullah Muhammad ibn
Anbasa.

Selain memperkenalkan ilmu trigonometri, Al-Buzjani juga


mengembangkan rumus geometri yang merupakan induk dari ilmu
trigonometri. Salah satunya adalah pemecahan soal geometri dengan
kompas, konstruksi segi empat ekuivalen, dan segi banyak atau bangun
datar parabola yang terdiri atas titik-titik. Rumusnya adalah persamaan
x4 = a dan x4 + ax3 = b.
Dalam menghitung segitiga lingkaran, Al-Buzjani menyamakannya
dengan segitiga siku-siku. Dengan teori Manlaus yang lebih dulu
populer, yang memakai kaidah empat persamaan dan teori bayangan,
dia berhasil membuat kaidah baru. Dalam segitiga lingkaran yang
memiliki sudut lancip, mungkin dapat ditemukan teori sinus.
Menggunakan cara hitung sinus 30, hasil hitungan adalah delapan
angka puluhan yang nilainya sama dengan nilai hakiki (sebenarnya
sinus). Dalam geometri, operasi hitungan sangat penting meskipun
masih sering digunakan cara hitung India.

Pada masa modern, para ilmuwan berbeda pendapat saat harus


menggunakan teori Al-Buzjani. Berbagai cara menghitung, seperti
memasukkan bayangan ke bayangan inti, segitiga sama sisi atau
memasukkan potongan kepada potongan ini, terjadi perbedaan
pendapat tentang siapa sebenarnya pencetus teori ini. Sebagian
ilmuwan menganggap bahwa yang menemukan teori tersebut adalah
Ahmad bin Abdullah atau Bahbasy al-Hisab.

Secara umum, karya-karya Al-Buzjani dapat digolongkan menjadi tiga


kelompok, sesuai bidang ilmu yang dikuasainya. Pertama adalah karya-
karya yang merupakan penjelasan dari ilmuwan lain. Dalam hal ini, Al-
Buzjani hanya sebagai seorang penjelas dari teori yang ditemukan oleh
ilmuwan lain. Misalnya, ia menjelaskan teori aljabar dari tiga ilmuwan
yang memiliki latar belakang, bahkan negara yang berbeda. Ada tiga
buku yang ditulisnya untuk menjelaskan teori aljabar versi Deofantos,
Abarchos, dan Al-Khawarizmi. Sayang, semua buku ini hilang, sehingga
kita tidak bisa mendaptkan pemikiran utuh yang disampaikan oleh Al-
Buzjani.

Yang kedua adalah semacam buku panduan atau acuan bagi orang
yang bekerja berdasarkan teori geometri, seperti arsitek. Dalam buku ini
dijelaskan secara lengkap tentang cara baru menghitung segi empat
dan persamaan tingkat empat, segitiga, lingkaran, dan bermacam
bangun lainnya. Buku ini ditulis menjelang akhir hidupnya dengan
dibantu oleh para ilmuwan lain yang mampu menggambar tanpa bukti
matematis. Karena buku ini merupakan proyek negara (perintah
penguasa), buku ini masih bisa dipelajari hingga sekarang. Diantaranya
adalah buku berjudul Al-Handsa (Geometri Terapan), Al-Kitab Al-Kamil
(Buku Lengkap), dan Ilm al-Hisab (Buku Praktis Aritmatika). Buku ini
bahkan tidak hanya digunakan para ahli geometri, tapi juga menjadi
rujukan untuk menghitung pajak dan perdagangan.
Yang ketiga adalah buku-buku yang tergolong dalam bidang astronomi
antara lain al-Majesty dan al-Zayj. Buku ini menjadi semacam
ensiklopedia astronomi yang pernah ditulis Ptolemeus, berisi tentang
kalender astronomi yang menjadi acuan para ilmuwan untuk
meneropong bintang serta benda langit lainnya, gerakan bintang, dan
perubahan yang terjadi secara tiba-tiba.

Al-Buzjani pindah ke Baghdad pada tahun 959 M untuk


mengembangkan ilmunya. Saat itu Baghdad memang terkenal sebagai
pusat ilmu pengetahuan. Berbagai literatur ilmu pengetahuan mudah
didapatkan disana. Pihak kerajaan memilihnya untuk memimpin
peneropongan bintang di observatorium yang telah dibangun di tama
kota Baghdad. Hasil peneropongannya sangat akurat, dan analisisnya
diakui oleh para ilmuwan sesudahnya, terutama analisis mengenai
astronomi, penentuan waktu dan terbitnya matahari, perkiraan
panjangnya musim, dan melencengnya bumi dari garis ekliptikanya.

