Anda di halaman 1dari 5

Sumbangan Saintis Muslim dalam Geometri

Geometri merupakan salah satu cabang dalam ilmu matematika. Ilmu


Geometri secara harfiah berarti pengukuran tentang bumi, yakni ilmu yang
mempelajari hubungan di dalam ruang. Sejatinya, ilmu geometri sudah
dipelajari peradaban  Mesir Kuno, masyarakat Lembah Sungai Indus dan
Babilonia.
Peradaban-peradaban kuno ini diketahui memiliki keahlian dalam drainase
rawa, irigasi, pengendalian banjir dan pendirian bangunan-bagunan besar.
Kebanyakan geometri Mesir kuno dan Babilonia terbatas hanya pada
perhitungan panjang segmen-segmen garis, luas, dan volume.
Di era kekhalifahan Islam, para saintis Muslim pun turut mengembangkan
geometri. Bahkan, pada era abad pertengahan, geometri dikuasai para
matematikus Muslim. Tak heran jika peradaban Islam turut memberi
kontribusi penting bagi pengembangan cabang ilmu matematika modern
itu.
Pencapaian peradaban Islam di era keemasan dalam bidang geometri
sungguh sangat menakjubkan. Betapa tidak.  Para peneliti di Amerika
Serikat (AS) menemukan fakta bahwa di abad ke-15 M, para cendekiawan
Muslim telah menggunakan pola geometris mirip kristal. Padahal, pakar
matematika modern saja baru menemukan pla desain geometri itu pada
abad ke-20 M.
Menurut studi yang diterbitkan dalam Jurnal Science itu, para matematikus
Muslim di era keemasan telah memperlihatkan satu terobosan penting
dalam bidang matematika dan desain seni pada abad ke-12 M. "Ini amat
mengagumkan," tutur Peter Lu, peneliti dari Harvard, AS seperti dikutip 
BBC .
Peter Lu mengungkapkan, para matemetikus dan desainer Muslim di era
kekhalifahan telah mamapu membuat desain dinding, lantai dan langit-
langit dengan menggunakan tegel yang mencerminkan pemakaian rumus
matematika yang begitu canggih. ''Teori itu baru ditemukan 20 atau 30
tahun lalu," ungkapnya.
Desain dalam seni Islam menggunakan aturan geometri dengan bentuk
mirip kristal yang menggunakan bentuk poligon simetris untuk menciptakan
satu pola. Hingga saat ini, pandangan umum yang beredar adalah pola
rumit berbentuk bintang dan poligon dalam desain seni Islam dicapai
dengan menggunakan garis zigzag yang digambar dengan mistar dan
kompas.
"Anda bisa melihat perkembangan desain geometis yang canggih ini. Jadi
mereka mulai dengan pola desain yang sederhana, dan lama-lama menjadi
lebih kompleks," tambah Peter Lu. Penemuan Peter Lu itu membuktikan
bahwa peradaban Islam telah mampu mencapai kemajuan yang luar biasa
dalam bidang geometri.
Lantas bagaimana  matematikus Islam mengembangkan geometri? Pada
abad ke-9 M, matematikus Muslim bernama Khawarizmi telah
mengembangkan geometri. Awalnya,  ilmu geometri dipelajari sang
matematikus terkemuka dari  buku berjudul  The Elements   karya Euklid.
Ia pun kemudian mengembangkan geometri dan menemukan beragam hal
yang baru dalam studi tentang hubungan di dalam ruang.
Al-Khawarizmi menciptakan istilah  secans dan  tangens dalam
penyelidikan trigonometri dan astronomi. Dia juga menemukan Sistem
Nomor yang sangat penting bagi sistem nomor  modern. Dalam Sistem
Nomor itu, al-Khawarizmi memuat istilah Cosinus, Sinus dan Tangen untuk
menyelesaikan persamaan trigonometri, teorema segitiga sama kaki,
perhitungan luas segitiga, segi empat maupun perhitungan luas lingkaran
dalam geometri.