Selain dalam buku, karya-karyanya juga dipublikasikan dalam berbagai


juranal ilmiah, antara lain Diphantor, Euclid, dan Al-Khawarizmi. Namun
karya-karyanya itu banyak yang hilang. Metode tabel sinus yang
dibuatnya memudahkan pemecahan rumus trigonometri,
yaitu hubungan sinus (a+b) dengan rumus 2 sin (a/2)= 1 – cos a,
2

dan 2 sin (a/2) cos (a/2). Al-Buzjani meninggal dunia di Baghdad, Irak
pada tahun 997 M (Sumber lain menyebutkan 998 M).

Ilmuan Yunani di masa Helenistik, Hipparches (190 SM-120 SM) diyakini adalah orang yang
pertama kali menemukan teori tentang trigonometri.
Trigonometri hanya mempelajari sisi-sisi dan susut pada segitiga, terutama segitiga siku-siku.
Trigonometri termasuk matematika terapah yang umumnya berguna dibidang navigasi,
konstruksi, dan surveying lahan tanah.
Bapak trigonometri Al-Battani atau Muhammad Ibnu Jabir Ibnu Sinan AbuAbdullah lahir
sekitar 858, Harran dekat Urfa, Turki. Al-Battani melahirkan trigonometri untuk level tinggi
dan orang pertama yang menyusun tabel cotangen. Dalam matematika, Al-Battani
menghasilkan sejumlah persamaan trgonometri.
Dia memberi rumus trigonometri lainnya, b sin (a) = a sin (90⁰-a)
Al-Battani meninggal pada tahun 929 di Qasr Al-Jiss, Damaskus.
Peletak Dasar Rumus Trigonometri - Abul Wafa Muhammad Al-Buzjani
Dalam ilmu matematika, ada sebuah ilmu yang mempelajari sebuah sudut dan
bagaimana cara mengukurnya. Ditemui pula istilah sinus, kosinus, dan tangen. Trigonometri
merupakan istilah dari bahasa Yunani, yaitu "trigonon" (tiga sudut) dan "metro" (mengukur).
Selama ini trigonometri dianggap sebagai cabang ilmu yang sulit.

Banyak yang mengira bahwa ilmu trigonometri tak bisa diterapkan dalam kehidupan
nyata. Dugaan itu tentu saja tidak benar. Trigonometri memiliki peran yang tidak bisa
diabaikan. Saat arsitek membangun bangunan-bangunan tinggi yang kokoh dan megah,
mereka memerlukan ilmu trigonometri. Mereka tidak akan bisa membangunnya dengan baik
jika tidak menguasai ilmu trigonometri dengan baik pula
Adalah Abul Wafa Muhammad Al-Buzjani, orang yang dianggap pertama kali
memperkenalkan sinus dan kosinus. Ia dianggap memiliki kelebihan yang sangat maju dan
disiplin ilmu trigonometri. Al-Buzjani lahir di Buzjan, Nishapur, Iran pada 1 Ramadan 328 H
atau 10 juni 940 M. Ia banyak belajar matematika pada dua orang pamannya, Abu Amr al-
Mughazili dan Abu Abdullah Muhammad ibn Anbasa.

Selain memperkenalkan ilmu trigonometri, Al-Buzjani juga mengembangkan rumus


geometri yang merupakan induk dari ilmu trigonometri. Salah satunya adalah pemecahan soal
geometri dengan kompas, konstruksi segi empat ekuivalen, dan segi banyak atau bangun
datar parabola yang terdiri atas titik-titik. Rumusnya adalah persamaan
x4 = a dan x4 + ax3 = b.

Dalam menghitung segitiga lingkaran, Al-Buzjani menyamakannya dengan segitiga


siku-siku. Dengan teori Manlaus yang lebih dulu populer, yang memakai kaidah empat
persamaan dan teori bayangan, dia berhasil membuat kaidah baru. Dalam segitiga lingkaran
yang memiliki sudut lancip, mungkin dapat ditemukan teori sinus. Menggunakan cara hitung
sinus 30, hasil hitungan adalah delapan angka puluhan yang nilainya sama dengan nilai
hakiki (sebenarnya sinus). Dalam geometri, operasi hitungan sangat penting meskipun masih
sering digunakan cara hitung India.
Pada masa modern, para ilmuwan berbeda pendapat saat harus menggunakan teori Al-
Buzjani. Berbagai cara menghitung, seperti memasukkan bayangan ke bayangan inti, segitiga
sama sisi atau memasukkan potongan kepada potongan ini, terjadi perbedaan pendapat
tentang siapa sebenarnya pencetus teori ini. Sebagian ilmuwan menganggap bahwa yang
menemukan teori tersebut adalah Ahmad bin Abdullah atau Bahbasy al-Hisab.
Secara umum, karya-karya Al-Buzjani dapat digolongkan menjadi tiga kelompok,
sesuai bidang ilmu yang dikuasainya. Pertama adalah karya-karya yang merupakan
penjelasan dari ilmuwan lain. Dalam hal ini, Al-Buzjani hanya sebagai seorang penjelas dari
teori yang ditemukan oleh ilmuwan lain. Misalnya, ia menjelaskan teori aljabar dari tiga
ilmuwan yang memiliki latar belakang, bahkan negara yang berbeda. Ada tiga buku yang
ditulisnya untuk menjelaskan teori aljabar versi Deofantos, Abarchos, dan Al-Khawarizmi.
Sayang, semua buku ini hilang, sehingga kita tidak bisa mendaptkan pemikiran utuh yang
disampaikan oleh Al-Buzjani.

Yang kedua adalah semacam buku panduan atau acuan bagi orang yang bekerja
berdasarkan teori geometri, seperti arsitek. Dalam buku ini dijelaskan secara lengkap tentang
cara baru menghitung segi empat dan persamaan tingkat empat, segitiga, lingkaran, dan
bermacam bangun lainnya. Buku ini ditulis menjelang akhir hidupnya dengan dibantu oleh
para ilmuwan lain yang mampu menggambar tanpa bukti matematis. Karena buku ini
merupakan proyek negara (perintah penguasa), buku ini masih bisa dipelajari hingga
sekarang. Diantaranya adalah buku berjudul Al-Handsa (Geometri Terapan), Al-Kitab Al-
Kamil (Buku Lengkap), dan Ilm al-Hisab (Buku Praktis Aritmatika). Buku ini bahkan tidak
hanya digunakan para ahli geometri, tapi juga menjadi rujukan untuk menghitung pajak dan
perdagangan.

Yang ketiga adalah buku-buku yang tergolong dalam bidang astronomi antara lain al-
Majesty dan al-Zayj. Buku ini menjadi semacam ensiklopedia astronomi yang pernah ditulis
Ptolemeus, berisi tentang kalender astronomi yang menjadi acuan para ilmuwan untuk
meneropong bintang serta benda langit lainnya, gerakan bintang, dan perubahan yang terjadi
secara tiba-tiba.

Al-Buzjani pindah ke Baghdad pada tahun 959 M untuk mengembangkan ilmunya.


Saat itu Baghdad memang terkenal sebagai pusat ilmu pengetahuan. Berbagai literatur ilmu
pengetahuan mudah didapatkan disana. Pihak kerajaan memilihnya untuk memimpin
peneropongan bintang di observatorium yang telah dibangun di tama kota Baghdad. Hasil
peneropongannya sangat akurat, dan analisisnya diakui oleh para ilmuwan sesudahnya,
terutama analisis mengenai astronomi, penentuan waktu dan terbitnya matahari, perkiraan
panjangnya musim, dan melencengnya bumi dari garis ekliptikanya.

Berikut ini ialah beberapa turunan dasar trigonometri yang harus diketahui
sebelum anda memecahkan persoalan turunan trigonometri ;

 Jika f(x)= sin x → f ‘(x) = cos x


 Jika f(x)= cos x → f ‘(x) = −sin x
 Jika f(x)= tan x → f ‘(x) = sec2 x
 Jika f(x)= cot x → f ‘(x) = −csc2x
 Jika f(x)= sec x → f ‘(x) = sec x . tan x
 Jika f(x)= csc x → f ‘(x) = −csc x . cot x.

Perluasan Rumus Turunan Fungsi Trigonometri 1

Misalkan u adalah fungsi yang dapat diturunkan terhadap x, dimana u’


merupakan turunan u terhadap x, maka ;

 Jika f(x)= sin u → f ‘(x) = cos u . u’


 Jika f(x)= cos u → f ‘(x) = −sin u . u’
 Jika f(x)= tan u → f ‘(x) = sec2u . u’
 Jika f(x)= cot u → f ‘(x) = −csc2 u . u’
 Jika f(x)= sec u → f ‘(x) = sec u tan u . u’
 Jika f(x)= csc u → f ‘(x) = −csc u cot u . u’.

Perluasan Rumus Turunan Fungsi Trigonometri 2

Berikut ini merupakan turunan dari fungsi – fungsi rumus sin cos tan trigonometri
dalam variabel sudut ax +b, dimana a dan b ialah bilangan real dengan a≠0 ;

 Jika f(x)= sin (ax + b) → f ‘(x) = a cos (ax + b)


 Jika f(x)= cos (ax + b) → f ‘(x) = -a sin (ax + b)
 Jika f(x)= tan (ax + b) → f ‘(x) = a sec2 (ax +b)
 Jika f(x)= cot (ax + b) → f ‘(x) = -a csc2 (ax+b)
 Jika f(x)= sec (ax + b) → f ‘(x) = a tan (ax + b) . sec (ax + b)
 Jika f(x)= csc (ax + b) → f ‘(x) = -a cot (ax + b) . csc (ax + b)

Anda mungkin juga menyukai