Penelitian al-Khawarizmi dianggap sebagai  sebuah revolusi besar dalam
dunia matematika. Dia menghubungkan konsep-konsep geometri dari
matematika Yunani kuno ke dalam konsep baru. Penelitian-penelitian al-
Khawarizmi menghasilkan sebuah teori gabungan yang memungkinkan
bilangan rasional/irasional, besaran-besaran geometri diperlakukan
sebagai objek-objek aljabar.
Penelitian al-Khawarizmi memungkinkan dilakukannya aplikasi sistematis
dari aljabar. Sebagai contoh, aplikasi aritmetika ke aljabar dan sebaliknya,
aljabar terhadap trigonometri dan sebaliknya, aljabar terhadap teori
bilangan, aljabar terhadap geometri dan sebaliknya. Penelitian-penelitian
ini mendasari terciptanya aljabar polinom, analisis kombinatorik, analisis
numerik, solusi numerik dari persamaan, teori bilangan, dan konstruksi
geometri dari persamaan.
Konsep geometri dalam matematika yang diperkenalkan oleh al-
Khawarizmi juga sangat penting dalam bidang astronomi. Pasalnya
Astronomi merupakan ilmu yang mengkaji tentang bintang-bintang
termasuk kedudukan, pergerakan, dan penafsiran yang berkaitan dengan
bintang. Guna menghitung kedudukan bintang terhadap bumi
membutuhkan perhitungan geometri.
Ilmuwan Muslim lainnya yang berjasa mengembangkan geometri adalah
Thabit Ibnu Qurra. Matematikus Muslim yang dikenal dengan panggilan 
Thebit itu juga merupakan salah seorang ilmuwan Muslim terkemuka di
bidang Geometri.  Dia melakukan penemuan penting di bidang matematika
seperti kalkulus integral, trigonometri, geometri analitik, maupun geometri
non-Eucledian.
Salah satu karya Thabit yang fenomenal di bidang geometri adalah
bukunya yang berjudul  The composition of Ratios ( Komposisi rasio).
Dalam buku tersebut, Thabit mengaplikasikan antara aritmatika dengan
rasio kuantitas geometri. Pemikiran ini, jauh melampaui penemuan
ilmuwan Yunani kuno dalam bidang geometri.
Sumbangan Thabit terhadap geometri lainnya yakni, pengembangan
geometri terhadap teori Pitagoras di mana dia mengembangkannya dari
segi tiga siku-siku khusus ke seluruh segi tiga siku-siku. Thabit juga
mempelajari geometri untuk mendukung penemuannya terhadap kurva
yang dibutuhkan untuk membentuk bayangan matahari.
Selain itu,  ilmuwan Muslim lainnya yang berjasa mengembangkan
geometri adalah Ibnu al-Haitham. Dalam bidang geometri, Ibnu al-Haitham
mengembangkan analitis geometri yang menghubungkan geometri dengan
aljabar. Selain itu, dia juga memperkenalkan konsep gerakan dan
transformasi dalam geometri.
Teori Ibnu al-Haitham dalam bidang persegi merupakan teori yang pertama
kali dalam geometri eliptik dan geometri hiperbolis. Teori ini dianggap
sebagai tanda munculnya geometri non- Euclidean. Karya-karya Ibn al-
Haitham itu mempengaruhi karya para ahli geometri Persia seperti Nasir al-
Din al Tusi dan Omar Khayyam.
Namun pengaruh Ibn al-Haytham tidak hanya terhenti di wilayah Asia saja.
Sejumlah ahli geometri Eropa seperti Gersonides, Witelo, Giovanni
Girolamo Saccheri, serta John Wallis pun terpengaruh pemikiran al-
Haitham. Salah satu karyanya yang terkemuka dalam ilmu geometri
adalah  Kitab al-Tahlil wa al'Tarkib.
Cendekiawan Muslim lainnya yang berjasa mengembangkan geometri
adalah Abu NasrNasr Mansur ibnu Ali ibnu Iraq atau  biasa disebut Abu
Nasr Mansur. Ia merupakana salah satu ahli geometri yang mendalami
spherical geometri (geometri yang berhubungan dengan astronomi).
Spherical geometri ini sangat penting untuk menyelesaikan masalah-
masalah yang sulit di dalam astonomi Islam.
Umat Islam perlu menentukan waktu yang tepat untuk shalat,  Ramadhan,
serta hari raya baik Idul Fitri maupun Idul Adha. Dengan bantuan spherical
geometri, kini umat Muslimbisa memperkirakan waktu-waktu tersebut
dengan mudah. Itulah salah satu warisan ilmu Abu Nasr Mansur bagi kita
saat ini.
Para Pengembang Geometri
* Al-Khawarizmi
Ia dilahirkan di Bukhara dan hidup pada awal pertengahan abad ke-9 M.
Dia merupakan cendekiawan Islam yang berpengetahuan luas. Dia tidak
hanya ahli di bidang geometri tetapi sejumlah ilmu lainnya seperti bidang
falsafah, logika, aritmatika, musik, kimia, maupun sejarah Islam.
Ketika masih muda, al-Khawarizmi bekerja di bawah pemerintahan
Khalifah al-Ma’mun di  Bait al-Hikmah di Baghdad. Dia juga bekerja dalam
sebuah observatori guna mempelajari matematika dan astronomi di era
kekuasaan Dinasti Abbasiyah.
Al-Khawarizmi juga dipercaya untuk memimpin perpustakaan Khalifah al-
Ma’mun. Sejawaran Sains George Sarton mengatakan, “Pencapaian-
pencapaian yang tertinggi telah diperoleh oleh orang-orang Timur
(maksudnya adalah Al-Khawarizmi).''
* Thabit Ibn Qurra
Thabit lahir di Harran, Mesopotamia yang sekarang merupakan wilayah
Turki. Thabit belajar di  Bait al-Hikmah yang berada di kota  Baghdad. Di
pusat keunggulan sains Islam pada era Dinasti Abbasiyah itu, Thabit
mempelajari berbagai bidang keilmuan termasuk geometri, astronomi,
astrologi, mekanik, pengobatan, mau[un filsafat.
Thabit berbahasa Syiria, namun dia juga mahir berbahasa Yunani. Dia
banyak melakukan penerjemahan karya-karya ilmuwan Barat seperti
Apollonius, Archimedes, Euclid, dan Ptolemy. Thabit juga dekat dengan
Kalifah Abbasiyah Al-Mu'tadid yang memerintah pada tahun 892–902 M.
* Ibnu al-Haitham
Ibnu Haytham lahir di Basra pada tahun 965 M. Para ilmuwan Barat
menyebut Haitham sebagai Alhazen. Dia mulai pendidikannya di Basrah
sebelum dilantik menjadi pegawai pemerintah di kota kelahirannya
tersebut. Namun tak lama kemudian, dia memutuskan untuk pindah ke
Baghdad.
Kecintaannya kepada ilmu dan rasa hausnya akan pengalaman
membuatnya pergi ke Mesir. Ketika berada di Mesir, Haytham mendalami
ilmu matematika dan falak. Haitham tidak hanya ahli dalam bidang
geometri, tetapi juga dalam bidang falak, pengobatan, maupun filsat. Dia
banyak pula melakukan penyelidikan mengenai cahaya dan memberikan
inspirasi bagi para ilmuwan Barat seperti astronom Jerman Johannes
Kepler dalm menciptakan mikroskop maupun teleskop.
* Abu Nasr
Abu Nasr merupakan ahli geometri yang lahir di Gilan, Persia. Ia anak dari
keluarga penguasa Khwarizmi yang hidup antara tahun 960-1036 M. Dia
juga murid dari ahli matematika Abu'l Wafa dan teman baik ahli matematika
muslim Al-Biruni. Dia dan Biruni sering melakukan kolaborasi yang penting
bagi perkembangan matematika. 

Anda mungkin juga menyukai